Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2
|
|
- Budi Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2 1. Keterwakilan Perempuan dalam Politik Perjuangan keterwakilan perempuan dalam politik memiliki dua makna. Pertama, untuk mewujudkan pemenuhan Hak Politik Perempuan dalam tatanan kehidupan Demokrasi yaitu Hak memilih dan dipilih serta hak untuk ikut serta dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan publik. Kedua ditujukan unuk mewujudkan keadilan gender secara substantif (Subatantive Equality), yaitu keadilan bagi laki laki dan perempuan dalam pembangunan, yaitu keadilan dalam menjangkau (akses), ikut serta (partisipasi), dan pengambilan keputusan (kontrol) dalam pembangunan serta keadilan dalam penguasaan dan penikmatan hasil hasil pembangunan. Dengan demikian maka keadilan yang diperjuangkan oleh gerakan perempuan, merupakan keadilan dari sisi proses dan hasil. Bukan sekedar memperjuangkan jumlah dan proses. Perjuangan gerakkan perempuan mendorong terwujudnya keterwakilan perempuan ini, sejalan dengan watak gerakan perempuan di berbagai negara di dunia yang bersifat transformative, atau bertujuan membuat suatu keadaan menjadi lebih baik. Lebih adil dan lebih demokratis. Dalam konteks politik Indonesia, perjuangan keterwakilan politik perempuan, masih sangat relevan. Hak untuk memilih memang telah berhasil diperjuangkan oleh Kongres Perempuan Indonesia formal maupun informal 3 pada tahun , hingga akhirnya sejak pemilu pertama di Indonesia (tahun 1955) perempuan Indonesia sudah memiliki hak pilih. Namun hak pilih perempuan tersebut tidak serta merta menghasilkan keterwakilan yang seimbang dalam lembaga perwakilan rakyat. Jumlah perempuan di /D tetap saja rendah. Kurang dari 30% dari seluruh jumlah anggota parlemen. Hal ini terjadi karena berbagai hambatan structural dan cultural yang dihadapi oleh perempuan. Hambatan structural, terutama disebabkan oleh jumlah calon anggota perempuan dalam daftar calon partai (saat ini Daftar Calon Tetap), sangat rendah. Sedangkan hambatan cultural 1 Disampaikan dalam Konferensi INFID, Pembangunan Untuk Semua, Jakarta November Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia Untuk keadilan dan Demokrasi periode Disebut Formal maupun informal, sebab pada tahun tidak ada gerakkan perempuan yang formal, karena pada masa pendudukan Jepang semua organisasi perempuan dilarang, kecuali organisasi perempuan buatan jepang Fujinkai. 1 KETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN & KEBIJAKAN BERKEADILAN
2 terutama disebabkan oleh kurangnya dukungan keluarga dan kurangnya kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan politik perempuan, terutama karena adanya anggapan, bahwa dunia politik adalah dunia kaum laki laki. Tabel 1 Jumlah & Prosentase perempuan dalam Sejak Indonesia merdeka 2014 Tahun/periode Seluruh anggota Jumlah Perempuan Jumlah Laki laki Komite Nasional Pusat RIS S Hasil Pemilu 1955 Gotong Royong Orde Baru Penyegaran hasil Pemlu 1971 ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (3,8%) (6,25%) (9,19%) diangkat (360 dipilih +100 (7,8%) diangkat (360 dipilih +100 (7,8%) diangkat (364 dipilih + 96 (8,5%) diangkat) (400 dipilih (13%) diangkat) (400 dipilih (12,5%) diangkat) (400 dipilh (12,5%) diangkat) (9%) (11,8%) (18%) Sumber : Aisyah Amini Pasang Surut Peran, data KPU, diolah Peningkatan jumlah perempuan di parlemen juga terjadi di D provinsi dan D kabupaten/kota. Secara agregat nasional yang meliputi 33 provinsi, Pemilu 2009 menghasilkan 321 atau 16 persen perempuan dari total anggota D provinsi. Jumlah tersebut naik, jika dibandikan hasil Pemilu 2004 yang hanya 12 persen. Dari Hasil Pemilu 2009, Propinsi sudah yang keterwakilan perempuan melebihi 30% yaitu Prov. Maluku : 14 perempuan dari 45 orang atau 31%. 2 K ETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN & KEBIJAKAN BERKEADILAN
3 Sedang di D kabupaten/kota, dari 461 kabupaten/kota yang tersedia datanya, memiliki anggota. Dari jumlah tersebut, terpilih perempuan atau 12%. Persentasi ini naik hampir dua kali lipat, karena Pemilu 2004 hanya menghasilkan 6% perempuan di D kabupaten/kota. Di tingkat kabupaten/kota, masih terdapat D yang tidak memiliki anggota perempuan. Dari 461 kabupaten/kota, terdapat 27 D yang tidak ada anggota perempuan terpilih. Yaitu tersebar di Aceh, NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Tercatat pula 64 D kabupaten/kota yang hanya memiliki satu anggota perempuan. 2. Keterwakilan Perempuan & Kebijakan yang berkeadilan Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: apakah kebijakan dan hasil hasil pembangunan dengan sendirinya adil gender, setelah jumlah keterwakilan perempuan meningkat hingga 30%? Jawabnya : Tidak. Tuntutan mewujudkan sekurang kurangnya 30% keterwakilan perempuan di parlemen adalah upaya strategis untuk menciptakan jalan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Dengan adanya 30% perempuan di parlemen, diharapkan akan dapat mewakili menyuarakan kebutuhan dan kepentingan perempuan. Perempuan diparlemen diharapkan untuk memastikan bahwa disetiap pembahasan kebijakan public, pengalaman, kebutuhan dan kepentingan laki laki dan perempuan dipertimbangkan secara adil. sehingga setiap kebijakan public yang dihasilkan, bersifat adil bagi laki laki maupun perempuan dari berbagai kalangan. Namun kenyataannya, pengalaman perempuan maupun laki laki anggota /D, yang pada umumnya dari kelas menengah ke atas tidak selalu dapat menangkap pengalaman, kebutuhan dan kepentingan dari kelompok masyarakat yang terpinggirkan yang berada di pedesaan, kelompok kelompok masyarakat tertentu seperti: nelayan, petani, masyarakat adat, miskin perkotaan, penyandang disabilitas, maupun kelompok usia tertentu, seperti : bayi, Balita, kelompok muda dan lanjut usia. Maka, agar anggota /D mampu menangkap pengalaman pihak pihak yang akan terkena kebijakan tadi, kelompok kelompok tersebut harus secara aktif menyuarakan pengalamannya baik yang berupa permasalahan, dan harapan akan pemenuhan kebutuhan dan kepentingannya. Kelompok kelompok yang tidak mampu menyuarakan sendiri kepentingannya, Bayi, anak, dan lanjut usia (yang sudah tidak produktif) harus diwakili dan diperjuangkan oleh kelompok yang lebih berdaya. Tanpa peran aktif dari masing masing kelompok, maka sangat kecil kemungkinan pengalaman, permasalahan dan harapan mereka di dengar dan disuarakan. Bahkan keberadaan mereka pun, menjadi tidak tampak atau invisible. 3 K ETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN & KEBIJAKAN BERKEADILAN
4 Pengalaman Koalisi Perempuan Indonesia dalam pengorganisasian dan advokasi, telah membuktikan. Bahwa ketika perempuan perempuan memiliki kesadaran kritis tentang hak haknya, hukum dan tanggung jawab negara, mampu mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhannya, kemudian mengorganisir diri dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan /D, maka akan diperoleh hasil : adanya kebijakan public, termasuk alokasi anggaran dan program yang ditujukan kepentingan mereka. Bukti lain yang dapat menjadi pelajaran adalah perbedaan jumlah dan kualitas undang undang yang dihasilkan oleh RI periode dengan RI periode Meski jumlah keterwakilan perempuan di RI, periode lebih sedikit yaitu 11%, dibanding jumlah perempuan di RI periode , yaitu 18%, namun RI periode , lebih banyak menghasilkan undang undang yang merupakan implementasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on Elimination all form Discrimination Against Women CEDAW) Produk Legislasi RI Periode Undang Undang No 24 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga 2. Undang undang No 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia 3. Undang undang No 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang 4. Undang undang No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menegah 5. Undang undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 6. Undang undang No 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudikan dan Pembangunan Keluarga 7. Paket Undang undang Politik (terutama UU Pemilu, UU Penyelenggara Pemilu) Produk Legislasi RI Periode Undang undang 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu 2. Undang undang No 10 tahun 2012 Tentang Pemilu 3. Undang undang No 7 Tahun 2012 Penanganan Konflik Sosial Munculnya berbagai undang undang dalam masa RI periode , tidak terlepas dari adanya konsolidasi organisasi organisasi perempuan, yang memiliki 4 K ETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN & KEBIJAKAN BERKEADILAN
5 agenda dan berbagi peran dalam mengintervesi program legislasi nasional (prolegnas), pada periode itu. Sementara di tingkat D tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota menghasilkan sejumlah Peraturan Daerah (perda) yang berpihak terhadap perempuan dan anak, sebagai akibat dari adanya intervensi organisasi organisasi perempuan dalam program legislasi daerah (Prolegda). Perda yang berpihak kepada perempuan dan anak tersebut, antara lain adalah : 1. Perda Tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 2. Perda Tentang Pembebasan Biaya Akte Kelahiran 3. Perda Tentang Perlindungan Anak 4. Perda Tentang Pemberdayaan Perempuan 5. Perda Tentang Pembebasan Pungutan Retribusi Pelayanan Kesehatan Tingkat Puskesmas 3. Prasyarat Lahirnya Kebijakan Berkeadilan Pengalaman Koalisi Perempuan Indonesia dari praktek pengorganisasian dan advokasi, mengajarkan bahwa untuk mewujudkan kebijakan yang adil bagi lakilaki dan perempuan dari berbagai kalangan dibutuhkan pemenuhan, prasyarat tertentu, yaitu : 1. Adanya Keaktifan Warga Negara (Active Citizenship) 2. Adanya kepemimpinan dan etika politik dan sensitifitas politisi terhadap ketidakadilan dan ketimpangan, 3. Terciptanya hubungan konstituensi antara anggota /D dengan pemilih 4. Terpenuhinya hak atas informasi public 5. Adanya pengakuan dan pemenuhan Hak atas kebebasan berserikat & perpendapat 6. Proses pembahasan kebijakan public yang partisipatif 7. Wakil rakyat yang bersih dan akuntabel Ketujuh prasyarat ini, merupakan kesatuan dan memiliki saling keterkaitan, serta mutlak harus dipenuhi, jika kita memimpikan adanya kebijakan yang adil gender, dan mensejahterakan semua warga negara. 1. Keaktifan Warga Negara (Active Citizenship) Keaktifan warga Negara (active Ctizenship) adalah warga negara yang memiliki pengetahuan, pemahaman dan kesadaran kritis tentang: hukum, 5 K ETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN & KEBIJAKAN BERKEADILAN
6 hak hak warga negara yang dijamin oleh hukum dan tanggung jawab negara. Mereka juga mengorganisasikan diri, secara aktif menemukenali masalahmasalah dan ketidakadilan yang dialami oleh individu individu dan masyarakat disekitarnya, serta melakukan upaya upaya penyelesaian masalah dan pembelaan untuk menghapus ketidakadilan. Kelompok warga negara yang aktif juga melakukan pemantauan dan intervensi proses dan capaian pembangunan di wilayahnya agar lebih adil. Upaya upaya tersebut dilakukan melalui jalur demokrasi yang tersedia, melalui berbagai upaya pengorganisasian dan advokasi kepada pemerintah maupun parlemen. 2. Kepemimpinan dan etika politik dan sensitifitas politisi terhadap ketidakadilan dan ketimpangan Kepemimpinan dan etika politik politisi akan menentukan kemampuan mereka dalam menyuarakan kepentingan dan mempengaruhi proses pembuatan kebijakan publik. Namun kepemimpinan dan etika politik saja, tidak akan cukup untuk melahirkan kebijakan publik yang berkeadiilan. Kebijakan yang berkeadilan, hanya akan dihasilkan oleh pemimpinpemimpin yang memahami dan sensitif terhadap ketidakadilan dan ketimpangan. 3. Hubungan konstituensi antara anggota /D dengan pemilih Hubungan konstituensi antara anggota /D dengan pemilih adalah hubungan yang bersifat timbal balik dan berkesinambungan, dimana anggota /D menyampaikan perpembangan proses dan hasil dari parlemen, menyerap aspirasi dan mendengarkan keluhan masyarakat lalu memperjuangkannya di parlemen. Sebaliknya masyarakat menyampaikan apresiasi, kritik dan saran atas hasil hasil parlemen, memberikan informasi tentang dampak rancangan kebijakan publik terhadap kehidupan sehari hari masyarakat. Dengan demikian, maka kebijakan publik yang dibuat oleh parlemen akan mempertimbangan pengalaman perempuan dan laki laki serta memperhitungkan dampak positif dan negatif kebijakan tersebut terhadap kehidupan individu, keluarga, maupun masyarakat. 4. Terpenuhinya hak atas informasi public Informasi publik yang lengkap, benar, dan aksesible bagi laki laki dan perempuan dari semua kalangan masyarakat, merupakan kunci utama bagi masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif terhadap proses pembagunan 6 K ETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN & KEBIJAKAN BERKEADILAN
7 secara umum, maupun proses perumusan dan pengambilan keputusan kebijakan publik. Tanpa pemenuhan hak atas informasi, maka seluruh proses demokrasi hanya akan menjadi mobilisasi politik, yang memaksa warga negara untuk setuju dan patuh terhadap kebijakan publik, tanpa memahami dampaknya terhadap kehidupan mereka. Bahkan dalam tahapan tertentu, penyembunyian informasi publik dapat berakibat pada lahir dan berlanjutnya tindakan penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Oleh karenanya, untuk mendorong kebijakan publik yang adil secara substantif dan partisipatif dari aspek proses, harus dimulai dari adanya partisipasi aktif masyarakat berbasis pada penguasaanmasyarakat terhadap informasi publik. 5. Pengakuan dan pemenuhan Hak atas kebebasan berserikat & berpendapat Pengakuan negara tehadap hak atas kebebasan berserikat dan berpendapat, merupakan landasan penting bagi terwujudnya keaktifan warga negara. Tanpa ada jaminan dan perlindungan bagi warga negara untuk berserikat/berorganisasi dan menyampaikan pendapat. Pengaturan melalui peraturan perundang undangan dapat dibenarkan, sepanjang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan hak dalam bentuk penggunaan kekeerasan dan ancaman kekerasan. Namun pengaturan dengan semangat untuk menguasai dan menekan organisasi organisasi yang dibentuk oleh warga negara dan masyarakat, yang mencerminkan kekuasaan negara/pemerintah yang tidak terbatas, sebagaimana diwujudkan dalam undang undang ormas saat ini, akan merupakan ancaman terhadap demokrasi. Pada gilirannya, lemahnya demokrasi akan mengakibatkan lahirnya kebijakan publik yang tidak adil yang akan melestarikan pemiskinan dan ketimpangan. 6. Proses pembahasan kebijakan public yang partisipatif Proses pembahasan kebijakan publik secara partisipatif, yang melibatkan masyarakat secara luas, akan memberi peluang bagi setiap kelompok masyarakat untuk menyampaikan pengalaman dan usulan penyempurnaan rancangan kebijakan publik, sehingga dapat dihasilkan kebijakan yang berkeadilan. Untuk dapat melibatkan masyarakat secara luas dalam pembahasan rancangan publik, maka kesekretariatan /D harus menyediakan 7 K ETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN & KEBIJAKAN BERKEADILAN
8 informasi yang mudah diakses oleh masyarakat, terkait dengan jadwal sidang pembahasan dan materi rancangan kebijakan publik yang termutahirkan (updated) berdasarkan perkembangan dalam pembahasan. 7. Wakil rakyat yang akuntabel dan legitimate Kebijakan yang berkeadilan hanya dapat dilahirkan oleh wakil rakyat yang akuntabel dan memiliki legitimasi. Tanpa legitimasi, proses perumusan dan pengambilan keputusan akan dihadapkan pada berbagai goncangan dan penolakan. Pun jika kebijakan berhasil disahkan, segera setelah pengesahannya akan dihadapkan pada berbagai bentuk gugatan. Catatan Akhir Hasil Pemetaan dan kajian cepat, yang dilakukan oleh Koalisi Perempuan Indonesia berdasarkan penempatan calon legislatif perempuan dalam Daftar Calon Tetap RI, menunjukkan adanya peluang besar tercapainya 30% keterwailan perempuan di parlemen. Namun hal ini belum akan menjamin lahirnya kebijakan yang berkeadilan, mengingat kenyataan bahwa kursi RI akan diisi oleh sejumlah politisi baru. Hal yang sama akan terjadi di D provinsi dan kabupaten/kota. Meski keterwakilan perempuan belum mencapai 30% di semua daerah, namun hampir dapat dipastikan akan terjadi peningkatan jumlah kerterwakilan perempuan secara drastis. Artinya, akan hadir politisi politisi baru di parlemen daerah. Sama halnya di RI, kehadiran politisi politisi baru ini belum menjadi jaminan lahirnya kebijakan yang berkeadilan. Kebijakan yang berkeadilan, akan terwujud bila tujuh prasyarat, sebagaimana telah dibahas sebelumnya, terpenuhi. Artinya, gerakan masyarakat sipil dan terutama gerakan perempuan harus bekerja di dua aras, yaitu pengorganisasian dan penguatan kapasitas advokasi masyarakat, serta peningkatan kapasitas kepemimpinan politik perempuan. 8 K ETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN & KEBIJAKAN BERKEADILAN
Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan
Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan Oleh Dian Kartikasari Koalisi Perempuan Indonesia Page 1 Pokok Bahasan 1. Keterwakilan Perempuan dalam Politik 2. Keterwakilan Perempuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah masyarakat dapat dikatakan demokratis jika dalam kehidupannya dapat menghargai hak asasi setiap manusia secara adil dan merata tanpa memarginalkan kelompok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1482, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Partisipasi Politik. Perempuan. Legislatif. Peningkatan. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)
DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% perempuan dan kaitannya dalam penyusunan anggaran responsif gender. Yang menjadi fokus dalam penelitian
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014
ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat
Lebih terperinciPEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA
PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA SITUASI PEREMPUAN, KINI Data BPS per 2013, Rata-rata Lama Sekolah Anak Laki-laki 8 Th dan Perempuan 7 Th (tidak tamat SMP) Prosentase
Lebih terperinciPerempuan dan Pembangunan Berkelanjutan
SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana
Lebih terperinciPENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU
PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DIAN KARTIKASARI, KOALISI PEREMPUAN INDONESIA DISKUSI MEDIA PUSKAPOL, PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM KPU DAN BAWASLU, JAKARTA,
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga
Karya Tulis PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa : Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem demokrasi memiliki pemikiran mendasar mengenai konsep
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender
XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi di Indonesia merupakan salah satu dari nilai yang terdapat dalam Pancasila sebagai dasar negara yakni dalam sila ke empat bahwa kerakyatan dipimpin oleh hikmat
Lebih terperinciRENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK
RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.
No.20, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciRANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa perempuan sebagai
Lebih terperinciStrategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016
Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada
Lebih terperinciBAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN
BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 15, Jakarta 10110 Telepon/Faksimile (021) 3805542
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia
Lebih terperinciHAM, PEREMPUAN DAN HAK KONSTITUSIONAL 1. Oleh Dian Kartikasari 2
HAM, PEREMPUAN DAN HAK KONSTITUSIONAL 1 Oleh Dian Kartikasari 2 1. Hak Asasi Manusia Dalam Kamus Bersar Bahasa Indonesia (KBBI), hak adalah milik, kepunyaan, kewenangan atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu
Lebih terperinciBRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA
BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan
Lebih terperinciPELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si
PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender
Lebih terperinciMenuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015
Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 1 Konteks Regulasi terkait politik elektoral 2014 UU Pilkada
Lebih terperinciMewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender
Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia
Lebih terperinciBab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan bukan masalah sederhana. Esensi demokrasi adalah membangun sistem
Lebih terperinci2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan
No.1084, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Mengadili Perkara Perempuan. Pedoman. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN MENGADILI PERKARA PEREMPUAN BERHADAPAN
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN PERANAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN BERBASISKAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan ditetapkan agar tujuan dan sasaran suatu perusahaan tercapai, setiap perusahaan baik itu yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa selalu dilandasi
Lebih terperinciPemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat
Lebih terperinciPartisipasi kelompok marginal dan perempuan
Memastikan tersedianya kesempatan yang sama di antara berbagai kelompok masyarakat, termasuk antara laki-laki dan perempuan, adalah instrumen penting untuk mencapai tujuan pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan
Lebih terperinciLembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita
+ Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan
Lebih terperinciSetiap norma per. Per-UU-an wajib melarang perlakuan : b.perbedaan; c.pengucilan; dan d.pembatasan. Atas dasar jenis kelamin
PENGINTEGRASIAN PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (Tahapan Teknis dalam menyusun Rancangan PUU dengan Alat /Pisau Analisis Parameter Kesetaraan Gender) PENGANTAR
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA PELUNCURAN STRATEGI NASIONAL (STRANAS) PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN
Lebih terperinciBAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK
BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK A. KONDISI UMUM Dalam rangka mewujudkan persamaan di depan hukum, penghapusan praktik diskriminasi terus menerus dilakukan, namun tindakan pembedaan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 menjamin semua
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Penduduk Indonesia 231 Juta 49,9% Perempuan Aset dan Potensi,
Lebih terperinciKebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0
Kebijakan Jender 1.0 The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 2015 1 Latar Belakang Jender dipahami sebagai pembedaan sifat, peran, dan posisi perempuan dan lakilaki yang dibentuk oleh masyarakat,
Lebih terperinci-2- diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone
-2- diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN MENAKAR KEPEMIMPINAN PEREMPUAN TAHUN 2017
KERANGKA ACUAN MENAKAR KEPEMIMPINAN PEREMPUAN TAHUN 2017 A. PENDAHULUAN Peningkatan kapasitas berpolitik perempuan pada hakikatnya adalah upaya meningkatkan keterwakilan perempuan di legislatif sehingga
Lebih terperinciRESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
RESUME RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Apa latar belakang perlunya parameter gender dalam pembentukan peraturan perundangundangan. - Bahwa masih berlangsungnya
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA
PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA 1/2 (satu perdua) ditambah 1 (satu) ~ paling sedikit, pemungutan suara dinyatakan sah pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila disetujui
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPerempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1
S T U D I K A S U S Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1 MAVIVI MYAKAYAKAYA-MANZINI Kebebasan tidak akan dapat dicapai kecuali kalau perempuan telah dimerdekakan dari segala
Lebih terperinciBerdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciDAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS
DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN POIN NO.DIM RUU FRAKSI USULAN PERUBAHAN FUNGSI PARTAI POLITIK 70 Pasal 8: Partai politik berfungsi sebagai
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG
top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam mendukung pembangunan nasional, sehingga aspek yang penting diperhatikan untuk memberdayakan manusia menuju
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Timur 2014-2019 merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang masalah Negara mempunyai tugas untuk melindungi segenap warga negaranya, hal itu tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, ditambah dengan isi Pancasila pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang sering kali diperdebatkan. Sejak tahun 2002, mayoritas para aktivis politik, tokoh perempuan dalam partai
Lebih terperinciSTRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN
STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN PADA PELAYANAN TERPADU KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH,
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN MEKANISME PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum
Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum No. Draft RUU Bantuan Hukum Versi Baleg DPR RI 1. Mengingat Pasal 20, Pasal 21, Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28H ayat
Lebih terperinciANGGARAN DASAR ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN. Pasal 2
1 ANGGARAN DASAR ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN BAB I NAMA, BENTUK dan LAMBANG Pasal 1 Organisasi ini bernama Aliansi Jurnalis Independen, disingkat AJI. AJI berbentuk perkumpulan. Pasal 2 Pasal 3 AJI berlambangkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciPerempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik
Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik Sri Budi Eko Wardani PUSKAPOL - Departemen Ilmu Politik FISIP UI Lembaga Administrasi Negara, 21 Desember 2016 2 Partisipasi Perempuan di Ranah Politik
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.
Lebih terperinciAnggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH
Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender.
No.615, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,
Bentuk: Oleh: UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 7 TAHUN 1984 (7/1984) Tanggal: 24 JULI 1984 (JAKARTA) Sumber: LN 1984/29; TLN NO. 3277 Tentang: PENGESAHAN KONVENSI MENGENAI PENGHAPUSAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah
Lebih terperinciPasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.
BAB V PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA Pasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Pasal 24 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas: a. kepastian hukum; b. tertib penyelenggaraan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum
Lebih terperinciPenguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik
Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Pendahuluan Pokok Pokok Temuan Survei Nasional Demos (2007 2008) : Demokrasi masih goyah: kemerosotan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan menjamin hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memberikan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM
RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM 1. Untuk mengakomodir asas kepentingan umum dan untuk menjamin kemudahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebijakan affirmative action merupakan kebijakan yang berusaha untuk menghilangkan tindakan diskriminasi yang telah terjadi sejak lama melalui tindakan aktif
Lebih terperinciDibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi
Lebih terperinciPERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004
PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A. 2011 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004 Oleh : Elfa Sahrani Yusna Melianti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 89/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan Badan Kelengkapan Dewan dan Keterwakilan Perempuan
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 89/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan Badan Kelengkapan Dewan dan Keterwakilan Perempuan I. PEMOHON 1. KoalisPerempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi (KPI),
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.7, 2014 PEMERINTAHAN. Desa. Penyelenggaraan. Pembangunan. Pembinaan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.320, 2017 KEMENPP-PA. Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Partisipasi Masyarakat. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan
BAB V KESIMPULAN Konstitusi yang berlaku dari era sebelum dan setelah Revolusi 2011 untuk dapat menjamin kesetaraan gender dan penolakan diskriminasi bagi perempuan dan lakilaki tampaknya hanya hitam diatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019 ini adalah Perubahan dari Rencana Strategi Badan
Lebih terperinciEVALUASI SATU TAHUN PENYELENGGARA PEMILU
EVALUASI SATU TAHUN PENYELENGGARA PEMILU Pengantar Hubungan kausalitas sebab-akibat antara kualitas penyelenggara pemilu dengan penyelenggaraan pemilu. Disain lembaga penyelenggara pemilu yang sedikit
Lebih terperinciKebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012
Latar belakang dan konteks Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 AIPP bekerja untuk mempromosikan hak-hak masyarakat adat. Hak-hak masyarakat adat adalah bagian dari kerangka kerja hak-hak asasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPOLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/2017
POLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/017 Upaya Percepatan Pengarusutamaan Gender di Birokrasi Pendahuluan Istilah gender yang berasal dari bahasa Inggris tidak merujuk kepada jenis kelamin tertentu (laki-laki atau
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PEREMPUAN KADER ORGANISASI PARTAI POLITIK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017
KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PEREMPUAN KADER ORGANISASI PARTAI POLITIK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 A. PENDAHULUAN Peningkatan kapasitas berpolitik perempuan pada hakikatnya
Lebih terperinci