BAB III Perolehan dan Analisis Data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Ciri Litologi

Raden Ario Wicaksono/

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

3.3 Stratigrafi Daerah Penelitian

Batupasir. Batulanau. Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di Desa Sungapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

4.2 Pembuatan Kolom Stratigrafi Pembuatan kolom stratigrafi (Lampiran F) dilakukan berdasarkan atas

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI PASIR NGRAYONG

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

Gambar 3.5 Klasifikasi Batugamping berdasarkan Dunham, 1964 ( Loucks et. Al, 2003)

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS FASIES ENDAPAN TURBIDIT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

Gambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS FASIES PENGENDAPAN

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

: Batugamping Kalsilutit-Batulempung : Mudstone (Dunham, 1962)/Batugamping Kalsilutit

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dalam Zonasi Bolli & Saunders (1985), berdasarkan kandungan plangton tersebut maka kisaran umur satuan batuan ini adalah N21 atau Pliosen Atas.

I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung

// - Nikol X - Nikol 1mm

Batulempung (Gambar 3.20), abu abu kehijauan, lapuk, karbonan, setempat terdapat sisipan karbon yang berwarna hitam, tebal ± 5 30 cm.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Lokasi : G.Walang Nama Batuan : Tuf Gelas

BAB 4 KARAKTERISTIK RESERVOIR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

batupasir batulempung Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten.

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto Singkapan batulempung-batupasir, batulempung dalam kondisi menyerpih. Lintasan Kali Bluncong (KB-3). Affan Arif Nurfarhan /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

S U KE 06. Gambar 3.8 Sketsa Penampang Lintasan E

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

STUDI SEDIMENTASI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN ENDAPAN KLASTIK DAERAH GUNUNG BENDE (PADALARANG) DAN CILEAT (SAGULING)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa pengamatan terhadap singkapan-singkapan batuan sedimen klastik dan batuan karbonat, dilakukan di daerah Gunung Bende (Padalarang) dan Cileat (Saguling). Singkapan batuan sedimen klastik terdiri atas batupasir konglomeratan, dan perselingan antara batulanau dengan batupasir yang tersingkap secara terbatas di daerah penelitian. Singkapan-singkapan batuan sedimen klastik tertutup oleh batuan karbonat yang menyebar secara luas baik di Gunung Bende maupun di Cileat. Sedangkan singkapan batugamping terdiri atas batugamping konglomeratan. Data yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari data primer berupa data lapangan dan data laboratorium berupa analisis petrografi (Lampiran A) dan analisis granulometri (Lampiran B). Peneliti melakukan analisis mikropaleontologi, namun dari sampel yang dipreparasi tidak ditemukan adanya mikro fosil. Data lapangan diperoleh melalui pemerian litologi, pengukuran penampang stratigrafi, dan pengambilan sampel untuk di analisis di laboratorium. Data lapangan dan data laboratorium tersebut secara komprehensif dianalisis untuk dapat menentukan satuan batuan, siklus sedimentasi, dan lingkungan pengendapannya. Peneliti juga menggunakan data sekunder berupa data literatur. Pengukuran Penampang Stratigrafi dilakukan dengan mengukur ketebalan sebenarnya pada singkapan yang pada peta geologi tersingkap di daerah karbonat (Gambar 3.1). Pengukuran Penampang Stratigrafi secara detail (Lampiran C, Kolom Stratigrafi) dilakukan di Selatan Gunung Bende (Padalarang) pada singkapan di tebing-tebing (PDL3, PDL4) dan di hulu sungai Cibogo (PDL2), serta satu lintasan di sekitar Desa Cileat (Saguling) (SGL1) (Gambar 3.2). III.1

3.1 Lintasan Padalarang 2 (PDL2) Lintasan Padalarang 2 terletak di selatan Gunung Bende tepatnya di hulu Sungai Cibogo dan singkapannya tersingkap secara terbatas. Singkapan pada lintasan ini memiliki kedudukan lapisan yaitu N144 o E/67 o SW dan kemudian berubah menjadi N80 o E/50 o SSE. 3.1.1 Ciri Litologi Singkapan batuan di Lintasan PDL2 terdiri dari batupasir konglomeratan pada bagian bawah dan perselingan batulanau dengan batupasir di bagian atasnya. Perselingan batulanau batupasir umumnya ditemukan dalam keadaan hancur, hal ini diperkirakan sebagai akibat adanya sesar. Batupasir konglomeratan memiliki ciri litologi antara lain: berwarna coklat hingga abu-abu, berukuran butir pasir kasar sangat kasar dan konglomerat, bentuk butir membundar menyudut tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka, kompak, tidak karbonatan, porositas baik, struktur sedimen yang ditemukan berupa wavy, graded bedding, dan load cast, terlihat adanya sisipan berupa perlapisan batupasir karbonan, terdapat fragmen berukuran kerikil - kerakal berupa mineral kuarsa, batuan volkanik (sedikit), dan setempat ditemukan nodul berupa batulempung. Sayatan tipis pada batupasir konglomeratan dengan kode sampel 2E6 (Lampiran A-1, Analisis Petrografi) menunjukkan batupasir dengan pemilahan buruk, kemas tertutup, kontak antaran butiran berupa point contact, long contact, dan concavo-convex contact, mengandung butiran sebanyak 77%, berukuran 0.1 1.5 mm, butiran terdiri atas kuarsa, plagioklas, K-feldspar, muskovit, hornblenda, mineral opak dan fragmen lithik, dengan matriks 13% berupa mineral berukuran lempung dan serisit, dan semen 5% berupa silika dan oksida besi, porositas 5%. Sayatan tipis memberikan nama batuan, berdasarkan klasifikasi Folk, 1974, berupa Batupasir Arenit Kuarsa (Quartz Arenit Sandstone). Analisis granulometri dengan metoda Visher (1969) op. cit. Friedman dkk. (1992) pada batupasir konglomeratan dengan kode sampel 2E6 (Lampiran B-1, Analisis Granulometri) menunjukkan distribusi penyebaran besar butir dan terdapat tiga populasi, dimana butiran dengan diameter lebih kecil 53 mikron sampai 149 mikron, diendapkan dengan mekanisme arus lemah. Sedangkan III.4

butiran dengan diameter 210 mikron sampai 1190 mikron diendapkan dengan mekanisme arus sedang hingga kuat. Perselingan tipis-tipis antara batulanau dengan batupasir pada Lintasan Padalarang 2, memiliki ciri litologi antara lain: Batulanau berwarna coklat hingga hitam, berukuran butir lanau, tidak bersifat karbonatan, getas, terdapat sisipan karbon dan jejak tumbuhan. Batupasir berwarna coklat - abu-abu, berukuran butir pasir halus, bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas tertutup, kompak, porositas sedang, tidak bersifat karbonatan, struktur sedimen yang ditemukan berupa laminasi sejajar, wavy, laminasi bersilang, dan setempat memperlihatkan struktur sedimen graded bedding dan load cast, terdapat sisipan karbon. Analisis granulometri dengan metoda Visher (1969) op. cit. Friedman dkk. (1992) pada perselingan batulanau batupasir dengan kode sampel 2.10 (Lampiran B-2, Analisis Granulometri) menunjukkan distribusi penyebaran besar butir dan terdapat tiga populasi, dimana butiran dengan diameter lebih kecil 53 mikron sampai 210 mikron, diendapkan dengan mekanisme arus lemah. Sayatan tipis pada perselingan batulanau - batupasir dengan kode sampel 2.10 (Lampiran A-5, Analisis Petrografi) menunjukkan batupasir dengan pemilahan baik, kemas tertutup, kontak antar butiran berupa point contact, long contact, dan concavo-convex contact, mengandung butir sebanyak 83%, berukuran 0,05 0.1 mm, butiran terdiri atas kuarsa, K-feldspar, mineral opak, mineral mika, mineral mafik, dan karbon, dengan matriks dan semen 15% berupa mineral berukuran lempung, serisit, dan silika, terlihat struktur sedimen berupa laminasi sejajar karbon, porositas 2%. Sayatan tipis memberikan nama batuan, berdasarkan klasifikasi Folk, 1974, berupa Batupasir Arenit Kuarsa (Quartz Arenit Sandstone). III.5

3.1.2 Pengukuran Penampang Stratigrafi Padalarang 2 Singkapan batuan di Lintasan PDL2 terdiri dari batupasir konglomeratan pada bagian bawah dan perselingan batulanau dengan batupasir di bagian atasnya. Ketebalan total dari singkapan yang dapat terukur adalah kurang lebih 20.4 m dan ketebalan total yang dapat diinterpretasi kurang lebih 49.8 m. Berdasarkan data pengukuran penampang stratigrafi, ciri litologi yang diamati di lapangan, dan hasil analisis laboratorium, Lintasan Padalarang 2 (PDL2) terdiri dari Satuan Batupasir. Satuan Batupasir ini terdiri dari dua (2) fasies, yaitu Batupasir Fasies Kasar dan Batupasir Fasies Halus (Foto 3.1). Batupasir Fasies Kasar memperlihatkan struktur sedimen perlapisan, wavy, graded bedding, dan load cast dengan ketebalan yang dapat diinterpretasi kurang lebih 27.6 m, sedangkan Batupasir Fasies Halus memperlihatkan struktur sedimen laminasi sejajar, wavy, laminasi bersilang, dan setempat memperlihatkan struktur sedimen load cast dan graded bedding (Foto 3.1) dengan ketebalan yang dapat diinterpretasi kurang lebih 22.2 m. Suksesi vertikal dan siklus sedimentasi dari Satuan Batupasir dapat diamati pada kolom litologi dari Gambar 3.3. Satuan Batupasir tersebut memperlihatkan suksesi vertikal menghalus dan menipis keatas, didapatkan paling tidak 17 siklus sedimentasi. Keterangan : Gambar 3.3 Penampang Stratigrafi Umum di Lintasan Padalarang 2 (PDL2) III.6

3.2 Lintasan Padalarang 3 (PDL3) Lintasan Padalarang 3 terletak di tebing - tebing di selatan Gunung Bende tepatnya di selatan Sungai Cibogo bagian hulu dan singkapannya tersingkap secara terbatas. Singkapan pada lintasan ini memiliki kedudukan lapisan yaitu N170 o E/25 o SW dan kemudian berubah menjadi N175 o E/40 o SW. 3.2.1 Ciri Litologi Singkapan batuan di Lintasan PDL3 terdiri dari batupasir konglomeratan pada bagian bawah dilanjutkan dengan perselingan batulanau dengan batupasir di bagian atasnya. Perselingan batulanau batupasir umumnya ditemukan dalam keadaan hancur, hal ini diperkirakan sebagai akibat adanya sesar. Di bagian atas terdapat singkapan batuan karbonat berupa batugamping konglomeratan (Fasies Rudstone (Embrie dan Klovan, 1972 op. cit. Tucker dan Wright, 1990)) Batupasir konglomeratan memiliki ciri litologi antara lain: berwarna coklat hingga abu-abu, berukuran butir pasir kasar sangat kasar dan konglomerat, bentuk butir membundar menyudut tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka, kompak, tidak karbonatan, porositas baik, struktur sedimen yang ditemukan berupa wavy, graded bedding, dan load cast, terlihat adanya sisipan berupa perlapisan batupasir karbonan, terdapat fragmen berukuran kerikil - kerakal berupa mineral kuarsa, batuan volkanik sedikit, dan setempat ditemukan nodul berupa batulempung. Sayatan tipis pada batupasir konglomeratan dengan kode sampel 3.5 (Lampiran A-2, Analisis Petrografi) menunjukkan batupasir dengan pemilahan sedang, kemas tertutup, kontak antaran butiran berupa point contact, long contact, dan concavo-convex contact, mengandung butiran sebanyak 80%, berukuran 0.1 1.25 mm, butiran terdiri atas kuarsa, plagioklas, K-feldspar, muskovit, hornblenda, mineral opak dan fragmen lithik, dengan matriks 10% berupa mineral berukuran lempung dan serisit, dan semen 3% berupa silika dan oksida besi, porositas 7%. Sayatan tipis memberikan nama batuan, berdasarkan klasifikasi Folk, 1974, berupa Batupasir Arenit Kuarsa (Quartz Arenit Sandstone). III.8

Perselingan tipis-tipis antara batulanau dengan batupasir pada Lintasan Padalarang 3 memiliki ciri litologi antara lain: Batulanau berwarna coklat hingga hitam, berukuran butir lanau, tidak bersifat karbonatan, getas, terdapat sisipan karbon dan jejak tumbuhan. Batupasir berwarna coklat - abu-abu, berukuran butir pasir halus, bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas tertutup, kompak, porositas sedang, tidak bersifat karbonatan, struktur sedimen yang ditemukan berupa laminasi sejajar, wavy, laminasi bersilang, dan setempat memperlihatkan struktur sedimen graded bedding dan load cast, terdapat sisipan karbon. Sayatan tipis pada perselingan batulanau - batupasir dengan kode sampel 3.2 (Lampiran A-6, Analisis Petrografi) menunjukkan batupasir dengan pemilahan baik, kemas tertutup, kontak antar butiran berupa point contact, long contact, dan concavo-convex contact, mengandung butir sebanyak 83%, berukuran 0,05 0.1 mm, terdiri atas kuarsa, K-feldspar, mineral opak, mineral mika, mineral mafik, dan karbon, dengan matriks dan semen 14% berupa mineral berukuran lempung, serisit, dan silika, terlihat struktur sedimen berupa laminasi sejajar karbon, porositas 3%. Sayatan tipis memberikan nama batuan, berdasarkan klasifikasi Folk, 1974, berupa Batupasir Arenit Kuarsa (Quartz Arenit Sandstone). Singkapan batuan karbonat berupa batugamping konglomeratan (Rudstone) memiliki ciri litologi antara lain: berwarna abu-abu kecokelatan, butiran berupa pecahan koral, alga, butiran kuarsa, dan fragmen batuan volkanik (sedikit), berukuran 2 10 cm, matriks berupa mikrit, porositas buruk. Sayatan tipis batugamping konglomeratan dengan kode sampel RD1 (Lampiran A-9 Analisis Petrografi) batugamping dengan pemilahan buruk, kemas terbuka setempat tertutup, kontak antar butiran berupa point contact dan long contact, mengandung butiran sebanyak 45%, berukuran 0.1 3 mm yang terdiri atas foraminifera besar dan kecil, alga, koral, berbentuk utuh pecah-pecah, terdapat butiran kuarsa dan batuan volkanik, dengan matriks 34% berupa lumpur karbonat yang mulai terekristalisasi menjadi mikrit, semen 20% berupa spari kalsit, porositas 1%. Sayatan tipis memberikan nama batuan berupa Wackstone, berdasarkan klasifikasi Dunham, 1962. III.9

3.2.2 Pengukuran Penampang Stratigrafi Padalarang 3 Singkapan batuan di Lintasan PDL3 terdiri dari batupasir konglomeratan pada bagian bawah dilanjutkan dengan perselingan batulanau dengan batupasir di bagian atasnya dan batugamping konglomeratan. Ketebalan total dari singakapan yang dapat terukur adalah kurang lebih 17 m dan ketebalan total yang dapat diinterpretasi kurang lebih 39.4 m..berdasarkan data pengukuran penampang stratigrafi, ciri litologi yang diamati di lapangan, dan hasil analisis laboratorium, Stratigrafi Lintasan Padalarang 3 (PDL3) dapat dikelompokkan menjadi dua (2) satuan berdasarkan satuan litostratigrafi tidak resmi, dari tua ke muda yaitu Satuan Batupasir dan Satuan Batugamping. Satuan Batupasir ini terdiri dari dua (2) fasies, yaitu Fasies Kasar dan Fasies Halus (Foto 3.2). Batupasir Fasies Kasar memperlihatkan struktur sedimen perlapisan, wavy, graded bedding, dan load cast dengan ketebalan kurang lebih 1 m, sedangkan Batupasir Fasies Halus memperlihatkan struktur sedimen laminasi sejajar, wavy, laminasi bersilang, setempat memperlihatkan struktur sedimen load cast dan graded bedding dengan ketebalan yang dapat diinterpretasi kurang lebih 37.4 m. Satuan Batugamping dengan ketebalan kurang lebih 1 m, memperlihatkan fragmen berupa pecahan koral, alga, butiran kuarsa, dan fragmen batuan volkanik (Foto 3.3). Suksesi vertikal dan siklus sedimentasi dari Satuan Batupasir dapat diamati pada kolom litologi dari Gambar 3.4. Satuan Batupasir tersebut memperlihatkan suksesi vertikal menghalus dan menipis keatas dan paling tidak terdapat 6 siklus sedimentasi. Gambar 3.4 Penampang Stratigrafi Umum di Lintasan Padalarang 3 (PDL3) III.10

3.3 Lintasan Padalarang 4 (PDL4) Lintasan Padalarang 4 terletak di tebing - tebing di selatan Gunung Bende tepatnya di utara Sungai Cibogo bagian hulu dan singkapannya tersingkap secara terbatas. Singkapan pada lintasan ini memiliki kedudukan lapisan yaitu N305 o E/25 o NE. 3.3.1 Ciri Litologi Singkapan batuan di Lintasan PDL4 terdiri dari batupasir konglomeratan pada bagian bawah dilanjutkan dengan perselingan batulanau dengan batupasir di bagian atasnya. Perselingan batulanau batupasir umumnya ditemukan dalam keadaan hancur, hal ini diperkirakan sebagai akibat adanya sesar. Di bagian atas terdapat singkapan batuan karbonat berupa batugamping konglomeratan (Fasies Rudstone (Embrie dan Klovan, 1972 op. cit. Tucker dan Wright, 1990)) Batupasir konglomeratan memiliki ciri litologi antara lain: berwarna coklat hingga abu-abu, berukuran butir pasir kasar sangat kasar dan konglomerat, bentuk butir membundar menyudut tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka, kompak, tidak karbonatan, porositas baik, struktur sedimen yang ditemukan berupa wavy, graded bedding, dan load cast, terlihat adanya sisipan berupa perlapisan batupasir karbonan, terdapat fragmen berukuran kerikil - kerakal berupa mineral kuarsa, batuan volkanik (sedikit), dan setempat ditemukan nodul berupa batulempung. Sayatan tipis pada batupasir konglomeratan dengan kode sampel 4.1 (Lampiran A-3, Analisis Petrografi) menunjukkan batupasir dengan pemilahan sedang, kemas tertutup, kontak antaran butiran berupa point contact, long contact, dan concavo-convex contact, mengandung butiran sebanyak 85%, berukuran 0.1 1.25 mm, butiran terdiri atas kuarsa, plagioklas, K-feldspar, muskovit, hornblenda, mineral opak dan fragmen lithik, dengan matriks 5% berupa mineral berukuran lempung dan serisit, dan semen (3%) berupa silika dan oksida besi, porositas 7%. Sayatan tipis memberikan nama batuan, berdasarkan klasifikasi Folk, 1974, berupa Batupasir Arenit Kuarsa (Quartz Arenit Sandstone). III.12

Perselingan tipis-tipis antara batulanau dengan batupasir pada Lintasan Padalarang 4 memiliki ciri litologi antara lain: Batulanau berwarna coklat hingga hitam, berukuran butir lanau, tidak bersifat karbonatan, getas, terdapat sisipan karbon dan jejak tumbuhan. Batupasir berwarna coklat - abu-abu, berukuran butir pasir halus, bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas tertutup, kompak, porositas sedang, tidak bersifat karbonatan, struktur sedimen yang ditemukan berupa laminasi sejajar, wavy, laminasi bersilang, dan setempat memperlihatkan struktur sedimen graded bedding dan load cast, terdapat sisipan karbon. Sayatan tipis pada perselingan batulanau - batupasir dengan kode sampel 1.4 (Lampiran A-7, Analisis Petrografi) menunjukkan batupasir dengan pemilahan baik, kemas tertutup, kontak antar butiran berupa point contact, long contact, dan concavo-convex contact, mengandung butir sebanyak 85%, berukuran 0,05 0.3 mm yang terdiri atas kuarsa, K-feldspar, mineral opak, mineral mika, mineral mafik, dan karbon, dengan matriks dan semen 12% berupa mineral berukuran lempung, serisit, dan oksida besi, terlihat struktur sedimen berupa laminasi sejajar karbon, porositas 3%. Sayatan tipis memberikan nama batuan, berdasarkan klasifikasi Folk, 1974, berupa Batupasir Arenit Kuarsa (Quartz Arenit Sandstone). Singkapan batuan karbonat berupa batugamping konglomeratan (Rudstone) memiliki ciri litologi antara lain: berwarna abu-abu kecokelatan, butiran berupa pecahan koral, alga, dan butiran kuarsa, berukuran 2 10 cm, matriks berupa mikrit, porositas buruk. Sayatan tipis batugamping konglomeratan dengan kode sampel RD2 (Lampiran A-10 Analisis Petrografi) batugamping dengan pemilahan buruk, kemas terbuka setempat tertutup, kontak antar butiran berupa point contact dan long contact, mengandung butiran sebanyak 40%, berukuran 0.1 3 mm yang terdiri atas foraminifera besar dan kecil, alga, koral, berbentuk utuh pecahpecah, terdapat butiran kuarsa, dengan matriks 34% berupa lumpur karbonat yang mulai terekristalisasi menjadi mikrit, semen 25% berupa spari kalsit, porositas 1%. Sayatan tipis memberikan nama batuan berupa Wackstone, berdasarkan klasifikasi Dunham, 1962. III.13

3.3.2 Pengukuran Penampang Stratigrafi Padalarang 4 Singkapan batuan di Lintasan PDL4 terdiri dari batupasir konglomeratan pada bagian bawah dilanjutkan dengan perselingan batulanau dengan batupasir di bagian atasnya dan batugamping konglomeratan. Ketebalan total dari singakapan yang dapat terukur adalah kurang lebih 13.5 m dan ketebalan total yang dapat diinterpretasi kurang lebih 43.6 m..berdasarkan data pengukuran penampang stratigrafi, ciri litologi yang diamati di lapangan, dan hasil analisis laboratorium, Stratigrafi Lintasan Padalarang 4 (PDL4) dapat dikelompokkan menjadi dua (2) satuan berdasarkan satuan litostratigrafi tidak resmi, dari tua ke muda yaitu Satuan Batupasir dan Satuan Batugamping Satuan Batupasir ini terdiri dari dua (2) fasies, yaitu Fasies Kasar dan Fasies Halus (Foto 3.4). Batupasir Fasies Kasar memperlihatkan struktur sedimen perlapisan, wavy, graded bedding, dan load cast dengan ketebalan kurang lebih 5.34 m, sedangkan Batupasir Fasies Halus memperlihatkan struktur sedimen laminasi sejajar, wavy, laminasi bersilang, setempat memperlihatkan struktur sedimen load cast dan graded bedding (Foto 3.4) dengan ketebalan kurang lebih 6.33 m. Satuan Batugamping dengan ketebalan kurang lebih 2 m, memperlihatkan fragmen berupa pecahan koral, alga, dan butiran kuarsa (Foto 3.5). Suksesi vertikal dan siklus sedimentasi dari Satuan Batupasir dapat diamati pada kolom litologi dari Gambar 3.5. Satuan Batupasir tersebut memperlihatkan suksesi vertikal menghalus dan menipis keatas dan dapat diamati setidaknya 9 siklus sedimentasi. Gambar 3.5 Penampang Stratigrafi Umum di Lintasan Padalarang 4 (PDL4) III.14

berupa mineral kuarsa, batuan vulkanik (sedikit), dan setempat ditemukan nodul berupa batulempung. Sayatan tipis pada batupasir konglomeratan dengan kode sampel 1.2 (Lampiran A-4, Analisis Petrografi) menunjukkan batupasir dengan pemilahan buruk, kemas tertutup, kontak antaran butiran berupa point contact, long contact, dan concavo-convex contact, mengandung butiran sebanyak 85%, berukuran 0.1 1.25 mm, butiran terdiri atas kuarsa, plagioklas, K-feldspar, muskovit, hornblenda, mineral opak dan fragmen batuan volkanik, dengan matriks 5% berupa mineral berukuran lempung dan serisit, dan semen (3%) berupa silika dan oksida besi, porositas 7%. Sayatan tipis memberikan nama batuan, berdasarkan klasifikasi Folk, 1974, berupa Batupasir Arenit Kuarsa (Quartz Arenit Sandstone). Perselingan tipis-tipis antara batulanau dengan batupasir pada Lintasan Saguling 1 memiliki ciri litologi antara lain: Batulanau berwarna coklat hingga hitam, berukuran butir lanau, tidak bersifat karbonatan, getas, terdapat sisipan karbon dan jejak tumbuhan. Batupasir berwarna coklat - abu-abu, berukuran butir pasir halus, bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas tertutup, kompak, porositas sedang, tidak bersifat karbonatan, struktur sedimen yang ditemukan berupa laminasi sejajar, wavy, laminasi bersilang, dan terdapat sisipan karbon. Sayatan tipis pada perselingan batulanau - batupasir dengan kode sampel 1.1 (Lampiran A-8, Analisis Petrografi) menunjukkan batupasir dengan pemilahan baik, kemas tertutup, kontak antar butiran berupa point contact, long contact, dan concavo-convex contact, mengandung butir sebanyak 85%, berukuran 0,05 0.1 mm yang terdiri atas kuarsa, K-feldspar, mineral opak, mineral mika, mineral mafik, dan karbon, dengan matriks dan semen 12% berupa mineral berukuran lempung, serisit, dan oksida besi, terlihat struktur sedimen berupa laminasi sejajar karbon, porositas 3%. Sayatan tipis memberikan nama batuan, berdasarkan klasifikasi Folk, 1974, berupa Batupasir Arenit Kuarsa (Quartz Arenit Sandstone). III.17

Singkapan batuan karbonat berupa batugamping konglomeratan (Rudstone) memiliki ciri litologi antara lain: berwarna abu-abu kecokelatan, butiran berupa pecahan koral, alga, dan butiran kuarsa, berukuran 2 10 cm, matriks berupa mikrit, porositas buruk. Sayatan tipis batugamping konglomeratan dengan kode sampel RD3 (Lampiran A-11 Analisis Petrografi) batugamping dengan pemilahan buruk, kemas terbuka setempat tertutup, kontak antar butiran berupa point contact dan long contact, mengandung butiran sebanyak 42%, berukuran 0.1 3 mm yang terdiri atas foraminifera besar dan kecil, alga, koral, berbentuk utuh pecahpecah, dan terdapat butiran kuarsa, dengan matriks 37% berupa lumpur karbonat yang mulai terekristalisasi menjadi mikrit, semen 20% berupa spari kalsit, porositas 1%. Sayatan tipis memberikan nama batuan berupa Wackstone berdasarkan klasifikasi Dunham, 1962. III.18

3.4.2 Pengukuran Penampang Stratigrafi Saguling 1 Singkapan batuan di Lintasan SGL1 terdiri dari batupasir konglomeratan pada bagian bawah dilanjutkan dengan perselingan batulanau dengan batupasir di bagian atasnya dan batugamping konglomeratan. Ketebalan total dari singakapan yang dapat terukur adalah kurang lebih 3.3 m dan ketebalan total yang dapat diinterpretasi kurang lebih 71.2 m (Gambar 3.6). Berdasarkan data pengukuran penampang stratigrafi, ciri litologi yang diamati di lapangan, dan hasil analisis laboratorium, Stratigrafi Lintasan Saguling 1 (SGL1) dapat dikelompokkan menjadi dua (2) satuan berdasarkan satuan litostratigrafi tidak resmi, dari tua ke muda yaitu Satuan Batupasir dan Satuan Batugamping Satuan Batupasir ini terdiri dari dua (2) fasies, yaitu Fasies Kasar dan Fasies Halus (Foto 3.6). Batupasir Fasies Kasar memperlihatkan struktur sedimen perlapisan, wavy, graded bedding, dan load cast dengan ketebalan kurang lebih 1.5 m, sedangkan Batupasir Fasies Halus memperlihatkan struktur sedimen laminasi sejajar, wavy, dan laminasi bersilang (Foto 3.6) dengan ketebalan yang dapat diinterpretasi kurang lebih 31.55 m. Satuan Batugamping dengan ketebalan kurang lebih 1 m, memperlihatkan fragmen berupa pecahan koral, alga, dan butiran kuarsa (Foto 3.7). Suksesi vertikal dan siklus sedimentasi dari Satuan Batupasir kurang dapat diamati dengan baik pada lokasi SGL1, hal ini disebabkan oleh singkapan yang ada sangat terbatas, sehingga tidak dapat diamati adanya perkembangan siklus sedimentasinya. Keterangan : Gambar 3.6 Penampang Stratigrafi Umum di Lintasan Saguling 1 (SGL1) III.19