BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif dengan metode komparasi. Kata komparasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah Matching Pretestpost-test

BAB III METODE PENELITIAN. Research). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experimental research). Menurut Sugiyono (2012:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. exsperimen (eksperimen semu) dengan desain Nonequivalent Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

BAB III METODE PENELITIAN. persepsi siswa tentang pemberian tugas dengan hasil belajar IPS siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan judul penelitian yaitu Perbedaan Metode Inquiry dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantiatif dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semi pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental design atau sering juga dikenal dengan istilah quasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada. Data yang terkumpul diwujudkan dalam bentuk angka-angka. akan menunjukkan sejauh mana dua hal saling berhubungan.

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimen kuasi. Dalam penelitian, yang menjadi fokus adalah pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penggunaan media CD interaktif terhadap minat dan hasil belajar dalam

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif asosiatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui tujuan penelitian tercapai atau tidak, maka dipergunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Project based learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, karena hasil observasi ketika KKN-PPL UNY Selain itu,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk. mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 1997:136).

BAB III METODE PENELTIAN

III. METODE PENELITIAN. Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada

BAB IV ANALISIS KORELASI ANTARA NILAI BTQ DENGAN PRESTASI BELAJAR MAPEL PAI DI SD KANDANG PANJANG 01 PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan sesuatu hasil (Pabundu Tika, 1997: 10). Adapun tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Nonequivalent Control Group Design

Penelitian eksperimen adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto. Sukardi (2008: 165)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SDN Gegerkalong KPAD yang tepatnya terletak

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan di sekolah SMP Islam Al-Ulum Medan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Pembelajaran model pembelajaran PQ4R adalah model rangkaian kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh akan diolah dengan menggunakan teknik kuantitatif yaitu

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Eksperimen yaitu merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa. Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan jawaban pada pertanyaan, penelitian, mengontrol dan mengendalikan variabel penelitian. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized pre-test, post-test control group design. Skema model ini adalah sebagai berikut: Tabel 1. Format Desain Penelitian KE KK Keterangan : KE = Kelompok Eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran PBL KK = Kelompok Kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional = Perlakuan kelompok eksperimen = Perlakuan kelompok kontrol 58

59 = Pre-test = Post-test B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Wonosari dengan fokus penelitian siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 hingga selesai. C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (independent variable) yakni penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (X) dan variabel terikat (dependent variable) yakni peningkatan sikap demokratis ( ) dan prestasi belajar PKn ( ). Gambar 2. Hubungan antar variabel x Keterangan: X = Pengunaan Model Pembelajaran Program Based Learning = Peningkatan sikap demokratis = Peningkatan prestasi belajar

60 D. Definisi Operasional Variabel 1. Efektivitas Efektivitas merupakan istilah yang banyak disinggung oleh para ahli, dimana batasan-batasan pengertian tentang efektivitas yang dikemukakan oleh para ahli berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) mendeskripsikan efektif dengan ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) dan efektivitas diartikan keadaan berpengaruh, hal berkesan atau keberhasilan(usaha, tindakan). Jadi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas adalah suatu usaha atau tindakan yang berakibat/berpengaruh dan berkesan yang dapat membawa hasil/berhasil guna. Chong dan Maginson (Slameto, 2003: 81) mengartikan Efektivitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan proses yang harus dilalui siswa untuk mencapai hasil belajar. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu tindakan yang berakibat/berpengaruh dan berkesan yang dapat membawa hasil/berhasil guna sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini digunakannya model pembelajaran berbasis masalah dikatakan efektif apabila model pembelajaran tersebut membawa hasil.

61 2. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokrasi, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. 3. Sikap demokratis dalam pembelajaran PKn. Sikap demokratis pada mata pelajaran PKn merupakan sikap positif yang ditunjukkan peserta didik dalam pelaksanaan demokrasi pada pembelajaran PKn. Dalam hal ini menunjukkan sikap sebagai berikut: a. Adanya persamaan/tidak membeda-bedakan teman dalam kelas/kelompok. b. Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, disini diartikan hak adalah hak siswa sebagai anggota kelas/kelompok dan kewajiban adalah kewajiban siswa sebagai anggota kelas/kelompok. c. Adanya kebebasan yang bertanggung jawab, dalam hal ini adalah kebebasan tukar pendapat dalam penyelesaian masalah. d. Mengutamakan persatuan dan kesatuan, dalam hal ini setiap siswa dalam anggota kelompok mencari penyelesaian masalah secara bersama-sama.

62 e. Bersifat kekeluargaan, dalam hal ini menyelesaikan segala permasalahan dengan teman secara kekeluargaan. 4. Hasil belajar Hasil belajar PKn pada dasarnya merupakan dampak dari proses pembelajaran PKn. Hal ini berarti optimalnya hasil belajar PKn para siswa tergantung juga pada proses pembelajaran PKn yang dipandu oleh guru. Dari berbagai pengertian belajar tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar PKn dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menguasai konsep PKn melalui proses pembelajaran PKn dan kemampuan para siswa untuk menerapkan konsep PKn dalam kehidupan nyata. Secara umum kemampuan yang didapat sebagai hasil dari pembelajaran PKn berupa pengetahuan, nilai sikap, dan keterampilan yang dapat dilihat wujudnya setelah seseorang melaksanakan proses pembelajaran. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar dalam ranah kognitif saja yaitu dengan soal tes hasil belajar. Hal ini dilakukan karena untuk mempermudah dalam hal untuk menilai dan dalam hal pengumpulan data. E. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi adalah sekumpulan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu

63 penelitian (Suharsmi Arikunto, 2006 :147). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2005: 91). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara melakukan pengundian. Setelah diundi didapat kelas VIII B sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII A sebagai kelompok kontrol. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes Hasil Belajar Penelitian ini menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi pelajaran yang diajarkan dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari metode pembelajaran yang dijadikan eksperimen untuk siswa. Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau pembuatan (Nana Sudjana, 2004: 100). Dalam penelitian ini

64 teknik tes digunakan untuk mengetahui penguasaan terhadap materi atau sub pokok bahasan yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Tes dilakukan sebelum perlakuan (pre-test) dan setelah perlakuan (post-test) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2. Kuesionar (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2005: 162) G. Instrumen Penelitian Suharsimi Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Soal Tes Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes pilihan ganda. Soal pilihan ganda tersebut disertai dengan empat alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d. Dari empat alternatif jawaban tersebut hanya satu jawaban yang benar. Pemberian skor dari

65 instrumen ini adalah 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes N Variabel Indikator No Butir Soal o 1 Menjelaska n berbagai konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia 1. Menjelaskan pengertian konstitusi 2. Mengidentifikasi berbagai konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia 3. Menjelaskan sistem ketatanegaraan menurut berbagai konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia 1,2,3,4 5,6,7,8,9,10,13,14,15, 18,19,21,23,24,25,27, 28,29 11,12,16,17,22,26,30 2. Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan jawaban lengkap sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban yang telah tersedia. Instrumen angket digunakan untuk mengetahui model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi pada pembelajaran PKn siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari. Pertanyaan atau pernyataan

66 tersebut menggunakan model skala bertingkat dengan empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Agar data yang diperoleh data kuantitatif maka setiap alternatif jawaban mempunyai skor masing-masing yaitu: untuk alternatif jawaban SS diberi skor empat (4), untuk alternatif jawaban S diberi skor tiga (3), untuk alternatif jawaban TS diberi skor dua (2), dan untuk alternatif jawaban STS diberi skor satu (1). Adapun kisi-kisi instrumen penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Sikap Demokratis Variabel Indikator No Butir Sikap Demokratis 1. Religius dan 1,2,3,4,5,12 mengakui adanya persamaan 2. Keseimbangan 6,7,9*,10* antara hak dan kewajiban 3. Kebebasan yang 11,13,14* bertanggungjawab 4. Persatuan dan 8,16,17 kesatuan 5. Kekeluargaan 15,18 (* pernyataan negatif) H. Uji Instrumen Tujuan diadakannya uji coba adalah diperolehnya informasi mengenai kualitas instrumen yang digunakan, yaitu informasi mengenai sudah atau belum memenuhi persyaratan. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211) baik buruknya instrumen akan berpengaruh terhadap benar tidaknya data yang diperoleh, sedangkan benar tidaknya sangat

67 menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Instrumen yang baik selain valid juga harus reliabel, artinya dapat diandalkan. Suharsimi Arikunto (2010: 211) menyatakan Instrumen dapat dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tepat atau ajeg walau oleh siapa dan kapan saja. 1. Uji itas Instrumen Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211) itas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah. Pengujian validitas instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan alat ukur yang sahih dan terpercaya. itas atau kesahihan ini berkaitan dengan permasalahan apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut. Untuk mengetahui validitas angket dalam uji coba ini digunakan nilai hasil angket yang disusun oleh peneliti. Dalam penelitian ini setiap butir item diuji validitasnya dengan rumus product moment angka kasar dari Suharsimi Arikunto (2010: 213) sebagai berikut: Keterangan: r xy = Koefisien korelasi antara X dan Y

68 X Y XY X 2 Y 2 N = Nilai masing-masing item = Nilai total = Jumlah perkalian antara X dan Y = Jumlah kuadrat X = Jumlah kuadrat Y = Jumlah subjek Mengingat dengan korelasi product moment masih ada pengaruh kotor dari butir soal maka perlu dilakukan korelasi untuk menghilangkan pengaruh itu. Adapun korelasinya dengan menggunakan part whole correlation dengan rumus sebagai berikut: = Keterangan: Rbt : Part Whole Correlation Rxy : korelasi momen tangkar SBy : simpangan baku total (komposit) SBx : simpangan baku bagian (butir) Vx : varian total Vy : varian bagian Kriteria pengajuan butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi berharga positif dan sama atau lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi 5%, jika koefisien lebih kecil dari harga r tabel maka korelasi dikatakan tidak signifikan. Ujicoba instrumen penelitian dilaksanakan pada 28 siswa kelas VIII F SMP N 3 Wonosari. Jumlah butir pertanyaan pada ujicoba instrumen tes hasil belajar adalah 35 soal dan jumlah butir pernyataan

69 pada ujicoba instrument angket sikap demokratis adalah 21 butir. Hasil skor butir tes hasil belajar dan angket dianalisis menggunakan SPSS for windows 13.0. Adapun hasil uji validitas instrument adalah sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Uji itas Instrumen Angket Sikap Demokratis No. Corrected Item- Butir Total Correlation Keterangan Butir_1 Butir_2 Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8 Butir_9 Butir_10 Butir_11 Butir_12 Butir_13 Butir_14 Butir_15 Butir_16 Butir_17 Butir_18 Butir_19 Butir_20 Butir_21,567,040,605,473,550,414,674,599,458,470,393,630 -,023,460,427,492,416,009,418,455,430 Gugur Gugur Gugur Tabel 5. Hasil Uji itas Instrumen Tes Hasil Belajar No. Corrected Item- Butir Total Correlation Keterangan Butir_1 Butir_2 Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8 Butir_9,498 -,109,473,495,661,657 -,156,753,752 Gugur Gugur

70 Butir_10 Butir_11 Butir_12 Butir_13 Butir_14 Butir_15 Butir_16 Butir_17 Butir_18 Butir_19 Butir_20 Butir_21 Butir_22 Butir_23 Butir_24 Butir_25 Butir_26 Butir_27 Butir_28 Butir_29 Butir_30 Butir_31 Butir_32 Butir_33 Butir_34 Butir_35,583,644,718 -,269,790,685,669,766,648,681,638,649,719,736,766,632,553,771,043,722,572,703,558,688 -,092,657 Gugur Gugur Gugur 2. Uji Reliabilitas Instrumen Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 221), reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas instrumen merupakan syarat pengujian validitas instrumen, karena itu walaupun instrumen

71 yang valid umumnya pasti reliabel tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan. Rumus yang digunakan pada uji reliabilitas adalah rumus Alpha Cronbach. Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Kriteria pengujian dikatakan handal apabila lebih besar dari pada taraf signifikan 5%. Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut: = Keterangan: r 11 k = reliabilitas instrument = banyaknya butir pertanyaan/soal = jumlah varian/butir item = varian total (Suharsimi Arikunto, 2006: 196) Untuk mengetahui reliabilitas tes hasil belajar pada uji coba ini dengan menggunakan rumus K R20 sebagai berikut: Keterangan: r 11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan V t = varians total p = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir q = proporsi subjek yang menjawab salah pada sesuatu butir Menurut Sugiyono untuk menguji signifikan atau tidaknya koefisien reliabilitas yang diperoleh atau dikonsultasikan dengan kriteria sebagai berikut:

72 Tabel 6. Intepretasi nilai r Interval Koefisien Tingkat Keandalan 0,000-0,199 Sangat rendah 0,200-0,399 Rendah 0,400-0,599 Sedang 0,600-0,799 Kuat 0,800-1,000 Sangat kuat (Sugiyono, 2009: 257) Instrumen dikatakan reliabel bila memiliki koefisien keandalan atau reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih. Demikian apabila alpha lebih rendah dari 0,6 maka dikatakan tidak reliabel dan sebaliknya jika sama atau lebih besar dari 0,6 maka dikatakan reliabel. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan program SPSS 13.0 for windows untuk mempermudah proses perhitungan dalam uji reliabilitas angket sikap demokratis dan tes hasil belajar. Hasil perhitungan uji reliabilitas masing-masing instrumen adalah sebagai berikut: a. Hasil uji reliabilitas angket sikap demokratis Case Processing Summary N % Cases 28 100,0 Exclude d(a) 0,0 Total 28 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items,843 21

73 b. Hasil uji reliabilitas tes hasil belajar Case Processing Summary N % Cases 28 100,0 Exclude d(a) 0,0 Total 28 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics I. Teknik Analisis Data Sebelum data itu dianalisis untuk menjawab masalah, maka diadakan uji prasyarat untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data empirik. N of KR-21 Items,945 35 1. Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah segala yang diselidiki memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan teknik statistik Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Interpretasi hasil uji normalitas dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2tailed). Adapun interpretasi dari uji normalitas adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai Asymp. Sig. (2tailed) lebih besar dari tingkat Alpha 5% (Asymp. Sig. (2tailed) > 0,05) dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

74 2) Jika nilai Asymp. Sig. (2tailed) lebih kecil dari tingkat Alpha 5% (Asymp. Sig. (2tailed) < 0,05) dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Adapun hasil uji normalitas adalah sebagai berikut: Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas untuk Semua Variabel Kolmogorov Variabel Smirnov Keterangan Sig (P) Normal Sikap demokratis awal 0,121 (P > 0,05 = kelas eksperimen Normal) Sikap demokratis akhir kelas eksperimen Sikap demokratis awal kelas kontrol Sikap demokratis akhir kelas kontrol Pre-test hasil belajar kelas eksperimen Post-test hasil belajar kelas eksperimen Pre-test hasil belajar kelas kontrol Post-test hasil belajar kelas kontrol 0,768 0,195 0,481 0,917 0,774 0,477 0,133 (Sumber: Data primer diolah, 2013) b. Uji Homogenitas Normal (P > 0,05 = Normal) Normal (P > 0,05 = Normal) Normal (P > 0,05 = Normal) Normal (P > 0,05 = Normal) Normal (P > 0,05 = Normal) Normal (P > 0,05 = Normal) Normal (P > 0,05 = Normal) Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi memiliki varian yang sama atau tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Untuk

75 mengkaji homogenitas varians perlu dilakukan uji statistik (test of variance) pada distribusi skor kelompok-kelompok yang bersangkutan. Rumus F yang dipergunakan adalah sebagai berikut. 2 s b s k F 2 Keterangan : s 2 b = varians yang lebih besar s 2 k = varians yang lebih kecil Hasil dari perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan tabel nilai F. Jika F h < Ft maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok sampel tersebut variannya tidak berbeda secara signifikan atau homogen. F h adalah F yang diperoleh dari hasil perhitungan dan F t adalah nilai yang diperoleh dari tabel. Sedangkan taraf signifikan yang ditetapkan sebesar 5% dengan derajad kebebasan (db)= (n1-1). Seluruh proses perhitungan dilakukan dengan komputer program SPSS seri 13.0. Adapun untuk hasil uji homogenitas adalah sebagai berikut: Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Variabel F hitung F tabel df1 df2 sig keterangan Pre sikap 1,557 4,00 1 61 0,217 Homogen demokratis Post sikap 0,324 4,00 1 61 0,571 Homogen demokratis Pre-test hasil 1,453 4,00 1 61 0,233 Homogen

76 belajar Post-test hasil belajar 0,236 4,00 1 61 0,629 Homogen (Sumber: Data primer diolah, 2013) 2. Analisis Data Penelitian Deskripsi data yang akan disajikan meliputi nilai Mean (M), Median (Me), Modus (Mo) dan Standar Deviasi (SD). Selain itu juga disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram. Adapun langkahlangkah yang digunakan dalam menyajikan tabel distribusi frekuensi yang diambil dari Sugiyono (2009: 35) adalah sebagai berikut: a. Menghitung Jumlah Kelas Interval Dalam menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus Sturgess yaitu: Dimana: = Jumlah kelas interval = Jumlah data observasi atau responden = logaritma b. Menentukan Rentang Data Yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. c. Menghitung Panjang Kelas = Rentang kelas dibagi jumlah kelas. Berikut deskripsi data masing-masing variabel. a. Variabel Sikap Demokratis 1) Sikap demokratis awal siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning/kelas eksperimen Berdasarkan hasil analisis data untuk peningkatan sikap demokratis ( ) pada Pre Sikap Demokratis Eksperimen diperoleh skor tertinggi 68,00 dan skor terendah 32,00. Selain

77 itu juga didapat nilai M sebesar 58,00, Me 58,00, dan Mo 56,00 serta SD sebesar 6,21825. Jumlah kelas interval (k) digunakan rumus k = 1 + 3.3 log n, k = 1+3.3log 31 = 6 (pembulatan), rentang = skor tertinggi skor terendah = 68-32 = 36, sedangkan panjang kelas interval = = = 6. Berikut tabel distribusi frekuensi hasil sikap demokratis awal siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Sikap Demokratis Awal Kelas Eksperimen No. Interval frekuensi Persentase 1 62.5-68.5 6 19.4% 2 56.4-62.4 13 41.9% 3 50.3-56.3 11 35.5% 4 44.2-50.2 0 0.0% 5 38.1-44.1 0 0.0% 6 32.0-38.0 1 3.2% Jumlah 31 100.0% (Sumber: Data primer diolah, 2013) Tabel distribusi frekuensi sikap demokratis awal kelas eksperimen tersebut di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

78 Sikap Demokratis awal Eksperimen 56,4-50,3-62,4; 13 56,3; 11 62,5-68,5; 6 32-38; 1 38,1-44,1; 0 44,2-50,2; 0 Gambar 3. Histogram Sikap Demokratis Awal Kelas Eksperimen Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa sikap demokratis awal siswa kelas eksperimen paling banyak terletak pada interval 56,4-62,4 dengan frekuensi sebanyak 13 siswa atau 41,9%. Kategorisasi kecenderungan perolehan skor sikap demokratis awal kelas eksperimen dapat dicari dengan menentukan jenis kategori pada skor sikap demokratis awal. Dalam penelitian ini terdapat 3 kategorisasi yaitu baik, cukup dan kurang. Skor sikap demokratis awal dikatakan baik jika X Mi + Sdi, yakni X 54,00, skor sikap demokratis awal dikatakan cukup jika Mi SDi X < Mi + Sdi yakni 36,00 X < 54,00 dan skor sikap demokratis awal dikatakan kurang jika X< Mi SDi, yakni X < 36,00.

79 2) Sikap demokratis akhir siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning/kelas eksperimen Berdasarkan hasil analisis data untuk peningkatan sikap demokratis ( ) pada Post Sikap Demokratis Eksperimen diperoleh skor tertinggi 70,00 dan skor terendah 53,00. Selain itu juga didapat nilai M sebesar 63,0323, Me 63,00, dan Mo 59,00 serta SD sebesar 4, 78528. Jumlah kelas interval (k) digunakan rumus k = 1 + 3.3 log n, k = 1+3.3log 31 = 6 (pembulatan), rentang = skor tertinggi skor terendah = 70-53 = 17, sedangkan panjang kelas interval = = = 2,8 (pembulatan). Berikut tabel distribusi frekuensi hasil sikap demokratis akhir siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sikap Demokratis Akhir Kelas Eksperimen No. Interval frekuensi Persentase 1 67.5-70.3 7 22.6% 2 64.6-67.4 7 22.6% 3 61.7-64.5 6 19.4% 4 58.8-61.6 7 22.6% 5 55.9-58.7 2 6.5% 6 53.0-55.8 2 6.5% Jumlah 31 100.0% (Sumber: Data primer diolah, 2013)

80 Tabel distribusi frekuensi sikap demokratis akhir kelas eksperimen tersebut di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: sikap demokratis akhir Eksperimen 58,8-61,6; 7 64,6-67,4; 67,5-70,3; 7 7 61,7-64,5; 6 53-55,8; 2 55,9-58,7; 2 Gambar 4. Histogram Sikap Demokratis Akhir Kelas Eksperimen Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa sikap demokratis akhir siswa kelas eksperimen paling banyak terletak pada interval 58,8-61,6, pada interval 64,6-67,4 dan pada interval 67,5-70,3 dengan frekuensi sebanyak 7 siswa atau 22,6%. Kategorisasi kecenderungan perolehan skor sikap demokratis akhir kelas eksperimen dapat dicari dengan menentukan jenis kategori pada skor sikap demokratis akhir. Dalam penelitian ini terdapat 3 kategorisasi yaitu baik, cukup dan kurang. Skor sikap demokratis akhir dikatakan baik jika X

81 Mi + Sdi, yakni X 54,00, skor sikap demokratis akhir dikatakan cukup jika Mi SDi X < Mi + Sdi yakni 36,00 X < 54,00 dan skor sikap demokratis akhir dikatakan kurang jika X< Mi SDi, yakni X < 36,00. 3) Sikap demokratis awal siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah/kelas kontrol Berdasarkan hasil analisis data untuk peningkatan sikap demokratis ( ) pada Pre Sikap Demokratis Kontrol diperoleh skor tertinggi 72,00 dan skor terendah 49,00. Selain itu juga didapat nilai M sebesar 58,5, Me 56,00, dan Mo 53,00 serta SD sebesar 6,08541. Jumlah kelas interval (k) digunakan rumus k = 1 + 3.3 log n, k = 1+3.3log 32 = 6 (pembulatan), rentang = skor tertinggi skor terendah = 72-49 = 23, sedangkan panjang kelas interval = = = 3,8 (pembulatan). Berikut tabel distribusi frekuensi hasil sikap demokratis awal siswa yang diajar menggunakan metode ceramah: Tabel 11. Distribusi Frekuensi Sikap Demokratis Awal Kelas Kontrol No. Interval frekuensi Persentase 1 68.5-72.3 2 6.3% 2 64.6-68.4 5 15.6% 3 60.7-64.5 5 15.6% 4 56.8-60.6 3 9.4% 5 52.9-56.7 14 43.8% 6 49.0-52.8 3 9.4% Jumlah 32 100.0% (Sumber: Data primer diolah, 2013)

82 Tabel frekuensi sikap demokratis awal kelas kontrol di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Sikap Demokratis Awal Kelas Kontrol 52,9-56,7; 14 49-52,8; 3 60,7-64,5; 5 56,8-60,6; 3 64,6-68,4; 5 68,5-72,3; 2 Gambar 5. Histogram Sikap Demokratis Awal Kelas Kontrol Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa sikap demokratis akhir siswa kelas eksperimen paling banyak terletak pada interval 52,9-56,7 dengan frekuensi sebanyak 14 siswa atau 43,8%. Kategorisasi kecenderungan perolehan skor sikap demokratis awal kelas kontrol dapat dicari dengan menentukan jenis kategori pada skor sikap demokratis awal. Dalam penelitian ini terdapat 3 kategorisasi yaitu baik, cukup dan kurang. Skor sikap demokratis awa dikatakan baik jika X Mi + Sdi, yakni X 54,00, skor sikap demokratis awal dikatakan cukup jika Mi SDi X < Mi + Sdi yakni 36,00 X < 54,00

83 dan skor sikap demokratis awal dikatakan kurang jika X< Mi SDi, yakni X < 36,00. 4) Sikap demokratis akhir siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah/kelas kontrol Berdasarkan hasil analisis data untuk peningkatan sikap demokratis ( ) pada Post Sikap Demokratis Kontrol diperoleh skor tertinggi 69,00 dan skor terendah 52,00. Selain itu juga didapat nilai M sebesar 59,4375, Me 60,00, dan Mo 53,00 serta SD sebesar 5,17. Jumlah kelas interval (k) digunakan rumus k = 1 + 3.3 log n, k = 1+3.3log 32 = 6 (pembulatan), rentang = skor tertinggi skor terendah = 69-52 = 17, sedangkan panjang kelas interval = = = 2,8 (pembulatan). Berikut tabel distribusi frekuensi hasil sikap demokratis akhir siswa yang diajar menggunakan metode ceramah: Tabel 12. Distribusi Frekuensi Sikap Demokratis Akhir Kelas Kontrol No. Interval frekuensi Persentase 1 66.5-69.3 3 9.4% 2 63.6-66.4 6 18.8% 3 60.7-63.5 4 12.5% 4 57.8-60.6 6 18.8% 5 54.9-57.7 6 18.8% 6 52.0-54.8 7 21.9% Jumlah 32 100.0% (Sumber: Data primer diolah, 2013) Tabel frekuensi sikap demokratis akhir kelas kontrol di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

84 sikap demokratis akhir Kontrol 52-54,8; 7 54,9-57,7; 57,8-60,6; 6 6 60,7-63,5; 4 63,6-66,4; 6 66,5-69,3; 3 Gambar 6. Histogram Sikap Demokratis Akhir Kelas Kontrol Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa sikap demokratis akhir siswa kelas kontrol paling banyak terletak pada interval 52,9-54,8 dengan frekuensi sebanyak 7 siswa atau 21,9%. Kategorisasi kecenderungan perolehan skor sikap demokratis akhir kelas kontrol dapat dicari dengan menentukan jenis kategori pada skor sikap demokratis akhir. Dalam penelitian ini terdapat 3 kategorisasi yaitu baik, cukup dan kurang. Skor sikap demokratis akhir dikatakan baik jika X Mi + Sdi, yakni X 54,00, skor sikap demokratis akhir dikatakan cukup jika Mi SDi X < Mi + Sdi yakni 36,00 X < 54,00 dan skor sikap demokratis akhir dikatakan kurang jika X< Mi SDi, yakni X < 36,00.

85 b. Variabel Hasil Belajar 1) Pre-test hasil belajar siswa kelas eksperimen Berdasarkan hasil analisis data untuk peningkatan hasil belajar ( ) pada Pretest Eksperimen diperoleh skor tertinggi 7,30 skor terendah 3,00. Selain itu juga didapat nilai M sebesar 5,2645, Me 5,30, dan Mo 5,00 serta SD sebesar 1,08091. Jumlah kelas interval (k) digunakan rumus k = 1 + 3.3 log n, k = 1+3.3log 31 = 6 (pembulatan), rentang = skor tertinggi skor terendah = 7,30 3,00 = 4,30, sedangkan panjang kelas interval = = = 0,7 (pembulatan). Berikut tabel distribusi frekuensi Pre-test hasil belajar siswa kelas eksperimen: Tabel 13. Distribusi Frekuensi Pre-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen No. Interval frekuensi Persentase 1 7.0-7.7 3 9.7% 2 6.2-6.9 3 9.7% 3 5.4-6.1 10 32.3% 4 4.6-5.3 7 22.6% 5 3.8-4.5 5 16.1% 6 3.0-3.7 3 9.7% Jumlah 31 100.0% (Sumber: Data primer diolah, 2013) Tabel distribusi frekuensi pre-test hasil belajar di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

86 Pretest Eksperimen 4,6-5,3; 7 3,8-4,5; 5 3,0-3,7; 3 5,4-6,1; 10 6,2-6,9; 37,0-7,7; 3 Gambar 7. Histogram Pre-test Hasil Belajar Eksperimen Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa kemampuan awal siswa kelas eksperimen paling banyak terletak pada interval 5,4-6,1 sebanyak 10 siswa atau 32,3%. Kategorisasi kecenderungan perolehan skor pre-test hasil belajar kelas eksperimen dapat dicari dengan menentukan jenis kategori pada skor hasil belajar. Dalam penelitian ini terdapat 3 kategorisasi yaitu baik, cukup dan kurang. Skor pre-test hasil belajar kelas eksperimen dikatakan baik jika X Mi + Sdi, yakni X 6,67, skor pre-test hasil belajar kelas eksperimen dikatakan cukup jika Mi SDi X < Mi + Sdi yakni 3,33 X < 6,67 dan skor pre-test hasil belajar kelas eksperimen dikatakan kurang jika X< Mi SDi, yakni X < 3,33. 2) Post-test hasil belajar siswa kelas eksperimen Berdasarkan hasil analisis data untuk peningkatan hasil belajar ( ) pada Post-test_Eksperimen diperoleh skor tertinggi

87 8,70, skor terendah 5,30. Selain itu juga didapat nilai M sebesar 7,0484, Me 7,00, dan Mo 6,70 serta SD sebesar 1,00991. Jumlah kelas interval (k) digunakan rumus k = 1 + 3.3 log n, k = 1+3.3log 31 = 6 (pembulatan), rentang = skor tertinggi skor terendah = 8,70 5,30 = 3,40, sedangkan panjang kelas interval = = = 0,6 (pembulatan). Berikut tabel distribusi frekuensi Post-test hasil belajar siswa kelas eksperimen: Tabel 14. Distribusi Frekuensi Post-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen No. Interval frekuensi Persentase 1 8.8-9.4 0 0.0% 2 8.1-8.7 5 16.1% 3 7.4-8.0 8 25.8% 4 6.7-7.3 10 32.3% 5 6.0-6.6 4 12.9% 6 5.3-5.9 4 12.9% Jumlah 31 100.0% (Sumber: Data primer diolah, 2013) Tabel distribusi frekuensi post-test hasil belajar di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

88 Postest Eksperimen 5,3-5,9; 46,0-6,6; 4 6,7-7,3; 10 7,4-8,0; 8 8,1-8,7; 5 8,8-9,4; 0 Gambar 8. Histogram Post-test Hasil Belajar Eksperimen Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa kemampuan akhir siswa kelas eksperimen paling banyak terletak pada interval 6,7-7,3 dengan frekuensi sebanyak 10 siswa atau 32,3%. Kategorisasi kecenderungan perolehan skor post-test hasil belajar kelas eksperimen dapat dicari dengan menentukan jenis kategori pada skor hasil belajar. Dalam penelitian ini terdapat 3 kategorisasi yaitu baik, cukup dan kurang. Skor post-test hasil belajar kelas eksperimen dikatakan baik jika X Mi + Sdi, yakni X 6,67, skor post-test hasil belajar kelas eksperimen dikatakan cukup jika Mi SDi X < Mi + Sdi yakni 3,33 X < 6,67 dan skor post-test hasil belajar kelas eksperimen dikatakan kurang jika X< Mi SDi, yakni X < 3,33.

89 3) Pre-test hasil belajar siswa kelas kontrol Berdasarkan hasil analisis data untuk peningkatan hasil belajar ( ) pada Pre-test_Kontrol diperoleh skor tertinggi 7,00, skor terendah 4,00. Selain itu juga didapat nilai M sebesar 5,4156, Me 5,30, dan Mo 5,00 serta SD sebesar 0,83439. Jumlah kelas interval (k) digunakan rumus k = 1 + 3.3 log n, k = 1+3.3log 32 = 6 (pembulatan), rentang = skor tertinggi skor terendah = 7,00 4,00 = 3,00, sedangkan panjang kelas interval = = = 0,5. Berikut tabel distribusi frekuensi Pre-test hasil belajar siswa kelas kontrol: Tabel 15. Distribusi Frekuensi Pre-test Hasil Belajar Kelas Kontrol No. Interval frekuensi Persentase 1 7.0-7.5 2 6.3% 2 6.4-6.9 5 15.6% 3 5.8-6.3 3 9.4% 4 5.2-5.7 8 25.0% 5 4.6-5.1 10 31.3% 6 4.0-4.5 4 12.5% Jumlah 32 100.0% (Sumber: Data primer diolah, 2013) Tabel distribusi frekuensi pre-test hasil belajar kelas kontrol di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

90 Pretest Kontrol 4,0-4,5; 4 4,6-5,1; 10 5,2-5,7; 8 5,8-6,3; 3 6,4-6,9; 5 7,0-7,5; 2 Gambar 9. Histogram Pre-test Hasil Belajar Kelas Kontrol Berdasarkan tabel dan gambar diatas, dapat dinyatakan kemampuan awal siswa kelas kontrol paling banyak terletak pada interval 4,5-5,1 dengan frekuensi sebanyak 10 siswa atau 31,3%. Kategorisasi kecenderungan perolehan skor pre-test hasil belajar kelas kontrol dapat dicari dengan menentukan jenis kategori pada skor hasil belajar. Dalam penelitian ini terdapat 3 kategorisasi yaitu baik, cukup dan kurang. Skor pre-test hasil belajar kelas control dikatakan baik jika X Mi + Sdi, yakni X 6,67, skor pre-test hasil belajar kelas kontrol dikatakan cukup jika Mi SDi X < Mi + Sdi yakni 3,33 X < 6,67 dan skor pre-test hasil belajar kelas kontrol dikatakan kurang jika X< Mi SDi, yakni X < 3,33.

91 4) Post-test hasil belajar siswa kelas kontrol Berdasarkan hasil analisis data untuk peningkatan hasil belajar ( ) pada Post-test_Kontrol diperoleh skor tertinggi 8,70, skor terendah 4,00. Selain itu juga didapat nilai M sebesar 6,1844, Me 6,00, dan Mo 6,00 serta SD sebesar 1,04113. Jumlah kelas interval (k) digunakan rumus k = 1 + 3.3 log n, k = 1+3.3log 32 = 6 (pembulatan), rentang = skor tertinggi skor terendah = 8,70 4,00 = 4,70, sedangkan panjang kelas interval = = = 0,8 (pembulatan). Berikut tabel distribusi frekuensi Post-test hasil belajar siswa kelas kontrol: Tabel 16. Distribusi Frekuensi Post-test Hasil Belajar Kelas Kontrol No. Interval frekuensi Persentase 1 8.5-9.3 1 3.1% 2 7.6-8.4 3 9.4% 3 6.7-7.5 4 12.5% 4 5.8-6.6 13 40.6% 5 4.9-5.7 8 25.0% 6 4.0-4.8 3 9.4% Jumlah 32 100.0% (Sumber: Data primer diolah, 2013) Tabel distribusi frekuensi post-test hasil belajar kelas kontrol di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

92 Postest Kontrol 4,0-4,8; 3 4,9-5,7; 8 5,8-6,6; 13 6,7-7,5; 4 7,6-8,4; 3 8,5-9,3; 1 Gambar 10. Histogram Post-test Hasil Belajar Kelas Kontrol Berdasarkan gambar dan tabel diatas, dapat dinyatakan kemampuan akhir siswa kelas kontrol paling banyak terletak pada interval 5,8-6,6 dengan frekuensi sebanyak 13 siswa atau 40,6%. Kategorisasi kecenderungan perolehan skor post-test hasil belajar kelas kontrol dapat dicari dengan menentukan jenis kategori pada skor hasil belajar. Dalam penelitian ini terdapat 3 kategorisasi yaitu baik, cukup dan kurang. Skor post-test hasil belajar kelas kontrol dikatakan baik jika X Mi + Sdi, yakni X 6,67, skor post-test hasil belajar kelas kontrol dikatakan cukup jika Mi SDi X < Mi + Sdi yakni 3,33 X < 6,67 dan skor post-test hasil belajar kelas kontrol dikatakan kurang jika X< Mi SDi, yakni X < 3,33.

93 3. Uji Hipotesis Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan pemahaman sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi pada pembelajaran PKn pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari digunakan uji t-test, yaitu sebagai berikut: Keterangan : t = nilai t hitung = mean pada distribusi sampel 1 = mean pada distribusi sampel 2 = jumlah individu pada sampel 1 = jumlah individu pada sampel 2 = nilai varian pada distribusi sampel 1 = nilai varian pada distribusi sampel 2 (Tulus Winarsunu, 2002 : 88)