KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat. dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

Munro, dkk (1987), older elderly: tahun -.85 tahun M. Alwi Dahlan : -. > 60 tahun Gerontologi ilmu yang mempelajari tetang proses penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menurun. World Health Organization (WHO) menggolongkan lansia

ASUHAN GIZI; NUTRITIONAL CARE PROCESS

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

Nutrition in Elderly

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4.

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk lansia diakibatkan oleh penurunan angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

Epidemiologi Penilaian Status Gizi: Antropometri

Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi

Specific Dynamic Action

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran demografis (demographical shift) selama 30 tahun ini karena

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

BAB 1 PENDAHULUAN. diprediksikan terdapat peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat terjadi pada abad 21.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor. prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja kerja seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

Gizi Dewasa. Afriyana Siregar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

PENGERTIAN DAN JENIS MAKANAN. Rizqie Auliana

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

Pedoman umum mengacu pada prinsip gizi seimbang: tumpeng gizi seimbang (TGS) Gizi seimbang bertujuan mencegah permasalahan gizi ganda Bentuk pedoman

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBEDAAN PADA PROPORSI TUBUH ETNIS BALI DENGAN ETNIS MADURA DI SURABAYA Rini Linasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

Transkripsi:

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahanlahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo, 1994) Berdasarkan klasifikasi WHO, lansia terbagi menjadi 3 golongan yaitu: a. Elderly : 60 75 tahun b. Old : 76 90 tahun c. Very Old : > 90 tahun Kesehatan lansia sangat dipengaruhi oleh proses menua. Proses menua adalah perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dan kemampuan bertahan hidup. Proses menua pada setiap individu dan organ tubuh berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit degeneratif. II. KONSEP KOMPOSISI TUBUH Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat. Empat puluh persen tubuh manusia merupakan zat padat seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat, material organik dan non organik. Enam puluh persen

sisanya adalah cairan. Dari 60% komposisi cairan, 20% merupakan cairan ekstraselular dan 40% nya adalah cairan intraselular. Komposisi tubuh diisi oleh adipose dan massa jaringan bebas lemak. Massa jaringan bebas lemak (lean body mass) terdiri atas otot, tulang, serta cairan ekstraseluler. Komposisi tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan otot dalam tubuh. Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan penanganan penyakit. III. METODE PENENTUAN KOMPOSISI TUBUH Menurut Jellife (1996), antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Pengukuran antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energy. Gangguan yang terjadi biasanya dapat dilihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Dalam pengukuran antropometri yang dihitung untuk mendapatkan gambaran komposisi tubuh seseorang, diperlukan pemenuhan beberapa syarat antara lain: - Alat mudah didapat dan mudah digunakan - Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif - Pengukuran tidak harus selalu dilakukan oleh tenaga khusus, tetapi dapat juga dilakukan oleh tenaga lain yang telah dilatih - Biaya yang dibutuhkan murah

- Hasilnya mudah disimpulkan dan memiliki rujukan serta cut of point yang sudah pasti - Secara ilmiah sudah diakui kebenarannya Berikut ini tabel penilaian komposisi tubuh yang dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri: Penilaian Pertumbuhan Lingkar kepala Berat badan Tinggi/panjang badan Rasio berat/tinggi Tinggi lutut Lebar siku Penilaian Massa Bebas Lemak (Fat Free Mass) Lingkar Lengan Atas (LiLA) Mid-Upper Arm Muscle Circumference (MUAMC) Mid-Upper Arm Muscle (MUAMA) Penilaian Massa Lemak (Fat Mass) Tricep skinfold Biseps skinfold Subscapular skinfold Suprailiac skinfold Mid-upper arm fat area Rasio lingkar pinggang panggul Pada lansia beberapa alat ukur perlu disesuaikan dengan kondisi fisiologisnya. Seperti tinggi badan, pada lansia yang mengalami keadaan bungkuk tidak mungkin dilakukan pengukuran tinggi badan karena hasilnya tidak mungkin dapat menggambarkan ukuran tinggi badan yang sebenarnya sehingga perlu dilakukan pengukuran lain yang juga bisa menggambarkan tinggi badan lansia tersebut. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan adalah tinggi lutut. Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia diatas 59 tahun (Gibson, RS; 1993) Pria : (2,02 x tinggi lutut) - (0,04 x umur) + 64,19 Wanita : (1,83 x tinggi lutut) (0,24 x umur) + 84,88

Selain dari tinggi lutut, tinggi badan lansia dapat diprediksi dari panjang depa, dan tinggi duduk. panjang depa relative kurang dipengaruhi oleh pertambahan usia, tetapi nilai panjang depa pada kelompok lansia cenderung lebih rendah dari dewasa muda. Jaringan Lunak Dalam penilaian komposisi tubuh termasuk untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain: - Ultrasonic - Densitometry (melalui penempatan air pada densitometer atau underwater weighing) - Teknik isotop dilution - Metoda radiological - Total electrical body conduction (TOBEC) - Antropometri tebal lemak dengan skin-fold caliper yang dapat mengukur tricep, bisep, suprailiak, dan subskapular IV. PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH LANSIA Proses menua mengakibatkan terjadinya kehilangan massa otot secara progressif dan proses ini dapat terjadi sejak usia 40 tahun, dengan penurunan metabolism basal mencapai 2% pertahun. Saat seorang lansia berumur diatas 70 tahun, kehilangan massa otot dapat mencapai hingga 40%. Selain penurunan otot dan dan massa tulang, pada lansia juga terjadi peningkatan lemak tubuh, dan perubahan komposisi seperti ini sangat tergantung pada gaya hidup dan aktivitas fisik lansia.

Berikut ini adalah perbandingan komposisi tubuh antara dewasa muda dengan lansia: Komponen 20-25 thn 70-75 thn Protein/cell solid 19% 12% Air 61% 53% Mineral 6% 5% Lemak 14% 30% Nutrition Through Lyfe Cycle, 2001 Berdasarkan tabel diatas terlihat perbedaan yang cukup jauh pada komposisi tubuh antara lansia dan orang dewasa muda. Komponen protein, air, dan mineral menurun ketika seseorang memasuki fase kehidupan lansia, namun ada komponen lain yang justru meningkat yaitu lemak. Peningkatan lemak tubuh telah dimulai sejak seseorang berusia 30 tahun sebanyak 2% pertahunnya, peningkatan lemak ini berupa lemak subkutan yang dideposit di batang tubuh. Meskipun demikian, pada lansia umumnya terjadi penurunan berat badan dengan rata-rata selama 10 tahun mencapai 7 kg pada lansia pria dan 6 kg pada lansia wanita, hal ini Disebabkan karena meskipun komposisi lemak pada lansia meningkat tetapi massa sel tubuh menurun dan lansia banyak kehilangan massa otot serta cairan tubuh sehingga berpengaruh ke berat badannya. Massa otot pada lansia diketahui menurun hingga 6,3% pertahun. Rata-rata wanita kehilangan massa otot hingga 5 kg dan pria 12 kg. untuk massa sel tubuh rata-rata menurun 1 kg pada pria dan 0,6 kg pada wanita usia 70-75 tahun. Seiring dengan pertambahan usianya, kandungan cairan tubuh pada lansia diketahui semakin menurun terutama cairan ekstraseluler, untuk itu perlu diwaspadai kecukupan cairan pada lansia untuk

mengantisipasi bahaya dehidrasi yang mungkin terjadi akibat kekurangan cairan. Selain perubahan komposisi pada lemak, cairan, serta massa otot diatas, lansia juga mengalami perubahan yang cukup drastis pada massa tulang. Penurunan massa tulang yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan timbulnya gejala osteoporosis. Perubahan Lain yang Berhubungan dengan Komposisi Tubuh pada Lansia a. Vitamin E Pada lansia terjadi penurunan kebutuhan vitamin E. Perubahan ini terkait dengan: - Penurunan massa otot dan BMR - Rendahnya kebutuhan kalori untuk aktivitas fisik lansia - Penurunan kebutuhan kalori untuk mencerna makanan yang Disebabkan oleh penurunan asupan makan b. Peningkatan kebutuhan protein - Meningkatnya kebutuhan protein disebabkan karena terjadinya penurunan kecepatan dalam mensintesis protein. - Dengan rendahnya asupan energy, retensi nitrogen juga mengalami penurunan c. Penurunan kepadatan tulang Pada lansia terjadi penurunan total kalsium dalam tubuh sehingga densitas tulang juga menjadi mengalami penurunan yang berarti. Pada keadaan ini terjadi peningkatan risiko untuk terjadinya pengeroposan tulang

d. Perubahan pada komposisi otot Pada lansia, perubahan yang berarti pada komposisi ototnya meliputi: - Penurunan total kalium dalam tubuh - Penurunan cairan tubuh - Penurunan massa otot - Penurunan persentase massa tubuh - Penurunan kualitas otot - Peningkatan volume jaringan ikat - Penurunan total nitrogen dan protein tubuh e. Peningkatan kebutuhan lemak Peningkatan kebutuhan lemak disebabkan karena meningkatnya total lemak tubuh, persentase massa tubuh, dan deposit lemak di sentral dan visceral Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan pada lansia - Lemak tubuh yang cenderung meningkat pada lansia seperti dibahas diatas menyebabkan komposisi air dalam tubuh lansia menjadi kurang - Fungsi ginjal menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menyebabkan kehilangan air yang lebih tinggi pada lansia - Penurunan asam lambung mempengaruhi individu untuk mentolenrasi makanan tertentu. Lansia terutama rentan terhadap konstipasi karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan yang terbatas, pantangan diit, dan penurunan aktivitas fisik dapat menunjang perkembangan konstipasi

- Lansia memiliki pusat haus yang kurang sensitive dan mungkin mempunyai masalah dalam mendapatkan cairan. V. KESIMPULAN a. Perubahan komposisi tubuh lansia yang sering terjadi seiring bertambahnya usia meliputi berat badan, tinggi badan, massa otot, lemak tubuh, kandungan cairan tubuh, dan massa tulang. b. Perubahan komposisi tubuh yang bersifat individual dan perlu penyesuaian dengan gaya hidup, asupan makan, serta aktivitas fisik. c. Olahraga dapat mempertahankan komposisi massa otot dan lemak tubuh dengan memperhatikan nutrisi seimbang VI. DAFTAR PUSTAKA Brown, Judith et all. 2005. Nutrition Through Lyfe Cycle. Thomson W, USA Darmojo R. Boedhi, dkk, 1999. Buku Ajar Geriatri, Jakarta: Balai Penerbit FKUI Fatmah, 2002. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Erlangga Modern Nutrition in Health Disease 10 th ed, 2006, Shils et all Nugroho, Wahjudi, 2000. Keperawatan Gerontik, Jakarta: EGC