Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA

BAB II LANDASAN TEORI

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB XII JUST IN TIME

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

BAB 1 LANDASAN TEORI

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB I PENDAHULUAN I.1

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

BAB II LANDASAN TEORI

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 3

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

BAB I Pendahuluan. Tabel I. 1 Target dan Realisasi Produksi pada Masing-masing Komponen Pesawat A320 Periode Januari-September 2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perancangan Sistem Kanban Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha menyebabkan tingkat persaingan semakin

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

وإذ تا ذن لي ني ن ربكم شكرتم لا زیدنكم ولي ن إنن كفرتم عذابي لشدید Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 %

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Produksi Sistem. Tujuan produksi Lean digambarkan untuk mendapatkan

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

BAB I PENDAHULUAN I - 1

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Desain Production Efficiency Dashboard untuk Akurasi Data Actual Working Hour pada PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia

PENERAPAN SISTEM KANBAN SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM JUST IN TIME DI PT WONOJATI WIJOYO KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai tambah (value added), tidak memberi nilai tambah (non value added) yang

MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI MOLDING ROOF D22D DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PT. TOYOTA AUTO BODY TOKAI EXTRUSION

Universitas Bina Nusantara

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berakibat bahwa di suatu perusahaan yang barang penjualannya lengkap maka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi:

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Tahun. Gambar 1.1 Penjualan AMDK di Indonesia (dalam juta liter) (Sumber : Atmaja dan Mustamu, 2013)

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

Transkripsi:

Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem Produksi Just-In-Time yang dikembangkan, lahir dalam upaya mengejar ketinggalan dalam industri otomotif dari negara-negara barat yang sudah maju. Sistem produksi just-in-time adalah sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, biaya, dan waktu penyerahan yang sebaik mungkin, dengan menghapuskan semua jenis pemborosan yang terdapat di dalam proses internal sehingga mampu menyerahkan produk sesuai dengan kehendak konsumen secara tepat waktu. Sistem produksi just-in-time ini merupakan salah satu sistem utama kaizen, yaitu konsep perbaikan untuk meningkatkan produktivitas dalam menjalankan manajemen produksi. Untuk mencapai just-in-time diperlukannya kanban. Kanban adalah sebuah alat yang berguna sebagai pengendali suatu produksi dan informasi yang memudahkan pekerja menjalankan pekerjaannya dari proses ke proses. Dengan adanya pengendalian maka tidak menimbulkan kegiatan yang tidak bernilai tambah atau dikenal dengan muda (pemborosan). Terdapat tujuh jenis muda (pemborosan) yang dapat terjadi pada lini produksi yaitu muda transportation, muda inventory, muda motion, muda wait, muda over-processing, muda over-production, dan muda defect. Sehubungan dengan perkembangan Toyota khususnya di Indonesia, penulis tertarik untuk menganalisis peranan kanban dalam menghilangkan muda (pemborosan) dengan cara melakukan studi kasus pada PT. Toyota Motor 59

Manufacturing Indonesia, Sunter plant 1. Dengan melakukan penelitian ini maka dapat diketahui bagaimana kanban dapat menghilangkan muda (pemborosan). Menurut Matsui dan Ishikawa (2010, hal.142) fungsi atau peranan kanban ada empat, yaitu: 1. Kanban adalah tampilan informasi produksi dan pengangkutan Kanban adalah tampilan informasi mengenai transaksi apa, kapan, di mana, berapa, dan urutan seperti apa yang ingin dilakukan untuk memenuhi transaksi. Informasi produksi ditampilkan berdasarkan kanban produksi, sedangkan informasi pengangkutan ditampilkan berdasarkan kanban pengangkutan. 2. Kanban adalah pengelolaan secara visual. Kanban bergerak bersamaan dengan barang. Hanya dengan melihat kanban, kita dapat melihat pergerakan sebuah barang apakah lambat atau mengalami progres. Bila kanban terlihat menumpuk, berarti dapat diartikan pekerjaan mengalami keterlambatan, dan bisa jadi terdapat kemacetan di suatu bagian produksi. Sebaliknya, bila kanban mengalir dengan lancar berarti produk terjual dengan baik (kanban-nya berputar). Pekerja memproduksi barang berdasarkan informasi kanban. Bila tidak ada kanban, walaupun dia mengerti cara memproduksinya, dia tidak boleh memproduksi sembarangan. Dengan begini, kanban merupakan alat untuk bisa melihat kemampuan manufaktur, kondisi persediaan, penempatan SDM, cepat-lambatnya produksi, progres finishing, serta tingkat urgensi. 3. Kanban adalah alat untuk Kaizen 60

Kanban juga berfungsi untuk memajukan kaizen. Bila menggunakan kanban, dapat terlihat pergerakan masalah. Biasanya, yang menjadi perhatian hanyalah tingkat penurunan persediaan. Namun dengan memperhatikan kanban, maka akan terlihat kebutuhan akan kaizen. 4. Kanban adalah alat penyesuaian. Kanban berperan sebagai alat penyesuaian. Kanban berperan sebagai penyerap ruang lingkup dari pengambilan keputusan terhadap pengumuman tidak resmi. Contohnya, terhadap pengumuman tidak resmi yang mengharuskan kita mengeluarkan 100 buah barang, dengan kanban kita dapat memberlakukan penyesuaian kebijakan dengan mengeluarkan 102 buah barang. Sebaliknya, bila alokasi penyesuaian terlalu lebar, seperti contohnya pada pengumuman tidak resmi mengharuskan pengeluaran barang sebanyak 100 buah namun penyesuaiannya sebanyak 200 buah, kanban menjadi tidak berfungsi. Penulis telah menganalisis peranan dari keempat jenis kanban yang terdapat pada Toyota yaitu intra process kanban (internal part kanban), inter process kanban (stock machining kanban), supplier kanban (e-kanban) dan signal kanban. Serta dua proses yaitu machining line dengan menggunakan intra process kanban (internal part kanban) dan inter process kanban (stock machining kanban) sedangkan assembly line menggunakan supplier kanban (e-kanban) dan signal kanban. Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan pada bab Analisis Data dan Simpulan, menghasilkan simpulan bahwa pada proses di machining line, intra process kanban (internal part kanban) berguna sebagai tampilan informasi produksi dan visualisasi. Tampilan informasi ditempelkan pada box sehingga memudahkan para pekerja dalam mencari part ketika ingin digunakan sehingga tidak menimbulkan 61

muda wait yang dapat berdampak pada proses selanjutnya karena pekerjaan selanjutnya harus menunggu part. Kanban ini juga digunakan sebagai visualisasi ketika part diambil dan dipakai untuk mengorder kepada pemasok agar memenuhi part-nya kembali. Jika tidak menggunakan kanban, pekerja tidak tahu seberapa banyak part yang harus dipesan sehingga dapat memungkinkan munculnya muda over-production. Hal ini juga berkaitan dengan timbulnya muda inventory karena dibutuhkannya tempat untuk meletakkan part-part yang berlebihan tersebut. Kemudian inter process kanban (stock machining kanban) pada proses machining line juga berguna sebagai tampilan informasi dan visualisasi. Sama seperti intra process kanban, inter process kanban ditempelkan pada box sebagai informasi stok yang ada didalamnya. Sehingga tidak menimbulkan muda wait yang dapat berdampak pada proses selanjutnya karena pekerjaan selanjutnya harus menunggu stok tersebut datang. Ketika stok dipakai walau hanya satu, kanban pada box tersebut tetap harus dilepas dan diindikasikan kepada pekerja sebelumnya untuk memenuhi stoknya kembali, sehingga proses selanjutnya dapat berjalan dengan lancar. Karena jika tidak menggunakan kanban, maka pekerja tidak tahu seberapa banyak stok yang harus disiapkan. Hal ini dapat menimbulkan muda over-production dan memungkinkan dibutuhkannya tempat penyimpanan extra, hal ini disebut muda inventory. Selanjutnya yaitu proses assembly line menggunakan supplier kanban (ekanban) yang memiliki fungsi sebagai tampilan informasi dan alat penyesuaian. Sebagai tampilan informasi karena pada kanban ini berisikan informasi pemesanan dari customer. Dengan adanya informasi ini maka pekerja dapat mematokkan atau menyesuaikan produksi sesuai dengan pemesanan yang berisikan jenis barang, jumlah barang, dan jam yang harus sampai pada customer. Dengan kanban ini, 62

pekerja dapat mengetahui seberapa banyak signal kanban yang dikeluarkan untuk memenuhi pemesanan tersebut. Dengan penyesuaian seperti ini, maka produksi dapat memproduksi sesuai dengan jenis yang diinginkan, dengan jumlah yang diinginkan, pada waktu yang diinginkan juga. Sehingga tidak menimbulkan muda overproduction dan muda inventory. Sedangkan signal kanban berguna sebagai tampilan informasi mesin dan visualisasi. Ketika pekerja menerima signal kanban maka produk harus dibuat sehingga kanban ini berguna sebagai visualisasi. Dengan adanya visualisasi perintah kerja seperti ini maka memungkinkan untuk tidak menimbulkan muda overproduction karena pekerja tidak menggunakan prediksi dalam membuat produk. Jika tidak menimbulkan muda over-production maka muda inventory juga dapat dihapuskan karena tidak dibutuhkannya tempat penyimpanan produk yang berlebih tersebut. 63