APLIKASI TEOREMA BURNSIDE PADA PEWARNAAN BOLA YANG MEMBENTUK SEGITIGA TERATUR OLEH TIGA WARNA

dokumen-dokumen yang mirip
ENUMERASI GRAF SEDERHANA DENGAN ENAM SIMPUL MENGGUNAKAN TEOREMA POLYA

RANK DARI GRUP DIHEDRAL TIGA (D 3 ) YANG BERAKSI

TEOREMA BURNSIDE DAN POLYA UNTUK MENENTUKAN POLA PEWARNAAN GRUP PERMUTASI

Pembagi Bersama Terbesar Matriks Polinomial

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL

Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks atas Ring Komutatif

PENGGUNAAN TEOREMA POLYA DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GRAF SEDERHANA YANG TIDAK SALING ISOMORFIS

SUBGRUP C-NORMAL DAN SUBRING H R -MAX

KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA

UNNES Journal of Mathematics

HIMPUNAN BILANGAN BULAT NON NEGATIF PADA SEMIRING LOKAL DAN SEMIRING FAKTOR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Semarang 50275

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana

ANALISIS PENYELESAIAN RUBIK 2X2 MENGGUNAKAN GRUP PERMUTASI

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL PRIME IDEAL AND MAXIMAL IDEAL IN A POLYNOMIAL RING

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

RUANG VEKTOR BAGIAN RANK KONSTAN DARI BEBERAPA RUANG VEKTOR MATRIKS CONSTANT RANK VECTOR SUBSPACE OF SOME VECTOR SPACE MATRICES

Keywords : Galois Field GF (p n ), Euclidean Geometry EG (2, p n ), Projective Geometry PG (2, p n ).

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

ANTI SUBGRUP FUZZY. Kata Kunci: Lower level subset, Anti subgrup fuzzy, Lower Level Subgrup.

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

ISSN (Media Cetak) ISSN (Media Online) Implementasi Metode Eliminasi Gauss Pada Rangkaian Listrik Menggunakan Matlab

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos Perintis Kemerdekaan Street, Makassar, Indonesia, Post Code 90245

Pembagi Bersama Terbesar Matriks Polinomial Indramayanti Syam 1,*, Nur Erawaty 2, Muhammad Zakir 3

Perluasan Segitiga Pascal

SEMI-HOMOMORFISMA BCK-ALJABAR. Deffyana Prastya A. 1 dan Suryoto 2. Program Studi Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. Soedarto, SH, Semarang, 50275

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

RUANG VEKTOR BAGIAN RANK KONSTAN DARI BEBERAPA RUANG VEKTOR MATRIKS

2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif

Isomorfisma dari Gelanggang Polinom Miring Kompleks ke Gelanggang Quaternion Riil

APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

GRUP HINGGA NILPOTENT. Patma dan Hery Susanto Universitas Negeri Malang

Pembentukan Ideal Prim Gelanggang Polinom Miring Atas Daerah ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Suatu Generalisasi Permainan Kombinatorik NIM dan Wythoff

PEMBUKTIAN AUTOMORFISMA PADA GELANGGANG POLINOM MIRING UNTUK PEMBENTUKAN GELANGGANG POLINOM MIRING BERSUSUN

SIFAT GELANGGANG NOETHERIAN DAN GELANGGANG PERLUASANNYA. ABSTRAK Suatu gelanggang R disebut gelanggang Noetherian jika memenuhi sifat :

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

TEOREMA GOURSAT Konstruksi subgrup dari grup darab langsung. M.V.Any Herawati,S.Si.,M.Si. Program Studi Matematika Universitas Sanata Dharma.

SUBGRUP FUZZY ATAS SUATU GRUP

SURVEI POLA GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG RAGAM BATIK TRADISIONAL

Teorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring

PEMBENTUKAN IDEAL MAKSIMAL GELANGGANG POLINOM MIRING MENGGUNAKAN IDEAL GELANGGANG TUMPUANNYA

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester)

Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal

PENDEKATAN IDENTIFIKASI LOGIK UNTUK MENGATASI KESULITAN MAHASISWA DALAM MEMAHAMI DEFINISI DAN TEOREMA PADA STRUKTUR ALJABAR LANJUT 1

RING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES

MODUL FAKTOR DARI MODUL ENDOMORFISMA PADA HIMPUNAN BILANGAN BULAT ATAS GAUSSIAN INTEGER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

GRAF PANGKAT PADA SEMIGRUP. Nur Hidayatul Ilmiah. Dr. Agung Lukito, M.S.

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

AUTOMORFISME GRAF LENGKAP DENGAN PENDEKATAN TEORI GRUP. Mulyono. Abstrak. ( ), dapat disimpulkan bahwa

Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62

FUNGSI PEMBANGKIT. Ismail Sunni

GERSHGORIN DISK FRAGMENT UNTUK MENENTUKAN DAERAH LETAK NILAI EIGEN PADA SUATU MATRIKS. Anggy S. Mandasary 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean

III. METODE PENELITIAN. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti

PERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.

PEMBUKTIAN AUTOMORFISMA PADA GELANGGANG POLINOM MIRING UNTUK PEMBENTUKAN GELANGGANG POLINOM MIRING BERSUSUN. Amir Kamal Amir

GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

SISTEM SCHREIER PADA FREE GROUP. Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika

SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

BAB I PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu cabang matematika yang sangat penting

Jurusan Pendidikan Matematika

HUBUNGAN DERIVASI PRIME NEAR-RING DENGAN SIFAT KOMUTATIF RING

Semi Modul Interval [0,1] Atas Semi Ring Matriks Fuzzy Persegi

TINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS

BEBERAPA SIFAT DIMENSI KRULL DARI MODUL. Amir Kamal Amir 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengkarakterisasi Homomorfisma Lapangan dengan Persamaan Fungsional

SUATU BUKTI DARI WEDDERBURN S LITTLE THEOREM

GRUP AUTOMORFISME GRAF KIPAS DAN GRAF KIPAS GANDA

HUBUNGAN ANTARA MAYORISASI NILAI EIGEN EUCLIDEAN DISTANCE MATRIX (EDM) DENGAN MATRIKS SEMIDEFINIT POSITIF YANG BERSESUAIAN

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Semi Definit dan Indefinit Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift

DIMENSI METRIK GRAF KIPAS Suhartina 1*), Nurdin 2), Amir Kamal Amir 3) Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos 90245

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu:

GRUP AUTOMORFISME GRAF HELM, GRAF HELM TERTUTUP, DAN GRAF BUKU

Matriks Simplektik dan Hubungannya Pada Sistem Linier Hamiltonian. Simplectic Matrix and It Relations to Linear Hamiltonian System

POLA ABSTRAK KRISTALOGRAFI DALAM ANYAMAN BAMBU

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

TERKECIL. Kata Kunci :Graf korona, graf lintasan, pelabelan total tidak teratur sisi, nilai total ketidakteraturan sisi.

GRUP PERMUTASI. Bambang Priyo Darminto Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo. Abstrak

Sifat-Sifat Ideal Utama dan Ideal Maksimal dalam Near-Ring

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN

Transkripsi:

APLIKASI TEOREMA BURNSIDE PADA PEWARNAAN BOLA YANG MEMBENTUK SEGITIGA TERATUR OLEH TIGA WARNA APPLICATIONS OF BURNSIDE S THEOREM ON THE COLORINGS BALLS THAT FORMED REGULAR TRIANGLE BY THREE COLORS Nur Fatimah, Loeky Haryanto, Amir Kamal Amir Bagian Matematika Terapan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Alamat Koresponden: Nur Fatimah Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 085656646375 Email: nurfatimah24@gmail.com

Abstrak Teorema Burnside merupakan salah satu teorema yang diturunkan dari konsep aksi grup untuk menemukan solusi dari masalah kombinatorik yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya menggunakan pengamatan. Penelitian ini bertujuan menghitung banyaknya orbit yang berbeda dari setiap sepuluh bola yang membentuk segitiga teratur apabila setiap bola dari sepuluh bola diwarnai dengan salah satu dari tiga warna berbeda. Metode penelitian dilakukan dengan menurunkan teorema Burnside melalui aksi grup. Lalu menyajikan setiap sepuluh bola dalam notasi matematis. Setelah itu, menyajikan aksi grup sebagai pertukaran posisi bola-bola pada sepuluh bola. Kemudian membuat simulasi pertukaran posisi bola-bola. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa teorema Burnside dapat dibuktikan melalui aksi grup. Teorema Burnside dapat menghitung banyaknya orbit yang berbeda dari sepuluh bola yang diwarnai oleh tiga warna yang berbeda. Suatu sepuluh bola yang membentuk segitiga teratur yang diwarnai oleh tiga warna akan menghasilkan 3 x 3654 sepuluh bola yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Teorema Burnside dapat digunakan untuk menghitung banyaknya sepuluh bola berbeda dengan menggunakan aksi grup terhadap setiap sepuluh bola apabila setiap bola dari sepuluh bola diwarnai dengan salah satu dari tiga warna berbeda. Kata Kunci: Aksi Grup, Orbit, Teorema Burnside Abstract Burnside's theorem is one of the theorems derived from the concept of group action to find solutions to combinatorial problems that can not be solved by only using observations. This study aims to count the number of different orbits of every ten balls that form a regular triangle, if each ball of ten balls colored with one of three different colors. The research method is done by lowering the Burnside theorem through group action. Then present every ten balls in a mathematical notation. After that, present the group acts as an exchange position of the balls on the ten ball. Then create a simulated exchange position balls. The results obtained that the Burnside theorem can be proved by the action of the group. Burnside theorem can count the number of different orbits of the ten balls are colored by three different colors. A ten balls that form regular triangles are colored by three colors will result in 3 x 3654 ten different balls. Based on the results of the study concluded that the Burnside theorem can be used to calculate the number of ten different balls using a group action against every ten balls where each ball of ten balls colored with one of three different colors. Keywords: Group Action, Orbit, Burnside s Theorem

PENDAHULUAN Pengetahuan mengenai aljabar telah berkembang sebelum abad kedua puluh dan teori grup (Grillet,2000) yang merupakan bagian dari aljabar modern mulai dikenal sejak abad kesembilan belas. Teori grup terus dikaji oleh para matematikawan karena mempunyai peranan yang sangat penting pada sejarah perkembangan matematika. Aksi grup (Dummit & Foote, 2004) adalah salah satu bagian dari pembahasan teori grup lanjutan. Selain berguna dalam pembuktian teorema-teorema yang bersifat abstrak dan (biasanya) sedikit mengandung aspek komputasi, dari konsep aksi grup pada suatu himpunan, bisa diturunkan suatu dalil yang bisa digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah komputasi yang terkait dengan himpunan tersebut. Dalil tersebut seringkali disebut Teorema Burnside. Teorema Burnside dapat diterapkan untuk menemukan solusi dari masalah kombinatorik yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya menggunakan pengamatan. Beberapa peneliti telah mengaplikasikan teorema ini. Hall dan Klingsberg (2004) mengaplikasikan Teorema Burnside dalam irama suatu musik. Suatu pola irama musikal adalah barisan dalam suatu himpunan, dimana dianggap perulangan pola irama adalah siklus irama. Selanjutnya pada kesempatan berbeda, Evans dan Holt (2005) menggunakan persamaan kelas dari aksi grup terbatas bersama dengan teorema perhitungan orbit Burnside untuk menurunkan teorema pembagian klasik. Berikutnya pada kesempatan lain, Pisanski et al., (2006) mengaplikasikan Teorema Burnside pada masalah Escher satu dimensi untuk menentukan berapa banyak pola yang berbeda yang akan dihasilkan dengan secara berulang kali pada persegi 2x2 yang memiliki empat unit kotak yang diisi dengan motif asimetrik dalam salah satu dari empat aspek. Selanjutnya, Bona dan Laflamme (2008) mengaplikasikan Teorema Burnside di bidang kimia untuk menghitung banyaknya isomer suatu molekul pada dua molekul yang berbeda, yang memiliki bangun geometri yang sama namun memiliki susunan atom-atom yang berbeda ragam jenisnya. Kemudian dari peneliti lain, Wagner (2008) yang mengaplikasikan Teorema Burnside ini pada masalah pewarnaan m obyek oleh n warna pada suatu papan dam jika rotasi dan refleksi diperbolehkan. Teorema Burnside tersebut digunakan untuk menentukan banyaknya susunan kombinasi warna yang tidak ekuivalen dari sejumlah objek yang memiliki sifat simetri (Yale, 1998), dimana objek-objek tersebut dianggap sebagai pewarnaan berbeda dari beberapa gambar dengan n titik, dan n kemungkinan warna untuk setiap titik. Berdasarkan pada penelitian Wagner (2008) tersebut, selanjutnya akan dicoba mengkaji penerapan Teorema Burnside pada masalah pewarnaan bola yang membentuk

segitiga teratur oleh tiga warna (Gambar 1). Masalah tersebut dicari solusinya dengan cara menghitung banyaknya susunan kombinasi warna yang tidak ekuivalen dari sejumlah objek yang memiliki sifat simetri. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menghitung banyak orbit yang berbeda dari setiap sepuluh bola yang membentuk segitiga teratur apabila setiap bola dari sepuluh bola diwarnai dengan salah satu dari tiga warna berbeda. BAHAN DAN METODE Secara umum kerangka penelitian ini dimulai dengan menurunkan teorema Burnside dengan menggunakan konsep aksi grup. Setelah itu, menyajikan setiap sepuluh bola berwarna yang membentuk segitiga teratur dalam bentuk notasi matematis. Setelah notasi matematis terbentuk, gunakan aksi grup terhadap notasi tersebut dalam proses pertukaran posisi bolabola berwarna. Aksi grup tersebut menjadi dasar untuk mengetahui banyaknya orbit yang berbeda yang dapat diperoleh dari sepuluh bola yang membentuk segitiga teratur. Adapun variabel penelitian adalah mencari banyaknya orbit yang berbeda yang dapat diperoleh dari sepuluh bola yang membentuk segitiga teratur oleh tiga warna. Software komputasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Maple. HASIL Teorema 1 (Burnside) Misalkan G adalah grup berhingga (finite) dan X adalah himpunan berhingga. Jika r adalah banyaknya orbit dalam X terhadap aksi G, maka: r. G = X di mana X = {x X g x = x}. Bukti : Perhatikan semua pasangan (g, x) dimana g x = x, dan misalkan N adalah banyaknya pasangan tersebut. Pasangan (g, x) ditentukan oleh g dan x. Maka diperoleh, N = X dan N = G, (1) Kemudian

N = G Gx = Perhatikan satu orbit di ruas kanan (2), diperoleh hasil 1 Gx = G 1. (2) Gx 1. (3) Subtitusi hasil (3) ke dalam jumlahan (2) dengan indeks berjalan pada semua orbit, diperoleh Karena N = G (banyaknya orbit di X oleh aksi G) = G r. (4) maka berlaku N = G = X, Akibat 1 r. G = X. Jika G adalah grup berhingga (finite) dan X adalah himpunan-g berhingga, maka (banyaknya orbit dalam X terhadap aksi G) = 1 G X. (5) Tabel 1 menunjukkan banyaknya unsur-unsur atau cara-cara pewarnaan x yang tidak berubah jika dikenakan aksi grup oleh g. Untuk mempertahankan cara pewarnaan x pada saat g beraksi pada x (g x= x), maka elemen dalam satu siklus harus memiliki warna yang sama. Dengan menggunakan Persamaan (5), banyaknya orbit dari sepuluh bola yang berbentuk segitiga teratur yang berbeda oleh tiga warna adalah r = 1 G X = 1 6 (3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 ) = 3654. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa banyak orbit yang berbeda dari setiap sepuluh bola yang membentuk segitiga teratur apabila setiap bola dari sepuluh bola diwarnai dengan salah satu dari tiga warna berbeda adalah 3 x 3654 orbit. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan teorema Burnside (Fraleigh, 2002) yang telah dibuktikan dengan menggunakan konsep aksi grup (Dummit & Foote, 2004). Jika grup G beraksi pada himpunan cara-cara pewarnaan X dan r adalah banyaknya cara pewarnaan yang tidak dapat dibedakan dalam X, maka r adalah total banyaknya orbit Gx pada X. Teorema Burnside memberikan hasil

r = 1 G X Dengan menggunakan Teorema Burnside, dengan mudah dapat diketahui banyaknya sepuluh bola yang membentuk segitiga yang berbeda yang dihasilkan dari 3 x 19683 cara pewarnaan. Setiap permutasi dinyatakan dengan menulis secara lengkap semua siklus yang menjadi faktornya. Dengan kata lain, setiap obyek (angka atau huruf) yang dipermutasi harus ditulis. Sebagai contoh permutasi identitas 0 S 3 yang dalam notasi siklus dapat ditulis (1), harus ditulis [(1)(2)(3)][(4)(5)(6)(7)(8)(9)]. (Anthony, 1988) Selanjutnya untuk setiap permutasi g, ditulis s = s(g) sebagai lambang yang menyatakan banyaknya siklus dalam permutasi g. Oleh karena itu, diperoleh s( 0 ) = 9 sedangkan untuk permutasi 1 = [(1,2,3)][(4,8,6)(5,9,7)] yang menyajikan rotasi 120 0 diperoleh s( 1 ) = 3. (Wagner, 2008) Berdasarkan definisi, X g merupakan ukuran dari himpunan X g = {x X g x= x}, berisikan cara-cara pewarnaan x yang tidak berubah jika dikenakan aksi grup oleh g. Untuk mempertahankan cara pewarnaan x pada saat g beraksi pada x (g x= x), maka elemen dalam satu siklus harus memiliki warna yang sama sehingga X g = n c s(g) dimana n c adalah banyaknya warna. (Wagner, 2008) Dengan menggunakan Teorema Burnside, banyaknya orbit sepuluh bola yang membentuk segitiga berbeda menggunakan 3 warna dengan asumsi warna titik pusat sama adalah 3654. Tapi karena ada 3 cara mewarnai titik pusat, maka dari seluruh 3 x 19683 sepuluh bola yang membentuk segitiga dengan n c = 3 warna, diperoleh 3 x 3654 orbit sepuluh bola yang membentuk segitiga yang berbeda. (6) (7) KESIMPULAN DAN SARAN Suatu sepuluh bola yang membentuk segitiga yang diwarnai dengan 3 warna akan menghasilkan 3 x 3654 sepuluh bola yang membentuk segitiga yang berbeda, masing-masing sepuluh bola yang membentuk segitiga bersesuaian dengan 3 x 3654 orbit (kelompok cara pewarnaan) dari 3 x 3 9 = 3 x 19683 cara pewarnaan. Untuk penelitian selanjutnya, mengaplikasikan teorema Burnside pada struktur molekul karena semua molekul adalah bangun simetri yang terdiri atas beberapa atom (sebagai warna) yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Anthony, Mark. (1988). Groups and Symmetry. Springger-Verlag, New York. Bona, A. and Laflamme, C. (2008). Classification of Chemical Compund Pharmacophore Structures. The MIIS Eprints Archive [Study Group Report]. Dummit and Foote. (2004). Abstract Algebra Third Edition. John Wiley & Sons, Inc. Evans, T. and Holt, B. (2005). Deriving Divisibility Theorems with Burnside s Theorem. Electronic Journal of Combinatorial Number Theory 5(1). Fraleigh, John B. (2002). A First Course In Abstract Algebra Seventh Edition. Addison Wesley. Grillet, Pierre A. (2000). Abstract Algebra Secont Edition. Graduate Texts in Mathematics. Hall, R. and Klingsberg, P. (2004). Asymmetric Rhythms, Tiling Canons, and Burnside s Lemma. Saint Joseph s University. Pisanski, Servatius and Schattschneider. (2006). Applying Burnside s Lemma to A One- Dimensional Escher Problem. University of Ljubljana and University. Wagner, Lucas. (2008). Beyond Burnside s Lemma. Rose-Hulman Undergraduate Mathematics Journal, Vol. 9[2]. Yale, Paul B. (1998). Geometry and Symmetry. Dover Publication (Reprint).

LAMPIRAN Gambar 1. Sepuluh Bola Bentuk Segitiga Teratur oleh Tiga Warna Tabel 1. Jenis Rotasi Sepuluh Bola Bentuk Segitiga Teratur Jenis Contoh X g Identitas [(1)(2)(3)][(4)(5)(6)(7)(8)(9)] 3 9 120 0 rotation [(1,2,3)][(4,8,6)(5,9,7)] 3 3 240 0 rotation [(1,3,2)][(4,6,8)(5,7,9)] 3 3 Diagonal reflection 1 [(1)(2,3)][(4,9)(5,8)(6)(7)] 3 6 Diagonal reflection 2 [(1,3)(2)][(4,7)(5,6)(8)(9)] 3 6 Diagonal reflection 3 [(1,2)(3)][(4)(5)(6,9)(7,8)] 3 6