indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta dalam beberapa tahun terakhir sedang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN SKALA SEDANG DAN BESAR PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya. pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis (Sadhana, 2013).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Nama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

8.1. Keuangan Daerah APBD

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses perbaikan yang berkesinambungan dari suatu masyarakat

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB III METODI PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Bali pada tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

: PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN MELALUI ANALISIS SEKTOR-SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN GIANYAR. Abstrak

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Transkripsi:

Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah selalu digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan laju pertumbuhan Produk Regional Domestik Bruto (PDRB). Pada Tabel 1.1 dapat dilihat laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali, 2010 2014 (%) Pertumbuhan Ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan PDRB total nominal 11,45 10,17 13,39 12,64 13,12 Pertumbuhan PDRB total riil 5,64 6,50 6,65 6,06 5,94 Pertumbuhan PDRB riil /kapita 5,04 5,31 5,63 5,40 5,46 Sumber: BPS Provinsi Bali, diolah Dalam Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa Provinsi Bali mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya yang kuat dari tahun ke tahun, baik secara total nominal, total riil, maupun riil per kapita. Apabila diperbandingkan dengan rerata pertumbuhan ekonomi provinsi se Indonesia, dalam Tabel 1.2, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali lebih tinggi dari rerata provinsi di Indonesia. Hal ini juga dapat dilihat dalam Grafik 1.1 di bawah ini. 1

Tabel 1.2 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi (Pertumbuhan PDRB Riil/Kapita) antara Provinsi Bali dengan Rerata Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, 2010 2014 (%) Sumber : BPS Provinsi Bali dan BPS Pusat, diolah Grafik 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi (Pertumbuhan PDRB Riil/Kapita) antara Provinsi Bali dengan Rerata Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, 2009 2014 (%) 6.00 5.50 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2010 2011 2012 2013 2014 Prov. Bali 5.04 5.31 5.63 5.40 5.46 Indonesia 4.45 4.64 4.67 4.30 3.81 Sumber : BPS Provinsi Bali dan BPS Pusat, diolah Pertumbuhan PDRB Riil / Kapita 2010 2011 2012 2013 2014 Bali 5,04 5,31 5,63 5,40 5,46 Indonesia 4,45 4,64 4,67 4,30 3,81 Bahkan, apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi provinsiprovinsi di pulau Jawa, yang dikenal sebagai barometer provinsi provinsi termaju, dalam Tabel 1.3 terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali secara signifikan mampu mengungguli pertumbuhan ekonomi Provinsi Jabar, Jateng, Banten, dan DKI Jakarta meskipun masih kalah unggul dibanding pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Hal ini juga dapat dilihat dalam Grafik 1.2 di bawah ini. 2

Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB Riil/Kapita) Provinsi Bali dan Provinsi di Pulau Jawa (%) 2010 2014 Provinsi Pertumbuhan PDRB Riil / Kapita 2010 2011 2012 2013 2014 Bali 5,04 5,31 5,63 5,40 5,46 DKI Jakarta 4,94 5,51 5,35 4,96 4,84 Jawa Timur 5,80 5,66 5,90 5,37 5,18 Jawa Barat 4,12 4,78 4,82 4,70 4,32 Jawa Tengah 5,69 4,39 4,47 4,31 4,60 DI Yogyakarta 4,18 4,50 4,11 4,25 4,23 Banten 4,37 4,53 4,40 4,76 4,57 Indonesia 4,45 4,64 4,67 4,30 3,81 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 7.00 Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB Riil/Kapita) Provinsi Bali dan Provinsi di Pulau Jawa (%) 2010 2014 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 Bali DKI Jakarta Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Banten 1.00 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Selanjutnya, apabila dilihat lebih mendalam pada pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali, data dalam Tabel 1.4 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ini juga dinikmati secara nyaris merata di kabupaten/kota se Provinsi Bali, dengan Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar 3

dan Kota Denpasar sebagai primadonanya, karena dikenal sebagai pusat tujuan wisata Provinsi Bali. Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi (Pertumbuhan PDRB Total Riil), Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 2010 2014 (%) Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan Ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 Jembrana 4,57 5,58 5,94 5,35 5,35 Tabanan 5,68 5,82 5,92 6,02 5,73 Badung 6,48 6,69 7,29 6,41 6,69 Gianyar 6,06 6,78 6,79 6,41 6,45 Klungkung 5,40 5,81 6,07 5,73 5,64 Bangli 5,10 5,77 6,06 5,55 5,45 Karangasem 5,09 5,17 5,75 5,78 5,35 Buleleng 5,85 6,10 6,52 6,73 6,15 Denpasar 6,57 6,78 7,18 6,53 6,67 Provinsi Bali 5,64 6,50 6,65 6,06 5,94 Sumber: BPS Provinsi Bali, diolah Data pertumbuhan ekonomi sebagai indikator keberhasilan pencapaian ekonomi perlu didampingi oleh data Angka Gini, untuk melihat apakah keberhasilan ini juga dinikmati secara merata oleh penduduknya. Angka Gini memiliki angka kisaran dari 0 hingga 1. Nilai 0 menunjukkan distribusi yang merata sempurna, sedangkan nilai 1 menunjukkan distribusi yang timpang sempurna.. Dalam Tabel 1.5 di bawah ini dapat dilihat bahwa distribusi pendapatan di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Bali relatif merata. Hal ini ditunjukan oleh kisaran Angka Gini antara 0.22 hingga 0.42. Selain itu, yang lebih menarik adalah Indeks Gini di Provinsi Bali lebih kecil dibandingkan dengan Indeks gini di Indonesia. 4

Tabel 1.5 Indeks Gini Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 2010 2014 (%) Kabupaten/Kota Indeks Gini 2010 2011 2012 2013 2014 Jembrana 0,26 0,40 0,37 0,37 0,39 Tabanan 0,26 0,35 0,35 0,39 0,40 Badung 0,29 0,34 0,33 0,35 0,34 Gianyar 0,27 0,33 0,34 0,33 0,38 Klungkung 0,29 0,38 0,35 0,36 0,35 Bangli 0,22 0,27 0,31 0,31 0,33 Karangasem 0,23 0,29 0,29 0,33 0,34 Buleleng 0,26 0,34 0,33 0,38 0,34 Denpasar 0,30 0,34 0,42 0,36 0,38 Provinsi Bali 0,26 0,34 0,34 0,35 0,36 Rerata Indonesia 0,36 0,38 0,37 0,39 0,40 Sumber: BPS Provinsi Bali, diolah Selain itu, yang lebih menarik, dalam Tabel 1.5 diatas juga dapat dilihat bahwa adalah Angka Gini di Provinsi Bali ternyata selalu lebih kecil dibandingkan dengan rerata Angka Gini Indonesia. Kuatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali juga diindikatorkan oleh kesediaan Provinsi Bali untuk menerima Dana Alokasi Umum (DAU) yang lebih sedikit atau lebih kecil dibandingkan dengan provinsi yang lain, sehingga dapat turut membantu meringankan beban bantuan pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dalam Tabel 1.6 di bawah ini, terlihat bahwa jumlah DAU yang diterima oleh Provinsi Bali dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2014, jumlahnya lebih rendah dibandingkan rerata jumlah DAU yang diterima oleh provinsi provinsi se Indonesia. Juga apabila diperbandingkan dengan provinsi dengan kriteria jumlah penduduk dan luas wilayah setara (DI Yogyakarta, NTT dan NTB), jumlah DAU Provinsi Bali selalu lebih rendah. (Tabel selengkapnya ada di lampiran). 5

Tabel 1.6 Dana Alokasi Umum (DAU) Provinsi Bali, 2002 2014 Provinsi Dana Alokasi Umum (DAU) (Ribu Rupiah) 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Bali 168.160.000 192.806.000 353.304.590 448.187.419 489.942.535 694.079.080 832.297.473 Rerata DAU Indonesia 209.436.000 256.659.187 441.406.000 543.961.045 583.304.066 829.740.418 1.033.997.956 DI Yogyakarta 214.480.000 284.049.000 402.484.080 511.338.131 527.471.247 757.056.696 899.923.550 Nusa Tenggara Barat 193.800.000 231.537.000 404.145.050 511.286.478 573.406.755 809.617.715 980.390.340 Nusa Tenggara Timur 244.030.000 305.474.000 479.435.760 616.601.854 674.635.569 940.646.764 1.131.687.380 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Dari data dan penjelasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali memang pantas dikatakan telah mencapai posisi yang relatif kuat. Hal inilah yang mendorong dilakukannya penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana Provinsi Bali mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat, melalui penelitian terhadap faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Di antara banyak model pertumbuhan ekonomi yang dapat digunakan, penelitian ini memilih Model Pertumbuhan Ekonomi yang dibuat oleh Mankiw, Romer, dan Weil (1992), yang dikenal dengan Model Pertumbuhan Ekonomi MRW. Model pertumbuhan ekonomi MRW merupakan hasil modifikasi dari model pertumbuhan yang dibuat oleh Solow Swan, dimana pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan modal saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh pertumbuhan kualitas tenaga kerja dan pertumbuhan kualitas modal. Untuk merepresentasikan variabel kualitas tenaga kerja, yang biasa digunakan dalam penelitian penelitian adalah tingkat pendidikan dari tenaga kerja. Sedangkan untuk menentukan representasi dari variabel pertumbuhan 6

kualitas modal, harus didasarkan pada pemanfaatan modal di daerah yang diteliti. Untuk itu, dengan tujuan mencari variabel kualitas modal yang tepat bagi Provinsi Bali, penelitian ini mengamati peran sektoral ekonomi dalam pembentukan PDRB Provinsi Bali. Tabel 1.7 Urutan Peringkat Sumbangan Sektoral PDRB Provinsi Bali, 2010 2014 (%) No Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 1 PHR 31,88 32,55 32,21 32,24 32,29 2 Pertanian 19,89 19,08 18,52 17,67 18,59 3 Jasa - Jasa 13,80 14,25 14,40 15,05 14,39 4 Angkutan dan Transportasi 11,05 10,99 11,09 11,08 11,07 5 Industri 10,17 9,85 9,79 9,82 9,92 6 Keuangan 7,07 7,05 7,22 7,32 7,19 7 Bangunan 3,97 4,02 4,46 4,47 4,25 8 Listrik, Air dan Gas 1,52 1,53 1,58 1,60 1,55 9 Pertambangan 0,65 0,68 0,73 0.75 0,75 Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah TOTAL 100 100 100 100 100 7

Grafik 1.3 Rata Rata Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Bali, 2010 2014 (%) Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah Dalam Tabel 1.7 dan Grafik 1.3 di atas dapat dilihat bahwa dari sembilan sektor penyumbang PDRB, Sektor Pariwisata merupakan penyumbang terbesar yaitu dengan rerata sumbangan sebesar 32,23%. Selanjutnya berturut turut diikuti oleh Sektor Pertanian dengan rerata sumbangan sebesar 18,75%, Sektor Jasa-jasa dengan rerata sumbangan sebesar 14,38%, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan rerata sumbangan sebesar 11,06%, Sektor Industri Pengolahan dengan rerata sumbangan sebesar 9,91%, Sektor Keuangan dengan rerata sumbangan sebesar 7,17%, Sektor Konstruksi dengan rerata sumbangan sebesar 4,23%, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih dengan rerata sumbangan sebesar 1,56%, dan Sektor Pertambangan dengan rerata sumbangan sebesar 0,71% (data rerata tahun 2010 2014). Kenyataan ini menunjukan bahwa sektor pariwisata memegang peran penting dalam Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali. Selanjutnya, data dalam Tabel 1.8 dan Tabel 1.9 di bawah ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata merupakan sektor penyerap terbesar modal dan tenaga 8

kerja di Provinsi Bali. Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini memilih sektor pariwisata sebagai andalan variabel kualitas modal yang direpresentasikan dengan pertumbuhan pangsa sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 1.8 Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Bali Menurut Sektor (Juta Rupiah) No SEKTOR 2012 2013 2014 1 Pertanian, Peternakan dan Kehutanan 547.600 332.820 428.190 2 Industri 569.380 241.580 520.710 3 Listrik, Air dan Gas 393.710 195.120 341.330 4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.865.830 1.479.250 2.368.640 5 Angkutan dan Transportasi 262.480 173.250 235.160 Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, Provinsi Bali Tabel 1.9 Tenaga Kerja di Provinsi Bali Berdasarkan Lapangan Usaha Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 672.204 556.615 572.685 545.827 528.506 Pertambangan & Penggalian 7.042 12.635 7.637 9.066 9.666 Industri Pengolahan 303.589 290.132 311.225 320.555 31.598 Listrik, Gas dan Air 3.952 6.859 6.347 9.155 7.935 Bangunan 144.041 185.705 185.764 211.093 205.470 Perdagangan, Hotel dan Restoran 571.274 596.527 625.302 628.585 658.312 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 95.202 81.744 85.711 72.764 70.658 Keuangan, Asuransi & Usaha Pesewaan Bangunan 58.832 83.281 83.876 93.368 82.431 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 321.222 391.376 390.161 383.484 393.056 Sumber : Badan Pusat Statistik, Provinsi Bali Untuk itu penelitian ini menggunakan pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebagai variabel kualitas modal dan laju pertumbuhan tingkat pendidikan sebagai kualitas tenaga kerja dalam Model MRW yang digunakan. Dari uraian penjelasan di atas, penelitian ini mengambil judul. 9

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, Provinsi Bali merupakan Provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat dan oleh karenanya dikenal sebagai provinsi yang bersedia menerima alokasi DAU yang lebih kecil dari provinsi provinsi yang lain. Hal ini mendorong dilakukannya penelitian ini, untuk melihat faktor faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali. Dimana, model pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah model pertumbuhan ekonomi di MRW. Oleh karenanya, pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan realisasi Penanaman Modal Asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan kualitas tenaga kerja yang di dalam penelitian ini direpresentasikan dengan pertumbuhan tingkat pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 5. Bagaimana pengaruh pertumbuhan kualitas modal yang di dalam penelitian ini direpresentasikan dengan pertumbuhan pangsa sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 10

Setelah mengetahui rumusan masalah dari penelitian ini, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh pertumbuhan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 2. Mengetahui pengaruh pertumbuhan realisasi Penanaman Modal Asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 3. Mengetahui pengaruh pertumbuhan jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 4. Mengetahui pengaruh pertumbuhan kualitas tenaga kerja yang di dalam penelitian ini direpresentasikan dengan pertumbuhan tingkat pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 5. Mengetahui pengaruh pertumbuhan kualitas modal yang di dalam penelitian ini direpresentasikan dengan pertumbuhan pangsa sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 11

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Model Pertumbuhan Ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti Model Pertumbuhan Ekonomi MRW (Mankiw, Romer, Weil) (1992), dimana, variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, dan variabel independen yang digunakan adalah Pertumbuhan Modal, Pertumbuhan Kualitas Modal, Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Kualitas Tenaga Kerja. 2. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Provinsi Bali dengan periode waktu 1998 sampai dengan 2014. 3. Alat analisis yang digunakan meliputi uji stasionaritas, uji MWD dan regresi OLS. 4. Dalam penelitian data time series berpotensi akan kehadiran peran variabel dummy. Untuk itu penelitian ini akan menggunakan variabel dummy apabila diperlukan Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mampu memenuhi tugas akhir yaitu skripsi sebagai syarat kelulusan sarjana S1 Fakultas Ekonomika Bisnis jurusan Ilmu Ekonomi. 2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. 12

3. Mampu memahami peran dari PMDN, PMA, jumlah tenaga kerja, kulitas tenaga kerja dan kualitas modal terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 4. Sebagai tambahan sumber ilmu pengetahuan tentang analisis pertumbuhan ekonomi. Model ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y= f (X1, X2, X3, X4, X5, X6, ε) Keterangan: Y adalah pertumbuhan PDRB Total Riil X1, adalah Pertumbuhan PMDN X2 adalah Pertumbuhan PMA X3 adalah Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja X4 adalah Pertumbuhan Kualitas Tenaga Kerja X5 adalah Pertumbuhan Kualitas Modal X6 adalah dummy variabel yang penetapan 1 dan 0 berdasarkan scatter plot ε adalah error term Model persamaan regresi jika linier: 13

Yt = β0 + β1 X1t + β2 X2t + β3 X3t+ β4 X4t+ β5 X5t + β6 X6t + εt Model persamaan regresi jika non-linier: Y = β0 + X1 β1 + X2 β2 + X3 β3 + X4 β4 + X5 β5 + ε, yang selanjutnya dilinierkan menjadi ln Yt = ln β0 + β1 ln X1t + β2 ln X2t + β3 ln X3t+ β4 ln X4t + β5 ln X5t + β6 X6t + εt Keterangan: β0 = konstanta β1, β2, β3, β4 β5 β6 = koefisien regresi e = error term Dalam penelitian data time series memiliki potensi diperlukannya variabel dummy. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan digunakan variabel dummy apabila diperlukan. Penggunaan variabel dummy tersebut akan tepat apabila ada hubungan yang secara statistik signifikan antara variabel dummy tersebut terhadap variabel dependennya. Sebagai pedoman dalam penyusunan penelitian, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: 1. Bahwa Pertumbuhan realisasi PMDN diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 2. Bahwa Pertumbuhan realisasi PMA diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 14

3. Bahwa Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 4. Bahwa Pertumbuhan Kualitas Tenaga Kerja diduga berpengaruh signifikan dan positif pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 5. Bahwa Pertumbuhan Kualitas Modal diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 6. Bahwa Variabel Dummy diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Tahapan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Uji Stasionaritas (Unit Root Test) Uji stasionaritas ini bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam data variabel yang diteliti mengadung akar unit atau tidak, untuk selanjutnya menjadi dasar penetapatan alat analisis regresi. Uji stasionaritas ini dilakukan dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). 2. Uji Mackinnon, White, Davidson (MWD) Uji MWD ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pilihan model regresi yang paling tepat antara model regresi linier atau model regresi non-linier. 3. Regresi OLS 15

Pada saat melakukan uji stasionaritas, apabila seluruh variabel dalam penelitian lolos uji akar unit pada tingkatan level, maka alat analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). 4. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. 5. Uji Statistik Uji ini dilakukan untuk melihat valid atau tidaknya hasil dari estimasi (goodness of fit) dengan cara melihat Adjusted R 2 dan nilai F-statistiknya. Disamping itu dilakukan uji t untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Dalam pendahuluan ini terdapat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, model penelitian, hipotesis penelitian, alat analisis data dan sistematika penelitian. 16

BAB II : Landasan Teori Dalam bab ini, berisi tinjauan literatur, tinjauan teoritis, landasan teori pendukung hipotesis dan landasan teori analisis. BAB III : Gambaran Umum Berisi tentang gambaran umum pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. BAB IV : Analisis Data dan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian ini yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. BAB V : Kesimpulan dan Implikasi Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan implikasi yang dibuat bedasarkan pada kesimpulan. 17