QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SUMBER KEUANGAN GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

Transkripsi

1 QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SUMBER KEUANGAN GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kemampuan pemerintahan Gampong sebagai lembaga Pemerintah Otonom yang terendah dalam memberikan pelayanan masyarakat diperlukan keuangan Gampong yang pasti; b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 47 Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tentang Pemerintahan Gampong dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam perlu ditetapkan Qanun mengenai Sumber Keuangan Gampong; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas, perlu menetapkan dalam suatu Qanun; Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1092); 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1983 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3247); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4155); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 9. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 3 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Majelis Permusya-waratan

2 Ulama Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun 2000 Nomor 23); 10. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syari at Islam (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun 2000 Nomor 30); 11. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 7 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Kehidupan Adat (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun 2000 Nomor 32); 12. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 3 Tahun 2003 tentang Susunan, Kedudukan dan Kewenangan Pemerintah Kecamatan (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2003 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 19); 13. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2003 Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 20); 14. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintah Gampong (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2003 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 21); 15. Peraturan Daerah Kota Banda Aceh Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan Banda Raya, Kecamatan Jaya Baru, Kecamatan Ulee Kareng, Kecamatan Kutaraja dan Kecamatan Lueng Bata (Lembaran Daerah Kota Banda Aceh Tahun 2000 Nomor 20, Seri D Nomor 9); Dengan Persetujuan Bersama : DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANDA ACEH dan WALIKOTA BANDA ACEH MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN KOTA BANDA ACEH TENTANG SUMBER KEUANGAN GAMPONG BAB 1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan : 1. Kota adalah Kota Banda Aceh. 2. Walikota adalah Walikota Banda Aceh. 3. Pemerintah Kota adalah Walikota Banda Aceh beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banda Aceh. 5. Qanun Kabupaten atau Kota Banda Aceh adalah Peraturan Daerah atau Kota yang ditetapkan oleh Bupati atau Walikota dengan Persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten atau Kota. 6. Kecamatan adalah perangkat Daerah Kota yang dipimpin oleh Camat. 7. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah Kecamatan atau nama lain, yang dipimpin oleh Imeum Mukim.

3 8. Gampong atau nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi Pemerintahan terendah langsung di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu, yang dipimpin Keuchik dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. 9. Jurong adalah bagian wilayah dalam Gampong yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Gampong. 10. Tuha Peuet Gampong yang selanjutnya dapat disebut TPG adalah suatu badan kelengkapan Gampong dan Mukim yang terdiri dari unsur Pemerintah, unsur Agama, unsur Pimpinan Adat, unsur Cerdik Pandai yang berada di Gampong dan Mukim yang berfungsi memberi nasehat kepada Keuchik dan Imeum Mukim dalam bidang Pemerintahan, Hukum Adat, Adat Istiadat dan Kebiasaan-kebiasaan masyarakat serta menye-lesaikan segala sengketa di Gampong dan Mukim; 11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong yang selanjutnya disebut APBG adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong. 12. Keuchik adalah Kepala Badan Esekutif Gampong dalam penyelenggaraan Pemerintahan Gampong. 13. Reusam Gampong adalah Peraturan Gampong yang berisikan aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, dan atau adat istiadat yang dibuat oleh Tuha Peuet bersama Keuchik dan diundangkan dalam Berita Daerah. BAB II SUMBER PENDAPATAN GAMPONG Pasal 2 Sumber pendapatan Gampong terdiri dari : a. Pendapatan Asli Gampong yang meliputi: (1) Hasil Usaha Gampong; (2) Hasil kekayaan Gampong; (3) Hasil swadaya dan partisipasi; (4) Hasil gotong royong; (5) Zakat; (6) Lain-lain Pendapatan Asli Gampong yang sah. b. Dana perimbangan yang meliputi: (1) Bagian dari perolehan pajak dan retribusi daerah; (2) Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Pemerintah Kota. c. Bantuan dari Pemerintah Kota dan Pemerintah Provinsi; d. Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; e. Pinjaman Gampong. Pasal 3 Bentuk kekayaan gampong sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 terdiri dari : a. Tanah milik Gampong; b. Pasar Kios dan Los milik Gampong; c. Bangunan milik Gampong; d. Obyek rekreasi yang dimiliki, dikelola oleh Gampong; e. Pemandian umum yang dimiliki, dikelola oleh Gampong; f. Hutan Adat Gampong; g. Perairan atau Pantai dalam batas tertentu yang dikelola oleh Gampong; h. Tempat-tempat pemancingan di sungai; i. Pelelangan Ikan yang dikelola oleh Gampong; j. Lain-lain bentuk kekayaan milik Gampong. Pasal 4 (1) Sumber Pendapatan Kota yang berada di Gampong, baik Pajak maupun Retribusi yang sudah dipungut oleh Pemerintah Kota tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Gampong. (2) Sumber Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diberikan kepada Gampong yang bersangkutan dengan pembagian secara proporsional dan adil yang diatur dengan Peraturan Walikota. BAB III

4 PENGURUSAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER PENDAPATAN GAMPONG Bagian Pertama Pengurusan Sumber Pendapatan Gampong Pasal 5 (1) Pengurusan sumber-sumber pendapatan Gampong sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 dilakukan oleh Pemerintah Gampong (2) Pengurusan sumber pendapatan gampong oleh pemerintah gampong dilakukan dengan meng-indahkan sistem administrasi pengelolaan asset yang baik. Pasal 6 (1) Sumber Pendapatan Gampong sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 dan 3 dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG). (2) Tata cara Pengelolaan Pendapatan Gampong diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Bagian kedua Pengembangan Sumber Pendapatan Gampong Pasal 7 (1) Untuk lebih produktif dan menghasilkan pendapatan bagi Gampong, maka pengembangan sumber pendapatan gampong dapat dilaksanakan dengan cara : a. diusahakan sendiri oleh Pemerintah Gampong; b. bagi hasil dengan pihak ketiga; c. dikontrakkan atau disewakan; d. gotong royong yang melibatkan masyarakat Gampong yang bersangkutan; e. lain-lain bentuk pengelolaan yang sah. (2) Penentuan bentuk pengembangan sumber pen-dapatan gampong sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Keuchik setelah mendapat persetujuan Tuha Peuet Gampong. (3) Pengembangan sumber pendapatan gampong dengan cara bagi hasil dan dikontrakkan atau disewakan kepada pihak ketiga sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) huruf b dan c dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis. Pasal 8 (1) Pengurusan dan pengembangan sumber pendapatan gampong yang berupa tanah yang menurut kebiasan setempat menjadi hak Imeum Meunasah untuk mengusahakan dan mengambil hasilnya, diserahkan pengurusan dan pengembangannya kepada imeum meunasah. (2) Penentuan tanah yang diserahkan untuk di usahakan dan diambil hasil oleh imeum meunasah sebagai-mana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan Keuchik dengan persetujuan Tuha Peuet Gampong. BAB IV PENGAWASAN SUMBER PENDAPATAN Pasal 9 (1) Pelaksanaan pengurusan dan pengembangan sumber pendapatan gampong diawasi oleh Tuha Peuet Gampong. (2) Pengwasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara periodik setahun sekali dan dalam hal ada suatu sebab tertentu dapat dilakukan secara insidentil.

5 (3) Dalam pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Tuha Peuet Gampong berwenang memeriksa administrasi pengurusan dan pengembangan sumber pendapatan gampong, bukti lain yang diperlukan dan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam kaitan dengan pelaksanaan pengawasan. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 10 Semua ketentuan yang telah ada yang mengatur tentang sumber pendapatan sejauh yang sudah diatur dalam Qanun ini dinyatakan tidak berlaku. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 12 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Banda Aceh. Ditetapkan di Banda Aceh pada tanggal 29 Desember Zulqaidah 1426 Pj. WALIKOTA BANDA ACEH, Cap/Dto Diundangkan di Banda Aceh pada tanggal 29 Desember Zulqaidah 1426 MAWARDY NURDIN SEKRETARIS DAERAH KOTA BANDA ACEH, Cap/Dto M. KAMIL YUNUS LEMBARAN DAERAH KOTA BANDA ACEH TAHUN 2005 NOMOR 8 SERI E NOMOR 5

6 PENJELASAN ATAS QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SUMBER KEUANGAN GAMPONG I. UMUM Bahwa dengan adanya pengelolaan Sumber Pendapatan Gampong (PAG) diharapkan akan dapat meningkatkan kamampuan Pemerintahan Gampong dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya Pemerintahan Gampong sebagai pengelola Sumber Pendapatan Gampong dapat menggali potensi-potensi sumber keuangan yang ada di gampong agar dapat dikembangkan secara efektif dan terarah. Selain itu, dengan adanya pengawasan yang langsung dilakukan oleh Tuha Peuet Gampong sebagai Badan Perwakilan Gampong yang ada dalam gampong akan lebih mudah memonitoring dalam pelaksanaan pengelolaan sumber keuangan gampong. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Huruf a Tanah kas Gampong adalah suatu lahan yang dimiliki oleh Pemerintah Gampong dan dikelola untuk kegiatan usaha Gampong sehingga menjadi salah satu sumber pendapatan Gampong yang bersangkutan. Huruf b Pasar Gampong adalah pasar yang berada di wilayah Gampong yang bersifat historis dan tradisional serta ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Pemerintah Gampong. Tujuan dibentuknya Pasar Gampong oleh Pemerintah Gampong adalah sebagai sarana untuk: a. memasarkan hasil produksi dan menciptakan lapangan kerja b. mendorong masyarakat gampong agar mampu berproduksi dan mengelola hasil produksi Gampong c. meningkatkan pendapatan asli Gampong. d. mendorong kehidupan perekonomian Gampong; e. mendorong kehidupan perkreditan Desa dan Koperasi Unit Desa. Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12