BAB 5 ANALISA DATA PENELITIAN. sedang membuka tanah yang masih berupa hutan bamboo yang bernama

dokumen-dokumen yang mirip
Pada bagian ini dijelaskan mengenai hasil-hasil yang diperoleh setelah. melakukan penelitian yang meliputi karakteristik dari responden dan diskripsi

BAB 4 METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui terhadap kepemimpinan perempuan dalam berokrasi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis Kota Tuban Jawa Timur BT LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. instrumen harus memenuhi persyaratan utama, yaitu valid dan reliabel Uji Angket Pengukur Dimensi Kepemimpinan.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI YANG MEMPENGARUHI MINAT BERWIRAUSAHA (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Gunadarma FAKULTAS EKONOMI)

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DISIPLIN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PT. GOLD COIN INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Thalabul Khair

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pembangun ekonomi. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. uji instrumen penelitian, analisis data dan pembahasan. Statistik deskriptif data,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

BAB III. Metode Penelitian. penilitian terdiri dari variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nama awalnya Perum Pelabuhan Jakarta Cengkareng berdiri sejak tahun 1984.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada PT. PLN Persero Cabang Pekanbaru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pendidikan responden dan berdasarkan jenis kelamin responden. Untuk lebih

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) : Ellyana Utami NPM :

BAB III METODE PENELITIAN. Koperasi Mahasiswa UMY. Subyek yang digunakan yaitu konsumen Koperasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah Kelurahan Merjosari RW 12,

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan manufaktur skala besar dan sedang di Semarang. 3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu. menggunakan angka-angka untuk menyimpulkan hasil penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. dari karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra Pedurungan Semarang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Jenis Kelamin Responden. Jenis Kelamin Jumlah Presentase. Jumlah Sumber : Data Primer yang diolah

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoelh dari lapangan/objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian ini akan dibahas antara lain (Noor, 2011:204)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu

BAB IV PENGUJIAN. Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini hubungan antara variabel bersifat sebab-akibat serta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI KAJIAN

36 Kompensasi. Variabel kompensasi ini terdiri dari Gaji, Reward dan Insentif. 1. Gaji Menurut Hasibuan (2007) gaji adalah balas jasa yang dibayar sec

BAB III METODE PENELITIAN. Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. menemukan ukuran variabel-variabel OCB dan bertujuan untuk menguji

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Asuransi Jiwa Pendidikan Bumiputera 1912 Pekanbaru Cabang Sukajadi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT Astra International Tbk Auto2000 Daan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN ALAM WISATA RESTO. Ahmad Mustakim

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU PENELITIAN. yang beralamat Jalan D.I Panjaitan No 23 Bangkinang Kab Kampar.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah pada pada PT. Medco E & P yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. anggotanya dalam melaksanakan tugas dan wewenang DPR serta meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Commercial Park CBD BSD Lot VIII No. 3 BSD City

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada CV.Bunda Payakumbuh berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Restoran Adem Ayem dan Restoran Solo Bristo. Sampel dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB III METODE PENELITIAN. Pelalawan yang terletak di jalan Lintas Timur Ukui Satu. Penelitian ini dimulai pada

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. fungsi variabel dalam hubungan antar variabel, yaitu: Variabel Independen (Independent Variable)

BAB III METODE PENELITIAN. desa Kedabu Rapat Kabupaten Kepulauan Meranti. Sedangkan waktu penelitian di mulai bulan Februari sampai September 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi masyarakat dan tumbuhnya lembaga-lembaga

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka jenis penelitian ini termasuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

pandangan terhadap pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. 2. Program Studi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Maret 2014 hingga bulan Agustus Jenis dan Sumber data dalam penelitian ini berupa :

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Rumah makan bebek goreng H. Slamet merupakan rumah makan franchise

Transkripsi:

BAB 5 ANALISA DATA PENELITIAN 5. 1. Keadaan Umum Kabupaten Tuban 5.1.1. Sejarah Kabupaten Tuban Tersebutlah kisah, tatkala itu Raden ARYA DANDANG WACANA sedang membuka tanah yang masih berupa hutan bamboo yang bernama Papringan, tanpa diduga-duga sebelumnya muncullah sebuah keajaiban dengan keluarnya air yang dalam istilah jawa disebut (me Tu) dan (Ban yune), dan jika dirangkaikan menjadi TUBAN. Peristiwa itu oleh Raden ARYA DANDANG WACANA dijadikan sebagai tonggak sejarah dalam memberi nama tanah tersebut dengan nama TUBAN, dan selanjutnya kita kenal dengan nama Kabupaten Tuban. Sementara itu sejarah pemerintahan Kabupaten Tuban diawali pada jaman Majapahit, tepatnya ketika peristiwa agung pelantikan RONGGOLAWE untuk menjadi adipati Tuban pertama oleh Raja Majapahit RADEN WIJAYA. Peristiwa pelantikan itu dilaksanakan pada tanggal 12 Nopember 1293, yang pada akhirnya oleh pemerintah kabupaten Tuban tanggal 12 Nopember dijadikan sebagai Hari Jadi Tuban. 65

5.1.2. Biografi Bupati Ibu Heany Relawati Rini Widyastuti Dra. Haeny Relawati Rini Widyastuti, M.Si, dengan panggilan ibu haeny, ia lahir dari pasangan bapak Kawit Broto dan ibu Suharini di Tuban tepatnya tangal 20 Juni 1964, bersuamikan H. Ali Hasan, seorang pengusaha dan dikaruniai empat putra, diantaranya Aulia Hany Mustikasari 13 tahun, Aldwin Hafids Harsandy 12 tahun, Adiya Halindra Faridzki 9 tahun, Adela Hanindya Nastiti 5 tahun. Belum banyak perempuan yang jadi bupati. Satu di antara yang sedikit itu adalah Dra. Haeny Relawati Rini Widyastuti, M.Si, Bupati Tuban. Ketua DPD Partai Golkar ini menorehkan sejarah sebagai perempuan pertama menjabat Bupati di Jawa Timur. Alumnus S1 dan S2 Universitras Gadjah Mada ini bertekad membangun daerahnya dengan segenap kemampuannya. Setelah terpilih sebagai bupati Tuban (2001-2006), ia mempunyai tekat akan melakukan upaya maksimal untuk membawa masyarakat Tuban ke arah yang lebih baik. Ia menekankan pentingnya pembentukan aparatur pemerintahan yang bersih. Dengan aparat profesional yang terseleksi sesuai bidang keahliannya akan memberi pelayanan yang profesional pula kepada masyarakat. Dengan cara itu paling tidak sangat membantu menciptakan clean goverment. Teknisnya penempatan aparatur harus sesuai bidang keahliannya. Ia menambahkan, meski berangkatnya sebagai bupati dari Partai Golkar, ia tidak akan memprioritaskan kepentingan komunitasnya. Ibu Haeny memang bukan politisi atau pemimpin karbitan. Perempuan kelahiran Tuban 20 Juni 1964, ini meniti karier politiknya di Golkar. Pada 1992 ia 66

telah dipercaya menjadi Wakil Ketua DPD II Golkar. beliau juga Ketua Himpunan Wanita Karya Kabupaten Tuban. Kemudian tahun 1999 terpilih sebagai Ketua DPD II Golkar Tuban. Sebelum menjabat Bupati, menggantikan Kolonel Inf (pur) H Hindarto, pada era reformasi, ini ia menjabat Ketua DPRD Tuban. Sejak SD, putri kesayangan pasangan Kawit Broto Supadmo, mantan birokrat di Pemkab Tuban dan Ny Suharini, ini memang sudah suka organisasi. Demikian juga tatkala remaja dan mahasiswa ia juga beruntung berkesempatan mengenyam pendidikan di universitas yang punya idealiesme tersendiri (UGM). Pengalaman organisasi dan lingkungan sekolah itu sangat besar peranannya dalam membentuk karakternya. Apalagi kemudian ia mempunyai suami, Ali Hasan, seorang pengusaha sukses, yang dari dimensi sosial kemasyarakatan dan ekonomi berkecukupan. Sehingga kesempatannya terjun ke dunia politik semakin terbuka. Dalam dunia politik, yang dianggap sebagian orang penuh intrik, ia telah menguji dirinya. Di dunia politik itu, ia mengasah diri untuk mampu manfaatkan keahlian, kelebihan dan kesempatan yang dimilikinya untuk kepentingan masyarakat banyak. Bukan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok sendiri. Itulah yang melatar belakanginya menekuni politik. Ia menyadari pemahaman masyarakat terhadap politik masih memprihatinkan. Tapi baginya, politik adalah pemahaman tentang pemerintahan. Sangat ia sadari bahwa bupati itu jabatan politik yang periodeisasinya cuma lima tahun. Sementara yang ia pimpin itu pejabat karier. Mereka membangun karir dari bawah. Di satu pihak posisi yang dibangun selama berpuluh tahun itu bisa ditentukan oleh pejabat yang posisinya per lima tahun. Maka, dalam konteks ini, 67

ia berusaha berempati kepada mereka. Ia berprinsip, apabila tidak ingin dicubit, jangan mencubit orang lain. Dalam menjalani hidup ini, ia menganut falsafah hidup seperti air yang mengalir begitu saja. Ia tidak pernah bercita-cita menjadi ketua Golkar, Ketua DPRD, atau Bupati. Proses-proses itu mengalir begitu saja, tanpa ia rencanakan apalagi rekayasa. Buktinya, ketika pencalonan bupati, ia baru mendaftarkan diri pada H-3 dari waktu pemilihan. Itu bukan trik politik dan ia sudah mengkalkulasi, seandainya jadi bupati, tantangan-tantangan yang ia hadapi jauh lebih besar Kalau dicari hitungan ekonomisnya tidak sepadan. Menurutnya perempuan mempunyai kelebihan dari laki-laki dalam memimpin. Secara psikologis, mudah-mudahan ini kesimpulan yang prematur, kecenderungan laki-laki itu materialis. Kalau perempuan lebih berempati. Dalam mengambil keputusan, perempuan itu banyak faktor yang jadi pertimbangan. Yang paling penting adalah faktor empaty. Misalnya ketika ia akan mengambil keputusan, ia selalu berusaha menempatkan diri seakan-akan ia yang menjadi obyek keputusan itu. Itu selalu menjadi pertimbangannya. Jadi, katanya, secara umum, laki-laki cenderung taktis, sedangkan perempuan cenderung emosional. Dari segi positif, emosional itu mendorong perempuan untuk berempati. Sehingga kadang-kadang perempuan sebagai pimpinan dinilai kurang dapat bertindak tegas, karena banyak faktor yang dipertimbangkan itu. Sebagai perempuan pertama menjabat bupati di Jawa Timur, ia menyatakan sangat bersyukur. Kendati rasa syukur itu ia panjatkan bukan hanya saat terpilih menjadi bupati saja. Ia juga menyatakan bersyukur saat berhasil 68

menjalankan nurani dan hal yang benar menurut ajaran agama sebaik-baiknya. Faktor kodrat dan budaya juga mempengaruhi sehingga masih belum banyak perempuan yang berkarier di dunia politik. Lulusan S1 dan S2 dari UGM Yogyakarta itu memang terkenal cukup piawai dalam berpolitik dan memimpin. Ia merupakan sosok yang memiliki kadar intelektualitas cukup bagus dan kapabilitas yang sangat diandalkan. Kepemimpinannya sudah teruji selama ia mengemban beberapa jabatan yang cukup prestisius. Di antaranya, Ketua Himpinan Wanita Karya, ketua DPD Partai Golkar Tuban, ketua DPRD Tuban, dan memimpin beberapa perusahaannya. Selama menjabat ketua DPRD Tuban, beliau cukup sukses membawa lembaga legislatif itu menjadi pengontrol pemerintahan di Kabupaten Tuban. Di lembaga mana pun ia memimpin, baginya sama saja. Ia tetap punya landasan yang real dan valid untuk mempertanggung jawabkan apa yang ia ucapkan dan lakukan. Tidak ada sesuatu yang khusus baginya dalam setiap posisi. Dalam proses pencalonannya menjadi Bupati Tuban, Radar Bojonegoro menggambarkannya, selalu ditakdirkan seperti David dalam cerita David dan Goliath. Seperti dalam cerita itu, David yang bertubuh kecil selalu menang ketika menghadapi raksasa Goliath. Begitulah sosok Haeny. Meski Fraksi Partai Golkar yang mencalonkannya hanya memiliki delapan kursi, ternyata fraksinya selalu mampu menundukkan para rivalnya di DPRD Kabupaten Tuban yang suaranya lebih besar. Pada saat dirinya mencalonkan diri sebagai ketua DPRD Kabupaten Tuban, 1999, misalnya, ia telah mengukir sukses. Hal yang sama terulang lagi pada pemilihan bupati. Ia meraih 29 suara dari 44 suara. Sementara pasangan Ir. 69

Slamet Susilo M.Si dan Ir. Noor Nahar Hussein yang didukung dua partai yang jauh lebih besar, PKB 11 kursi dan PDIP 13 kursi, harus puas menduduki kursi kedua, dengan hanya mendapat 15 suara. Suasana pemilihan, yang berlangsung lima jam mulai pukul 09.00, ketika itu, cukup menegangkan sekaligus mengejutkan. Banyak pihak tidak menduga muslimah yang istiqamah berjilbab ini akan mengungguli pesaingnya yang dijagokan dua fraksi pemenang Pemilu PDIP dan PKB. Maklum, menurut hitungan matematis, ibu Haeny yang dicalonkan FPG hanya memiliki delapan suara, sementara rivalnya memiliki modal suara lebih dari separo jumlah anggota dewan, yakni 24 suara. Rinciannya, 13 suara FPDIP dan 11 suara FPKB. Dua partai koalisi itu optimistis mampu memenangi pemilihan bupati. Sementara, peluang ibu Haeny diperkirakan sangat kecil. Akan tetapi, di sinilah kepiawian ibu Haeny berpolitik. Ia merangkul Soenoto, kader PDIP, menjadi pasangannya sebagai wakil bupati. Ia pintar memanfaatkan perbedaan di kubu PDIP. Sehingga ia pun sukses meraup suara 29 kursi dari jumlah 44 kursi di DPRD. Satu suara meski tertulis nama Heny, dinyatakan tidak sah oleh panitia karena tidak mencantumkan nama cawabup pasangannya. Suasana penghitungan suara saat itu sungguh menegangkan. Proses penghitungan dimulai sekitar pukul 11.55. Suara pertama yang dibacakan KH Masram Sofwan, anggota panitia, menyebut Haeny. Suara kedua, ketiga sampai keenam, masih Haeny. Sementara saingannya baru mendapat satu suara. Kemudian, satu per satu suara dihitung. Haeny kian mantap. Saat ibu Haeny mengumpulkan 23 suara, lebih dari separo jumlah anggota dewan, aplaus pun 70

terdengar membahana. Susilo spontan menyampaikan ucapan selamat kepada ibu Haeny yang duduk sederet dengannya. Ibu Haeny pun menyambut ramah. Tapi, suasana tegang juga terjadi di luar gedung dewan. Massa yang sebagian besar pendukung Susilo dan Noor Nahar sepertinya tidak terima atas ketertinggalan perolehan suara itu. Mereka melempari gedung dewan dengan batu dan kayu. Makin banyak suara yang dikumpulkan ibu Haeny, lemparan massa dari timur kantor dewan kian gencar. Sementara massa pendukung Haeny dan Soenoto terkesan tidak gegap gempita. Mereka lebih memilih segera meninggalkan lokasi perhelatan. Sebab, massa pendukung dari rivalnya bertindak brutal begitu mengetahui jagonya tersingkir. Massa yang emosional itu melempari gedung dewan dan merusak fasilitas umum, seperti traffic light, lampu kota, taman, dan patung Letda Soecipto. Kemenangannya itu mengejutkan dan sepertinya menjadi pukulan telak lawan-lawan politiknya. Selama proses pemilihan, ribuan massa menyemut di gedung dewan. Mereka menolaknya. Ia dituding melakukan money politics. Bahkan menyebutnya sebagai reinkarnasi partai Orde Baru yang tidak layak memimpin pemerintahan yang reformis. Tidak hanya itu, Ia juga disangkutpautkan dalam penguasaan sejumlah tanah negara di Tuban. Hanya saja semua sorotan itu ibarat anjing menggonggong kafilahpun berlalu. Berbagai goyangan itu sama sekali tidak menyurutkan langkahnya untuk memenangkan pertarungan menjadi orang nomor satu di Bumi Ronggolawe itu. Karena memang ia tulus mau mengabdikan diri membangun daerah yang dicintainya itu. Makanya, ketika memenangi pertarungan, ia sama sekali tidak menampakkan ekspresi luar biasa, 71

sebagaimana layaknya prajurit yang usai menang perang. Ia bersikap biasa dan mengucapkan syukur sebagai pertanda keberhasilan perjuangannya. Sebagai Bupati yang punya tugas dan tanggung jawab besar, tentu beliau harus memberikan perhatian dan waktu untuk melaksanakan tugas itu. Sehingga baginya, tidak harus terpaku pada jam kerja saja. Bisa saja lebih dari itu. Atau bisa juga lebih pendek. Apalagi, di rumah dinas ada juga ruang kerja. Sehingga pada jam kantor ia tidak mesti di Kantor Kabupaten, tapi bisa juga di rumah. Maka sesibuk apapun, beliau masih berusaha untuk berkumpul dengan seluruh keluarga. Sebab ia sadar, anak-anak pasti membutuhkan perhatian orang tua. Apalagi anak-anaknya masih kecil-kecil. Sehingga hal wajar bila terkadang mereka menuntut perhatian lebih darinya. Perihal kiat mendidik anak, beliau menekankan pentingnya memberi contoh. Kalau kita menganjurkan sesuatu kepada anak, maka orang tua harus melakukan dulu apa yang dianjurkan itu. Demikian juga melarang, orang tua harus meninggalkan larangan itu dulu sebelum melarang anak. Tidak hanya dalam bertutur kata, juga dalam berperilaku seharihari. Orang tua menjadi cermin bagi anak-anaknya. Kalau kita ingin anak baik kualitas moralnya, maka itu harus kita mulai dari kita sendiri sebagai orang tua. Termasuk dalam memberi makan kepada anak-anak, harus bersumber dari yang halal. Dalam hal agama, ia menyadari bahwa ilmunya masih sangat rendah. Karena itu ia mendatangkan guru ngaji ke rumah. Alhamdulillah, anaknya yang sulung sudah khatam al-qur'an berulang kali. Yang nomer dua juga. Rata-rata mereka khatam al-qur'an pada usia antara 3,5 dan 5,5 tahun. 72

5.1.3. Geografis Kabupaten Tuban terletak pada : 111 30' 112 35' Bujur Timur 6 40' 7 18' Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Laut Jawa b. Sebelah Timur : Kabupaten Lamongan c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bojonegoro d. Sebelah Barat : Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora (Jateng) Kabupaten Tuban memiliki luas wilayah 1.893,94 km2 atau kurang lebih 183.994,562 hektar dan secara administrative terbagi menjadi 19 Kecamatan. 5.1.4. Topografis a. Luas daratan : 183.994.562 Ha (3,8% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur) b. Panjang Pantai : 65,00 Km membentang dari arah Timur Kecamatan Palang sampai arah Barat Kecamatan Bancar. c. Luas Lautan : 22.608,00 Km 2 5.1.5. Geologis Keadaan tanah di Kabupaten Tuban terdiri dari : a. Mediteran merah kuning, berasal dari endapan batu kapur di daerah bukit sampai gunung (38% dari luas wilayah), terdapat 73

di Kecamatan Semanding, Montong, Kerek, Palang, Jenu, sebagian Tambakboyo, Widang, Plumpang dan Merakurak. b. Alluvial, berasal dari endapan di daerah daratan dan cekungan (34% dari luas wilayah Kecamatan Tambakboyo, Bancar, Tuban, Palang, Rengel, Soko, Parengan, Singgahan, Senori, dan Bangilan) c. Grumusol, berasal dari endapan batuan di daerah yang bergelombang (5% dari luas wilayah) terdapat di Kecamatan Bancar, Jatirogo, dan senori. Sedangkan iklim kabupaten Tuban sebagai berikut: a. Ada dua musim, yaitu : musim penghujan dan musim kemarau b. Curah hujan rata-rata 3.376 milimeter per tahun d. Jumlah dari hujan rata-rata 175 per tahun e. Bulan kering jatuh pada bulan Agustus, bulan basah jatuh pada bulan Januari, Pebruari, Maret, April, Nopember dan Desember. 5.1.6. Demografis a. Perkembangan Jumlah Penduduk (Jiwa) Tahun 2001 2002 PERUBAHAN (%) 1.027.486 1.035.341 0,76 74

1. Perkembangan Kepadatan Penduduk (Jiwa / Km 2 ) Tahun 2001 2002 PERUBAHAN (%) 558 563 0,90 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (KK) Tahun 2001 2002 PERUBAHAN (%) 98.175 102.250 4,15 3. Perkembangan Keluarga Sejahtera : a. Keluarga Pra Sejahtera (KK) Tahun 2001 2002 PERUBAHAN (%) 173.814 98.175 (43,52) Sumber Data : Kantor BKKBN Kab. Tuban b. Keluarga Sejahtera I (KK) Tahun 2001 2002 PERUBAHAN (%) 40.120 14.131 (64,78) Sumber Data : Kantor BKKBN Kab. Tuban 75

c. Keluarga Sejahtera II (KK) Tahun 2001 2002 PERUBAHAN (%) 44.462 44.162 (0,67) Sumber Data : Kantor BKKBN Kab. Tuban d. Keluarga Sejahtera III (KK) Tahun 2001 2002 PERUBAHAN (%) 33.543 33.543 0 Sumber Data : Kantor BKKBN Kab. Tuban e. Keluarga Sejahtera III (KK) Tahun 2001 2002 PERUBAHAN (%) 7.273 7.273 0 Sumber Data : Kantor BKKBN Kab. Tuban Jumlah penduduk di Kabupaten Tuban setiap tahunnya dapat diketahui dari dua sumber data yaitu : a. Data Registrasi Penduduk, dimana data penduduk didapatkan dari hasil pelaporan data kependudukan di tingkat Kecamatan. b. Data Proyeksi Penduduk, dimana data penduduk pada tahun tertentu didapatkan dari perhitungan proyeksi penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2000. 76

Berdasarkan kedua sumber diatas maka jumlah penduduk Kabupaten Tuban pada tahun 2003 adalah : a. Berdasarkan data Registrasi Penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Tuban sebanyak 1.058.979 jiwa. Dimana penduduk laki-laki sebanyak 519.530 orang dan penduduk perempuan sebanyak 539.449 orang. b. Berdasarkan Proyeksi Penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2000, maka penduduk Kabupaten Tuban tahun 2003 berjumlah 1.076.203 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 530.117 orang dan penduduk perempuan sebanyak 546.086 orang. Berdasarkan kedua data diatas jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Semanding dan Kecamatan Soko. Jumlah penduduk Kecamatan Semanding pada tahun 2003 berdasarkan hasil proyeksi penduduk sebanyak 95.435 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 46.955 orang dan penduduk perempuan sebanyak 48.480 orang. Sedangkan di Kecamatan Soko jumlah penduduk sebanyak 80.790 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 39.865 orang dan penduduk perempuan sebanyak 40.925 orang. Hasil Registrasi Penduduk tahun 2003, penduduk di Kecamatan Semanding sebanyak 90.349 orang dengan rincian 43.864 orang penduduk lakilaki dan 46.485 orang penduduk perempuan. Sedangkan di Kecamatan Soko penduduk berjumlah 82.128 jiwa dengan 40.386 penduduk laki-laki dan 41.742 orang penduduk perempuan. 77

5.1.7. Pemerintah Kabupaten Tuban Secara struktur pemerintahan, pada tahun 2003 Kabupaten Tuban terbagi atas 19 Kecamatan dan 328 Desa / Kelurahan. Dari 19 kecamatan, jumlah desa terbanyak berada di Kecamatan Soko dengan 25 desa. Berturut-turut Kecamatan Bancar, Rengel dan Semanding tergolong sebagai kecamatan dengan jumlah desa diatas 20 yaitu Kecamatan Bancar dengan 24 desa, Kecamatan Rengel terdiri atas 22 desa dan Kecamatan Semanding terdiri atas 20 desa. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah desa terkecil adalah Kecamatan Kenduruan dengan 9 desa. Dari 328 desa / Kelurahan pada tahun 2003 terbagi atas 844 Dukuh, 6.839 RT dan 1.737 RW. Jumlah Dukuh pada tahun 2003 meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 731 dukuh. Demikian juga dengan jumlah RT yang meningkat dari 6.408 RT pada tahun 2002 menjadi 6.839 RT dan jumlah RW meningkat dari 1.725 RW pada tahun 2002 menjadi 1737 RW di tahun 2003. Untuk jumlah Perangkat Desa pada tahun 2003 terdapat beberapa perubahan jumlah seperti jumlah Sekretaris Desa / Kelurahan dari 328 orang pada tahun 2002 menjadi 326 orang di tahun 2003. Jumlah Kepala Dusun juga mengalami perubahan dari 731 orang pada tahun 2002 menjadi 772 orang di tahun 2003. Untuk jumlah Perangkat Kepala Urusan yang terbagi atas Pemerintahan, Ekonomi Pembangunan, Kesra, Keuangan dan Umum secara keseluruhan jumlah perangkat mengalami peningkatan. Jumlah Kepala Urusan Pemerintahan pada tahun 2003 meningkat dari 255 orang pada tahun 2002 menjadi 270 orang, Kepala Urusan Ekonomi Pembangunan meningkat dari 242 orang menjadi 258 orang, Kepala Urusan Kesra juga meningkat dari 257 orang menjadi 276 orang dan 78

Kepala Urusan Umum meningkat dari 241 orang menjadi 242 orang. Sedangkan Kepala Urusan Keuangan tidak mengalami perubahan jumlah perangkat. Dari 328 Desa / Kelurahan di Kabupaten Tuban, 17 diantaranya berstatus Kelurahan. Ke-17 Kelurahan tersebut terletak di 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Tuban, Semanding dan Palang. Masing-masing di Kecamatan Tuban ada 14 Kelurahan, Kecamatan Semanding terdapat 2 Kelurahan dan Kecamatan Palang terdapat 1 Kelurahan. 5.1.8. Nama-nama Bupati Tuban Periode kepemimpinan di Kabupaten Tuban dapat dikelompokkan menjadi 2 periode yaitu periode sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan tercatat bahwa Kabupaten Tuban telah dipimpin oleh 39 bupati dan setelah kemerdekaan telah dipimpin oleh 13 Bupati. Dari 52 Bupati yang pernah memimpin Kabupaten Tuban tercatat dipimpin oleh Bupati wanita 1 kali yaitu Dra.Hj. HAENY RELAWATI RINI WIDYASTUTI, MSi. Berikut ini nama-nama Bupati Tuban dan periode kepemimpinannya : 1. Nama Bupati sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia (1945) : NO. URUT NAMA BUPATI PERIODE KEPEMIMPINAN 1 RA. DANDANG WATJONO 1264-1282 2 RH RONGGOLAWE 1282-1291 3 RH SIROLAWE 1291-1306 4 RA. SIROWENANG 1306-1326 5 RH. LENO 1326-1349 79

6 RH. DIKORO 1349-1401 7 RA. TEJO 1401-1419 8 RH. WILWOTIKTO 1419-1460 9 KH. NGRASEH 1460-1507 10 KA. GELILANG 1507-1553 11 KA. BATUBANG 1553-1573 12 RH. BALEWOT 1573-1628 13 P. SEKARTANJUNG 1628-1661 14 P. NGANGSAR 1661-1668 15 P.H. PERMALAT 1668-1686 16 P. SALAMPE 1686-1700 17 P.H. DALEM 1700-1707 18 P. POJOK 1707-1723 19 P. ANOM 1723-1730 20 P. SOEDJONO POETRO 1730-1737 21 RA. BALABAR 1737-1748 22 P. SOEDJONO POETRO 1748-1755 23 RA. JOEDONEGORO 1755-1766 24 RA. SURYODININGRAT 1766-1773 25 RA. DIPOSENO 1773-1779 26 KT. TJOKRONEGORO 1779-1792 27 KT. POERWONEGORO 1792-1799 28 K. LIEDER SOERODINEGORO 1799-1802 29 R. SOEROADIWIDJOJO 1802-1814 30 P. TJITROSUMO VI 1814-1821 31 P. TJITROSUMO VII 1821-1841 32 P. TJITROSUMO VIII 1841-1861 80

33 P. TJITROSUMO IX 1861-1883 34 RM. SOMO BROTO 1883-1893 35 RA. KOESOEMODIGDO 1893-1909 36 RA. PRINGGOWINOTO 1909-1919 37 RA. PRINGGODIGDO 1919-1927 38 R.M.A.A KOESUMOBROTO 1927-1944 39 RT. SOEDIRMAN H 1944-1946 2. Nama Bupati setelah Kemerdekaan Republik Indonesia (1945) : NO. URUT NAMA BUPATI PERIODE KEPEMIMPINAN 1 K.H. MOESTAIN 1946-1956 2 R. SOENDAROE 1956-1958 3 R. ISTOMO 1958-1959 4 R. SANDJOJO 1959-1960 5 M. WIDAGDO 1960-1968 6 R. SOEPARMO 1968-1970 7 R.H. IRCHAMNI 1970-1975 8 MOCH. MASDUKI 1975-1980 9 SOERATI MOERSAM 1980-1985 10 Drs. DJOEWAHIRI MARTO PRAWIRO 1985-1991 11 Drs. SJOEKOER SOETOMO 1991-1995 12 H. HINDARTO 1996-2001 13 Dra. Hj. HEANY RELAWATI RINI 2001- Sekarang WIDYASTUTI, M.Si. 81

5.1.9. Luas Daratan: 183.994,562 Ha Luas daratan terdiri dari : 1. Pemukiman 15.817,905 Ha 2. Persawahan 54.860,531 Ha 3. Tegal / Ladang 62.149,470 Ha 4. Kebun Campur 130,700 Ha 5. Hutan 44.760,877 Ha 6. Rawa / Danau / Waduk 388,400 Ha 7. Tambak / Kolam 862,583 Ha 8. Padang Rumput / Tanah Kosong 391,720 Ha 9. Tanah Tandus / Rusak / Tambang 564,660 Ha 10. Lain-lain 4. 067,716 Ha 5.2. Karekteristik Responden Karakteristik responden yang diteliti pada penelitian ini adalah yang menyangkut jenis kelamin, usia, pendidikan akhir, jabatan dan golongan responden. 5. 2. 1. Jenis kelamin Berikut akan disajikan table mengenai jenis kelmin responden berdasarkan hasil pengumpulan penelitian melalui kuesioner. Tabel 5.1 Distribusi jenis kelamin responden di pemerintahan kabupaten Tuban Jawa Timur, tahun 2004 82

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 2 Laki-laki Perempuan 55 31 64 % 36 % Total 86 100 % Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang paling banyak diteliti adalah perempuan sebanyak 31 orang (36 %), sedangkan yang berjenis kelamin laki laki berjumlah 55 orang atau 64 %. 5. 2. 2. Usia Pengkatagorian umur dalam penelitian ini berdasarkan penghitungan kuartil. Hal ini disebabkan tidak pengkatagorian yang baku baik berdasarkan kategori dari pihak pemerintah maupun teori yang berkait dengan peran umur. Dari data yang ada distribusi umur yang paling muda 35 tahun, sedangkan yang paling tua 56 tahun. Hasil selengkapnya mengenai kategori umur responden berdasarkan hasil pengumpulan penelitian melalui kuesioner disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 5.2. Distribusi usia responden di pemerintah kabupaten Tuban Jawa Timur, tahun 2004 No Usia Jumlah Persentase 1 2 3 4 35 39 tahun 40 44 tahun 45 49 tahun > 50 tahun 12 26 36 12 14,0 % 30,2 % 41,9 % 14 % 86 100 % Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi umur responden yang paling banyak pada usia 45 49 tahun sebanyak 36 orang (41,9 %), sedangkan distribusi usia yang paling sedikit adalah diatas atau sama dengan 50 dan antara 35 sampai dengan 39 tahun sebanyak 12 orang (14 %). 83

5. 2. 3. Pendidikan Akhir Berikut akan disajikan tabel mengenai pendidikan akhir yang ditempuh responden berdasarkan hasil pengumpulan penelitian melalui kuesioner. Tabel 5.3 Distribusi pendidikan responden di pemerintah kabupaten Tuban Jawa Timur, tahun 2004 No Pendidikan Jumlah Persentase 1 2 S1 Pasca sarjana 61 25 70,9 % 29,1 % Total 86 100 % Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pendidikan akhir yang paling banyak ditempuh responden adalah lulusan S1 sebanyak 61 orang (70,9 %), sedangkan lulusan Pascasarjana sebanyak 25 orang atau 29,1 %. 5. 2. 4. Jabatan Berikut akan disajikan tabel mengenai jabatan yang ditempuh responden berdasarkan hasil pengumpulan penelitian melalui kuesioner. Tabel 5.4 Distribusi jabatan responden di pemerintah kabupaten Tuban Jawa Timur, tahun 2004 No Jabatan Jumlah Persentase 1 2 Eselon II Eselon III 65 21 75,6 % 24,4 % Total 86 100 % Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang sekarang menjabat di eselon II lebih banyak sebanyak 65 orang (75,6 %), sedangkan eselon III sebanyak 21 orang atau 24,4 %. 84

5. 2. 5. Pangkat atau Golongan Berikut akan disajikan tabel mengenai pangkat atau golongan yang ditempuh responden berdasarkan hasil pengumpulan penelitian melalui kuesioner. Tabel 5.5 Distribusi pangkat atau golongan responden di pemerintah kabupaten Tuban Jawa Timur, tahun 2004 No Pangkat/Golongan Jumlah Persentase 1 2 3 Pembina Utama Muda (IV/c) Pembina Tingkat Satu (IV/a) Pembina (IV/b) 50 20 16 58,1 % 23,3 % 18,6 % Total 86 100 % Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebagian besar Pembina Utama Muda IV/c sebanyak 50 orang atau 58,1 %, Pembina Tingkat Satu sebanyak 20 orang atau 23,3 %, dan Pembina sebanyak 16 orang atau 18,6 %. 5. 3. Uji itas dan Realibitas Instrumen Penelitian Untuk mengukur aspek-aspek yang akan diteliti maka diperlukan alat ukur yang reabel dan valid sehingga kesimpulan dari hasil penelitian tidak menyimpang dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan sebenrnya. Apabila variabel penelitian dimaksud diungkap lewat alat ukur yang realibitas dan validitasnya belum teruji, maka kesimpulan penelitian tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila intrumen tersebut dapat mengukur serta mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara tetap. Sementara hasil penelitian yang valid, apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang 85

diteliti. Ketentuan suatu intrumen dikatakan valid apabila syarat minimum terpenuhi, yaitu kalau r = 0,3. Jadi korelasi antara butir dengan sekor total kurang dari 0,3, maka butir dalam intrumen tersebut dinyatakan tidak valid (Sugiyono, 2001). Sedangkan uji reabilitas yang digunakan adalah dengan alpha cronbach, dimana suatu intrumen dikatakan reliabel atau andal apabila memiliki koefisien keandalan atau reliabilitas sebesar 0,60 atau lebih (Arikunto, 1998). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum penelitian dilakukan dan diujikan pada 30 orang responden di luar sampel penelitian. Hasil selengkapnya hasil pengujian validitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.6 Hasil pengujian validitas variabel bebas Variabel Item kuesioner Nilai r hitung Keterangan Gaya kepemimpinan X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 0,7958 0,6568 0,4455 0,7853 0,8118 0,6803 0,6759 0,7702 0,6007 0,5306 Sosial Budaya Agama X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 0,7201 0,8674 0,4917 0,8070 0,9298 0,8113 0,7900 0,7228 0,8399 0,8372 0,8749 0,8921 0,7834 0,5022 86

Hasil pengujian validitas untuk variabel bebas menunjukkan seluruh item variabel mempunyai nilai validitas lebih dari 0,3 sehingga seluruh item adalah valid. Tabel 5.7 Hasil pengujian validitas variabel tergantung Variabel Item kuesioner Nilai r hitung Keterangan Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 0,6894 0,4970 0,5755 0,5200 Prestasi kerja Y1.5 0,3987 Y1.6 0,4515 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 0,5555 0,4757 0,3604 0,5105 Hasil pengujian validitas untuk variabel tergantung menunjukkan seluruh item variabel mempunyai nilai validitas lebih dari 0,3 sehingga seluruh item adalah valid. Sedangkan untuk hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.8 Hasil pengujian reliabilitas variabel penelitian Variabel Nilai alpha Keterangan Gaya kepemimpinan 0,9095 Reliabel Sosial 0,9009 Reliabel Budaya 0,9264 Reliabel Agama 0,8862 Reliabel Prestasi kerja 0,8196 Reliabel Hasil pengujian reliabilitas menunjukkan seluruh variabel mempunyai nilai reliabilitas lebih dari 0,6 sehingga seluruh item adalah reliabel. 87

5.4. Deskripsi Variabel Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan dekripsi jawaban responden dari masing masing item penelitian. Tabel 5.9 Nilai rerata variabel penelitian No. Variabel Nilai rerata 1 Gaya kepemimpinan 3,28 2 Sosial 3,28 3 Budaya 3,16 4 Agama 2,83 5 Prestasi kerja 3,34 Dari nilai rerata diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk variabel agama mempunyai nilai rerata lebih kecil dibandingkan variabel lainnya. Sedangkan variabel prestasi kerja menunjukkan nilai rerata yang lebih besar dibandingkan variabel lainnya. 5.5. Uji Persyaratan Regresi Linier Berganda Dalam model regresi linier berganda terdapat 3 persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : 1 Tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas. 2 Varians dari semua kesalahan pengganggu adalah sama (homokedastis). 3 Tidak terjadi otokorelasi antar kesalahan-kesalahan pengganggu (hanya digunakan untuk data yang bersifat time series). 88

5.5.1. Pengujian Gejala Multikolinearitas Uji gejala multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antar masing-masing variabel bebas yang diteliti. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini digunakan indikasi nilai VIF. Uji gejala multikolinearitas dimaksudkan untuk lebih mengetahui adanya hubungan yang sempurna antar variabel dalam model regresi. Hakim (2001 : 301) menyebutkan angka VIF toleransi untuk terhidar dari gejala multikolinearitas ini antara 1 5. Tabel 5.10 Uji Gejala Multikol Variabel Bebas Variabel Collinearity Statistics Tolerance VIF Keterangan Gaya kepemimpinan 0,519 1,926 Bebas Multikol Sosial 0,724 1,380 Bebas Multikol Budaya 0,835 1,198 Bebas Multikol Agama 0,611 1,636 Bebas Multikol Dari tabel 5. dapat dilihat bahwa koefisien korelasi masing masing variabel bebas atau nilai VIF (Varian Inflation Factor) mempunyai nilai kurang dari 5, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas diantara masingmasing variabel bebas tersebut. 5.5.2 Pengujian Gejala Heterokedastisitas Pengujian gejala heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebasnya. Jika terjadi gejala homokedastisitas pada model yang digunakan, berarti tidak terjadi 89

hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebas, sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebasnya. Gejala heterokedastisitas ini diketahui dengan menggunakan analisis metode korelasi Rank Spearman. Jika nilai signifikansi pada hasil korelasi lebih besar dari 0.05 ( p > 0.05) maka dapat dikatakan item bebas dari gejala heterokedastisitas atau terjadi homokedastis. Tabel 5.11 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Rank Spearman Variabel Bebas Variabel R s Sig. Keterangan Gaya kepemimpinan 0,000 1,000 Homoskedastis Sosial 0,000 1,000 Homoskedastis Budaya 0,000 1,000 Homoskedastis Agama 0,000 1,000 Homoskedastis Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk semua variabel lebih besar dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala homokedastisitas atau tidak terjadi hubungan antara nilai residu / sisa dengan variabel bebas sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebas. 5.5.3. Pengujian Gejala Autokorelasi Oleh karena data yang digunakan adalah data cross sectional dan bukan time series maka pengujian autokorelasi tidak dilakukan. 5.6. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Berikut adalah hasil pengujian regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS versi 10.01 : 90

Tabel 5.12 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Koef. Regresi Beta t Tingkat Sig. Ket. Konstanta 1,327 3,109 0,003 S Gaya 0,366 0,446 3,437 0,001 S kepemimpinan Sosial 0,112 0,179 1,631 0,107 TS Budaya 0,109 0,188 1,837 0,070 TS Agama 0,04381 0,072 0,603 0,548 TS F Sig. R R 2 8,297 0.000 0.539 0.291 Keterangan : S : Signifikan TS : Tidak signifikan Berdasarkan Tabel 5.12, maka model regresi tersebut dapat dianalisa berdasarkan koefesien-koefesiennya. Model persamaan regresi linier berganda berdasarkan tabel diatas adalah Y = 1,327 + 0,366 X 1 Dari fungsi regresi tersebut diatas, maka diketahui bahwa untuk variabel tingkat gaya kepemimpinan mempunyai koefisien regresi yang bertanda positif yang berarti apabila gaya kepemimpinan ditingkatkan, maka prestasi kerja Bupati Tuban juga meningkat dengan koefisien regresi sebesar 0,366 91

5.6.1. Koefesien Determinasi Berganda dan Koefisien Korelasi Berganda 5.6.1.1. Koefisien Determinasi Berganda Koefisen determinasi berganda (R 2 ) atau R squared = 0,291, berarti secara bersama-sama 29,1 % perubahan variabel Y disebabkan oleh perubahan variabel X 1 sampai X 4. Sedangkan sisanya yaitu 79,9 % disebabkan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. 5.6.1.2. Koefisien Korelasi Berganda Koefisien korelasi berganda (R) = 0,539 menunjukkan adanya hubungan secara bersama-sama yang cukup kuat antara keempat variabel bebas terhadap variabel prestasi kerja Bupati di Kabupaten Tuban sebagai variabel tergantung. 5.7. Pembuktian Hipotesis 5.7.1 Pembuktian Hipotesis Pertama (Uji F) Hipotesis dari penelitian ini menduga bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan, faktor sosial, agama, budaya terhadap prestasi kerja Bupati di Kabupaten Tuban. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut dilakukan uji F. Uji F ini dilakukan dengan membandingkan F nilai yang dihitung dengan F tabel. Jika F nilai > F tabel maka persamaan regresi dan koefisien korelasinya signifikan sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Atau dapat pula dilihat dari level of significant α = 0,05. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan formulasi Ho dan Ha adalah sebagai berikut : 92

Ho : b 1 = b 2 = b 3 = 0, berarti ada pengaruh gaya kepemimpinan, faktor sosial, agama, budaya secara bersama sama terhadap prestasi kerja Bupati di Kabupaten Tuban. Ha : b 1 b 2 0, berarti tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan, faktor sosial, agama, budaya secara bersama sama terhadap prestasi kerja Bupati di Kabupaten Tuban. Oleh karena tingkat signifikansi uji F sebesar 0,000 ( p < 0.05) berarti ada pengaruh gaya kepemimpinan, faktor sosial, agama, budaya secara bersama sama terhadap prestasi kerja Bupati di Kabupaten Tuban. Dengan kata lain maka Ho ditolak dan berarti Ha diterima. 5.7.2 Pembuktian hipotesis kedua (Uji t) Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel gaya kepemimpinan, faktor sosial, agama, budaya terhadap prestasi kerja Bupati di Kabupaten Tuban. Berdasarkan tabel 5.12, diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai t variabel gaya kepemimpinan (X 1 ) sebesar 3,437 dengan tingkat signifikansi 0,001 ( p < 0.05). Berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan (X 1 ) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. 2. Nilai t variabel faktor sosial (X 2 ) sebesar 1,631 dengan tingkat signifikansi 0,107 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel faktor sosial (X 2 ) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. 93

3. Nilai t variabel budaya (X 3 ) sebesar 1,837 dengan tingkat signifikansi 0,070 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel budaya (X 3 ) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. 4. Nilai t variabel agama (X 4 ) sebesar 0,603 dengan tingkat signifikansi 0,548 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel agama (X 4 ) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. Dari hasil pengujian dengan menggunakan uji t tersebut tampak dari keseluruhan variabel yang berpengaruh terhadap prestasi kerja hanya variabel gaya kepemimpinan saja. 94