BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang pengaruh Upah. Minimum Kabupaten/Kota (UMK) riil dan Produk Domestik Regional Bruto

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

BAB I PENDAHULUAN. GDP baik secara keseluruhan maupun per kapita. Tujuan dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan ekonomi nasional dan penurunan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam proses pembangunan ekonomi, manusia berperan cukup penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM), sumber daya alam (SDA), teknologi, sosial budaya dan lain-lain. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan pendapatan perkapita penduduk dalam kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar. Sarjana Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006), ketimpangan dan memberantas kemiskinan untuk mencapai kehidupan yang

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam suatu negara atau pun daerah. Menurut Mankiw (2014),

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian kebijakan-kebijakan. yang diambil pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara. dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Terbesar di Dunia. Setelah China, India, dan Amerika Serikat. Di tambah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator tingkat

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 2 Juni 2014

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan. daerah mengalami pertumbuhan ataupun kemunduran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi. Ketika kesempatan kerja tinggi, pengangguran akan rendah dan ini akan berdampak pada naiknya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kesempatan kerja dapat dilihat dari banyaknya jumlah orang yang diterima bekerja dan tersedianya lapangan pekerjaan. Pentingnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat adalah sebagai sumber penghidupan untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari. Lahan pekerjaan yang tersedia biasanya hanya terbatas, sehingga untuk mendapatkannya relatif semakin sulit. Hal Ini akan menimbulkan kesenjangan antaran permintaan dan penawaran tenaga kerja, sehingga berdampak pada pengangguran. Gambar 1.1 di bawah ini menunjukan perkembangan angkatan kerja dan pengangguran di Indonesia tahun 2010 2013. Berdasarkan gambar 1.1, dari tahun 2010 sampai dengan 2013 terlihat bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia rata rata mengalami meningkatan, setiap tahunnya jumlah orang yang bekerja rata rata juga mengalami peningkatan, tetapi jumlah orang yang menganggur tidak berubah secara signifikan. Kesenjangan yang terjadi dalam dapat dilihat dari perbedaan jumlah angkatan bekerja dan jumlah orang yang bekerja, kesenjangan ini akan berdampak pada pengangguran. Hal ini membuktikan bahwa pengangguran di Indonesia masih ada dan angkanya relatif cukup tinggi. 1

2 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS). Gambar 1.1 Jumlah Angkatan Kerja, Bekerja, dan Pengangguran di Indonesia (Tahun 2010-2013) Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia menjadi suatu masalah yang krusial. Untuk mengurangi tingkat penggangguran yang relatif tinggi, maka pemerintah perlu meningkatkan kegiatan perekonomian atau pertumbuhan ekonomi di daerah masing masing. Ukuran pertumbuhan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang tercermin pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan investasi yang merupakan bagian dari pendapatan (Samuelson dan Nordhaus, 1996). Meningkatnya pendapatan daerah akan meningkatkan permintaan barang dan jasa di masyarakat. Ini berarti memerlukan penambahan modal yang sudah ada dengan menambahkan proyek investasi. Meningkatnya tingkat pendapatan mengakibatkan meningkatnya jumlah

3 proyek investasi yang dilaksanakan oleh masyarakat (Todaro dan Stephen, 2003), atau bisa dikatakan permintaan tenaga kerja meningkat. Selain meningkatkan PDRB, pemerintah juga harus memperhatikan tingkat kesejahteraan pekerja, di antaranya adalah pemberlakuan upah minimum sebagaimana dimaksud Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang upah minimum. Besarnya Upah minimum ditentukan oleh : (i) Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), (ii) Indeks Harga Konsumen (IHK), (iii) Kemampuan perusahaan, pertumbuhannya, dan kelangsungannya, (iv) Kondisi pasar tenaga kerja, dan (v) Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. Pemberlakuan upah minimum ini dilaksanakan setiap tahunnya berdasarkan tingkat dan harga kebutuhan masyarakat pada saat itu. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Kondisi perekonomian pada saat ini telah memungkinkan untuk penetapan upah yang realistis sesuai dengan tingkat kebutuhan masing masing daerah. Penetapan Upah Minimum mengacu kepada pemenuhan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Pemerintah menetapkan upah berdasarkan KHM dan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Penetapan Upah minimum setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan dilema tersendiri bagi perusahaan yang menganggap penentuan upah minimum terlalu tinggi. Upah mempunyai pengaruh terhadap kesempatan kerja. Jika semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan, maka berpengaruh pada meningkatnya biaya untuk menggaji tenaga kerja sehingga biaya produksi akan meningkat (Simanjutak, 1998). Biaya Produksi yang tinggi mengakibatkan

4 pengeluaran perusahaan menjadi semakin besar sehingga tidak efisien. Untuk melakukan efisiensi, perusahaan terpaksa melakukan pengurangan tenaga kerja, yang berakibat pada rendahnya tingkat kesempatan kerja dan naiknya angka pengangangguran. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi terpadat penduduknya di Indonesia yaitu sekitar 34.674.870 jiwa (Dinas Transmigrasi Dan Tenaga Kerja Jawa Tengah, 2013). Salah satu masalah yang dihadapi Jawa Tengah adalah masalah ketenagakerjaan, baik itu pengangguran maupun kesempatan kerja. Tabel 1.1, menunjukan kondisi tenaga kerja di Jawa Tengah. No 1 Jenis Kegiatan Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas (Orang) Angkatan Kerja (Orang) Tabel 1.1 Keadaaan Tenaga Kerja Di Jawa Tengah Tahun 2010 2013 Periode Agustus 2010 Agustus 2011 Agustus 2012 Agustus 2013 23.874.585 23.905.331 23.933.408 24.020.083 16.856.330 16.918.797 17.095.031 16.986.776 2 Bekerja (Orang) 15.809.447 15916135 16.132.890 15.964.048 Pengangguran Terbuka (Orang) 1.046.883 1.002.662 962.141 1.022.728 3 Bukan Angkatan Kerja (Orang) 7.018.255 6.986.534 6.838.377 7.033.307 TPAK (Tingkat 4 Partisipasi Angkatan 70,6 70,77 71,43 70,72 Kerja (%) TPT (Tingkat 5 Pengangguran 6,21 5,93 5,63 6,02 Terbuka) (%) Sumber : BPS Jawa Tengah, Keadaan Tenaga Kerja Jawa Tengah 2013, (Diolah). Tabel 1.1 menjelaskan keadaaan tenaga kerja di Jawa Tengah. Penyerapan angkatan kerja yang setiap tahunnya tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang bekerja. Dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), pada tahun

5 2010-2012 di Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 70,6%, 70,77% menjadi 71,43% dan penurun pada tahun 2013 menjadi 70,72%. Jumlah Pengangguran pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 962.141 jiwa menjadi 1.022.728. Naiknya angka pengangguran ini berarti kesempatan kerja di Jawa Tengah mengalami penurunan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengangguran di Jawa Tengah. Salah satu penyebab naiknya angka pengangguran yang terjadi pada tahun 2013 adalah permasalahan Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) yang ditetapkan Pemerintah Jawa Tengah. Naiknya UMK di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah berdampak pada kesempatan kerja. Salah satunya adalah Kota Pekalongan, UMK Kota Pekalongan pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp. 980.000 per bulan dimungkinkan berdampak pada perusahaan berskala kecil, sehingga melakukan efisiensi atau pemutusan hubungan kerja sebagai upaya mempertahankan perusahaan tetap berproduksi (Saepudin, 2012). Tingginya UMK membuat sebagian perusahaan di Jawa Tengah keberatan karena diasumsikan bahwa ketika UMK naik maka biaya produksi menjadi semakin besar. Penetapan Upah di Jawa Tengah menggunakan sistem pengupahan Upah Minimum Kabupaten/Kota. Jawa Tengah memiliki 30 Kabupaten dan 5 Kota, yang masing masing memiliki tingkat kebutuhan hidup minimum yang berbeda, sehingga penentuan upah minimum masing masing kabupaten dan kota pun juga berbeda sesuai dengan tingkat kehidupan hidup minimumnya.

6 Tahun 2013, penetapan UMK di Jawa Tengah sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Jateng Nomor 561.4/58 Tahun 2012 tentang Upah Minimum Kabupatan/Kota (UMK) 2013. UMK Jateng tahun 2013 tertinggi adalah Kota Semarang sebesar Rp 1.209.100 per bulan dan terendah adalah Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen sebesar Rp. 835.000 per bulan. Kenaikan UMK rata-rata sebesar 9,55% atau Rp 80.020 per bulan jika dibanding tahun 2012. Penetapan UMK di Jawa Tengah setiap tahunnya yang terus mengalami peningkatan, berdampak pada jumlah kesempatan kerja di Jawa Tengah. Gambar 1.2 menunjukkan fluktuasi atau perubahan jumlah kesempatan kerja pertahun dengan adanya perubahan UMK, hal ini berarti penentuan UMK di Jawa Tengah dimungkinkan memberikan dampak terhadap kesempatan kerja di Jawa Tengah. Jumlah Orang Bekerja 16200000 16100000 16000000 15900000 15800000 15700000 15600000 Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 tahun 2010 Tahun 2009 Bekerja 15964048 16132890 15916135 15809447 15835382 Sumber : BPS Jawa Tengah, Jawa Tengah Dalam Angka 2014, (Diolah). Gambar 1.2 Perubahan Kesempatan Kerja di Jawa Tengah Tahun 2009-2013 Penelitian terdahulu yang dilakukan Sholeh (2005) mengenai dampak kenaikan upah terhadap kesempatan kerja di provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan analisis input-output (I-O), menyimpulkan bahwa peningkatan upah

7 (melalui sisi penawaran) 16% maka akan membuka kesempatan kerja di Jawa Tengah sebanyak 738.249 orang. Berdasarkan Penelitian tersebut, penentuan upah minimum yang naik setiap tahunnya, akan menjamin upah yang layak bagi tenaga kerja. Upah yang naik akan mendorong produktifitas tenaga kerja, meningkatnya produktifitas akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Tingginya angka pertumbuhan ekonomi suatu daerah, akan menciptakan terbukanya lapangan pekerjaan yang baru, sehingga kesempatan kerja akan tinggi. Hutagalung dan Purbayu (2013), meneliti tentang analisis pengaruh upah minimum dan inflasi terhadap kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jawa Tengah (35 Kab/Kota), menyimpulkan bahwa upah minimum secara signifikan berpengaruh terhadap kesempatan kerja, jika upah minimum meningkat maka kesempatan kerja di kabupaten / kota di Jawa Tengah meningkat. Variabel inflasi tidak mempengaruhi kesempatan kerja. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini akan menganalisis Bagaimana Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) riil dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riil mempengaruhi kesempatan kerja di Jawa Tengah. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu diketahui bagaimana Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) riil dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riil berpengaruh terhadap besarnya Kesempatan Kerja di Jawa Tengah Tahun 2009-2013?

8 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) riil dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riil terhadap kesempatan kerja di Jawa Tengah tahun 2009-2013. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan sarana bagi penerapan teori-teori yang telah diperoleh selama masa studi di perguruan tinggi khususnya di bidang ekonomi sumber daya manusia. 2. Bagi Pihak Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan ataupun referensi serta sebagai bahan pemikiran dan pembanding untuk penelitian yang sejenis. 1.5. Hipotesis a) Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) riil dan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Riil secara bersama sama berpengaruh terhadap Kesempatan Kerja di Jawa Tengah. b) Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) riil berpengaruh negatif terhadap Kesempatan Kerja di Jawa Tengah. c) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riil berpengaruh positif terhadap Kesempatan Kerja di Jawa Tengah.

9 1.6. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta hipotesis. BAB II Tinjauan Pustaka Pada Bab II ini akan membahas mengenai landasan teori yang terkait dengan penelitian. BAB III Metode Penelitian Bab ini membahas tentang variabel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, analisis data, alat analisis yang dipakai oleh penulis. BAB IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang hasil persamaan regresi yang sudah diestimasi. Tahap pengujian yang dilakukan meliputi uji F, uji t, dan akan dilihat besarnya koefisien determinasi. BAB V Penutup Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil estimasi, serta saran untuk penelitian kedepannya.