Drs. Salman, M.Si., Apt Dr. Febriyenti, M.Si., Apt Deni Noviza, M.Si., Apt

dokumen-dokumen yang mirip
Suppositoria Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Bentuk Sediaan Obat (BSO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saluran cerna, mual, diare dan nyeri abdominal sehingga konsumen tidak

Titik Leleh dan Titik Didih

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ambeien bibir anus mengalami pembengkakan yang terkadang disertai

PENGARUH KOMBINASI BASIS POLIETILENGLIKOL 1000 DAN POLIETILENGLIKOL 4000 TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN SALISILAMIDA PADA SEDIAAN SUPOSITORIA

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA OCH2CHCH2 OCH3. 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [ ] : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi,

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd LILIN AROMATERAPI

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

Cara uji daktilitas aspal

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif

BAB I PENDAHULUAN. macam pengobatan berdasarkan pengalaman empirik secara turun temurun. Seiring

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)

OLEH PAKDE JONGKO Duraposita chemical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Metoda-Metoda Ekstraksi

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Drs. Salman, M.Si., Apt Dr. Febriyenti, M.Si., Apt Deni Noviza, M.Si., Apt

FARMASI PRAKTIS II

Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra (FI IV) Suppositoria terdiri dari zat aktif (obat) basis

Sebagai pelindung jaringan setempat Sebagai pembawa zat berkhasiat yang bersifat lokal atau sistemik Suppositoria umumnya meleleh, melunak dan melarut pada suhu tubuh.

Supositoria berasal dari bahasa latin supponere yang berasal dari kata sub dan ponere yang artinya ditempatkan di bawah. Supositoria pertama kali ditemukan oleh hipocrates pada abad ke-17. Pada tahun 1852 A.B. Taylor menemukan basis lemak coklat, kemudian pada tahun 1913 oleh B. Solomon menggunakan 3 jenis basis supositoria yaitu oleum cocao, campuran lemak, lilin dengan ol. Cacao, campuran gelatin dan gliserin.

Dapat menghindari bau dan rasa obat yang tidak enak Dapat digunakan untuk bahan-bahan obat yang inactive secara oral Dapat diberikan pada pasien yang tidak bisa menelan obat, seperti : bayi, anak-anak, lansia, pasien yang tidak sadarkan diri. Dapat memberikan efek terapi yang besar.

1. Efek lokal : Pada pengobatan : Hemorrhoids Gatal-gatal Infeksi Anestesi lokal Anti septik Adstringen Emolient

2. Efek sistemik Antimual dan muntah Anti asma Analgesik Hormon Sedatif Anti spasmolitik

1. Rektal suppositoria Yaitu suppositoria yang digunakan melalui dubur/anus, bentuknya seperti torpedo. Bobot suppositoria kalau menggunakan ol. Cacao Dewasa : 3 g Anak-anak : 2 g Sering digunakan pada pengobatan ambeien/wasir (efek Lokal) dan untuk serangan asma (efek sistemik).

2.Vagina suppositoria Yaitu suppositoria yang disisipkan ke dalam vagina, bentuknya bulat melonjong dan lebih dikenal dengan ovula. Bobotnya bila menggunakan basis ol. Cacao : 5 g Sering digunakan untuk infeksi vagina, seperti candidiasis

3. Uretra suppositoria Yaitu suppositoria yang digunakan/dimasukkan ke dalama daerah uretra. Bentuk : basilla / seperti batang panjang Untuk wanita : diameter : 5 mm, panjang : 50 mm bobotnya : 2 g Untuk pria : diameter : 5 mm, panjang : 125 mm bobotnya : 4 g

Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ; Telah mencapai kesetimbangan kristalisasi, dimana sebagian besar komponen mencair pada temperatur rectal 36 0 C, tetapi basis dengan kisaran leleh yang lebih tinggi dapat digunakan untuk campuran eutektikum, penambahan minyakminyak, balsam-balsam, serta suppositoria yang digunakan pada iklim tropis. Secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak mengiritasi pada jaringan yang peka dan jaringan yang meradang.

Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ; Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat. Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk meta stabil. Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan, sehingga dapat dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan pelumas cetakan Basis suppositoria tersebut tidak merangsang

Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ; Basis suppositoria tersebut bersifat membasahi dan mengemulsi. Angka air yang tinggi maksudnya jumlah air yang bias masuk kedalam basis tinggi. Basis suppositoria tersebut stabil pada penyimpanan, maksudnya warna, bau, dan pola penglepasan obat tidak berubah. Suppositoria dapat dibuat dengan mencetak dengan tangan, mesin, kompressi atau ekstrusi.

Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ; Jika basis tersebut berlemak, basis suppositoria memiliki persyaratan tambahan sebagai berikut : Angka asam dibawah 0,2. Angka penyabunan berkisar dari 200-245 Angka iod kurang dari 7. Interval antara titik leleh dan titik memadat kecil

Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3 kelompok yaitu : Basis berminyak atau berlemak Basis yang paling sering digunakan adalah lemak coklat karena basis ini tidak toksik, lunak, tidak reaktif dan meleleh pada suhu tubuh. Akan tetapi lemak coklat memiliki kelamahan yaitu mudah tengik, meleleh pada udara panas, menjadi cair bila dicampur dengan obat-obat tertentu dan pemanasan yang lama, trisomerasi dengan titik leleh yang lebih rendah. Selain lemak coklat basis yang lain yaitu asam-asam lemak yang dihidrogenasi dengan minyak nabati dan gliserin yang digabungkan dengan asam-asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi contohnya gliseril monostearat.

Yang perlu diperhatikan pada penggunaan ol. Cacao : Agar ol. Cacao tidak mudah meleleh maka pada pembuatan suppositoria dapat ditambahkan unguentum simplek 5 % atau cera flava 6%

Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3 kelompok yaitu : Basis larut dalam air atau bercampur dengan air Basis memiliki supositoria yang sering digunakan yaitu suppositoria gliserin yang berfungsi sebagai basis sekaligus bahan aktif, ada dua macam formula suppositoria yang terkenal yaitu : Suppositoria yang digunakan untuk katartik yaitu : Gliserin 91 g Natrium stearat 9 g Air murni 5 g Formula ini merupakan formula resmi menurut USP XX, sedangkan formula lainnya yang tidak resmi yaitu : Obat dalam air murni 10 g Gelatin 20 g Gliserin 70 g

Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3 kelompok yaitu : Basis yang merupakan campuran basis yang berlemak dan yang bercampur dengan air Basis ini umumnya berbentuk emulsi dengan tipe minyak dalam air, contohnya yaitu Polioksil 40 steara. Bahan ini menyerupai lilin, putih, kecokloat-coklatan, padat dan larut dalam air. Bisa juga digunakan polyetilenglikol (PEG)

Tiga metode yang digunakan dalam pembuatan suppositoria adalah mencetak dengan tangan/cara gulung,, mencetak tuang dan kompressi pada suatu pres tablet regular

Mencetak dengan tangan Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahn-bahan aktif dengan menggunakan lumpang dan mortar, sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan

Mencetak tuang Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlabihan, kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel

Mesin Pencetak otomatis Sama proses diatas tetapi menggunakan mesin secara otomatis melakukan semuanya.

Pada metode cetak tuang, maka sebelum proses pencetakan maka harus dilakukan kalibrasi dari cetakan. Cara mengkalibrasi cetakan : buat basis suppositoria, masukkan ke dalam cetakan, biarkan dingin kemudian keluarkan hasil cetakan. Timbang berat satu suppositoria.

Jumlah basis yang diganti oleh bahan aktif dalam formulasi suppositoria dapat dihitung, dengan menggunakan factor pengganti dimana f dapat dihitung dengan persamaan berikut : 100( E G) F 1 ( G)( X ) Keterangan : E = bobot basis suppositoria murni G = bobot suppositoria dengan bahan aktif X%

Contoh perhitungan : Berat suppositoria yang akan dibuat adalah 3 gr yang mengandung aminofillin 0,5 g akan dibuat sebanyak 12 buah, hitunglah lemak coklat yang dibutuhkan. Jawaban : Diperlukan : 12 x 0,5 g = 6 g aminofillin Berat suppositoria 12 x 3 g = 36 g. Nilai tukar aminofilin adalah : 6 g x 0,86 = 5,16 g Jadi lemak coklat yang diperlukan adalah: 36 g 5,16 g = 30,84 g

1. Mempersiapkan alat cetak 2. Mempersiapkan basis 3. Mempersiapkan zat aktif 4. Pencampuran dan pengisian kedalam alat cetak 5. Pendinginan dan pengemasan

1. Penampilan 2. Keseragaman bobot 3. Penentuan jarak leleh 4. Uji waktu melunak 5. Waktu hancur 6. Penetapan kadar 7. Uji disolusi

Rektal suppositoria harus berbentuk torpedo, permukaannya mulus, dan apabila dipotong memanjang maka campuran dari basis dan bahan obatnya homogen (tidak ada bercakbercak)

Alat cetak yang baik harus memiliki variasi volume antar ruang cetak tidak lebih dari 2% Variasi bobot antar suppositoria tidak boleh lebih dari 5% Farmakope Jerman dan rusia : ± 5% dari bobot rata-ratanya

Ada 2 jenis uji jarak leleh : 1. Uji kisaran leleh MAKRO : suatu ukuran waktu yang diperlukan suppositoria untuk melelh sempurna bila dicelupkan dalam penangas air dengan temperatur tetap (37 C) 2. Uji kisaran leleh MIKRO : suatu kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler (hanya untuk basis lemak) ALAT YANG DIGUNAKAN : ALAT DESINTEGRASI TABLET USP

Adalah waktu yang dibutuhkan suppositoria untuk mencair dalam alat yang disesuaikan dengan kondisi in vivo. Suatu pipa selopan (membran semi permeable) diikat pada kedua ujung kondensor dengan masing-masing ujungnya terbuka. Air suhu 37 C dialirkan melalui kondensor sehingga separuh bagian bawah pipa kempis dan bagian atad membuka. Bila temperatur air dibuat 37 C maka suppositoria akan meleleh dan bergerak turun sampai batas tertentu, dan waktu yang dibutuhkan suppositoria untuk bergerak turun dinamakan waktu melunak/waktu melelh

Dinamakan juga uji kerapuhan suppositoria

Sesuai dengan monografi masing-masing zat aktif

Sama dengan uji disolusi masing-masing monografi zat aktif hanya dengan sedikit modifikasi.

1. Cara pemakaian 2. Cara penyimpanan 3. Kapan digunakan