BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setelah reformasi, terjadi beberapa amandemen terhadap UUD 1945.

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES

-1- BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM

PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR: 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN MUKIM DI KECAMATAN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 18

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SUMBER KEUANGAN GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG REUSAM GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PENGARUH PERSONAL BACKGROUND, POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PERAN DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAHAN KAMPUNG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG DALAM KOTA LANGSA DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO NOMOR 4 TAHUN 2013

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN PIDIE JAYA

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN PIDIE JAYA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Provins

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG REUSAM GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSAALAM NOMOR : 21TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) KABUPATEN BIREUEN TAHUN

QANUN ACEH NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG

QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAGAN RAYA

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA K E C A M A T A N 1/16/2010 3:09 PM. Qanun tentang Kecamatan QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

DAERAH, DEMOKRASI, & PEMERINTAHAN DAERAH

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN DESA ELFANUN KECAMATAN PULAU GEBE KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undagan dalam sistem dan prinsip Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan bentuk realisasi dari Pasal 18 Undang

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 6 TAHUN 2009

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 3 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 3

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI PIMPINAN DI DAERAH DAN DI KECAMATAN

PEMERINTAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. PUSAKA JAYA PALU POWER (PJPP)

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta harus tetap fokus pada tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM OTONOMI KHUSUS (The Existence of Customary Law in Special Autonomy) ABSTRACT

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KEHIDUPAN ADAT DAN ADAT ISTIADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI PIDIE. 4. Undang-Undang...

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan P

QANUN KOTA SABANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KECAMATAN DALAM KOTA SABANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BUPATI ACEH TAMIANG. Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 27 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS LANDAK BARAJAKI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah reformasi, terjadi beberapa amandemen terhadap UUD 1945. Salah satu pengaturan penting yang mendapat tempat dalam perubahan tersebut adalah mengenai pemerintahanan di daerah. Sebagai salah satu negara yang berkembang Indonesia adalah negara yang demokratis yang selalu mengalami perubahan di segala bidang meliputi penyediaan pelayanan publik yang ekonomis efektif, efesien dan transparan. Paradigma baru tersebut merubah masyarakat sebagai pemegang kedaulatan negara. Dalam Pasal 18 disebutkan, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten, dan Kota itu mempunyai pemerintahan daerah. Pemerintah Daerah (Pemda) mengatur sendiri urusan rumah tangga menurut asas otonomi dan perbantuan. Pemerintah daerah (Pemda) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Pelaksaanaan otonomi daerah kini memasuki tahapan baru setelah undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kini di revisi menjadi undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tetang perimbangan keuangan antara Pemerintah pusat dan Daerah. Maka dengan berbagai ketentuan yang telah dibuat sedemikian rupa kebebasan daerah untuk menjalankan daerah tidak terpengaruh oleh pemerintah pusat. 1

2 Seiring di cetuskanya undang-undang Nomor 32 tahun 2004, pemerintah daerah dengan sangat bebas menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan apa yang telah menjadi visi dan misi daerah tersebut. Berlakunya undang-undang tetang pemerintah daerah membuat pemerintah daerah menjadi sangat berkuasa di daerah pemerintahannya, hal demikian membuat pemerintah daerah provinsi sekarang ini menjadi salah satu alat fasilitator dari pemerintah daerah Kabupaten/Kota tersebut. Maksud dan tujuan dicetuskannya undang-undang tersebut adalah tentang pemberian hak dan wewenang khusus dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerah kekuasaan dan wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Terbentuknya bangsa Indonesia yang hendak dicapai yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera dapat terlaksana. Masyarakat diharapkan bisa menuju keberhasilan bersama dengan semangat juang guna membangun bangsa Indonesia pada titik jaya dalam bidang di sektor kehidupan masyarakat. Pemberian hak otonom tersebut membawa pengaruh yang cukup berkompeten dalam mengatur pemerintahan Daerah. Berbagai undang-undang tersebut telah memberi kebebasan dan kewenangan yang besar kepada Aceh dalam melakukan pengelolaan kekayaan alam dan juga kebebasan menjalankan sistem pemerintahan menurut karakteristiknya. Khusus mengenai sistem pemerintahan yang demikian, sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari bagaimana pengelolaannya. Harus di ingat bahwa aturan yang bagus, bila tidak dilaksanakan tidak akan berarti apa-apa.

3 Jadi dalam hal ini, apa yang tertulis di dalam kitab undang-undang, sesungguhnya membutuhkan implementasinya dalam kenyataan. Terwujudnya otonomi khusus yang di tuangkan dalam undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), yang paling mendasar dari undang-undang tersebut adalah pemberian kesempatan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri termasuk sumber ekonomi, menggali dan memberdayakan sumber daya alam (SDA) dan juga sumber daya manusia (SDM), menumbuh kembangkan prakarsa, kreativitas dan demokrasi, menggalikan dan mengimplementasikan tata masyarakat yang sesuai dengan nilainilai luhur Aceh. Dalam penataan pemerintahan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) berbeda dengan Daerah lain di Indonesia, dimana Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdiri dari lima strata pemerintahan yaitu Provinsi, Kabupaten, Kecamatan. Dalam mengimplementasikan otonomi khusus dalam menata susunan pemerintahan daerah bersama DPRD Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah menetapkan beberapa Qanun, di antaranya Qanun nomor 4 dan 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan Mukim dan Gampong (Desa) Pemerintah Mukim merupakan lembaga yang masih di akui dan menjadi lembaga pemeritahan di masyarakat Aceh dalam menyelenggarakan berbagai permasalah masyarakat, oleh karena itu Mukim mempunyai peranan penting dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 3 dan 4 tahun 2003 pasal 1

4 ayat 3 Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong (Desa) yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekakyaan sendiri, berkedudukan langsung dibawah camat atau nama lain yang dipimpin oleh Mukim atau nama lain. Seperti pelaksanaan pemerintahan Mukim dibeberapa kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam, penyelengaraan pemerintahan Mukim di Kabupaten Gayo Lues khususnya di Kecamatan Rikit Gaib memberi sedikit ruang permasalahan. Hal ini di dasari dengan bagaimana lembaga pemerintahan Mukim melakukan perannya di tangah masyarakat. Pemerintahan Mukim merupakan pemerintahan yang diakui secara hukum yang pelaksanaan disesuaikan dengan undang-undang yang berlaku. Hal ini termaktub di dalam Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan Mukim mempunyai tugas menyelengarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyrakat dan peningkatan pelaksanaan syari at Islam. Otonomi khusus yang diberikan pemerintah pusat kepada Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk memngurus dan mengelola pemerintahannya sendiri, hal ini tentu memberi ruang kepada provinsi ini membentuk pemerintah Mukim di dalam suatu kecamatan yang membawahi bebepara Gampong (Desa). Adanya pemerintahan Mukim tentunya dapat mengurangi tugas yang di emban oleh Camat selaku pimpinan kecamatan. Dalam hal ini Mukim mempunyai tanggung jawab terhadap Gampong-Gampong (Desa) terutama dalam

5 pembinanaan masyarakat, sengketa adat, pelayanan masyarakat dan pembangunan secara fisik dan spiritual sekaligus efektifnya pelaksanaan syari at islam. Penyelenggaraan pemerintahan Mukim yang bisa mengayomi dan memihak untuk kepentingan sangat diharapkan. Secara faktual, pemerintah Mukim masih mengalami kevakukam, hal ini karena belum adanya kejelasan fungsi dan kewenangan Mukim dalam melakukan pemerintahan, karena sejauh ini Mukim masih terpokus dalam hal-hal yang adat-istiadat dan syari at Islam saja. Mengaktifkan Mukim kembali terkait dengan ketegasan menganai wewenang dan fungsi yang hendak dilekatkan kepada Mukim. Hal ini membuat penyelenggaraan pemerintahan Mukim menjadi rancu atau sering berbarengan dengan pemerintahan camat, seperti pelayanan masyarakat, pembangunan masyarakat dan lain-lain Berdasarkan analisa penulis yang menjadi pokok permasalahan dalam lembaga Mukim adalah penyelenggraan pemerintahan Mukim dalam menjalan fungsi dan kewenangan ditengah masyarakat, sehingga lembaga Mukim dapat memberikan pelayanan kepada masyakat dalam menyelesaiakn persoalan yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul Peran Mukim Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

6 B. Identifikasi Masalah Tahapan Identifikasi masalah adalah kegiatan yang berupa mencari sebanyak-banyaknya masalah dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah pada penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penyelenggaraan pemerintahan Mukim. 2. Peran pemerintahan Mukim melakukan fungsinya. 3. Hal-hal yang perlu dibenahi oleh pemerintahan Mukim. 4. Peran Mukim Dalam melaksanakan pemerintahan. 5. pelaksanaan fungsi dan wewenang Mukim. C. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu, ruang, materi dan tempat maka penelitian ini perlu dibatasi agar pembahasan tetap terfokus pada objek masalah yang akan diteliti dan tidak melebar sehingga diperoleh pemecahan masalah yang jelas serta terarah. Adapun yang menjadi pembatasan masalah penulis adalah peran Mukim dalam menyelenggraan Pemerintahan. D. Rumusan Masalah Dari Identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja peranan Mukim dalam Penyelenggraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib. E. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan pasti mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai, karena tujuan akan memberikan arah yang jelas, tolak ukur dalam melakukan sebuah penelitian. Adapun yang tujuannya penelitian ini adalah Untuk

7 Mengetahui peranan Mukim dalam penyelenggaraan pemerintahannya Kecamatan Rikit Gaib. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Instansi, penelitian ini diharapkan akan bisa menambah bahan masukan terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues mengenai terutama kepada seluruh Mukim. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi bahan panduan kepada Pemerintah Mukim dalam penyelenggraan pemerintahan 2. Bagi penulis, demikian juga penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, cakrawala dan sebagai bekal ilmu pengetahuan penulis dalam mengembangkan dan melaksanakan tugas dilapangan nantinya serta diharapkan sebagai input bagi Pemerintah serta instansi-inansist lain yang terkait di dalamnya. 3. Bagi masyarakat, di harapkan penelitan ini bisa memberikan sedikit pencerahan sejauh mana Mukim dapat melakukan pemerintahannya di dalam masyarakat.