Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Jatinangor, 10 Juli Matius Oliver Prawira

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITAN

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

Rekayasa Teknologi Transplantasi Lamun pada Jenis Enhalus acoroides dan Thallassia hemprichii di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

BAB III METODE PENELITIAN

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrass) adalah tanaman air yang berbunga (Angiospermae) dan

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Journal Of Marine Research. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di:

BAB III METODE PENELITIAN

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Indeks Keanekaragaman ( H) dari Shannon-Wiener dan Indeks Nilai Penting

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

BAB III METODE PENELITIAN

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

TELAAH EKOLOGI KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS) PERAIRAN PULAU OSI TELUK KOTANIA KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

III. METODE PENELITIAN

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

Daya Dukung Zona Pemanfaatan Kawasan Konservasi Lamun Untuk Wisata Bahari Di Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan

3. METODE PENELITIAN

Percent cover standards


Hasil dan Pembahasan

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU RAMBUT. Universitas Pakuan Bogor

Komposisi Jenis, Kerapatan, Persen Penutupan dan Luas Penutupan Lamun di Perairan Pulau Panjang Tahun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Gambar Lembar Pengamatan yang digunakan (Mckenzie & Yoshida 2009)

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara

ANALISIS TUTUPAN LAMUN BERDASARKAN JENIS DAN SUBSTRAT DI WILAYAH TRISMADES DESA MALANG RAPAT KECAMATAN KABUPATEN BINTAN ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

Gambar 1. Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Transkripsi:

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Perairan Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali yang mempunyai luas wilayah 10,12 km 2. Pulau yang memiliki panjang 4,6 km dan lebar 1-1,5 km ini berada kira-kira 11 km di sebelah tenggara Bali, Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, Indonesia. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian 23

24 Kawasan Nusa Penida, khususnya Nusa Lembongan merupakan kawasan wisata dan budaya yang cukup menarik. Sebaran padang lamun (seagrass) di Nusa Penida yang utama terdapat di daerah Nusa Lembongan dan sekitarnya. Beberapa jenis padang lamun di Nusa Lembongan, seperti Halodule uninervis, Thalassia hemprichii, Halophila decipiens, Halophila ovalis, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Cymodocea serrulata (Penida 2011). Penentuan lokasi stasiun pengamatan ditempatkan pada daerah yang mewakili sebaran padang lamun di perairan Nusa Lembongan sebagaimana hasil klasifikasi awal citra. Lokasi penelitian ini dibagi menjadi lima stasiun yang menyebar berdasarkan cakupan wilayahnya, baik timur, selatan, barat, barat laut dan utara agar dapat memberikan informasi mengenai kondisi ekosistem lamun diseluruh daerah perairan Nusa Lembongan. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui letak posisi obyek Laptop dengan software Arc GIS 9.3 untuk pengolahan data citra Alat Transek kuadrat 1x1 meter untuk mengamati dan menghitung kerapatan dan tutupan lamun Masker + Snorkel untuk melihat keberadaan lamun Meteran untuk mengukur jarak transek yang ditarik dari garis pantai Kantong sampel untuk menyimpan sampel Refraktometer untuk pengukuran salinitas air laut Termometer untuk pengukuran suhu air laut Secchidisk untuk pengukuran kekeruhan air laut ph meter untuk mengukur tingkat keasaman Current meter untuk mengukur kecepatan arus air laut Kamera untuk dokumentasi

25 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dari penelitian ini terdiri dari: 1. Data Citra ALOS AVNIR2 tahun 2007 di wilayah perairan Nusa Lembongan diperoleh dari CReSOS Udayana University 2. Data Citra ALOS AVNIR2 tahun 2009 di wilayah perairan Nusa Lembongan diperoleh dari CReSOS Udayana University 3. Data Citra ALOS AVNIR2 tahun 2010 di wilayah perairan Nusa Lembongan diperoleh dari CReSOS Udayana University 4. Peta Rupa Bumi Indonesia dengan skala 1 : 50.000 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Metode dilakukan dengan dua tahap, yaitu melakukan pengolahan data citra satelit untuk penentuan lokasi stasiun penelitian yang akan diamati dan melakukan survei lapangan untuk melengkapi hasil interpretasi citra satelit serta pengambilan data parameter-parameter yang akan diamati untuk kemudian dianalisis secara deskriptif. 3.4 Prosedur Penelitian Berdasarkan alur penelitian maka akan dilakukan beberapa kegiatan. Dalam tahapan pengolahan data citra pada tahun 2007, 2009 dan 2010 ini secara garis besar meliputi lima tahapan, antara lain: 1. Persiapan dan pengumpulan data. 2. Pengolahan data yang terdiri dari koreksi radiometrik dan geometrik, pemisahan daerah daratan dan lautan (masking), memasukan algoritma Lyzenga, dan mengklasifikasi citra (unsurvised classification). 3. Validasi data dengan melakukan survei lapangan (ground check) untuk mendukung ketelitian/uji akurasi pengolahan data. 4. Hasil dan analisis. 5. Prediksi untuk menentukan lokasi yang cocok untuk konservasi ekosistem padang lamun.

26 Adapun proses pengolahan dari seluruh tahapan dalam penelitian ini secara skematis digambarkan dalam diagram alir proses penelitian (Gambar 7). Gambar 7. Diagram Alir Penelitian

27 3.4.1 Pengolahan data citra Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengolahan data, diantaranya: Memperbaiki posisi atau letak objek agar koordinatnya sesuai dengan koordinat geografinya. Mempertajam tampilan citra (khususnya untuk lebih mempertegas batas penelitian dan lebih efektif pada daerah penelitian yang dikaji). Memperoleh gambaran visual yang lebih baik sehingga pengenalan obyek dan pemilihan sampel dapat dilakukan. Memperoleh gambaran umum tentang keberadaan jenis-jenis obyek dasar perairan. Langkah-langkah tersebut memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau mesin (komputer) sehingga dapat dianalisis untuk menghasilkan data atau informasi yang tepat sesuai dengan kondisi dilapangan. 3.4.2 Deteksi perubahan Untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi akan digunakan perbandingan dari hasil pengolahan data citra pada tahun 2007, 2009 dan 2010 yang telah teruji keakurasiannya. Citra tersebut dapat berupa data mentah penginderaan jauh atau tiga peta klasifikasi citra yang diperoleh dari waktu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode berdasarkan hasil dari klasifikasi citra multi waktu, selanjutnya dilakukan analisis perubahan padang lamun pada citra yang diklasifikasikan secara terpisah dan kemudian dilakukan perbandingkan (post classification comparison). Penggunaan cara ini sangat mungkin untuk mendeteksi perubahan dan memahami jenis-jenis perubahan yang terjadi (Bruzzone dan Seprico 1997). 3.4.3 Survei Lapangan (Ground Check) Kegiatan survei lapangan (ground check) dilakukan untuk melengkapi hasil interpretasi apabila dalam interpretasi terdapat obyek yang meragukan atau perlu dibuktikan kebenarannya serta melakukan pengukuran mengenai posisi obyek, maka digunakan GPS (Global Positioning System). Pengambilan data pada ekosistem padang lamun dengan menggunakan line transek sebagai bidang

28 pengamatan. Metode transek kuadrat (Gambar 8) dilakukan bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis lamun didaerah tersebut. Setiap stasiun yang menyebar di perairan Nusa Lembongan akan diamati nilai persentase tutupan, kerapatan jenis/spesies. Kemudian, dilakukan pengukuran parameter lingkungan kondisi perairan yang berkaitan dengan kondisi habitat ekosistem lamun, seperti suhu, kecerahan, kecepatan arus, substrat, salinitas, ph dengan tujuan untuk mengamati kondisi perairan yang sesuai dengan ekosistem lamun. Gambar 8. Transek kuadrat 3.5 Parameter yang diamati Pada saat melakukan Ground check dilakukan pengamatan beberapa parameter (Hidayah 2010), antara lain: 1. Pengamatan Tutupan dan Kerapatan Lamun. Pengamatan tutupan lamun dilakukan dengan cara melihat daerah tutupan lamun pada kolom transek (1, 2, 3 dan 4) yang berada dalam alat transek. Sedangkan pengamatan kerapatan lamun dilakukan dengan cara mengamati jumlah tegakan masing-masing jenis lamun pada kolom transek yang berada pada keempat bagian transek. Pengamatan setiap stasiun pengukuran dengan dua lajur transek yang memanjang tegak lurus dari garis pantai (Gambar 9), kemudian dicatat jumlah masing-masing jenis lamun yang ditemui dan persentase tutupan lamunnya. Perhitungan jumlah seagrass ini dilihat dari banyak tegakan masing-masing jenis lamun pada satu kotak pengamatan.

29 Gambar 9. Pengamatan transek kuadrat tiap stasiun 2. Pengamatan Kondisi Lingkungan Perairan. Untuk mengamati kondisi perairan, seperti suhu, kecerahan, kecepatan arus, salinitas, derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ukur tiap parameter. Pada masing-masing stasiun lokasi akan dilakukan pengukuran parameterparameter tersebut untuk diamati kesesuaian antara kondisi lingkungan perairan dengan kondisi ekosistem lamun disekitarnya. 3. Pengamatan Indikator Lainnya. Untuk mengetahui indikator lainnya seperti substrat dilakukan dengan cara mengambil sedikit substrat kemudian dimasukkan kedalam kantung plastik pada setiap lokasi stasiun. Sampel substrat yang didapat diamati jenis substratnya (pasir, lumpur atau campuran) yang kemudian akan dianalisis besar butirnya di Laboratorium Sedimentografi, Fakultas Ilmu Teknologi dan Kebumian, Institut Teknologi Bandung.

30 3.6 Analisis Data Metode Skoring Untuk melihat kondisi padang lamun akan ditentukan berdasarkan kriteria persentase tutupan lamun dan kriteria kerapatan lamun, sebagaimana disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Kriteria tersebut akan digunakan untuk melihat klasifikasi kondisi padang lamun pada citra persentase tutupan lamun dan citra kerapatan lamun. Pengukuran yang akan dilakukan berupa estimasi persentase luasan dalam plot transek yang tertutupi lamun. Persentase tutupan lamun adalah proporsi luas substrat yang ditutupi vegetasi lamun dalam satu satuan luas, jika diamati tegak lurus dari atas (Brower et al. 1990). Penentuan nilai persentase tutupan lamun pada masing-masing kolom transek dilakukan dengan menggunakan rumus: (Amran 2010) Keterangan: C : persentase penutupan lamun a C x 100 % A a : luas yang tertutupi lamun dalam plot transek A : luas plot transek = 1 m 2 Tabel 4. Skala Kondisi Padang Lamun berdasarkan Persentase Tutupan Skala Persentase Tutupan (%) Kondisi 5 > 75 % Sangat bagus 4 50 75 % Bagus 3 25 50 % Agak bagus 2 5 25 % Sedikit 1 < 5 % Sangat sedikit (Sumber: Amran 2010) Pengukuran kerapatan lamun dilakukan dengan menghitung jumlah individu lamun dalam plot transek. Kerapatan lamun adalah jumlah individu lamun per satuan luas (Brower et al. 1990).

31 Sedangkan perhitungan persentase nilai kerapatan jenis lamun dilakukan dengan menggunakan rumus: N j D j ind/m 2 A Keterangan: Kerapatan lamun pada plot transek, D, adalah : D : kerapatan jenis lamun j j D D j ind/m 2 j N j : jumlah individu lamun jenis j dalam plot transek A : luas plot transek = 1 m 2 Tabel 5. Skala Kondisi Padang Lamun berdasarkan Kerapatan Skala Kerapatan (ind/m 2 ) Kondisi 5 > 175 Sangat rapat 4 125 175 Rapat 3 75 125 Agak rapat 2 25 75 Jarang 1 < 25 Sangat jarang (Sumber: Amran 2010) Pengukuran kondisi perairan Pengukuran salinitas, temperatur dan kekeruhan dilakukan terhadap sampel air pada lokasi plot transek. Salinitas diukur dengan refraktometer, temperatur diukur dengan termometer, sedangkan derajat keasaman diukur dengan ph meter. Pengukuran kecerahan dilakukan dengan secchidisk pada kolom air dalam plot transek (Gambar 9). Secchidisk dimasukkan ke kolom air sambil diamati sampai secchidisk tidak tampak dari atas. Nilai kecerahan perairan adalah kedalaman secchidisk pada saat tidak tampak lagi dari atas.

32 Gambar 10. Pengukuran kecerahan air dengan secchidisk (Sumber: yunuzmuhammad.blogspot.com) Data hasil pengamatan akan dianalisis secara deskriptif. Pada peta sebaran padang lamun akan dikaji perubahan luas dan klasifikasinya pada tahun 2007, 2009 dan 2010 di Perairan Nusa Lembongan, Provinsi Bali. Kemudian akan dikaji kemampuan citra satelit dalam mengidentifikasi obyek dasar perairan dengan bantuan software Arc GIS. Penentuan status padang lamun didasarkan pada persentase tutupan lamun dan kondisi kerapatannya dengan menggunakan metode transek kuadrat pada setiap stasiun yang diamati untuk mengestimasi skala kondisi padang lamun yang diklasifikasikan dalam lima kategori (Tabel 4 dan Tabel 5). Untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi padang lamun dari suatu liputan citra maka perlu dilakukan suatu analisis hubungan antara nilai-nilai digital rekaman citra dengan parameter kondisi padang lamun.