BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk
|
|
- Siska Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat. Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus dikembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industry. Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat. Berbagai macam bentuk sediaan obat memiliki kekurangan, salah satu diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar. Dalam perkembangan kefarmasian banyak produk obat yang sediaannya di buat beragam, khususnnya untuk menarik perhatian dari 1
2 masyarakat untuk mengonsumsi obat tersebut, macam-macam sediaan obat yaitu serbuk, kapsul,tablet, pil, emulsi, sirup, dan supositoria. Dalam percobaan ini kami membuat sediaan obat berupa suppositoria, yaitu suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan cara memasukkan kedalam lubang atau celah dalam tubuh dimana ia akan melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik (Ansel, 576). I.2 Maksud Percobaan Membuat sediaan suppositoria yang memenuhi standar dan disyaratkan untuk menghasilkan sediaan yang baik. I.3 Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk membuat sediaan suppositoria yang memenuhi standar yang disyaratkan untuk menghasilkan sediaan yang baik. 2
3 II.1 II.1.1 II.1.2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Umum Pengertian Serbuk Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh (Dirjen POM, 1979). Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina dan uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh (Dirjen POM, 1995). Jadi, suppositoria dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat. Keuntungan dan Kerugian Suppositoria a. Keuntungan suppositoria (Ansel, 578) 1. Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan 2. Obat yang dirusak atau dibuat tidak aktif oleh ph atau aktivitas enzim dari lambung atau usus tidak perlu dibawa atau masuk ke dalam lingkungan yang merusak. 3. Obat yang dirusak dalam sirkulasi portal, dapat tidak melewati hati setelah diabsorpsi pada rectum. 4. Dapat digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat. 5. Cara yang efektif dalam perawatan pasien yang juga muntah. b. Kerugian suppositoria 1. Dosis obat yang melalui rectum mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada yang dipakai secara oral tergantung dari 3
4 II.1.3 II.1.4 faktor-faktor fisiologis untuk diabsorpsi dan sifat basis supositoria yang dimaksudkan untuk obat-obat sistemik. Efek lokal umumnya terjadi dengan bentuk/waktu setengah jam sampai sedikit 4 jam. 2. Cara pemakaian untuk basis PEG harus dicelupkan terlebih dahulu ke dalam air sebelum dipakai karena dapat menimbulkan iritasi. Basis-Basis Suppositoria 1. Minyak Cokelat (Minyak Theobroma) Minyak cokelat merupakan basis supositoria yang paling banyak digunakan, minyak cokelat seringkali digunakan dalam resep-resep pencampuran bahan-bahan obat bila basisnya tidak dinyatakan apa-apa. Sebagian besar sifat minyak cokelat memenuhi persyaratan basis ideal, karena minyak ini tidak berbahaya, lunak dan tidak reaktif, serta meleleh pada temperatur tubuh (Lachman, 1168) 2. Polietilenglikol PEG memiliki kelarutan dalam air, higroskopisitas dan tekanan uapnya berkurang dengan meningkatnya bobot molekul rata-rata. Beberapa kombinasi PEG telah disiapkan untuk basis supositoria dengan karakteristik fisika yang berbeda-beda. PEG dapat dibuat dengan metode pencetakan maupun metode kompresi dingin (Lachman, 1168). 3. Gliserin Gelatin Supositoria gelatin yang mengandung gliserin tidak mencair pada temperatur tubuh, tetapi agak larut dalam sekresi lubang tubuh dimana supositoria dimasukkan. Supositoria gelatin yang mengandung gliserin membantu pertumbuhan bakteri atau jamur (Lachman, 1168). Syarat-Syarat Basis yang Ideal 4
5 II.1.5 II.2 Adapun syarat-syarat basis supositoria yang ideal yaitu (Voight, ): a) Secara fisiologis netral (tidak menimbulkan rangsangan pada usus) b) Secara kimia netral (tidak tersatukan dengan bahan obat) c) Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak stabil) d) Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku e) Interval yang rendah antara titik lebur mengalir dan titik lebur jernih Metode Pembuatan Suppositoria 1. Pembuatan dengan cara mencetak Pertama melebur basis, mencampurkan bahan obat yang diinginkan, menuang hasil leburan ke dalam cetakan, membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental menjadi supositoria dan melepaskan supositoria dengan oleum cacao, gelatin gliserin, PEG dan banyak basis supositoria lainnya yang cocok dibuat dengan cara mencetak (Ansel, 585). 2. Pembuatan dengan cara kompresi Supositoria dapat juga dibuat dengan menekan massa yang terdiri dari campuran basis dengan bahan obatnya dalam cetakan khusus memakai alat/mesin pembuat supositoria (Ansel, 585). 3. Pembuatan secara menggulung dan membentuk dengan tangan Dengan terdapatnya cetakan supositoria dalam macam-macam ukuran dan bentuk, pengolahan supositoria dengan tangan oleh ahli farmasi sekarang rasanya hampir tidak pernah dilakukan. Namun demikian membuat supositoria dengan tangan merupakan bagian dari sejarah seni para ahli farmasi (Ansel, 585). Rancangan Formula Tiap suppositoria 2 g mengandung: Bisakodil 10 mg Cera flava 5 % α tokoferol 0,05 % 5
6 II.3 II.3.1 Oleum cacao qs Alasan Penambahan Alasan formulasi Supositoria adalah suatu bentuk sediaan pada yang pemakaiannya dengan cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh. Dimana ia akan melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik (Ansel, 576). Supositoria rectal dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakan untuk menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, iritasi, rasa gatal dan radang sehubungan dengan wasir atau kondisi anorektal lainnya (Ansel, 578). Salah satu zat aktid yang digunakan untuk supositoria rectal yaitu bisakodil. Bisakodil tersedia sebagai tablet enteric dan supositoria. Bisakodil digunakan sebagai bahan aktif yang berguna untuk mengatasi konstipasi. Secara penggunaan oral, kerja bisakodil timbul dalam waktu 6-12 jam dan seperempat sampai satu jam setelah pemberian rectal. Pada pemberian oral bisakodil diabsorbsi kira-kira 5% dan diekskresi bersama urin. Ekskresi bisakodil terutama dalam tinja (Farmakologi dan Terapi, 529). Efek sistemik bisakodil belum pernah dilaporkan, tetapi bisakodil mempunyai efek lokal (Farmakologi dan Terapi, 529; Ansel 593). Obat-obat yang dimaksudkan untuk efek lokal umumnya tidak diabsorbsi, misalnya obat-obat untuk wasir, analgetik lokal dan antiseptic. Basis-basis yang digunakan untuk obat-obat ini sebenarnya tidak diabsorbsi, lambat meleleh dan lambat melepaskan obat, berbeda dengan basis supositoria yang dimaksudkan untuk obat-obat sistemik. Efek lokal umumnya terjadi dalam waktu setengah jam sampai paling sedikit 4 jam (Lachman, 1186). Basis supositoria yang digunakan memberikan pengaruh pada penglepasan zat aktif yang terdapat di dalamnya. Sedangkan oleum 6
7 II.3.2 cacao dengan cepat mencair pada suhu tubuh oleh karena tidak bercampur dengan cairan tubuh, ia tidak dapat secara langsung melepaskan obat yang larut dalam lemak (Ansel, 580). Metode cetak tuang merupakan metode yang paling umum digunakan untuk membuat supositoria skala kecil dan skala besar. Dengan mengunakan panas sekecil mungkin, basis supositoria yang telah ditimbang dilebur diatas penangas air karena biasanya tidak membutuhkan panas yang terlalu tinggi. Kemudian bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya. Akhirnya massa dituang ke dalam cetakan yang telah diberi pelumas (Ansel, 590; Lachman, 1180). Alasan penambahan zat tambahan 1. Oleum cacao Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, karena pada dasarnya oleum cacao termasuk dalam kelompok ini. Oleum cacao meleleh antara C, merupakan basis supositoria yang idel, yang dapat melumer pada suhu tubuh tapi tetap dapat bertahan sebagai bentuk padat pada suhu kamar biasa (Lachman, 582). Dibandingkan dengan basis supositoria yang lain, oleum cacao merupakan basis yang paling ideal. Gliserin bersifat higroskopik yang dapat menimbulkan efek iritasi pada permukaan mukosa. Supositoria gelatin yang mengandung gliserin membantu pertumbuuhan bakteri atau jamur dan sering kali digunakan dalam supositoria vaginal. Sedangkan basis supositoria PEG, tidak mengandung air sehingga dapat menimbulkan iritasi. Iritasi atau rasa menggigit ini disebabkan penarikan air dari mukosa (Lachman, ; Ansel, 595). 2. Cera flava Cera flava digunakan untuk mengurangi kerapuhan dari oleum cacao dan untuk meningkatkan titik lebur supositoria. Jika 7
8 dibandingkan dengan cera alba, cera alba juga sering digunakan untuk meningkatkan titik lebur supositoria, umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun dan tidak mengiritasi namun kadang dapat menyebabkan hipersensitivitas (Excipien, 780). 3. α tokoferol α tokoferol atau vitamin E bekerja sebagai antioksidan yang melindungi asam lemak tak jenuh terhadap oksidasi. Apabila α tokoferol mengalami oksidasi, akan terjadi perubahan warna. Jika dibandingkan dengan antioksidan lainnya seperti butyl hidroksi anisol dan butyl hidroksi toluene, kedua bahan tersebut juga sering digunakan sebagai antioksidan namun butyl hidroksi anisol dapat mengakibatkan iritasi pada mata dan kulit. Selain itu pada pemanasan butyl hidroksi anisol akan mengeluarkan asap beracun. Sedangkan butyl hidroksi toluene, jika mengalami oksidasi akan menyebabkan kebakaran dan pada pemanasan butyl hidroksi toluene akan mengeluarkan gas iso butane yang bersifat mudah terbakar (Excipient, 76-78). II.4 Uraian Bahan 1. Bisakodil supositoria (FI IV, 155; Anderson, 563) Nama resmi : Bisakodil Suppositoria Nama lain : Suppositoria bisakodil RM/BM : C 22 H 19 NO 4 /361,4 Rumus struktur : 8
9 Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hampir putih, terutama terdiri dari partikel dengan diameter terpanjang lebih kecil dari 50 qm Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform dan dalam benzene, agak sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, sukar larut dalam eter Stabilitas : suppositoria dan tablet salut enteric harus disimpan pada suhu kurang dari 30 C Inkompatibilitas : antasida atau susu dapat melarutkan lapisan enteric oral tablet bisakodil, menyebabkan pelepasan obat dilambung dan iritasi lambung Kegunaan : Sebagai zat aktif Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 30 Dosis : 5 mg 10 mg 2. Alfa tokoferol (FI IV, 798; Excipient, 31-32) Nama resmi : Alpha Tocopherol Nama lain : Alfa tokoferol, Vitamin E RM/BM : C 19 H 50 O 2 /430,72 Rumus struktur : Pemerian : praktis tidak berbau dan tidak berasa. Bentuk alfa tokoferol dan alfa tokoferol asetat berupa minyak nabati kental jernih, warna kuning atau kuning 9
10 kehijauan. D-alfa tokoferol asetat dapat berbentuk padat pada suhu dingin. Alfa tokoferol asam suksinat berupa serbuk warna putih Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dapat bercampur dengan eter, dengan aseton, dengan minyak nabati dan dengan kloroform Stabilitas : tokoferol teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer, produk oksidasi meliputi tokoferil, tokoferil kuinon dan tokoferol hydroquinone serta dimer dan trimer. Tokoferol ester yang lebih stabil untuk oksidasi dari tokoferol bebas tetapi kurang efektif sebagai anti oksidan. Tokoferol harus disimpan dalam gas inert, dalam wadah kedap udara, ditempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya Inkompatibilitas : tokoferol tidak kompatibel dengan peroksida dan ion logam, terutama zat besi, tembaga dan perak. Tokoferol dapat diserap ke dalam plastik Kegunaan : Sebagai antioksidan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Konsentrasi : 0,001-0,05% 3. Cera flava ( FI IV, ; Excipient, 781) Nama resmi : Cera flava Nama lain : Malam kuning RM/BM : C 19 H 50 O 2 /430,72 Rumus struktur : - Pemerian : padatan berwarna kuning sampai cokelat keabuan, berbau enak seperti madu. Agak rapuh bila dingin dan bila patah membentuk granul, patahan non 10
11 hablur menjadi lunak oleh suhu tangan. Bobot jenis lebih kurang 0,95 Kelarutan : tidak larut dala air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan sebagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam kuning. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Larut sebagian dalam benzene dan karbon disulfide dingin, pada suhu lebih kurang 30 C larut sempurna dalam benzene dan karbon disulfida Stabilitas : ketika lilin dipanaskan di atas 150 C, esterifikasi terjadi dengan akibat penurunan nilai asam dan elevasi titik lebur. Lilin kuning stabil bila disimpan dalam wadah yang tertutup, terlindung dari cahaya Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan oksidator Kegunaan : Sebagai bahan pengeras Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Konsentrasi : 5-20% 4. Oleum cacao (FI III, 453; Excipient, 725) Nama resmi : Oleum cacao Nama lain : Lemak cokelat Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa khas lemak, agak rapuh Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P Stabilitas : pemanasan oleum cacao lebih dari 36 C selama persiapan supositoria dapat mengakibatkan 11
12 Kegunaan Penyimpanan penurunan titik pemadatan karena pembentukan kristal meta stabil, hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam pengaturan supositoria. Oleum cacao harus disimpan pada temperatur tidak lebih dari 25 C : Sebagai basis : harus disimpan pda temperatur tidak lebih dari 25 C III.1 III.2 BAB III METODE KERJA Alat yang Digunakan 1. Batang Pengaduk 2. Cawan Porselin 3. Cetakan supositoria 4. Lumpang dan Alu 5. Neraca Analitik 6. Penangas air 7. Sendok Tanduk 8. Sudip Bahan yang Digunakan 12
13 III.3 III.5 1. α tokoferol 2. Bisakodil 3. Cera flava 4. Oleum cacao Perhitungan Bahan v Untuk 1 supositoria 2 5 suppo Bisakodil 10 mg 0,01 g x 5 = 0,05 g Nilai tukar = 0,7 x 0,05 g = 0,035 g Bobot supo 2 g = 2 g x 5 = 10 g Ditambahkan 10% = x 10 g = 1 g Jadi bobot supositoria = 10 g + 1 g = 11 g Cera flava 5% = x 11 g = 0,55 g Alfa tokoferol = x 11 g = 0,0055 g = 5,5 mg 1 kapsul = 100 iu 1 mg = 1,49 iu 1 kapsul = x 1 mg = 67,11 mg = x 4 ml caster oil = 0,3278 Jadi alfa tokoferol yang ditambahkan = 0,3278 ml Oleum cacao = 11 (0, ,55 + 0,0055) g = 11 0,5905 g = 10,4095 g Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Ditimbang bisakodil 10 mg 3. Dilakukan kalibrasi cetakan 4. Dilebur cera flava pada suhu 60 C menggunakan penangas air 5. Dimasukkan cera flava kedalam oleum cacao, lalu dilebur pada suhu 30 C 13
14 6. Diaduk menggunakan batang pengaduk 7. Ditambahkan bisakodil, diaduk sampai homogeny 8. Dicampurkan alfa tokoferol hingga homogen 9. Dituangkan ke dalam cetakan 10. Dimasukkan ke dalam lemari pendingin 11. Dikeluarkan dan dikemas dalam aluminium foil 12. Dimasukkan ke dalam kemasan 13. Diberi etiket dan brosur IV.1 Hasil Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Masukkan gambar yang sudah torang seduh digelas aaaaaa IV.2 Pembahasan 14
15 Serbuk adalah bentuk sediaan yang paling sederhana yang merupakan dasar awal dari bentuk sediaan seperti tablet, kapsul, dan sebagainya (Modul penuntun praktikum tekhnologi sediaan padat. 2014).Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan (Anief, 1993). Pada percobaan ini, dilakukan formulasi tentang serbuk efflorescen dengan zat aktif kafein. Dimana serbuk efloresen adalah adalah zat-zat yang berbentuk kristal dapat menjadi serbuk dan membebaskan kristal air. Salah satu penanganan dalam serbuk efloresen ini adalah diatasi dengan penambahan garam-garam anhidrat. Dimana garam-garam anhidrat, atau cenderung menyerap kelembaban dari udara. Dalam pemilihan zat-zat tambahan yang akan digunakan dalam formulasi, ditinjau dari berbagai aspek. Diantaranya yaitu kelarutan, inkom dari setiap bahan, kestabilan dan bahan-bahan yang cocok. Rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan pertimbangan kriteria fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan obat dan bahan-bahan farmasetik yang akan digunakan dalam membuat produk tersebut. Obat dan bahan-bahan farmasetik digunakan harus tercampur satu dengan yang lainnya, untuk menghasilkan suatu produk obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan aman (Ansel, 2008). Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang masing-masing bahan yang akan digunakan yaitu untuk 1 batch atau untuk 5 sachet diperlukan kafein 0,5 g, Aspartam 0,2 g, Na Benzoat 0,004 gr, dan dextrin 19,296 g. Selanjutnya dimasukkan kafein sitrat kedalam lumpang. Dimana kafein sitrat ini merupakan pencampuran antara kafein dengan asam sitrat yang telah digerus homogen. Setelah itu digerus aspartam sebagai pemanis, dan digerus sampai homogen. Penggunaan aspartam sebagai pemanis karena aspartam merupakan material yang tidak toksik, dan memiliki tingkat kemanisan 15
16 kali lebih manis dari sukrosa, serta tidak ada kepahitan atau tidak meninggalkan residu (Excipient, hal 48). Kemudian aspartam dimasukkan kedalam toples dan ditambahkan Na Benzoat sebagai pengawet dalam sediaan ini. Tujuan ditambahkan pengawet dalam sediaan adalah untuk mengetahui expared date dari suatu sediaan. Selain itu juga pengawet digunakan, untuk mencegah tumbuhnya mikroba dalam suatu sediaan ( Ansel, 2008). Langkah selanjutnya digerus dextrin sebagai pengisi. Selain sebagai pengisi, dextrin juga digunakan sebagai pengering serbuk. Pengisi ini digunakan sebagai zat tambahan dan mencukupkan bobot dalam suatu sediaan. Dimasukkan dextrin kedalam toples yang berisi aspartam dan na benzoat, dicampurkan sampai merata. Kemudian semua bahan dimasukkan kedalam lumpang yang berisi kafein sitrat. Semua bahan yang telah dimasukkan kedalam lumpang tadi, diatmbahkan wild cherry sebagai perasa. Lalu digerus hingga homogen, kemudian diayak serbuk yang digerus. Dimasukkan kedalam sachet dan diberi etiket dan brosur. Setelah dievaluasi kelarutannya, ternyata dengan kombinasi coffein dengan asam sitrat, sediaan ini lebih cepat larut. Karena asam sitrat memiliki kelarutan yang sangat mudah larut dalam air. Adapun sediaan ini, diindikasikan sebagai algesik atau pereda rasa sakit, perangsang jantung dan meningkatkan produksi urin. Serta pembangkit stamina dan menghilangkan rasa lelah. Dimana kafein sitrat merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik. 16
17 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan serbuk efflorescent adalah adalah zat-zat yang berbentuk kristal dapat menjadi serbuk dan membebaskan kristal air. Yang dapat diatasi dengan penambahan garam-garam anhidrat. Kombinasi antara kafein dengan asam 17
18 sitrat, lebih mudah larut dalam air dan diindikasikan untuk menghilangkan rasa letih. V.2 Saran Diharapkan kepada seluruh praktikan untuk lebih lebih memperhatikan dan lebih mempelajari rancangan formula, agar dapat menghasilkan sediaan yang baik. 18
Drs. Salman, M.Si., Apt Dr. Febriyenti, M.Si., Apt Deni Noviza, M.Si., Apt
Drs. Salman, M.Si., Apt Dr. Febriyenti, M.Si., Apt Deni Noviza, M.Si., Apt FARMASI PRAKTIS II Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau
Lebih terperinciSuppositoria Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt
Suppositoria Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt Suppositoria merupakan sediaan padat yang ditujukan untuk dimasukkan dalam lubang tubuh dimana sediaan akan
Lebih terperinciA. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%
A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :
Lebih terperinciGEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)
GEL Uji gel a. Viskositas Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.
Lebih terperinciKode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets
I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah
Lebih terperinciDalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.
Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga
Lebih terperinciPot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel
Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari
Lebih terperinciBentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt
Bentuk-bentuk Sediaan Obat Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk sediaan obat 1. Sediaan Padat 2. Sediaan Setengah Padat 3. Sediaan Cair 4. Sediaan Gas Sediaan Padat Sediaan Padat 1. Pulvis/Pulveres/Serbuk
Lebih terperinciSIRUP. Universitas Gadjah Mada
SIRUP Sirup : adalah larutan dalam air dan gula/pengganti gula yang kental, dengan atau tanpa penambahan flavoring agent atau obat. Sirup yang mengandung flavoring agent tetapi tanpa obat disebut: nonmedicated
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saluran cerna, mual, diare dan nyeri abdominal sehingga konsumen tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asam mefenamat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) yang banyak digunakan oleh para pemakai, namun senyawa ini juga memiliki efek samping yang merugikan
Lebih terperincioleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;
BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya
Lebih terperinciFORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL
Minggu, 06 Oktober 2013 FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Formulasi
Lebih terperinciUJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO
UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO Sriwidodo, Boesro Soebagio, Ricki Maranata S Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinciTINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI
TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI Oleh NUR ASNI K100050249 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2009
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 PERCOBAAN VIII PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK PADAT DENGAN REKRISTALISASI Tanggal Praktikum : 4 Maret 2014 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2014 Disusun
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011
Lebih terperinciDesain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)
Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis
Lebih terperinciAg2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku
Ag2SO4 Warna dan bentuk: serbuk putih BM: 311.8 Titik leleh (derajat C) : tidak ada Titik didih: 1085 C Tekanan uap: tidak berlaku Specific gravity: 5.45 Kelarutan dalam air: 0.57g/100 cc (0 C) Bahaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan
Lebih terperinciII.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim
II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim (Faradiba, 2013) - Krim dengan zat pengemulsi nonionik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. Obat ini dapat menyebabkan masalah gastrointestinal
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Ilham Niawan
SEDIAAN OBAT Namira Ilham Niawan Saputra Fossa Sacci Lacrimalis 201110410311156 Orbita Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Tahun Akademi 2011/2012 KATA PENGANTAR Puji
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN
PENGARUH KONSENTRASI MALAM PUTIH ( Cera Alba ) PADA SUPPOSITORIA BASIS LEMAK COKLAT ( Oleum Cacao ) TERHADAP LAJU DISOLUSI PARASETAMOL Faesol Amin, Ika Yuni Astuti, Indri Hapsari Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana praformulasi injeksi Difenhidramin HCl? Bagaimana formulasi injeksi Difenhidramin HCl?
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
Lebih terperincibentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan
Lebih terperinciSedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi
BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi
Lebih terperinciPENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN
PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam
Lebih terperinciFARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT
FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Valerius Cordus (1515-1544) Dispensatorium Cikal bakal Farmakope KETENTUAN UMUM Buku resmi yang ditetapkan secara hukum Isi : - Standardisasi obat-obat
Lebih terperinciTablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)
Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
Lebih terperinciSERBUK F A R M A S E T I K D A S A R
SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R DEFENISI Serbuk adalah campuran obat atau bahan kimia yang halus terbagi-bagi dalam bentuk kering ( FI III). Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu zat ada yang dapat larut dalam dua pelarut yang berbeda, dalam pelarut polar dan pelarut non polar. Dalam praktikum ini akan diamati kelarutan suatu zat dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Lebih terperinciDESAIN SEDIAAN FARMASI
1 DESAIN SEDIAAN FARMASI Prinsip-prinsip Variasi sediaan farmasi Aspek-aspek yang perlu diperhatikan PENDAHULUAN Identitas produk, efikasi, dan kemurnian merupakan kriteria penting untuk pengobatan Investigasi
Lebih terperinciBentuk Sediaan Obat (BSO)
Bentuk Sediaan Obat (BSO) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan BSO 1. Obat, misal : rasanya pahit :kapsul atau emulsi dapat dirusak oleh asam lambung : injeksi atau suppositoria. 2. Penderita, Misal:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008
OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Larutan adalah campuran homogeny yang disiapkan dengan melarutkan zat padat, zat cair, gas dalam cairan lain.salah satunya yaitu sirup. Sirup adalah cairan berkadar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Sirup dalah bentuk sediaan cair yang mengandung Saccharosa atau gula. Konsistensi sirup kental kadar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Sirup dalah bentuk sediaan cair yang mengandung Saccharosa atau gula. Konsistensi sirup kental kadar Saccharosa yang tinggi, yaitu 64,0-66,0%. Pada sirup dengan
Lebih terperinciASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT
ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia
Lebih terperinciBAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. Di sekitar kita terdapat bermacam-macam benda, antara
Lebih terperinciLaporan Praktik Ilmu Resep Kelas XII
Laporan Praktik Ilmu Resep Kelas XII DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI. ii LATAR BELAKANG. iii a. Maksud.. iv b. Tujuan v RESEP 1 DAN 2. 1 11 RESEP 3 DAN 4. 12 23 RESEP 5 DAN 6.
Lebih terperinciI. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN
Pembawa, Syarat dan Evaluasi Obat Suntik Oleh : Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS
Lebih terperinciReaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3
Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan
Lebih terperinciREAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur
Lebih terperinciPENGARUH KOMBINASI BASIS POLIETILENGLIKOL 1000 DAN POLIETILENGLIKOL 4000 TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN SALISILAMIDA PADA SEDIAAN SUPOSITORIA
PENGARUH KOMBINASI BASIS POLIETILENGLIKOL 1000 DAN POLIETILENGLIKOL 4000 TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN SALISILAMIDA PADA SEDIAAN SUPOSITORIA SKRIPSI Oleh: RAHMAWATI K100040161 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciDisolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh
Lebih terperinciProses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)
Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciLemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9
LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penemuan obat baru telah banyak ditemukan seiring dengan perkembangan dunia kesehatan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut juga semakin
Lebih terperinciPenetapan Kadar Sari
I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ambeien bibir anus mengalami pembengkakan yang terkadang disertai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hemorrhoid merupakan jenis penyakit atau gangguan pada anus. Saat ambeien bibir anus mengalami pembengkakan yang terkadang disertai pendarahan. Ambeien bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,
Lebih terperinci1. Pengertian Perubahan Materi
1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan beribu-ribu tumbuhan yang berkhasiat obat. Penggunaan obat-obat tradisional memiliki banyak keuntungan yaitu
Lebih terperinciProses Pembuatan Madu
MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan
Lebih terperinciSuspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol
Suspensi Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,
35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI Oleh : WADLICHAH SYARIFAH K 100 060 038 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciMONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2
MONOGRAFI A. Bahan Aktif HIDROKORTISON Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis Struktur Molekul : C 23 H 32 O 6 BM : 404,50 Pemerian : - penampilan : serbuk hablur - warna : putih atau hampir putih - bau
Lebih terperinciOleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1
Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk
Lebih terperinciMemiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan
Lebih terperinciDan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang
Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). Dan segala sesuatu kami ciptakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa
Lebih terperinci2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur
PEMBUATAN GRANUL 1. Cara Basah Zat berkasiat,zat pengisi dan pengkancur dicampur baik bai,laludibasahi dengan larutan bahan pengikat,bila perlu ditambah bahan pewarna.setelah itu diayak menjadi granul,dan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Definisi
PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu
Lebih terperinciC3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa
A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.
Lebih terperinciSumber:
Sifat fisik dan kimia bahan 1. NaOH NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan
Lebih terperinciFaktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Al Syahril Samsi, S.Farm., M.Si., Apt 1 Faktor yang Mempengaruhi Liberation (Pelepasan), disolution (Pelarutan) dan absorbtion(absorbsi/difusi)lda
Lebih terperinciPulvis Adspersorius (Bedak Tabur) Prof. Dr. Henny Lucida, Apt
Pulvis Adspersorius (Bedak Tabur) Prof. Dr. Henny Lucida, Apt Persyaratan Fisika Partikel halus dalam range ukuran yang hampir sama, tidak mengiritasi kulit bila digunakan Mudah diaplikasikan pada kulit
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7
Kelompok III ISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7 NO 2 / 137,14 Titik lebur : 170 C - 173
Lebih terperinciI. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH
Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi apoteker mempunyai tanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian untuk mengoptimalkan terapi guna memperbaiki kualitas hidup pasien. Tetapi masih sering
Lebih terperincimudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dunia farmasi saat ini berkembang dengan pesatnya yang memberikan dampak berkembangnya metode dalam meningkatkan mutu suatu obat. Mutu dijadikan dasar acuan untuk menetapkan kebenaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Puskesmas Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004 menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan
Lebih terperincibebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua
BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan
Lebih terperinci