BAB V DESAIN PENULANGAN. beban gempa statik arah X. Maka kita ambil konfigurasi tersebut untuk dirancang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG. Pada perencanaan gedung ini penulis hanya merencanakan gedung bagian atas

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D)

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

Perhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

BAB V PERANCANGAN STRUKTUR. Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen 3-3 B15 pada lantai 5. Momen tumpuan positif = 0,5. 266,624 = 133,312 KNm

Yogyakarta, Juni Penyusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG DUAL SYSTEM 22 LANTAI DENGAN OPTIMASI KETINGGIAN SHEAR WALL

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB V DESAIN STRUKTUR ATAS

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DENGAN SOFTWARE ETABS V.9.6.0

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN. Adapun data-data yang didapat untuk melakukan perencanaan struktur. a. Gambar arsitektur (gambar potongan dan denah)

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

BAB IV ANALISIS STRUKTUR ATAS

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

PERANCANGAN HOTEL 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT YOGYAKARTA (SNI 1726:2012 & SNI 2847:2013)

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN PENULANGAN DINDING GESER (SHEAR WALL) BERDASARKAN TATA CARA SNI

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK-KOLOM (BEAM-COLUMN JOINTS) PADA BANGUNAN STRUKTUR BETON BERTULANG KOMPOSIT (STEEL REINFORCED CONCRETE)

ANALISA STRUKTUR DAN KONTROL KEKUATAN BALOK DAN KOLOM PORTAL AS L1-L4 PADA GEDUNG S POLITEKNIK NEGERI MEDAN

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

MODIFIKASI PERENCANAAN APARTEMEN BALE HINGGIL DENGAN METODE DUAL SYSTEM BERDASARKAN RSNI XX DI WILAYAH GEMPA TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE GEDUNG PERLUASAN PABRIK BARU PT INTERBAT - SIDOARJO YANG MENGACU PADA SNI

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Salemba Residences 4.1 PERMODELAN STRUKTUR Bentuk Bangunan

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR GEDUNG YAYASAN PRASETIYA MULYA DENGAN LANTAI BETON BERONGGA PRATEGANG PRACETAK

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM GANDA DI WILAYAH GEMPA TINGGI

Arah X Tabel Analisa Δs akibat gempa arah x Lantai drift Δs drift Δs Syarat hx tiap tingkat antar tingkat Drift Ke (m) (cm) (cm) (cm)

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI YOGYAKARTA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

PENGARUH DOMINASI BEBAN GRAVITASI TERHADAP KONSEP STRONG COLUMN WEAK BEAM PADA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III ANALISA STRKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SHERWALL PADA GEDUNG BANK BCA CABANG RUNGKUT SURABAYA

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Transkripsi:

BAB V DESAIN PENULANGAN 5.1 Penentuan Konfigurasi dan Dimensi Struktur Dari bab sebelumnya bisa kita ketahui bahwa desain struktur konfigurasi 3 memiliki kekakuan dan kemampuan menyerap gaya geser yang optimal terhadap beban gempa statik arah X. Maka kita ambil konfigurasi tersebut untuk dirancang penulangan elemen strukturnya. Di bab sebelumnya juga telah kita dapatkan rencana awal dimensi struktur yang akan kita pergunakan, yaitu : Tebal Plat Ukuran Balok Ukuran Kolom Tebal Shearwall = 120 mm = 250 x 500 mm = 300 x 300 mm = 200 mm o Luas lantai 1 = 2153, 25 m 2 o Luas lantai tipikal = 1444, 50 m 2 Karena luas lantai tipikal menunjukkan loncatan bidang muka yang kurang dari 75% dari luas lantai 1 (satu), maka menurut ketentuan pasal 4.2 pada SNI 03-1726-2002 tentang Struktur Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan, maka desain konfigurasi 3 termasuk dalam kategori Struktur Gedung Tidak Beraturan. Sehingga analisis pembebanan gempa yang digunakan pada konfigurasi tersebut adalah analisis gempa dinamik respon spektrum. V-1

Denah Lantai 1 Denah Lantai 2 s/d 10 V-2

Denah Lantai 11 s/d 12 Potongan E V-3

Rencana awal dimensi struktur yang telah kita peroleh tersebut masih perlu kita periksa kembali menggunakan program ETABS dengan cara pilih menu Analyze kemudian Running. Setelah proses Running selesai, dilanjutkan dengan memilih menu Design kemudian Concrete Frame Design dan terakhir Start Design. Maka akan tampil informasi di layar ETABS sebagai berikut : Kita ambil contoh potongan di posisi as 10. Dari tampilan di atas bisa kita ketahui bahwa terdapat beberapa kolom di lantai 1 hingga 4 yang berwarna merah dengan keterangan OS (Over Steel). Yang berarti dimensi kolom kolom tersebut perlu diperbesar karena tidak cukup untuk mengakomodasi kebutuhan besi tulangan. V-4

Kita juga bisa memperoleh informasi detail satu kolom yang mengalami OS (Over Steel) dengan cara meng-klik kanan kolom tersebut. Kita ambil contoh kolom nomor C129 yang berada di lantai 1 pada as 10/C. Pada layar ETABS akan tampil informasi berikut : Dari tampilan di atas bisa kita lihat keterangan berwarna merah bertuliskan O/S #2 Reinforcing required exceeds maximum allowed. Yang berarti kolom tersebut mengalami Over Steel akibat beban combo 2 sehingga dimensi kolom perlu diperbesar agar dapat mengakomodasi kebutuhan besi tulangan. V-5

Setelah melalui beberapa percobaan try and error dengan menggunakan program ETABS untuk mendapatkan dimensi kolom baru yang memenuhi syarat kekuatan, maka didapatkanlah dimensi struktur sebagai berikut : Tebal Plat = 120 mm Ukuran Balok = 250 x 500 mm Ukuran Kolom A = 500 x 500 mm untuk lt. 1 & 2 Ukuran Kolom B = 400 x 400 mm untuk lt. 3 s/d 12 Tebal Shearwall = 200 mm Jika kita memeriksa dimensi struktur tersebut dengan menggunakan program ETABS seperti cara di atas, maka akan tampil informasi sebagai berikut : V-6

Dari tampilan di atas bisa kita ketahui bahwa seluruh kolom di semua lantai telah berwarna ungu. Yang berarti dimensi kolom kolom tersebut ekonomis dan mampu mengakomodasi kebutuhan besi tulangan. 5.2 Eksentrisitas Rencana Menurut SNI 03-1726-2002 pasal 5.4.3 yang menjelaskan bahwa antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentrisitas rencana e d. Apabila ukuran horizontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa dinyatakan dengan b, maka eksentrisitas rencana bisa ditentukan sebagai berikut : Untuk 0 < e 0,3b e d = 1,5e + 0,05b atau e d = e - 0,05b (pilih yang terbesar) Story Diaphragma Xcm Ycm Xcr Ycr STORY1 D1 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY2 D2 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY3 D3 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY4 D4 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY5 D5 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY6 D6 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY7 D7 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY8 D8 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY9 D9 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY10 D10 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY11 D11 21.75 24.75 21.75 24.75 STORY12 D12 21.75 24.75 21.75 24.75 V-7

Story Diaphragma ex ey bx by STORY1 D1 0 0 43.5 49.5 STORY2 D2 0 0 43.5 49.5 STORY3 D3 0 0 43.5 49.5 STORY4 D4 0 0 43.5 49.5 STORY5 D5 0 0 43.5 49.5 STORY6 D6 0 0 43.5 49.5 STORY7 D7 0 0 43.5 49.5 STORY8 D8 0 0 43.5 49.5 STORY9 D9 0 0 43.5 49.5 STORY10 D10 0 0 43.5 49.5 STORY11 D11 0 0 43.5 49.5 STORY12 D12 0 0 43.5 49.5 Story Diaphragma edx (rumus 1) edx ( rumus 2) edy (rumus 1) edy (rumus 2) STORY1 D1 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY2 D2 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY3 D3 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY4 D4 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY5 D5 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY6 D6 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY7 D7 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY8 D8 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY9 D9 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY10 D10 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY11 D11 2.175-2.175 2.475-2.475 STORY12 D12 2.175-2.175 2.475-2.475 Story Diaphragma Xcmb Ycmb STORY1 D1 23.925 27.225 STORY2 D2 23.925 27.225 STORY3 D3 23.925 27.225 STORY4 D4 23.925 27.225 STORY5 D5 23.925 27.225 STORY6 D6 23.925 27.225 STORY7 D7 23.925 27.225 STORY8 D8 23.925 27.225 STORY9 D9 23.925 27.225 STORY10 D10 23.925 27.225 STORY11 D11 23.925 27.225 STORY12 D12 23.925 27.225 V-8

5.3 Analisis Gempa Dinamik Pada Struktur Konfigurasi 3 (Revisi) Setelah kita mendapatkan dimensi struktur baru yang telah memenuhi syarat kekuatan, maka kita perlu periksa kembali kekakuan dan kemampuan menyerap gaya geser struktur tersebut terhadap beban gempa dinamik. Adapun data Respon Spektrum Rencana menurut SNI 03-1726-2002 adalah sebagai berikut : T C 0.000 0.330 0.200 0.830 0.500 0.830 0.510 0.824 0.520 0.808 0.530 0.792 0.540 0.778 0.550 0.764 0.560 0.750 0.570 0.737 0.580 0.724 0.590 0.712 0.600 0.700 0.610 0.689 0.620 0.677 0.630 0.667 0.640 0.656 0.650 0.646 0.660 0.636 0.670 0.627 0.680 0.618 0.690 0.609 0.700 0.600 0.710 0.592 V-9

Simpangan Struktur Akibat Beban Gempa Dinamik Arah X dan Y Lantai DINAMIK X DINAMIK Y Hi Arah Arah (m) X (mm) Y (mm) X (mm) Y (mm) Lt.12 37.50 31.71 10.54 9.66 35.22 Lt.11 34.50 30.93 10.24 9.37 34.34 Lt.10 31.50 29.17 9.76 8.78 32.68 Lt.9 28.50 26.93 9.07 8.10 30.24 Lt.8 25.50 24.20 8.29 7.32 27.51 Lt.7 22.50 21.27 7.32 6.54 24.59 Lt.6 19.50 18.24 6.54 5.66 21.17 Lt.5 16.50 15.12 5.46 4.68 17.76 Lt.4 13.50 11.80 4.29 3.61 13.95 Lt.3 10.50 8.68 3.02 2.63 10.15 Lt.2 7.00 4.88 1.76 1.46 5.56 Lt.1 3.50 1.85 0.68 0.68 2.15 Waktu Getar Bangunan Dalam Arah X Lantai Wi di di 2 Fi Wi. di 2 Fi. di (kn) (m) (m 2 ) (kn) (kn.m 2 ) (kn.m) Lt.12 7,863.67 0.032 0.00101 1,474.10 7.91 46.74 Lt.11 8,297.12 0.031 0.00096 1,430.92 7.94 44.26 Lt.10 8,297.12 0.029 0.00085 1,306.49 7.06 38.11 Lt.9 8,297.12 0.027 0.00073 1,182.06 6.02 31.83 Lt.8 8,297.12 0.024 0.00059 1,057.64 4.86 25.59 Lt.7 8,297.12 0.021 0.00045 933.21 3.75 19.85 Lt.6 8,297.12 0.018 0.00033 808.78 2.76 14.75 Lt.5 8,297.12 0.015 0.00023 684.35 1.90 10.35 Lt.4 8,297.12 0.012 0.00014 559.93 1.16 6.61 Lt.3 8,382.71 0.009 0.00008 439.99 0.63 3.82 Lt.2 8,382.71 0.005 0.00002 293.33 0.20 1.43 Lt.1 12,971.39 0.002 0.00000 226.95 0.04 0.42 Jumlah 44.22 243.77 Tx Rayleigh = 0,86 detik T izin = 0,69 s/d 1,03 detik V-10

Ternyata nilai T 1 = 0,91 detik tidak menyimpang dari 20% Tx Rayleigh yang dizinkan. Sehingga dipakai nilai T = 0,91 detik. (memenuhi syarat) Waktu Getar Bangunan Dalam Arah Y Lantai Wi di di 2 Fi Wi. di 2 Fi. di (kn) (m) (m 2 ) (kn) (kn.m 2 ) (kn.m) Lt.12 7,863.67 0.035 0.00124 1,474.10 9.75 51.92 Lt.11 8,297.12 0.034 0.00118 1,430.92 9.78 49.14 Lt.10 8,297.12 0.033 0.00107 1,306.49 8.86 42.70 Lt.9 8,297.12 0.030 0.00091 1,182.06 7.59 35.75 Lt.8 8,297.12 0.028 0.00076 1,057.64 6.28 29.10 Lt.7 8,297.12 0.025 0.00060 933.21 5.02 22.95 Lt.6 8,297.12 0.021 0.00045 808.78 3.72 17.12 Lt.5 8,297.12 0.018 0.00032 684.35 2.62 12.15 Lt.4 8,297.12 0.014 0.00019 559.93 1.61 7.81 Lt.3 8,382.71 0.010 0.00010 439.99 0.86 4.47 Lt.2 8,382.71 0.006 0.00003 293.33 0.26 1.63 Lt.1 12,971.39 0.002 0.00000 226.95 0.06 0.49 Jumlah 56.42 275.21 Ty Rayleigh = 0.91 detik T izin = 0,73 s/d 1,09 detik Ternyata nilai T 1 = 0,91 detik tidak menyimpang dari 20% Ty Rayleigh yang dizinkan. Sehingga dipakai nilai T = 0,91 detik. (memenuhi syarat) V-11

Kontrol Kinerja Batas Layan dan Ultimate Akibat Gempa Dinamik X Syarat Syarat Hi s Drift s Drift m Lantai Drift s Ket Drift m Ket (m) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Lt.12 37.50 31.71 0.78 10.59 OK 4.64 60.00 OK Lt.11 34.50 30.93 1.76 10.59 OK 10.47 60.00 OK Lt.10 31.50 29.17 2.24 10.59 OK 13.33 60.00 OK Lt.9 28.50 26.93 2.73 10.59 OK 16.24 60.00 OK Lt.8 25.50 24.20 2.93 10.59 OK 17.43 60.00 OK Lt.7 22.50 21.27 3.03 10.59 OK 18.03 60.00 OK Lt.6 19.50 18.24 3.12 10.59 OK 18.56 60.00 OK Lt.5 16.50 15.12 3.32 10.59 OK 19.75 60.00 OK Lt.4 13.50 11.80 3.12 10.59 OK 18.56 60.00 OK Lt.3 10.50 8.68 3.80 12.35 OK 22.61 70.00 OK Lt.2 7.00 4.88 3.03 12.35 OK 18.03 70.00 OK Lt.1 3.50 1.85 1.85 12.35 OK 11.01 70.00 OK Kontrol Kinerja Batas Layan dan Ultimate Akibat Gempa Dinamik Y Syarat Syarat Hi s Drift s Drift m Lantai Drift s Ket Drift m Ket (m) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Lt.12 37.50 35.22 0.88 10.59 OK 5.24 60.00 OK Lt.11 34.50 34.34 1.66 10.59 OK 9.88 60.00 OK Lt.10 31.50 32.68 2.44 10.59 OK 14.52 60.00 OK Lt.9 28.50 30.24 2.73 10.59 OK 16.24 60.00 OK Lt.8 25.50 27.51 2.92 10.59 OK 17.37 60.00 OK Lt.7 22.50 24.59 3.42 10.59 OK 20.35 60.00 OK Lt.6 19.50 21.17 3.41 10.59 OK 20.29 60.00 OK Lt.5 16.50 17.76 3.81 10.59 OK 22.67 60.00 OK Lt.4 13.50 13.95 3.80 10.59 OK 22.61 60.00 OK Lt.3 10.50 10.15 4.59 12.35 OK 27.31 70.00 OK Lt.2 7.00 5.56 3.41 12.35 OK 20.29 70.00 OK Lt.1 3.50 2.15 2.15 12.35 OK 12.79 70.00 OK V-12

Gaya Geser Akibat Gempa Dinamik X LANTAI GAYA GESER SHEARWALL FRAME Lt. 1 1,920.80 3,116.05 Lt. 2 2,285.60 2,653.83 Lt. 3 2,715.42 2,068.04 Lt. 4 1,905.48 2,647.77 Lt. 5 1,626.02 2,647.67 Lt. 6 1,352.22 2,591.22 Lt. 7 1,090.54 2,475.08 Lt. 8 835.86 2,302.67 Lt. 9 586.56 2,065.15 Lt. 10 456.30 1,641.71 Lt. 11-1,493.76 Lt. 12-782.09 Gaya Geser Akibat Gempa Dinamik Y LANTAI GAYA GESER SHEARWALL FRAME Lt. 1 576.20 4,502.33 Lt. 2 685.62 4,302.04 Lt. 3 814.56 4,019.81 Lt. 4 571.60 4,027.74 Lt. 5 487.76 3,823.18 Lt. 6 405.62 3,563.23 Lt. 7 327.14 3,250.14 Lt. 8 250.74 2,885.67 Lt. 9 175.96 2,462.15 Lt. 10 136.88 1,939.01 Lt. 11-1,462.55 Lt. 12-757.65 V-13

5.4 Grafik Simpangan Lateral Akibat Gempa Dinamik X dan Y V-14

5.5 Grafik Gaya Geser Akibat Gempa Dinamik X dan Y V-15

Dari grafik simpangan lateral akibat gempa dinamik arah X dan Y pada konfigurasi 3 (revisi) struktur dual system di atas bisa kita ketahui hal hal berikut : a. Nilai simpangan / drift di semua lantai masih dalam batas syarat yang diizinkan. Berarti adanya shearwall yang ditempatkan hingga ketinggian 10 lantai mampu menambah kekakuan struktur sehingga dapat memikul / menahan beban gempa dinamik yang terjadi. Dari grafik gaya geser akibat gempa dinamik arah X dan Y pada konfigurasi 3 (revisi) struktur dual system di atas bisa kita ketahui hal hal berikut : a. Gaya geser yang diserap oleh shearwall di lt. 10 menunjukkan nilai yang positif. Jadi penempatan shearwall hingga ketinggian 10 lantai memang efektif / optimal dalam menyerap beban geser yang terjadi akibat gempa statik. b. Pada grafik gaya geser akibat gempa statik, ternyata shearwall di lantai 3 menyumbang penyerapan beban geser paling besar dibandingkan dengan di lantai lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya lompatan bidang muka dari permukaan lantai 1 yang awalnya tertutup penuh, ke lantai tipikal di atasnya yang memiliki void tengah cukup besar. V-16

5.6 Penulangan Balok Balok yang dihitung penulangannya adalah balok yang berada di lantai 2 as 10 / A-J dan as B / 1-12. Berikut data geometri balok (tipikal) : 1) b/h = (250/500) mm 2) Selimut beton = 40 mm 3) Diameter tulangan utama = 13 mm 4) Diameter tulangan sengkang = 10 mm 5) Fc = 25 Mpa 6) Fy = 400 Mpa ( Tul. Longitudinal dan transversal ) 7) ds = d = 57 mm 8) d = 444 mm 9) 1 = 0.85 10) As = 0.5 As V-17

5.6.1 Penulangan Longitudinal Balok balok Lt. 2 (as 10 / A-J) a) Tulangan tumpuan kiri Mu maksimal = 69.80 KNm Mu/ bd 2 = (69.80)/(0.25)(0.44) 2 = 1419.50 Untuk Fc = 25 Mpa dari tabel 5.3 CUR 1 didapat = 0.00482 As perlu =.b.d = 0.00482. 250. 444 = 534.53 mm 2 Dipakai Tulangan tarik 5D 13 dengan As terpasang = 663,66 mm 2. Cek terhadap As min dan As max As min (1) = (1,4/ Fy)(b.d) = (1.4/400) (250.444) = 388.5 mm 2 As min (2) = (Fc 0.5 / 4.Fy)(b.d) = (25 0.5 /4.400) (250.444) = 346.687 mm 2 As max = max. b.d, max = 0.75. b b = (0.85 1. Fc )/Fy. (600/600+Fy) = 0.0271 As max =0.75 x 0.0271 x 250 x 444 = 2256.075 mm 2 As min < As < As max... OK As = 0.5 As = 3 D13 dengan As terpasang = 398.19 mm 2 b) Tulangan lapangan Mu maksimal = 27.11 KNm Mu/ bd 2 = (27.11)/(0.25)(0.44) 2 = 551.32 Untuk Fc = 25 Mpa dari tabel 5.3 CUR 1 didapat = 0.00187 As perlu =.b.d = 0.00187. 250. 444 = 346.48 mm 2 Dipakai Tulangan tarik 3D 13 dengan As terpasang = 398.19 mm 2 V-18

Cek terhadap As min dan As max As min (1) = (1,4/ Fy)(b.d) = (1.4/400) (250.444) = 388.5 mm 2 As min (2) = (Fc 0.5 / 4.Fy)(b.d) = (25 0.5 /4.400) (250.444) = 346.687 mm 2 As max = max. b.d, max = 0.75. b b = (0.85 1. Fc )/Fy. (600/600+Fy) = 0.0271 As max =0.75 x 0.0271 x 250 x 444 = 2256.075 mm 2 As min < As < As max... OK As = 0.5 As = 2 D13 dengan As terpasang = 265.46 mm 2 c) Tulangan tumpuan kanan Mu maksimal = 54.19 KNm Mu/ bd 2 = (54.19)/(0.25)(0.44) 2 = 1102.11 Untuk Fc = 25 Mpa dari tabel 5.3 CUR 1 didapat = 0.00370 As perlu =.b.d = 0.00370. 250. 444 = 409.94 mm 2 Dipakai Tulangan tarik 4D 13 dengan As terpasang = 530.93 mm 2. Cek terhadap As min dan As max As min (1) = (1,4/ Fy)(b.d) = (1.4/400) (250.444) = 388.5 mm 2 As min (2) = (Fc 0.5 / 4.Fy)(b.d) = (25 0.5 /4.400) (250.444) = 346.687 mm 2 As max = max. b.d, max = 0.75. b b = (0.85 1. Fc )/Fy. (600/600+Fy) = 0.0271 As max =0.75 x 0.0271 x 250 x 444 = 2256.075 mm 2 As min < As < As max... OK As = 0.5 As = 2 D13 dengan As terpasang = 265.46 mm 2 V-19

5.6.2 Penulangan Transversal Balok Lt. 2 (as 10 / A-J) Balok posisi As 10/AB a. Tumpuan kiri Vu maksimal = 29710 N Vc = 1/6. Fc 0.5 b.d = 1/6.25 0.5. 250.444 = 92395,83 KN Vs = Vu/ - Vc = 52782,50 KN, = 0.75 Av = 2 (0.25 x x 10 2 ) = 157.08 mm 2 S = ( Av. Fy.d )/ Vs = (157.0 x 400 x 444)/ 52782,50 = 527.67 mm Cek terhadap ketentuan jarak sengkang maksimum ( S max ) S max (1) = d/4 = 444/4 = 111 mm S max (2) = 8 x D tul.utama = 8 x 13 mm = 104 mm S max (3) = 24 x D tul.sengkang = 24 x 10 mm = 240 mm S max (4) < 300 mm Maka diambil S max yang terkecil yaitu 100 mm Dipakai tulangan sengkang D10 100 mm. b) Lapangan Vu maksimal = 24050 N Vc = 1/6. Fc 0.5 b.d = 1/6.25 0.5. 250.444 = 92395,83 KN Vs = Vu/ - Vc = 60329.17 KN, = 0.75 Av = 2 (0.25 x x 10 2 ) = 157.08 mm 2 S = ( Av. Fy.d )/ Vs = (157.0 x 400 x 444)/ 60329.17 = 461.66 mm V-20

Cek terhadap ketentuan jarak sengkang maksimum ( S max ) S max (1) = d/4 = 444/4 = 111 mm S max (2) = 8 x D tul.utama = 8 x 13 mm = 104 mm S max (3) = 24 x D tul.sengkang = 24 x 10 mm = 240 mm Maka diambil S max yang terkecil yaitu 100 mm Dipakai tulangan sengkang D10 100 mm. c) Tumpuan Kanan Vu maksimal =26040 N Vc = 1/6. Fc 0.5 b.d = 1/6.25 0.5. 250.444 = 92395,83 KN Vs = Vu/ - Vc = 57675.83 KN, = 0.75 Av = 2 (0.25 x x 10 2 ) = 157.08 mm 2 S = ( Av. Fy.d )/ Vs = (157.0 x 400 x 444)/ 57675.83 = 482.90 mm Cek terhadap ketentuan jarak sengkang maksimum ( S max ) S max (1) = d/4 = 444/4 = 111 mm S max (2) = 8 x D tul.utama = 8 x 13 mm = 104 mm S max (3) = 24 x D tul.sengkang = 24 x 10 mm = 240 mm S max (4) < 300 mm Maka diambil S max yang terkecil yaitu 100 mm Dipakai tulangan sengkang D10 100 mm. V-21

V-22 Bab V Penulangan

V-23 Bab V Penulangan

V-24 Bab V Penulangan

5.7 Penulangan Kolom Kolom yang dihitung penulangannya adalah kolom nomor C 156 lantai 3 Berikut data geometri kolomnya : 1) b/h = (400/400) mm 2) Selimut beton = 40 mm 3) Diameter tulangan utama = 16 mm 4) Diameter tulangan sengkang = 10 mm 5) Fc = 25 Mpa 6) Fy = 400 Mpa ( Tul. Longitudinal dan transversal ) 7) ds = d = 58 mm 8) d = 342 mm 9) 1 = 0.85 10) Tulangan kolom 4 sisi dengan d /h = 0.145 11) Tinggi kolom ( h ) = 3 m 5.7.1 Penulangan Longitudinal Kolom Mu max = 61.394 KNm Pu max = 2021.71 KN Agr = b.h = 400.400 = 160000 mm 2 et = Mu/Pu = 0.00303 m = 30.3 mm et / h = 30.3/400 = 0.0757 Ordinat = Pu/(.Agr.0,85.Fc'), = 0.65 (tul.sengkang persegi) Ordinat = 2021.71/(0.65.160000.0.85.25) = 0.914 Absis = (2021.71/(.Agr.0,85.Fc')) x (et/h) Absis = 0.914 x 0.0757 = 0.069 V-25

Dari diagram interaksi CUR hal 94 diperoleh r = 0.01 Untuk Fc = 25 Mpa, = 1 = r. = 0.01 x 1 = 0.01 As =. b. d = 0.01. 400. 342 = 1368 mm 2 Jumlah tulangan = 1368/ (0.25 x x 16 2 ) = 6.8 dipakai tulangan 4 sisi 8 D16 5.7.2 Penulangan Transversal Kolom 1. Di luar sendi plastis ( Vc 0 ) Dari Program Etabs diperoleh Mnt = 71.028 KNm dan Mnb = 83.622 KNm Vu = ( Mnt + Mnb)/h = (71.028 + 83.622)/3 = 697. 58 KN, Nu = Pu Vc = 1/6 (1 + (2021.71.10 3 /14.160000)) x (25 0.5 x 400 x 342 ) = 216. 89 KN Vs = Vu/ - Vc = 480. 68 KN Av = 8 (0.25 x x 10 2 ) = 628.00 mm 2 S = ( Av. Fy.d )/ Vs = (628.00 x 400 x 342)/ 480.68.10 3 = 178.72 mm Dipakai tulangan sengkang D10 100 mm. V-26

2. Di daerah sendi plastis ( Vc = 0 ) Dari Program Etabs diperoleh Mnt = 71.028 KNm dan Mnb = 83.622 KNm Vu = ( Mnt + Mnb)/h = (71.028 + 83.622)/3 = 697. 58 KN, Nu = Pu Vc = 0 Vs = Vu = 697.58 KN Av = 8 (0.25 x x 10 2 ) = 628.00 mm 2 S = ( Av. Fy.d )/ Vs = (628.0 x 400 x 342)/ 697.58.10 3 = 123.16 mm Dipakai tulangan sengkang D10 100 mm. V-27

V-28 Bab V Penulangan

5.8 Penulangan Pelat Lantai Pelat yang dihitung penulangannya adalah pelat lantai 1 ukuran 6 x 4.5 m Berikut data geometri pelatnya : 1) Tebal pelat/ h pelat = 12 cm 2) Iy = sisi panjang pelat = 6 m 3) Ix = sisi pendek pelat = 4.5 m 4) Iy/Ix = 6/4.5 = 1.3 5) Selimut beton = 25 mm 6) Diameter tulangan pelat = 10 mm 7) Fc = 25 Mpa 8) Fy = 400 Mpa 9) dx = 25 + (0.5 x 10) = 30 mm 10) dy = 25 + 10 + (0.5 x 10) = 40 mm V-29

11) dsx = h dx = 90 mm 12) dsy = h dy = 80 mm 13) qd = 0.64 KN/m 2 14) ql = 4 KN/m 2 15) qu = 1.2 qd + 1.6 ql = 7.168 KN/m 2 Mlx = 0.001.qu.(Ix) 2.x = 0.01.7.168.(4.5) 2.38 = 5.515 KNm/m = 5.515.10 3 Nm/m Mlx/bd 2 = 5.515.10 3 / (1000.90 2 ) = 0.681 Dari tabel tunggal versi Resmi, didapat = 0.0022 As perlu/m lebar pelat =.b.d = 0.0022.1000.90 = 198 mm 2 Dari tabel CUR untuk tulangan pelat D10 250 dengan As terpasang = 314 mm 2 Mtx = -0.001.qu.(Ix) 2.x = 0.01.7.168.(4.5) 2.67.5 = -9.79 KNm/m = -9.79.10 3 Nm/m Mtx/bd 2 = 9.79.10 3 / (1000.90 2 ) = 1.209 Dari tabel tunggal versi Resmi, didapat = 0.0039 As perlu/m lebar pelat =.b.d = 0.0039.1000.90 = 351 mm 2 Dari tabel CUR untuk tulangan pelat D10 200 dengan As terpasang = 393 mm 2 Mly = 0.001.qu.(Ix) 2.x = 0.01.7.168.(4.5) 2.20 = 2.903 KNm/m = 2.903.10 3 Nm/m Mly/bd 2 = 2.903.10 3 / (1000.80 2 ) = 0.453 Dari tabel tunggal, didapat = 0.0014, digunakan min pelat = 0.0018 As perlu/m lebar pelat =.b.d = 0.0018.1000.80 = 144 mm 2 Dari tabel CUR dipakai tul. pelat D10 250 dengan As terpasang = 314 mm 2 Mty = -0.001.qu.(Ix) 2.x = -0.01.7.168.(4.5) 2.54.5 = -7.91 KNm/m = -7.91.10 3 Nm/m Mly/bd 2 = -7.91.10 3 / (1000.80 2 ) = 1.236 Dari tabel tunggal versi Resmi, didapat = 0.004 As perlu/m lebar pelat =.b.d = 0.004.1000.80 = 320 mm 2 Dari tabel CUR digunakan tul. pelat D10 200 dengan As terpasang = 393 mm 2 V-30

V-31 Bab V Penulangan

V-32 Bab V Penulangan

5.9 Penulangan Shearwall 5.9.1 Penulangan Shearwall Canal 1 Story 1 Mu = 21270.94 KNm Pu = 14033.8 KN Vu = 1271.63 KN 1. Baja tulangan horizontal dan transversal minimum yang diperlukan a. Cek tulangan perlu dipasang dual layer Acv (m2) ( Fc' ^ 0.5) 1/6.Acv. ( Fc' ^ 0.5) KN Vu KN Vu > 1/6.Acv. ( Fc' ^ 0.5) 0.9 5 750 1271.63 Tulangan dipasang dual layer Kuat geser maksimum Acv (m2) ( Fc' ^ 0.5) 5/6.Acv. ( Fc' ^ 0.5) KN Vu KN Vu < kuat geser maksimum 0.9 5 3750 1271.63 OK b. Baja tulangan horizontal dan transversal minimum yang diperlukan Rasio distribusi tulangan minimum 0,0025 dan spasi maksimum 45 cm V-33

Luas shearwall/ m panjang = 0.25 m 2 Berarti per meter harus ada minimal = 0.000625 m 2 = 625 mm 2 Bila digunakan baja tulangan D 16 mm, maka d = 16 mm As D 16 = 200.96 mm 2 Karena digunakan dual layer, maka dalam 1 m panjang shearwall harus ada minimal jumlah tulangan = 1.56 dijadikan 2 layer S = 500 mm S max = 450 mm Ambil S = 300 mm, dual layer D 16 300 mm Tentukan baja tulangan yang diperlukan untuk menahan geser hw = 31.5 mm lw = 4.5 mm hw/lw = 7 ( > 2), maka ac = 0.1667 Acv = 900000 mm 2 Didapat = 0.0093 min = 0.0025 Vn = 4126.278 KN > Vu.. OK (shearwall kuat menahan geser) Gunakan dual layer D 16-300 mm dalam arah vertikal dan horizontal V-34

2. Tentukan apakah special boundary element diperlukan apabila (Pu/Ag) + (Mu.Y)/I > 0,2 Fc' C >lw/(600*(du/hw), du/hw > 0.007, Δm max. = du = 8.93 mm du/hw = 0.00028 < 0.007 Special boundary element tidak diperlukan di zone kompresi 3. Tentukan baja transversal yang diperlukan di special boundary element Confienement 40 cm x 40 cm pada boundary element Kita gunakan hoops berbentuk persegi dengan tulangan D 13 mm dan cross ties dua arah. karakteristik inti penampang : hc = dimensi inti (core) diukur dari centroid ke centroid hoop hc = 307 mm Ach (luas penampang) = 102400 mm 2 S max = 0.25 x sisi terpendek = 100 mm S max = 6 x diameter tul.longitudinal = 96 mm S max = 100 + (350 - hx)/3, hx = 2/3hc = 148.44 mm Ambil S = 90 mm Dengan spasi 9 cm, tulangan transversal yang diperlukan adalah : Ash = 0.3 * (s.hc.fc'/fy).((ag/ach)-1) = 403.52 mm 2 Ash = 0.09.s.hc.fc'/ (fy) = 155.42 mm 2 V-35

Kolom menggunakan 12 D16 mm (Story 1), sehingga hanya bisa dikaitkan sebanyak 4 buah hoops dan crossties dimasing masing sisi. Confinement D 13 mm Ash = 132.665 mm 2 < 403.52 mm 2 4 leg hoops = 530.66 mm 2 > 403.52 mm 2.. OK Jadi, gunakan 4 hoops D13 mm - 90 mm Cek Confinement untuk shearwall S max yang diizinkan untuk baja tulangan D 16 mm adalah : S max = 0.25 x sisi terpendek = 100 mm S max = 6 X diameter tul.longitudinal = 96 mm Pakai s = 90 mm 5.9.2 Penulangan Shearwall Canal 2 Story 1 Mu = 21270.94 KNm Pu = 14033.8 KN Vu = 1271.63 KN 1. Baja tulangan horizontal dan transversal minimum yang diperlukan a. Cek tulangan perlu dipasang dual layer Acv (m2) ( Fc' ^ 0.5) 1/6.Acv. ( Fc' ^ 0.5) KN Vu KN Vu > 1/6.Acv. ( Fc' ^ 0.5) 0.9 5 750 1271.63 Tulangan dipasang dual layer Kuat geser maksimum Acv (m2) ( Fc' ^ 0.5) 5/6.Acv. ( Fc' ^ 0.5) KN Vu KN Vu < kuat geser maksimum 0.9 5 3750 1271.63 OK b. Baja tulangan horizontal dan transversal minimum yang diperlukan Rasio distribusi tulangan minimum 0,0025 dan spasi maksimum 45 cm V-36

Luas shearwall/ m panjang = 0.25 m 2 Berarti per meter harus ada minimal = 0.000625 m 2 = 625 mm 2 Bila digunakan baja tulangan D 16 mm, maka d = 16 mm As D 16 = 200.96 mm 2 Karena digunakan dual layer, maka dalam 1 m panjang shearwall harus ada minimal jumlah tulangan = 1.56 dijadikan 2 layer S = 500 mm S max = 450 mm Ambil S = 300 mm, dual layer D 16 300 mm Tentukan baja tulangan yang diperlukan untuk menahan geser hw = 31.5 mm lw = 4.5 mm hw/lw = 7 ( > 2), maka ac = 0.1667 Acv = 900000 mm 2 Didapat = 0.0093 min = 0.0025 Vn = 4126.278 KN > Vu.. OK (shearwall kuat menahan geser) Gunakan dual layer D 16-300 mm dalam arah vertikal dan horizontal V-37

2. Tentukan apakah special boundary element diperlukan apabila (Pu/Ag) + (Mu.Y)/I > 0,2 Fc' C >lw/(600*(du/hw), du/hw > 0.007, Δm max. = du = 8.93 mm du/hw = 0.00028 < 0.007 Special boundary element tidak diperlukan di zone kompresi 3. Tentukan baja transversal yang diperlukan di special boundary element Confienement 40 cm x 40 cm pada boundary element Kita gunakan hoops berbentuk persegi dengan tulangan D 13 mm dan cross ties dua arah. karakteristik inti penampang : hc = dimensi inti (core) diukur dari centroid ke centroid hoop hc = 307 mm Ach (luas penampang) = 102400 mm 2 S max = 0.25 x sisi terpendek = 100 mm S max = 6 x diameter tul.longitudinal = 96 mm S max = 100 + (350 - hx)/3, hx = 2/3hc = 148.44 mm Ambil S = 90 mm Dengan spasi 9 cm, tulangan transversal yang diperlukan adalah : Ash = 0.3 * (s.hc.fc'/fy).((ag/ach)-1) = 403.52 mm 2 Ash = 0.09.s.hc.fc'/ (fy) = 155.42 mm 2 V-38

Kolom menggunakan 12 D16 mm (Story 1), sehingga hanya bisa dikaitkan sebanyak 4 buah hoops dan crossties dimasing masing sisi. Confinement D 13 mm Ash = 132.665 mm 2 < 403.52 mm 2 4 leg hoops = 530.66 mm 2 > 403.52 mm 2.. OK Jadi, gunakan 4 hoops D13 mm - 90 mm Cek Confinement untuk shearwall S max yang diizinkan untuk baja tulangan D 16 mm adalah : S max = 0.25 x sisi terpendek = 100 mm S max = 6 x diameter tul.longitudinal = 96 mm Pakai s = 90 mm V-39

V-40 Bab V Penulangan