SITUASI SULIT SAAT MEMFASILITASI

dokumen-dokumen yang mirip
BUKU 4 MENDENGARKAN (DALAM MEMFASILITASI) TEKNIK BERTANYA/ MENDENGARKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Membaca sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari karena membaca

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERMAINAN PERAN. Ada enam topi dengan warna yang berbeda-beda. Setiap warna mewakili satu jenis kegiatan berpikir.

Fungsi Dinamika Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

Angket 1 No Pernyataan SS S TS STS

BAB I PENDAHULUAN. keputusan dapat diambil sesuai kebutuhan yang diharapkan. keputusan, yaitu keputusan untuk tidak melakukan apa-apa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROFIL TENDEM FASILITATOR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

KONTRIBUSI DALAM RAPAT DAN RAPAT YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen

MANAJEMEN KELAS RAHMA WIDYANA

4 TIPE POKOK KEPRIBADIAN MANUSIA DAN CARA BERGAUL DENGAN MEREKA 1. TIPE KOLERIS 2. TIPE SANGUIN 3. TIPE MELANKOLIS 4.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

TEKNIK FASILITASI PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Ngemplak Boyolali masih

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

Beberapa Teknik Fasilitasi* *Mengacu pada bahan bacaan yang disusun Dani Wahyu Munggoro dan Budhita Kismadi atas budi baik Bp.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, beberapa diantaranya ialah melakukan perubahan kurikulum. Selain

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Novi Wahyu Hidayati dan Hassana Nofari

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik. yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkaitan dengan pendidikan, pemerintah merintis KTSP (Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang atau dengan kata lain guru mempunyai cara yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

8. Apakah Saudara merasa kesulitan dalam mengajar dan mendidik anak didik terkait dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki anak didik?

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Sejalan dengan itu Jujun (Prasetya, 2010: 2) mengatakan, dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM harus dimiliki. Kesadaran tentang arti pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

SAAT MEMFASILITASI 1 81

1 82

BAB 4 Teknik Menangani Situasi Sulit Saat Memfasilitasi Bayangkan situasi sulit apa yang bisa dihadapi seorang fasilitator infomobilisasi saat mengelola kegiatan kelompok atau pertemuan masyarakat? Mulai terjadi salah paham. Warga mulai jemu, tegang, bingung dan jengkel. Orang yang kesal sukar berpikir jemih. Perhatian mereka menurun. Sebagian peserta diskusi merasa terpaksa memimpin pembicaraan tanpa mereka tahu pemecahannya. Ada yang tidak sabar ingin cepat pulang. Ada pula yang jengkel tapi berusaha untuk tetap tenang. Fasilitator perlu memahami, situasi pelik lah yang membuat orang bertindak begitu. Karena semua orang sebenamya ingin bekerjasama. Bukan orangnya yang salah. Jadi, tanganilah keadaan sulitnya, bukan orangnya. Dalam situasi sulit, tetaplah bersikap tenang dan cobalah untuk mengatasinya. Sikap tidak tenang membuat fasilitator melakukan kekeliruan, sehingga membuat keadaan semakin sulit. 1 83

MEMPERHATIKAN KARAKTERISTIK PESERTA 1 84 Seorang fasilitator dituntut untuk mengenali karakter peserta belajar, dan mempersiapkan diri untuk mengembangkan sikap positif peserta terhadap proses dan kegiatan belajar. Gambaran berikut ini mewakili sejumlah karakteristik peserta belajar yang paling sering kita temukan di masyarakat 8. Ada orang yang merasa tidak mendapat pengetahuan atau hal yang baru dari kegiatan ini. Ada juga orang yang pesimis, menganggap materi pelatihan tidak akan banyak manfaatnya bagi kehidupannya sehari-hari. Ada orang yang berpikiran empiris, tidak gampang percaya, dan menuntut bukti yang nyata dan bukan sekedar teori. Ada orang yang antusias, dan merasa bahwa materi yang diikutinya memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi dirinya. Ada orang yang selalu to the point, ingin diberitahu apa yang mesti ia lakukan dan tidak suka banyak teori. Juga ada orang yang menuntut untuk dihargai terutama dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan kehidupannya, dan cenderung merasa tersinggung jika caranya dianggap salah. Seorang FI harus bersikap positif terhadap beragam karakter peserta atau masyarakat dan menanganinya dengan sabar. Seringkali orang yang antusias belajar, justru tidak tahu bagaimana menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan dia. Sehingga FI harus menangani 8 Sumber: "17 Courses on Leadership Training" dalam buku "Pendidikan Orang Dewasa", A.G. Lunandi, Gramedia, 1993.

peserta seperti ini untuk mengkaitkan hasil belajarnya dengan peningkatan kualitas hidupnya. Sementara itu, peserta yang merasa 'pintar' dan tidak memperoleh manfaat dari pembelajaran, bisa saja berbalik menjadi peserta yang mendukung kelompok apabila FI berhasil melakukan pendekatan personal dengannya. YANG KERAP DIHADAPI 9 Adanya berbagai karakteristik peserta, dapat menimbulkan dinamika kelompok yang menarik apabila fasilitator dapat mengelolanya dengan baik. Peserta yang sangat bersemangat, dapat menularkan 'energinya' kepada peserta yang pasif atau 'malumalu'. Kalau tidak ada peserta yang pendiam, semuanya suka bicara, apa yang akan terjadi? Keberagaman sebaiknya disikapi secara positif agar berpengaruh baik terhadap situasi belajar. Jangan sampai sebaliknya, kelompok kita berantakan karena adanya peserta dominan atau selalu kontra terhadap peserta lainnya. Berikut ini adalah beberapa situasi sulit yang sering dihadapi seorang fasilitator. 1 85 Menangani Peserta yang Selalu Bicara Ketika ada seseorang terlalu aktif, orang orang lainnya menjadi kurang berpartisipasi. Seringkali fasilitator mencoba untuk 9. Bahan bacaan untuk pelatihan para FI.

1 86 mengendalikan orang tersebut: "Maaf Pak Bobon, beri kesempatan kepada orang lain untuk bicara." Namun, sebaiknya upaya upaya fasilitator difokuskan untuk mendorong orang orang yang pasif untuk lebih berpartisipasi. Mencoba untuk mengendalikan orang yang terlalu aktif mengakibatkan peserta yang lain kehilangan perhatian. Menangani Peserta yang Mulai Jemu Peserta mulai menjadi tidak fokus karena kelelahan, materi diskusi memang berat, atau kurang menarik. Dalam keadaan ini, fasilitator sebaiknya tidak memaksakan peserta. Misalnya, "Ayo, kita kembali konsentrasi kepada diskusi kita." Fasilitator sebaiknya mengajak peserta untuk beristirahat sejenak. Setelah beristirahat, peserta akan dapat lebih segar berdiskusi kembali. Menangani Situasi Rendahnya Partisipasi Seluruh Peserta Fasilitator keliru jika beranggapan bahwa partisipasi peserta rendah karena mereka sedang berkonsentrasi memperhatikan. Kemudian fasilitator tidak melakukan apapun untuk mendorong peserta lebih berpartisipasi. Mengubah metode diskusi ke dalam bentuk lain merupakan salah satu cara meningkatkan kembali partisipasi peserta. Misalnya dengan melakukan metode curah pendapat atau diskusi kelompok kecil. Menangani "Debat Kusir" antara Dua Peserta Kadang kadang seseorang menyerang gagasan orang lain untuk menjelaskan gagasannya sendiri. Banyak waktu akan terbuang jika fasilitator mencoba menyelesaikan konflik antara keduanya. Libatkan peserta lain. Jadikan masalah tersebut menjadi masalah bersama. Misalnya dengan melontarkan pertanyaan: "Siapa lagi yang mempunyai pendapat terhadap masalah ini?"

Ingat: Sebaiknya tidak mencurahkan perhatian terhadap sedikit orang yang terlalu dominan. Beri perhatian lebih justru pada kelompok peserta yang pasif. Menangani Peserta yang Diam Saja "Ibu Indrawati tidak bicara banyak hari ini. Apakah ada pendapat yang ingin Ibu sampaikan?" Cara ini mungkin bisa membantu jika peserta tersebut menunjukkan mimik hendak berbicara tetapi ragu ragu. Namun jika dilakukan terlalu sering, dapat membuat orang tersebut merasa menjadi sorotan sehingga menarik diri sepenuhnya. Fasilitator dapat menggunakan metode diskusi kelompok kecil untuk lebih memberi kesempatan peserta yang malu untuk berbicara. 1 87 Menangani Peserta yang Berbisik bisik dan Bersenda Gurau Fasilitator umumnya tidak mengindahkan perilaku ini dengan harapan akan berhenti dengan sendirinya. Kadangkala memang berhasil, tapi seringkali malah membuat suasana semakin parah. Dalam keadaan begini, sambil bercanda, mintalah peserta untuk berlaku sewajamya. Jika masih berlanjut, pasti ada yang salah dengan situasi belajar. Pikirkanlah: Apakah topik yang dibahas memang kering dan membosankan? Apakah peserta membutuhkan istirahat? Atau mungkin peserta membutuhkan diskusi dalam kelompok kecil?

Menangani Keterlambatan Para Peserta Mulailah sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Menunggu berarti menyetujui keterlambatan. Jika terpaksa, bukalah terlebih dulu diskusi. Kemudian minta kesepakatan peserta untuk menunda diskusi dan lama waktunya. "Nampaknya belum semua orang datang. Apakah kita akan melanjutkan atau menunda beberapa menit hingga peserta lainnya datang? Jika kita akan menunggu, berapa menit waktu yang akan kita berikan?" 1 88 Menangani Peserta yang Mengulang Ulang Pembicaraan Biasanya orang mengulang-ulang pembicaraan karena merasa pendapatnya tidak didengarkan. Ringkas sudut pandang orang tersebut hingga dia merasa dipahami. Tampilkan pandangan yang berbeda dari peserta lainnya dengan pandangan orang yang bersangkutan. Menangani Peserta yang Meributkan Urusan "Remeh" Jika ada peserta yang meributkan urusan "remeh", menasehati peserta yang "buang buang waktu" itu bukanlah jalan yang terbaik. Ajaklah kelompok untuk kembali ke pokok permasalahan. Menangani Peserta yang Segan Terbuka karena Ada Petinggi Fasilitator bertugas membantu warga agar dapat mengemukakan pikiran dengan leluasa. Orang sering tidak bicara yang sebenamya karena orang yang disegani (pemuka desa, pejabat pemerintah) ada di ruang diskusi. Atau mereka segan menanggapi pendapat para petinggi.

Berbicara terus terang berbeda dengan berbicara kasar. Mengatakan hal yang sesungguhnya memang memerlukan keberanian. Fasilitator bisa menanyakan pada para peserta tentang hal-hal yang akan mereka katakan jika petinggi tidak berada di dalam ruangan. Tangggapan peserta akan bermacam macam. Ada yang membela diri. Ada yang merasa tersadarkan. Pertimbangkan cara-cara ini: Berikan giliran pertama bicara kepada petinggi tersebut. Gunakan metode diskusi kelompok kecil. Persilakan peserta untuk menuliskan pikiran mereka masing masing. Kemudian minta mereka membacakannya. Sediakan waktu untuk membahas pendapat dari petinggi. Menangani Gangguan dari Luar Setelah harga BBM naik, orang orang merasa perlu mengungkapkan kegelisahan mereka, tentang beratnya beban biaya sehari hari. Setelah hujan lebat warga merasa perlu untuk membicarakan tanggul yang bobol dan banjir yang merendam kebun. Banyak kejadian yang dapat mengganggu konsentrasi kelompok. Apa yang sebaiknya dilakukan? Banyak Fasilitator memutuskan untuk mengabaikan "gangguan" tersebut. Sebaiknya luangkan waktu untuk membicarakan hal itu. Sesudah puas membicarakannya, warga akan kembali ke topik diskusi. 1 89 TEORI TOPI BERFIKIR FASILITATOR Teori tentang cara berfikir yang dikembangkan oleh Edward De Bono 10, bisa kita gunakan untuk mengatasi situasi sulit. Ada enam 'topi berfikir' yang bisa digunakan seorang fasilitator saat melaksanakan proses pembelajaran. Semua cara berfikir ini perlu digunakan secara kombinasi secara tepat. Apalagi peserta mulai 10. "Six Thinking Hats", Edward The Bono, Little, Brown and Company, USA, edisi revisi 1999.

jemu, gunakan 'topi hijau' yang kreatif. Apabila peserta acuh tak acuh, gugah emosinya dengan 'topi merah'. Apabila sebagian besar peserta pasif, gunakan 'topi putih' untuk mengembangkan sharing pengalaman. Topi Putih Topi putih berarti fasilitator bersikap netral dan objektif. Fasilitator bersikap terbuka untuk menerima pengetahuan dan pengalaman orang lain. Fasilitator mendorong peserta untuk memahami fakta dan kebenaran secara bijaksana. Fasilitator mendorong para peserta untuk saling belajar dan menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya ke dalam topi. 1 90 Topi Merah Topi merah berarti fasilitator menggunakan pendekatan 'emosi' untuk menggugah perasaan dan semangat peserta. Fasilitator menggunakan intuisi dan dan "prasangka" untuk memahami kesulitan atau hambatan yang dirasakan peserta dalam belajar, dengan tujuan meningkatkan keterlibatan peserta. Topi Hitam Topi hitam berarti fasilitator bersikap "serius". Fasilitator tidak sertamerta menerima pendapat atau masukan dari orang lain melainkan bersikap 'menolak' terlebih dahulu, bersikap ragu-ragu atau hati-hati, kemudian mencari tahu (eksplorasi) lebih jauh. Dalam mensikapi suatu persoalan, fasilitator menggunakan topi hitam bukan untuk mencari argumentasi melainkan untuk memperhatikan atau "waspada" terhadap sesuatu hal yang dianggap negatif. Topi ini bisa berbahaya bila mendominasi atau terlalu sering digunakan. Topi Kuning Topi kuning berarti fasilitator menggunakan cara berfikir positif dalam mengelola proses pembelajaran agar atmosfir dalam kegiatan pembelajaran juga berkembang positif. Fasilitator juga bersikap optimis dalam menghadapi sesuatu persoalan. Kalau topi hitam mengajak melihat sisi negatif, maka topi kuning mengajak melihat sisi positif. Fasilitator menggunakan cara rasional (intelektual) dan membangun kerangka pikir untuk mengembangkan suatu analisa

kritis. Topi kuning yang konstruktif cenderung membuat gagasan kongkrit agar bisa dilakukan sesuatu yang bermanfaat. Tapi, topi kuning yang kurang konstruktif cenderung mencari-cari peluang yang ada, bukan mengembangkan gagasan (seperti topi hijau). Juga cenderung mengarah pada gagasan besar atau 'mimpi'. Topi Hijau Topi hijau berarti fasilitator menggunakan kreativitasnya untuk membangun suasana belajar (misal membuat trik-triks tertentu, permainan, humor, dan sebagainya). Fasilitator menghindari cara penilaian (judgement) dan lebih mendorong suatu usaha bertindak maju. Fasilitator suka mengembangkan alternatif pilihan. Fasilitator juga menggunakan cara-cara yang "provokatif" untuk mendorong orang lain berfikir dengan cara baru. Topi hijau juga menjadi simbol untuk orang yang mampu 'mendengarkan' dengan baik. Topi Biru Topi biru berarti fasilitator mengendalikan proses pembelajaran agar tetap pada 'rel'nya. Fasilitator juga selalu menjaga agar pembelajaran tetap fokus atau dikelola batas-batasnya. Fasilitator selalu mengacu pada rencana dan rancangan pembelajaran sebagai alat kontrol. Fasilitator mengembangkan proses perumusan pokokpokok pembelajaran dan kesimpulan untuk menjaga fokus dan menarik benang merah pembelajaran. 1 91

LEMBAR PRAKTEK Semakin sering menghadapi "situasi" sulit, akan semakin "jago" seorang FI. Jadi, janganlah beranggapan bahwa situasi sulit itu sebagai masalah, melainkan sebagai tantangan. 1. Cobalah untuk mengevaluasi cara Anda menangani situasi sulit dengan melakukan pengisian tabel berikut ini. Situasi sulit Cara menangani Apa yang perlu diperbaiki ke depan 1 92 2. Meskipun teoritis, tetapi "Enam topi berfikir" Edward de Bono dapat dipergunakan untuk mengevaluasi teknik fasilitasi Anda. Anda dapat melihat hasil rekaman dengan handycam cara Anda memfasilitasi sebuah kegiatan kelompok, kemudian menggunakan tabel di bawah ini untuk mengevaluasi jenis topi yang Anda gunakan dalam menangani suatu situasi.

Salah satu prinsip yang perlu dijunjung tinggi seorang fasilitator adalah "jangan menyalahkan peserta belajar, tetapi tanganilah kesulitan belajar yang terjadi." Ada hambatan belajar yang luar biasa untuk masyarakat pedesaan, apalagi bila menyangkut materi baru dan penggunaan media teknologi baru seperti komputer dan internet. Cobalah untuk memahami kesulitan belajar yang dialami peserta belajar Anda dan galilah peluang-peluang untuk mengatasi hambatan tersebut. Hambatan belajar anggota kelompok dampingan di desa saya Nama Kelompok Nama peserta Apa Kesulitan Belajar yang Terjadi? Mengapa Mengalami Kesulitan? Bagaimana cara mengatasinya? 1 Dst. Teknik dan tips menangani kesulitan belajar kelompok dampingan di desa saya 93 Catatan lain-lain