PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN LUMAJANG THE INTEGRATED PLANT MANAGEMENT OF NEW SUPERIOR VARIETIES OF INPARI RICE TO SUPPORT THE ENHANCEMENT OF RICE PRODUCTION IN THE DISTRICT OF LUMAJANG P.E.R. Prahardini dan Endah Retnaningtyas BPTP Jawa Timur Jln Raya Karangploso Km 4 Malang email: per_prahardini@yahoo.co.id ABSTRACT The production of rice in Lumajang was dominated by varieties of Ciherang, IR 64 and Cibogo. In order to support the program of Enhancement of National Rice Production program it is important to use new rice varieties to increase rice productivity. The objective of this research was to know the increasing production of new superior varieties of rice using Integrated Crop Management Approach. The research was conducted in Karangsari village, Sukodono, District of Lumajang using three hectares of land area, from April to September 2011. Those new superior varieties of rice were: Inpari 1, Inpari 4, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10, 13 and Ciherang (as a comparator), while Integrated Crop Management considered the synergitic and complementary inter relationships within agronomic components and emphasized the participatory principles which consider experiences, desire and abilities of farmers as important aspects in applying a technology. The research showed that the production of new superior varieties were higher than comparator variety. The farmers responded positively and liked those new superior varieties. The respective productions of dry grain harvested were: Inpari 1 = 7.36 tons/ha, Inpari 4 = 8.32 tons/ha, Inpari 5 = 8.16 tons/ha, Inpari 6 = 8.1 ton/ha, Inpari 7 = 7, 84 tons/ha, Inpari 10 = 8.8 tons/ha, and Inpari 13 = 8.96 tons/ha, and Ciherang (comparator variety) = 6.88 tons/ha. Compared to Ciherang variety the new superior varieties of Inpari were able to increase the production around 6.52% - 23.21%. Keywords: Rice, Integrated Crop Management, new superior varieties, production PENDAHULUAN Produksi padi di Jawa Timur pada tahun 2011 2012 terjadi peningkatan dari 10.333.607 ton meningkat menjadi 14.289.948 ton (Diperta Kab. Lumajang, 2012). Kebutuhan konsumsi pangan utamanya padi/ beras masih merupakan kebutuhan yang utama di masyarakat, saat ini konsumsi beras di Jawa Timur mencapai 91,26 kg/ kapita/ tahun. 446
Juni, 2013 Kabupaten Lumajang mempunyai luas tanam 72.004 ha dengan luas panen 71.969 ha. Produktivitas padi tahun 2012 di Kab. Lumajang sebesar 6,114 ton/ha (Diperta Kab. Lumajang, 2012). Produktivitas padi masih mempunyai potensi ditingkatkan dengan menerapkan teknologi yang tepat guna. Beberapa varietas Unggul Baru Padi Inpari yang telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian mempunyai potensi produktivitas antara 7,32 10 ton/ha (Suprihatno dkk, 2010). Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produktivitas padi dilakukan melalui introduksi varietas unggul baru dengan produktivitas tinggi yang dibudidayakan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Melalui pendekatan PTT dengan mempertimbangkan hubungan sinergis dan komplementer antar komponen dan menekankan pada prinsip partisipatif yang menempatkan pengalaman, keinginan dan kemampuan petani pada posisi penting dalam menerapkan suatu teknologi (Badan Litbang Pertanian, 2007). Pengelolaan Tanaman Terpadu menurut Kasijadi, dkk (2010), merupakan pendekatan untuk menghasilkan rakitan teknologo spesifik lokasi dalam pengelolaan lahan, air, tanaman dan OPT secara terpadu dan menjamin keberlanjutan kelestarian lingkungan. Lebih lanjut telah dijelaskan bahwa komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu terdiri dari komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar antara lain: Varietas Unggul Baru (VUB), bibit bermutu dan sehat, pemberian Pupuk Organik, pemupukan efisien mengacu BWD, PUTS dan data analisa tanah, sedangkan teknologi pilihan meliputi cara tanam, tanam bibit muda/ umur bibit, irigasi berselang penggunaan pupuk cair dan penanganan panen dan pasca panen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan produksi varietas unggul baru padi Inpari dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada MK II pada bulan Mei September tahun 2011 di desa Karangsari Kecamatan Sukodono kabupaten Lumajang di lahan sawah irigasi seluas + 3 ha dengan melibatkan 6 petani kooperator. Bahan yang digunakan meliputi Varietas unggul Baru Padi Inpari 1, Inpari 4, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10 dan Inpari 13 dari UPBS BPTP Jawa Timur; pupuk Urea, dan Phonska, serta pestisida. Pada awal kegiatan pengkajian dilakukan analisis KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang) yang mengikutsertakan anggota kelompok secara partisipatif. Hasil analisis KKP disusunlah Komponen teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Disamping itu juga dilakukan analisa tanah dengan menggunakan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) untuk mengetahui status hara tanah. Pengamatan meliputi kondisi eksisting lahan, pengamatan pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun. Pengamatan komponen hasil meliputi: bobot per 1000 biji yang diamati saat panen. Pengamatan hasil tanaman (ton/ha) didasarkan dari penghitungan hasil ubinan ( 2,5m x 2,5m). Pengumpulan data 447
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan petani/ kelompok tani secara aktif dan penyuluh lapang. Data pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Respon petani dicatat untuk mengetahui kesukaan varietas unggul baru. Disamping itu juga dianalisis kelayakan finansial menggunakan pendekatan sebagai berikut: a = R/C Keterangan : (R = Py.Y; C = FC + VC; a = (Py.Y) : (FC + VC) R = penerimaan; Py = harga output; Y = output; ; C = biaya; FC = biaya tetap (fixed cost); VC = biaya variabel (variable cost) (Soekartawi, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Lahan Padi ditanam di lahan sawah irigasi pada MK II, pola tanam di lahan sawah adalah padi padi padi. Luas hamparan sawah di lokasi penelitian seluas + 30 ha.. Hasil analisis tanah di lahan penelitian menggunakan analisis PUTS (Balai Penelitian Tanah, 2007), hasil analisa PUTS menunjukkan bahwa kandungan N = rendah, Kandungan P = sedang dan kandungan K = rendah. Unsur K dapat diperoleh dari dekomposisi jerami, hasil analisis menunjukkan K rendah karena semua jerami diambil untuk pakan ternak dan tidak ada yang dikembalikan ke lahan sawah. Perbaikan teknologi melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi antara lain 1). Penggunaan varietas unggul atau berdaya hasil tinggi, (2). Penggunaan benih bersertifikat, (3). Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi, (4). Penggunaan kompos bahan organik atau pupuk kandang, (5). Pengendalian gulma dan hama penyakit terpadu (Tabel 1). Secara prinsip tujuan pengembangan PTT padi adalah untuk : (1), Peningkatan produktivitas, (2) Peningkatan nilai ekonomi/keuntungan usaha tani melalui efisiensi input dan (3) Melestarikan sumberdaya untuk keberlanjutan sistem produksi. Pendekatan PTT padi mengacu kepada keterpaduan teknologi dan sumberdaya setempat yang dapat menghasilkan efek sinergis dan efisiensi yang tinggi, sebagai wahana pengelolaan tanaman dan sumber daya spesifik lokasi (BPTP Jatim, 2009). Tabel 1. Paket Teknologi PTT Padi di Lokasi Demfarm Uraian Non PTT PTT 1. Varietas : Ciherang, IR-64 Inpari 1, Inpari 4, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10 dan Inpari 13 2. Pengolahan tanah : 2 kali bajak + 2 kali garu (waktu : 1 bulan) 448 2 kali bajak + 2 kali garu (waktu : 1 bulan)
Juni, 2013 3. Pemakaian pupuk - jerami untuk pakan ternak. 2.000 kg/ ha. organik 4. Umur bibit 21-25 (jika terlalu muda 21-22 hari disukai keong mas). 5. Kebutuhan benih 40 kg/ha (inbrida) 25 kg (inbrida) 6. Sistem tanam 20 x 25 cm Jajar legowo (40 x 20 x 12,5) cm 7. Jumlah bibit 3-4 bibit/rumpun 2 bibit/rumpun 8. Pemupukan anorganik Phonska: 1 1,5 kw/ ha Ppk N (Urea) : 300 kg/ha 9. Pengairan Terus menerus Berselang Phonska = 250 kg/ha Urea sesuai Bagan Warna Daun P dan K sesuai Perangkat Uji Tanah Sawah 10. OPT Keong mas : manual Pemantauan OPT utama : keong mas dan wereng coklat 11. Sumber air - irigasi teknis, sungai - irigasi teknis, sungai 12. Panen - tebas - panen sendiri - panen sendiri 13. Produksi - 5,5-6 ton/ha 7 ton/ha 14. Pola tanam Padi padi - padi Padi padi padi 15. Pertemuan kelompok Satu bulan satu kali Disesuaikan dengan kegiatan lapang Varietas Unggul Baru padi Inpari mempunyai potensi hasil 7,2 12 ton/ ha dengan umur panen 103 118 hri dan tekstur pulen sangat pulen dengan ketahanan hama/ penyakit yang berbeda seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi Inpari No Varietas Potensi Hasil (t/ha) Umur panen (hari) Tekstur Ketahanan Hama/ penyakit 1 Inpari 1 10 108 Pulen T WBC 2; AT WBC 3 2 Inpari 4 8,8 115 Pulen AR WBC 1,2,3; AT HDB 3,4, AT Tungro 3 Inpari 5 7,20 115 Pulen AT WBC, 1,2,3; AT HDB, AT Tungro 4 Inpari 6 12 118 Sangat T WBC 2,3 dan T HDB 3,4,8 Pulen 5 Inpari 7 8,7 110-115 Pulen AR WBC1,2,3, AT HDB 3, AT Tungro 449
6 Inpari 10 7,0 108-116 Pulen AT WBC 1,2, AT BHD 7 Inpari 13 8,0 103 Pulen T WBC 1,2,3; AR HDB 3,4,8. T Blast 033, AT Ras 133, 073 8 Ciherang Sumber: Suprihatno, dkk, 2010 Keterangan : AR : Agak Rentan, AT : Agak tahan, T : Tahan WBC : Wereng Batang Coklat, HDB : Hawar Daun Bakteri, BHD : Bakteri Hawar Daun B. Keragaan Vegetatif dan Reproduktif Tanaman Tabel 3. Keragaan vegetatif Varietas Unggul Baru Padi Inpari No Varietas Rata-rata Tinggi tanaman (cm) Rata-rata jml Anakan Rata-rata Jumlah daun/ rumpun Paket Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) 1 Inpari 1 99,3 35,6 170,1 2 Inpari 4 86,1 30,9 92 3 Inpari 5 93,8 44,2 132,6 4 Inpari 6 76,4 44,9 134,7 5 Inpari 7 66,6 23,6 196,8 6 Inpari 10 55,8 55,6 166,8 7 Inpari 13 137,3 38,2 297,3 Paket Teknologi Non Pengelolaan Tanaman Terpadu ( Non PTT) 8 Ciherang 88,9 27,6 97 Dari Tabel 3 di atas tampak bahwa keragaan Varietas Unggul Baru Inpari 13 menunjukkan keragaan tanaman lebih tnggi dan jumlah daun yang lebih banyak, sedangkan Varietas Unggul Baru Inpari 10 jumlah anakan yang paling banyak dibandingkan varietas unggul baru Inpari yang lain. Tabel 4. Keragaan Reproduktif dan Hasil panen Varietas Unggul Baru Padi Inpari No Varietas Jumlah gabah isi/ Jumlah gabah hampa/ Bobot 1000 butir Berat Ubinan kg (2,5 m Konversi ton/ha GKP malai malai (gram) x 2,5 m) 1 Inpari 1 157 12 27,12 4,6 7,36 450
Juni, 2013 No Varietas Jumlah gabah isi/ malai Jumlah gabah hampa/ malai Bobot 1000 butir (gram) Berat Ubinan kg (2,5 m x 2,5 m) Konversi ton/ha GKP 2 Inpari 4 153 13 28,92 5,2 8,32 3 Inpari 5 151 14 27,1 5,1 8,16 4 Inpari 6 157 18 28.24 5,1 8,1 5 Inpari 7 168 9 27,14 4,9 7,84 6 Inpari 10 142 18 26,11 5,5 8,8 7 Inpari 13 192 12 29.09 5,6 8,96 8 Ciherang 143 12 26,21 4,3 6,88 Dari Tabel 4 tampak bahwa semua varietas unggul baru padi Inpari memberikan hasil Gabah Kering Panen yang lebih tinggi dari Varietas Ciherang Tabel 5 Respon Petani dan Peningkatan Produksi Varietas Unggul Baru Padi Inpari No Varietas Peningkatan Respon Petani Produksi (%) 1 Inpari 1 6,98 Petani suka, produksi tinggi 2 Inpari 4 20,93 Petani suka, pertumbuhannya tinggi, produksi tinggi 3 Inpari 5 18,60 Petani suka, produksi tinggi 4 Inpari 6 17,73 Petani suka, jumlah anakan banyak, produksi tinggi. rasa nasi pulen 5 Inpari 7 13,95 Petani suka, produksi tinggi, tahan hama WBC 6 Inpari 10 27,91 Petani suka, jumlah anakan bamyak 7 Inpari 13 30.23 Petani suka, pertumbuhan tinggi, anakan banyak, produksi tinggi, tahan hama WBC 8 Ciherang Pembanding Petani suka, tapi tidak tahan WBC Varietas yang mendapatkan respon tinggi dan disukai oleh petani adalah VUB padi varietas Inpari 13 karena memiliki pertumbuhan yang bagus dan tahan terhadap hama dan penyakit khususnya WBC dan mampu meningkatkan produksi 30,23 %, namun demikian Varietas Unggul Baru Inpari yang lain juga disukai petani dan mampu meningkatkan produksi dibandingkan varietas Ciherang yang ditanam tanpa 451
menggunakan paket teknologi PTT. Salah satu peningkatan produksi tersebut disebabkan karena cara tanam menggunakan jajar legowo dan penggunaan pupuk organik 2 ton per ha. Dengan demikian Varietas Unggul Baru Padi Inpari dan paket Pengelolaan Tanaman Terpadu dapat dikembangkan di Kab. Lumajang untuk meningkatkan produktivitas padi. C. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Berdasarkan analisis usahatani di Tabel 5 tampak bahwa penggunaan varietas unggul baru padi Inpari dengan menerapkan Pengelolaan Tanaman Terpadu menghasilkan R/C ratio terendah 2,46 dan tertinggi 3,00 demikian juga dengan penggunaan varietas Ciherang tanpa menerapkan PTT menghasilkan R/C ratio 2,51. Namun demikian R/C ratio dengan penggunaan Varietas unggul Baru Inpari 13 mampu menghasilkan R/C ratio yang lebih tinggi dari penggunaan varietas Cuherang. Sukartawi (2002) mengemukakan bahwa usahatani dengan R/C ratio lebih dari 2 maka usahatani tersebut menguntungkan dan layak diusahakan petani. Sampai saat ini petani masih banyak menanam, varietas Varietas Ciherang, dengan adanya Varietas Unggul Baru Inpari dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu yang menguntungkan berpeluang mengganti varietas Ciherang atau ditanam bergilir dengan varietas unggul baru Inpari yang mempunyai kesesuaian dengan agroekosistem secara spesifik, produksi tinggi, disukai petani dan menguntungkan yaitu menggunakan varietas unggul baru Inpari 13 dan lainnya. Tabel 5. Analisis Usahatani Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) VUB dan Non PTT Padi / ha NO Keterangan Penerapan PTT Cara Petani (Non PTT) INPUT 1 Sewa Lahan/musim tanam 4.000.000 4.000.000 2 Tenaga Kerja: Pengolahan tanah 375.000 375.000 Aplikasi pupuk organik 75.000 0 Tanam 250.000 150.000 Penyiangan 135.000 0 Pemupukan 90.000 90.000 Pemeliharaan 45.000 45.000 Panen 75.000 75.000 Pasca Panen 90.000 90.000 Pengangkutan 60.000 60.000 Jumlah 2 1.195.000 885.000 3 Benih 245.000 350.000 4 Pupuk: Organik 500.000 0 Urea 480.000 320.000 452
Juni, 2013 Phonska 345.000 345.000 Pestisida/ agensia hayati 100.000 400.000 Jumlah 4 1.425.000 1.065.000 Total Input (1+2+3+4)= 6.865.000 6.300.000 OUTPUT 4 Panen PTT VUB Padi Inpari/ ha Inpari 1 = 7,36 ton/ha 16.928.000 Inpari 4 = 8,32 19.136.000 Inpari 5 = 8,16 18.768.000 Inpari 6 = 8,1 18.630.000 Inpari 7 = 7,84 18.032.000 Inpari 10 = 8,8 20.240.000 Inpari 13 = 8,96 20.608.000 Panen Non PTT Padi/ ha): Ciherang = 6,88 15.824.000 6. R/C ratio PTT VUB Padi Inpari Inpari 1 2,46 Inpari 4 = 8,32 2,78 Inpari 5 = 8,16 2,73 Inpari 6 = 8,1 2,71 Inpari 7 = 7,84 2,62 Inpari 10 = 8,8 2,94 Inpari 13 = 8,96 3,00 R/C ratio Non PTT Padi Ciherang 2,51 D. Dampak Pelaksanaan PTT Satu tahun setelah pelaksanaan PTT dilakukan pengamatan tentang perkembangan luas tanam dan jenis varietas yang ditanam petani. Petani pelaksana PTT beralih menanam varietas Inpari 13, Inpari 4 dan Inpari 10 dari hasil panen sendiri. Sedangkan petani di luar kelompok PTT sebagian ada yang menanam var. Inpari 13 dengan membeli dari kelompok peserta PTT. Di lokasi penelitian Luas tanam yang semula 3 ha meningkat menjadi + 6 ha dan penambahan luas tanam di luar desa pengkajian. Penangkar benih padi Varietas Inpari di Kab. Lumajang perlu dipacu dan ditumbuhkan untuk menghasilkan benih varietas Unggul Baru lainnya sehingga petani mudah memperoleh benih VUB yang diperlukan. Disamping itu dampak dari kegiatan ini Pemda dalam hal ini Diperta Kabupaten Lumajang telah membina dan membentuk regu tanam Jajar Legowo dan menganjurkan petani untuk menggunakan pupuk organik sebanyak 2 ton/ ha. 453
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Paket teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu mulai diterapkan petani mulai penggunaan Varietas Unggul Baru, penggunaan pupuk organik dan tanam secara jajar legowo 2. Penggunaan Varietas Unggul Baru Padi Inpari secara keseluruhan disukai petani 3. Varietas Unggul Baru Padi Inpari 13 mampu menghasilkan Gabah Kering Panen tertinggi yaitu 8,96 ton/ha dengan peningkatan produksi sebesar 30.23% dibandingkan varietas Ciherang 4. Hasil analisis kelayakan finansial Pengelolaan Tanaman terpadu Varietas Unggul Baru Padi Inpari menguntungkan dan layak untuk dibudidayakan dengan R/C tertinggi 3,0 yang diperoleh dari Varietas Inpari 13 UCAPAN TERIMA KASIH Kelancaran pelaksanaan kegiatan ini di lapangan berkat bantuan dan kerjasama semua pihak yang terlibat, terutama petani kooperator dan teknisi lapang serta para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Yuni, SP. Bpk Hendrik, SP, MM atas pengorbanan dan bantuannya. DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta Balai Penelitian Tanah. 2007. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah sawah (Paddy Soil Test Kid) Balai Penelitian Tanah. Balai besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan pertanian, Departemen Pertanian. Diperta Kab. Lumajang. 2012. Program Pembangunan Pertanian Kab. Lumajang. Diperta Lumajang. Kasijadi, F. Suwono, Z. Arifin dan S. Purnomo. 2010. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. BPTP Jatim. 84 hal. Suprihatno. B, Aan AA, Satoto, Baehaki, Agus S. Dewi, I. Putu W, Hasil, S. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Kementrian pertanian Badan Litbang Pertanian Balai besar Penelitian padi. Sukamandi. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Hal 85-87. 454