Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

RINGKASAN HASIL SEMINAR MAMPU. 11 Mei 2016

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN MENAKAR KEPEMIMPINAN PEREMPUAN TAHUN 2017

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

Laporan Penyelenggaraan Seminar Publik Representasi Politik Perempuan: RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender 16 Januari 2014 Grand Kemang Hotel

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

Kredo Tentang Perbedaan: Perempuan di Parlemen di Norwegia

P E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

Kesimpulan K E S I M P U L A N. DALAM TAHUN 1965, JUMLAH TOTAL PEREMPUAN YANG MENJABAT sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. Pudjiwati (1985 : 28 ) menyatakan sebagai berikut :

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KPPI dan Upaya Peningkatan SDM Perempuan Partai Politik" Disampaikan oleh :

Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PEREMPUAN KADER ORGANISASI PARTAI POLITIK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

DARI AGENDA MEDIA HINGGA AGENDA KEBIJAKAN (Catatan atas Kemampuan Media) Oleh Yoseph Andreas Gual

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

BAB III PENUTUP. maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pun sejajar dan bersifat

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BALI 2014

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Pertanyaan Penelitian & Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

Transkripsi:

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada dalam ingatan kolektif rakyat. Ini terutama penting untuk gerakan perempuan yang kisahnya sering terpinggirkan dan tidak ditampakkan oleh ideologi dominan (Ng et al, 2006): Gerakan (sosial) perempuan membutuhkan aksirefleksi kolektif sekaligus lintas generasi agar terus ada tawaran sudut pandang yang segar, rangsangan untuk terus maju ke depan.

Benarkah? Bagaimana? Mengapa?

Perempuan dan Negara Susan Blackburn (2004) Women and the State in Modern Indonesia Apakah negara otonom dalam perlakuannya pada laki2 dan perempuan, atau ia mencerminkan kepentingan dari kelompok tertentu dalam masyarakat? Meski negara di Indonesia didominasi laki2, apakah cukup untuk mengatakan ia lebih mencerminkan kepentingan laki2 daripada kepentingan perempuan? Laki2, seperti perempuan, bukanlah kelompok homogen: kepentingan gender bisa berbeda tergantung pada agama, kelas, usia, dst. Negara juga tidak homogen: harus merespon pada berbagai kepentingan, terdiri dari kepentingan2 berbeda, dst. Perlu melihat perilaku negara pada perempuan (dan kaitan keduanya) pada konteks isu, tempat dan masa tertentu!

Perempuan Indonesia? Apakah (adakah) kepentingan bersama para perempuan Indonesia terhadap negara? Siapakah perempuan Indonesia? Apa masalah perempuan yang paling utama? Diajukan oleh siapa dan mengapa? Seberapa besar pengaruh yang mereka miliki (untuk pengaruhi kebijakan) dan terkait isu apa? Bukan semua perempuan Indonesia, tapi mereka yang paling terorganisir dan artikulatif, mampu merumuskan apakah masalah perempuan itu, dan (untuk tingkat tertentu) memahami bagaimana memperjuangkannya terhadap negara.

Kepentingan perempuan? Perempuan terkadang tidak bicara satu suara, dan yang disebut kepentingan perempuan pun tidak lantas terbukti dengan sendirinya. Tetapi bukan tidak mungkin menemukan pijakan yang sama terkait isu kesejahteraan perempuan: kerja, keluarga, kekerasan, reproduksi, keamanan ekonomi, dll.

Pertanyaan2 Kritis (Deborah L. Rhode (2014) What Women Want) 1. Sejauh mana memasukkan lebih banyak perempuan ke posisi publik merupakan jaminan dari akan lebih majunya agenda2 perempuan dalam isu publik? 2. Sejauh mana politisi perempuan sendiri merasa kepentingan perempuan sebagai prioritas yang memang perlu ia perjuangkan? 3. Sejauh mana afiliasi partai politik dan ideologi menjadi lebih penting dari gender? 4. Seberapa besar peluang terbentuknya kaukus parlemen perempuan lintas partai untuk mendorong legislasi yang berguna bagi perempuan? 5. Sejauh mana kecenderungan pemilih perempuan menentukan untuk mendorong terpilihnya politisi yang peduli pada isu2 perempuan ke posisi publik?

Pada Awalnya

Refleksi 1 Perlu mendorong rekrutmen dan dukungan pada calon yang akan menempatkan isu2 perempuan sebagai prioritas; para calon ini harus laki2, sebagaimana juga perempuan! Keterlibatan laki2 dalam isu2 perempuan memberikan perbedaan yang penting untuk mendorong perhatian pada isu2 terkait gender, dan meluaskan peluang untuk menemukan calon pemimpin2 publik yang peduli isu perempuan. Perempuan harus menargetkan suara dan uang mereka untuk mendukung calon yang mau dan dapat meningkatkan kepentingan2 perempuan!

Refleksi 2 Pentingnya gerakan perempuan yang kuat untuk menciptakan dukungan publik untuk inisiatif2 politik yang dibutuhkan. Keberadaan gerakan seperti ini boleh jadi lebih berpengaruh, daripada sekadar keterwakilan secara proporsional perempuan di parlemen. Pentingnya menekankan secara lebih efektif kepentingan2 dari kelompok2 yang tidak diuntungkan secara spesifik, misal karena ras, kelas, orientasi seksual, atau faktor2 terkait lainnya. Isu gender sering merupakan isu dari perempuan2 yang relatif sudah lebih beruntung di masyarakat (elitis), bagaimana menemukan aneka cara untuk membuat isu2 mereka yang kurang beruntung pun menjadi perhatian mereka yang lebih diuntungkan?

Refleksi 3 Pertingnya memperhitungkan peran pemilih perempuan di dalam upaya mendorong partisipasi perempuan (dan laki2) untuk mendorong kebijakan pro-perempuan. Dibanding laki2, pemilih perempuan biasanya lebih mendukung penggunaan anggaran untuk pelayanan social dan peran aktif Negara dalam membantu kaum miskin; dan cenderung tidak mendukung dinaikkannya anggaran untuk gaji pegawai negeri atau keamanan.

Refleksi 4 Apakah isu2 krusial dan prioritas yang perlu diperhatikan, di mana perempuan (politisi dan/atau pemilih ayun swing voters) tampaknya bisa punya peran menentukan, seperti: Negara dengan birokrasi gemuk atau perbaikan pelayanan? Penambahan anggaran pendidikan atau penambahan gaji pegawai negeri? Jaminan kesehatan atau pembangunan infrastruktur? Hak yang sama atau upah dan kesempatan yang sama dalam pekerjaan? Peningkatan pajak atau pembangunan ekonomi?

Sense of crisis? Kesenjangan antara ketentuan hukum dan realitas banyak hak2 perempuan yang dijamin oleh UU dibatasi oleh kondisi2 sosial dan politik yang menyertainya. Hak reproduksi dibatasi oleh ketidaktahuan dan ketiadaan informasi, dana, jangkauan pelayanan. Hak untuk bebas dari diskriminasi di tempat kerja dibatasi oleh masalah2 ketiadaan prosedur keluhan yang baik. Hak untuk pengembangan karir di tempat kerja dipengaruhi oleh kurangnya TPA (tempat penitipan anak) dan ketidakseimbangan beban dan tanggung jawab keluarga antara perempuan dan laki2.

Penutup Semua hal di atas pada gilirannya membutuhkan perubahan dalam UU dan kebijakan! Perumusan kebijakan dan peraturan terkait perempuan yang spesifik kebutuhan perempuan perlu disepakati secara lebih tegas dan menjadi pegangan bersama. Kisah pun bisa berulang untuk kemudian maju satu langkah, atau malah kembali ke titik nol.

Hari Perempuan 1

Hari Perempuan 2