UPAYA PERBAIKAN KEANDALAN ROLLER MILL DENGAN ROOT CAUSE ANALYSIS DAN PENDEKATAN PREVENTIVE MAINTENANCE

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

Sistem Manajemen Maintenance

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

BAB III LANDASAN TEORI

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Perancangan Sistem Pemeliharaan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Pada Pulverizer (Studi Kasus: PLTU Paiton Unit 3)

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

BAB V ANALISA HASIL. penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar

c. Bab II berisikan landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam pemecahan permasalahan yang diteliti.

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kecanggihan teknologi dibidang mesin-mesin industri semakin lama

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku

BAB 3 Metode Penelitian Persiapan Penelitian Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini: 1. Studi Lapangan.

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai bahan bakar tungku alternatif baik skala kecil maupun

Maintenance and Reliability Decisions

Evaluasi Efektivitas Mesin Filter Press

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Umur Pakai Bantalan Sisi Luar Pada Ring Hammer Coal. Tipe bantalan C C 0 Fr Fa Putaran kn

Trainer Agri Group Tier-2

Minimalisasi Kegagalan Sirkulasi Pengembalian Feed pada Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia Feedmill

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI

Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang

PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai.

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN RANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MESIN DIE CASTING

BAB III JENIS JENIS PERAWATAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SCHEDULE MAINTENANCE SYSTEM

PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING

Analisis Reliability Untuk Menentukan Mean Time Between Failure (MTBF) Studi Kasus Pulverizer Pada Sebuah PLTU

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

BAB IV METODE PENELITIAN

Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM)

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

T U G A S A K H I R. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat. Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) DISUSUN OLEH : : Puguh Mursito adi

ANALISIS SISTEM PERAWATAN KOMPONEN GENERATOR STARTER PADA MESIN PESAWAT DI PT XYZ

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. a. Start Up, proses dimana mesin mulai melakukan start up setelah mesin mengalami stop produksi.

PENENTUAN WAKTU PERAWATAN UNTUK PENCEGAHANPADA KOMPONEN KRITIS CYCLONE FEED PUMP BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWN TIME

ANALISIS KERUSAKAN LINER PADA MUD PUMP IDECO T-800 TYPE TRIPLEX PUMP BERDASARKAN RELIABILITY, AVAILABILITY, DAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

PENERAPAN METODE RELIABILITYENGINEERING DALAM PERENCANAAN PERAWATAN MESIN DI PERUSAHAAN PRODUKSI AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

CORRECTIVE MAINTENANCE

TUGAS AKHIR. Analisa Pengendalian Kualitas Produk Jumbo Roll. Dengan Menggunakan Metode FTA (Fault Tree Analysis)

BAB V ANALISA DAN HASIL

Kata Kunci Life Cycle Cost (LCC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses

BAB III LANDASAN TEORI

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014

3. BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KEANDALAN KOMPONEN KRITIS LIFT NPX UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN YANG OPTIMUM

BAB II LANDASAN TEORI

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%)

Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau.

RR. INTANTYA PRANANDINI SASMAYANTI

BAB IV METODE PENELITIAN

PEMBUATAN APLIKASI OTOMASI PENJADWALAN UNTUK MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN INDUSTRI

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Weling S. Galih Murti Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2011

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PREVENTIVE MAINTENANCE

Nelson Manurung 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan *

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS

Penilaian Risiko pada Mesin Pendingin di Kapal Penangkap Ikan dengan Pendekatan FMEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

OPTIMALISASI INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN MESIN PACKER TEPUNG TERIGU KEMASAN 25 KG DI PT X

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE EXCAVATOR HITACHI EX200 PADA PT. TAKABEYA PERKASA GROUP DENGAN METODE FMEA

ANALISA SITEM PENJADWALAN PERAWATANMESIN DEPARTEMEN UTILITY DI PT.INDORAMA SYNTHETICS, Tbk DENGAN MENGGUNAKAN METODE MTBF

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN SISTEM PERAWATAN TERPADU DALAM UPAYA MENINGKATKAN KONDISI OPERASIONAL PERALATAN WORKSHOP DAN LABORATORIUM

OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE

I. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. produk, kehandalan dan kelancaran suatu proses serta biaya. Hal ini memicu para

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

UPAYA PERBAIKAN KEANDALAN ROLLER MILL DENGAN ROOT CAUSE ANALYSIS DAN PENDEKATAN PREVENTIVE MAINTENANCE Budiharjo 1 dan Zulfa Fitri Ikatrinasari 2 1,2 Program Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Mercu Buana 1 sbharjo@gmail.com ABSTRACT In order to meet the increasing needs of electricity and steam, PT. DSS seeks to maintain the continuity of the process of generation and distribution, by maintaining reliability of Roller Mill system. Based on the historical damage of the Roller Mill, then conducted this study with the aim of improving reliability of the Roller Mill system. Search root cause of the problem using the method of Cause and Effect Diagram and Root Cause Analysis, and corrective actions with preventive maintenance approach. Secondary data such as operation time, down time and frequency of damage of the Roller Mill system, sourced from maintenance data of Mechanical Section. From the analysis found that the root cause of problems-tip Plow damage is the cause of damage spare part Roller Mill. Maintenance activities with the implementation of preventive maintenance has improved the reliability of the Roller Mill system with an increase of 6.90% Operational Availability. Keywords: Reliability; spare part; Roller Mill; Operational Availability; preventiv maintenance 1. PENDAHULUAN Sebagai salah satu produsen kertas terbesar di Indonesia, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Serang Mill (Sinar Mas Group) berekspansi untuk mengembangkan produknya, sehingga kebutuhan energi listrik dan uap juga mengalami peningkatan. Kebutuhan listrik dan uap tersebut disupply dari PT. Dian Swastatika Sentosa (PT. DSS) Serang, salah satu anak perusahaan dalam kelompok usaha Sinar Mas yang merupakan perusahaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara. Guna memenuhi peningkatan kebutuhan tenaga listrik dan uap tersebut, maka PT. DSS Serang berusaha menjaga keberlangsungan proses pembangkitan dan penyalurannya dengan menjaga keandalan peralatan. Pada PLTU, boiler sebagai peralatan utama merupakan unit yang sangat penting, berfungsi untuk mengubah air menjadi uap panas (steam) pada suhu dan tekanan tertentu, kemudian menyalurkannya ke mesin turbingenerator untuk dikonversi menjadi listrik. Salah satu bagian boiler yang sangat vital adalah Roller Mill, yaitu sistem penghancur bahan bakar batubara menjadi berbentuk serbuk (coal powder) sebelum diumpankan ke ruang bakar (furnace). Berdasar data gangguan operasional selama periode Januari Oktober 2015, telah terjadi 64 kali kerusakan spare part Roller Mill - Boiler #6 PT. DSS Serang dengan 946.67 jam perbaikan. Berdasar historikal gangguan keandalan tersebut maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan memperbaiki keandalan sistem Roller Mill. Penelusuran akar penyebab permasalahan menggunakan metode Cause and Effect Dia gram dan Root Cause Analysis, dan tindakan perbaikan dengan pendekatan preventive maintenance. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keandalan (Reliability) Secara umum nilai kinerja peralatan dinyatakan sebagai keandalan. Beberapa definisi keandalan dikemukakan oleh beberapa pendapat dari penelitian sebelumnya. Keandalan merupakan probabilitas suatu komponen atau sistem dalam melakukan fungsi yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu bila digunakan dalam kondisi operasionalnya [1]. Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 197

Keandalan adalah kemampuan dari sistem atau komponen untuk menjalankan fungsinya yang diperlukan di bawah kondisi yang dipersyaratkan untuk jangka waktu tertentu tanpa adanya kegagalan [2]. Keandalan adalah peluang sebuah komponen mesin atau produk akan berfungsi dengan benar selama waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu [3]. Keandalan suatu unit atau produk adalah probabilitasnya untuk melaksanakan fungsinya pada periode waktu tertentu di bawah kondisi dan lingkungan yang ditetapkan [4]. Metode pengukuran tingkat keandalan berdasar nilai MTBF (Mean Time Between Failure) yang merupakan waktu rata-rata antar kegagalan, diajukan oleh beberapa pendapat. MTBF adalah suatu ukuran seberapa keandalan (reliable) suatu produk atau komponen [5]. Keandalan juga dapat dikuantifikasikan dengan menggunakan rata-rata banyaknya kegagalan dalam rangka waktu tertentu (failure rate), dapat pula dinyatakan sebagai lamanya waktu rata-rata antar kegagalan (mean time between failure, MTBF) [6]. MTBF (Mean Time Between Repair) adalah ukuran dasar keandalan peralatan, diwakili dalam satuan jam. Semakin tinggi MTBF semakin tinggi keandalannya. Sedang MTTR (Mean Time To Repair), adalah waktu untuk memulihkan sistem dari kegagalan, termasuk waktu yang dibutuhkan untuk mendiagnosa masalah dan memperbaiki sistem, diwakili dalam satuan jam. MTTR berdampak pada ketersediaan (availability), jika diperlukan waktu lebih lama untuk memulihkan sistem dari kegagalan, artinya sistem akan memiliki ketersediaan yang lebih rendah [2]. Hubungan MTBF dan MTTR terhadap ketersediaan secara keseluruhan dari sistem (Overall Availability atau Operational Availability, Ao), dalam bentuk persamaan [4], [7]: (1) (2) Dimana: Total available time = total waktu operasi (3) nal Down time = total waktu kerusak an (total jam perba ikan) Number of failures = frekuensi kerusakan spare part. Keandalan menjadi sesuatu yang penting karena berpengaruh langsung terhadap kinerja suatu sistem peratalan, sehingga perbaikan untuk peningkatan keandalan harus terus diupayakan melalui strategi keandalan. Terdapat 2 model teknik keandalan, yaitu [3] : 1. Peningkatan komponen demi komponen. Keandalan komponen merupakan masalah desain atau spesifikasi terkait tanggung jawab bagian desain rekayasa. Walau demikian, pengguna dapat berperan dalam peningkatan komponen dengan penelitianpenelitian mengenai peningkatan faktorfaktor kualitas. 2. Menyediakan redundansi. Teknik ini berguna untuk mendukung suatu komponen, yaitu dengan menyediakan atau menempatkan suatu unit cadangan secara paralel yang mana hal ini merupakan sebuah taktik manajemen operasi standar. 2.2. Analisa Cause and Effect Diagram Analisa Cause and Effect Diagram (diagram sebab-akibat) sering disebut diagram Ishikawa, digambarkan dalam bentuk Fishbone diagram (diagram tulang ikan). Fishbone diagram adalah alat untuk mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisanya melalui sesi brainstorming. Diagram sebab akibat adalah salah satu dari tujuh alat dasar kualitas, yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor potensial yang menyebabkan efek keseluruhan [8]. Dalam analisa sebab akibat, beberapa penyebab permasalahan yang dianalisa mencakup aspek manusia, material, mesin, metode, maupun lingkungan. Langkah awal membuat diagram sebabakibat dengan identifikasi akibat permasalahan, dilajutkan dengan diskusi bersama atau brainstorming untuk menggali pendapat masing-masing dalam menentukan sumber penyebab yang lebih spesifik. 2.3. Root Cause Analysis Root Cause Analysis menggunakan teknik pertanyaan 5-Mengapa (5 Whys Analysis), untuk menjelaskan alasan di balik Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 198

kerusakan peralatan dalam membantu mengembangkan jadwal preventive maintenance [9]. Metode 5-Mengapa adalah suatu metode untuk menggali penyebab masalah secara lebih mendalam dan sistematis untuk menemukan cara penanggulangan yang lebih dalam [10]. Metode 5-Mengapa dilakukan dengan mengajukan 5 pertanyaan mengapa tentang permasalahan yang terjadi, dan mencari jawabannya bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. 2.4. Preventive Maintenance Perawatan atau maintenance merupakan salah satu fungsi utama usaha, disamping fungsi-fungsi lainnya seperti pemasaran, produksi, keuangan, dan sumber daya manusia. Maintenance mencangkup semua aktivitas yang berkaitan dengan menjaga semua peralatan sistem agar dapat bekerja [3]. Nilai kinerja yang baik dalam menjaga kesinambungan bisnis perusahaan harus diusahakan dengan strategi perencanaan pengelolaan aset perusahaan secara sistematis, komprehensif dan terintegrasi, dimana untuk operasional pembangkit listrik yang ekonomis, fungsi perawatan harus dioptimalkan dengan merencanakan strategi perawatan [11]. Kegagalan dan down time komponenkomponen kritikal dapat diminimalkan dengan penggantian komponen tepat waktu dan tindakan perawatan pencegahan (preventive maintenance) yang tepat, hal ini juga akan meningkatkan keandalan dan ketersediaan mesin untuk mencapai produktivitas yang tinggi [4], [7]. Program preventive maintenance bisa sangat sukses dalam meningkatkan kehandalan peralatan dan meminimalkan biaya perawatan [12]. Penjadwalan yang optimal dari kegiatan preventive maintenance akan memaksimalkan ketersediaan mesin untuk proses produksi [13]. Preventive maintenance merupakan kegiatan perawatan untuk mencegah timbulnya kerusakan tak terduga dan untuk menemukan kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan sistem produksi pada saat digunakan. Preventive maintenance adalah sistem pemeliharaan terencana pada peralatan yang didesain untuk memperbaiki usia pakai (life time) dan menghindarkan adanya aktivitas pemeliharaan yang tidak direncanakan [14]. Preventive maintenance adalah inspeksi secara periodik untuk mendeteksi kondisi yang dapat menyebabkan mesin rusak (breakdown) atau terhentinya proses sehingga dapat mengembalikan kondisi peralatan seperti pada saat awal peralatan tersebut, dan preventive maintenance juga merupakan proses deteksi dan perawatan dari ketidaknormalan peralatan sebelum timbul kerusakan yang menyebabkan kerugian [6].. Kegiatan preventive maintenance meliputi beberapa pekerjaan, antara lain: 1. Perencanaan (planning), merupakan penjadwalan kegiatan rutin yang meliputi pemeriksaan harian (daily check), pemeriksaan mingguan (weekly check), pemeriksaan bulanan (monthly check), maupun pemeriksaan tahunan (yearly check) [14]. 2. Perawatan berjalan (running maintenan ce), dilaksanakan tanpa menghentikan sistem peralatan, misalnya kegiatan pengecatan (painting), pelumasan (lubrication), kegiatan kebersihan (cleaning), dan penyetelan (adjusting). 3. Penggantian komponen kecil (small repair), bertujuan meminimalkan terjadinya penghentian operasi peralatan di luar perencanaan (unplanned breakdown). 4. Perawatan berhenti (shutdown mainte nance), dilakukan pada saat peralatan produksi berhenti. Contohnya adalah perbaikan besar, yaitu perbaikan peralatan dengan menghentikan kegiatan operasional sistem yang dikenal dengan pekerjaan overhaul. Untuk menghilangkan stop sistem di luar perencanaan (unplanned breakdown), pada preventive maintenance dikenal strategi penyediaan suku cadang (spare part control) guna antisipasi penggantian spare part sesegera mungkin bila diperlukan. Yang terakhir adalah pencatatan (historical record), untuk memantau kondisi peralatan dari waktu ke waktu [6]. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, dimulai dengan studi pendahuluan untuk identifikasi awal obyek penelitian. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsepkonsep sebagai landasan untuk mendukung tahap-tahap penelitian selanjutnya dengan mengeksplorasi buku-buku, jurnal dan hasilhasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh waktu operasional Roller Mill, sedang sampelnya adalah waktu efektif operasional Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 199

Roller Mill, down time, dan frekuensi kerusakan spare part, merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari data perawatan Seksi Mechanical. Metode analisa keandalan dengan perhitungan ketersediaan (Operational Availability, Ao) berdasar nilai MTBF dan MTTR data awal penelitian pendahuluan. Data kerusakan spare part diklasifikasikan dari frekuensi tertinggi berurutan sampai yang terendah, dianalisa dengan Diagram Pareto untuk mengetahui spare part yang paling berpengaruh terhadap kerusakan sistem Roller Mill dan dijadikan prioritas perbaikan. Dilanjutkan analisa Cause and Effect Diagram berdasar data brainstorming dengan tenaga kerja bagian perawatan, dan analisa akar penyebab permasalahan secara lebih mendalam dengan metode Root Cause Analysis. Tindakan perbaikan dengan implementasi preventive maintenance, serta pengumpulan data operasional, frekuensi kerusakan spare part, dan down time sistem Roller Mill. Data yang diperoleh dilakukan analisa keandalan dengan perhitungan Operational Availability, dan hasilnya dibandingkan dengan Availability sebelum preventive maintenance, dilanjutkan dengan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Manfaat dari strategi preventive maintenance, antara lain [14]: 1. Mengurang downtime. 2. Meningkatkan life time dan mengurangi penggantian spare part yang belum waktunya. 3. Mengurangi biaya lembur tenaga kerja maintenance. 4. Mengurangi biaya perawatan (mainte nance cost). 5. Identifikasi indikasi adanya peralatan yang perlu diganti. 6. Memperbaiki kondisi keselamatan kerja (safety) maupun kualitas produk. Langkah-langkah penelitian dalam bentuk diagram ditunjukkan pada Gambar 1. Pengumpulan Data : Frekuensi keruakan Roller Mill, Operation time & Down time Analisa data sebelum PM Ao (MTBF, MTTR) Penentuan Prioritas Perbaikan (Diagram Pareto) Cause and Effect Analysis (Fishbone Diagram) Tindakan Perbaikan (Preventive Maintenance) Analisa data setelah PM, Ao (MTBF, MTTR) Perbandingan analisa data sebelum dan setelah PM Pembahasan Kesimpulan Gambar 1. Diagram alir langkah-langkah penelitian Mulai Perumusan masalah dan Tujuan Penelitian Studi Pustaka Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 200

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Roller Mill Sistem Roller Mill di Boiler #6 PT. DSS Serang terpasang paralel sebanyak 3 unit, dan spesifikasinya seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Sistem Roller Mill BL #6 PT. DSS Serang Item Keterangan Nama Alat DF-60 Pulverized Roller Mill Serial Number 19508 / 19510 / 19511 Shop Number 942453 Merek Williams Kapasitas 13.6 Ton / jam Sistem Lubrikasi Automatic Journal Lubrication Rekomendasi Pelumas Grease, Type MOBILITH SHC 460, ex MOBIL OIL Dibuat Oleh Williams Patent Crusher & Pulverizer Co., Inc. St. Louis, Missouri U.S.A Tahun Pembuatan 1996 Sumber: Safety Procedures For Operation Of Williams Equipment Williams Patent Crusher & PulverizerCo., Inc [15]. Komponen utama atau spare part dalam sistem Roller Mill yang berperan langsung dalam proses penghancuran batubara, antara lain: Bull Ring, terpasang menempel pada dinding Roller Mill sebagai landasan penumbukan batubara saat proses penghancuran. Grinding Roll, terikat menjadi satu dengan Main Shaft dan Bearing, berfungsi sebagai penumbuk batubara menjadi berbentuk serbuk. Plow-Tip, Plow-Shoe, dan Plow Holder, terpasang menjadi satu rangkaian, befungsi untuk mengangkat, menempatkan, dan mengarahkan batubara ke posisi optimalnya pada saat proses penghancuran. 4.2. Pengumpulan Data dan Identifikasi Berdasar penelitian pendahuluan diketahui adanya kerusakan spare part Roller Mill yang berulang. Walaupun kerusakannya hanya sebagian, tetapi sudah bisa menyebabkan sistem Roller Mill tidak berfungsi secara optimal, sehingga harus berhenti beroperasi di luar perencanaan (unplanned breakdown) dan disebut sebagai kegagalan. Hal ini sesuai dengan pendapat penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kegagalan atau kerusakan adalah berakhirnya kemampuan dari setiap komponen peralatan untuk melakukan fungsinya walaupun bukan penghentian kemampuan secara keseluruhan dari sistem tersebut [2]. Kerusakan spare part Roller Mill dapat diidentifikasi secara visual maupun secara digital. Secara visual kondisi abnormal ditandai antara lain: Adanya indikasi ketidaknormalan parameter operasional peralatan, misal: timbul suara keras/kasar (noise) di luar kebiasaan, adanya kenaikan suhu dan tekanannya, terjadinya kenaikan getaran (vibrasi) peralatan. Borosnya konsumsi material consumable (grease) yang menandakan bahwa sistem bekerja lebih keras. Terjadinya kerusakan nyata pada peralatan (misal: bocor, pecah/sobeknya plate ducting), dan lain-lain. Secara digital, kondisi abnormal terdeteksi dari pengamatan parameter operasional pada monitor di Central Contro Room (CCR), antara lain: Timbulnya indikasi alarm ketidaknormalan fungsi peralatan pada layar Digital Computerized System (DCS). Adanya kenaikan level suhu dan tekanan sistem. Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 201

Adanya indikasi ketidakstabilan konsumsi listrik pada motor (hunting ampere meter). Terdeteksinya penurunan volume coal powder yang dihasilkan dari Roller Mill. Berdasar data kerusakan, diketahui bahwa sebagian besar karena keausan material spare part akibat terkikis (erosi), gesekan dengan batubara yang dihancurkan. Sebagai contoh, adalah terkikisnya salah satu spare part Roller Mill (Plow-Tip) seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Plow-Tip baru Plow-Tip rusak, material aus/terkikis +/- 50% Gambar 2. Kondisi kerusakan Plow-Tip Sumber: Laporan perawatan Seksi Mechanical, 2015 4.3. Analisa Data sebelum Preventive Maintenance Sebagai contoh adalah Operational Availability (Ao) pada bulan Januari 2015, dengan ketentuan bahwa sistem beroperasi 24 jam/hari. Dari data operasional diketahui bahwa selama Januari 2015 telah terjadi 4 kali kerusakan dengan total jam perbaikan selama 83.17 jam, maka: Available time = 24 jam/hari x 31 hari = 744 jam Down time = 83.17 jam Number of failure = 4 Berdasar persamaan (1), (2), dan (3), diperoleh: MTBF = ( 744 83.17 )jam / 4 = 165.2075 jam MTTR = 83.71 jam / 4 = 20.7925 jam Ao = 165.2075 jam / (165.2075 + 20.7925 )jam = 0.8882 ( = 88.82% ) Dengan cara yang sama, nilai pengukuran Operational Availability selanjutnya diberikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Operational Availability (Ao) Roller Mill sebelum Preventive Maintenance Bulan Available Down Number Ao time time of MTBF MTTR (%) (jam) (jam) Failures Januari 2015 744 83.17 4 165.2075 20.7925 88.82 Februari 2015 672 111.20 6 93.4667 18.5333 83.45 Maret 2015 744 130.62 10 61.338 13.062 82.07 April 2015 720 171.4 14 39.1857 12.2429 76.19 Mei 2015 744 34 1 710 34 95.40 Juni 2015 720 94.10 10 62.59 9.41 86.93 Juli 2015 744 86.52 9 73.0533 9.6133 88.37 Agustus 2015 744 74 2 335 37 90.05 September 2015 720 80.25 3 213.25 26.75 88.85 Oktober 2015 744 81.41 5 132.518 16.282 89.06 Rata-rata 86.92 Sumber: Data diolah, 2015 Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 202

Selama periode Januari Oktober 2016, nilai rata-rata Operational Availability (Ao) sebesar 86.9%. Ao terendah paad April 2016 sebesar 76.9% karena adanya 14 kali kerusakan dengan total down time 171.40 jam, sehingga menjadikan Availability pada Mei 2016 cukup baik, hanya sekali kerusakan selama 34 jam, dimana nilai Operational Availability-nya mencapai 95.40% Untuk mencari spare part sebagai penyebab dominan kerusakan sistem Roller Mill, maka dilakukan analisa Diagram Pareto yang hasilnya ditunjukkan dalam Gambar 3. 60 100 50 80 Frekuensi Kerusakan 40 30 20 10 60 40 20 % Akumulasi 0 Plow -Tip 32 Plate Body 12 Spinner Parts 7 Others 6 Spare Part Packing 4 Bearing 2 Grinding Roll 1 0 Series1 Series2 Gambar 3. Diagram Pareto frekuensi kerusakan spare part Roller Mill (Januari Oktober 2015) Sumber: Data diolah, 2015 Dari analisa Diagram Pareto diketahui bahwa Plow-Tip adalah sebagai penyebab dominan kerusakan sistem Roller Mill dengan frekuensi kerusakan sebesar 32 kali selama periode Januari - Oktober 2015. Oleh karenanya Plow-Tip dijadikan spare part prioritas sebagai fokus perbaikan dalam implementasi preventive maintenance. Sumber penyebab kerusakan Plow- Tip dicari dengan Cause and Effect Diagram berdasar beberapa pendapat dalam sesi brainstorming, hasilnya ditunjukkan dalam Gambar 4. Measurement Man Material Sizing batubara tidak sesuai standart Body Plow-Tip aus Plow-Tip terlepas dari supplort Dalam batubara teerikut material logaml Kerussakan Plow-Tip Environment Methods Machine Gambar 4. Cause and Effect Diagram kerusakan Plow-Tip. Sumber: Brainstorming, 2015 Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 203

Dari Cause and Effect Diagram di atas maka ditemukan sumber penyebab kerusakan Plow-Tip, antara lain: a. Keausan material body Plow-Tip, b. Plow-Tip terlepas dari support nya, c. Sizing batubara tidak sesuai standart, dan d. Di dalam batubara terikut material logam Dari ke-empat sumber penyebab tersebut kemudian dianalisa akar penyebab permasalahan-nya, menggunakan Root Cause Analysis. Sebagai contoh, Root Cause Analysis yang menyebabkan keausan material body Plow-Tip, hasilnya ditunjukkan dalam Tabel 3. Tabel 3. Root Cause Analysis Keausan Material Body Plow-Tip Why Tingkat Permasalahan Tingkat Tindakan #1 Material body Plow-Tip aus Bila keausan sudah di luar toleransi maka Plow-Tip harus diganti #2 Karena erosi / gesekan dengan batubara pada proses penghancuran #3 Material Plow-Tip kurang keras, tidak mampu menahan gesekan akibat desakan/putaran batubara yang dihancurkan #4 Spesifikasi material Plow-Tip di bawah standart kualitas yang direkomendasikan manufacturer. #5 Tidak ada stok Plow-Tip original, hingga dipasang Plow-Tip hasil fabrikasi dari Team Maintenance. Kebijakan manajemen tentang pengetatan anggaran hingga mengganggu sistem kontrol stock spare part Sumber: Diskusi bersama team maintenance, 2015 Memonitor parameter operasional Roller Mill untuk antisipasi agar sistem tidak stop karena Plow-Tip terlanjur terkikis habis. Kualitas material Plow-Tip harus ditingkatkan Diusahakan pengadaan Plow-Tip dengan kualitas standart sesuai rekomendasi manufacturer Plow-Tip harus dipasang type original dari manufacturer Kebijakan manajemen harus dirubah agar jangan sampai merugikan sistem operasional. Dari hasil analisa di atas, yang digaris bawahi merupakan jawaban atas pertanyaan Why yang kelima. Maka akar masalah tingginya frekuensi kerusakan Plow-Tip dari aspek keausan material, adalah: Tidak ada stok Plow-Tip original dari manufacturer. Terpasang Plow-Tip dari fabrikasi team maintenance dengan kualitas di bawah standart. Dengan cara yang sama, hasil Root Cause Analysis untuk sumber penyebab kerusakan Plow-Tip lainnya ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Akar Permasalahan Penyebab Kerusakan Plow-Tip Sumber Penyebab (Cause and Effect Akar Permasalahan (Root Cause Analysis) Diagram) Keausan material body Plow-Tip Pemasangan Plow-Tip fabrikasi (bukan spare part original) Plow-Tip terlepas dari support-nya Kualitas Bolt-Nut di bawah standar Sizing batubara masuk Roll Mill > 30mm Transfer batu bara tidak melalui Coal Crusher Dalam batubara masuk Roll Mill terikut Saat transfer batubara dengan Coal Conveyor material logam tidak setting Magnetic Separator Sumber: Diskusi bersama team maintenance, 2015 4.4. Kegiatan Preventive Maintenance. Implementasi sistem preventive maintenance yang dilakukan meliputi kegiatan penjadwalan, pelumasan, pemeriksaan, perbaikan, pengendalian suku cadang, dan sistem pencatatan. Penjadwalan merupakan kegiatan perencanaan, yaitu dengan cara membuat Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 204

schedule atau jadwal kegiatan perawatan sebagai pedoman waktu pelaksanaan kegiatan pelumasan dan pemeriksaan secara berkala dalam waktu tertentu, meliputi: 1. Penjadwalan harian, untuk pemeriksaan kondisi parameter operasional harian, antara lain: suhu, tekanan, getaran alat (vibrasi), dan lain-lain. Data pemeriksaan operasional peralatan dituangkan dalam bentuk laporan harian (daily report). 2. Penjadwalan bulanan, untuk pemeriksa an kondisi pelumasan, yaitu pengambilan sampel minyak pelumas (topping-up) sesuai running hour yang direkomendasikan 3. Penjadwalan perbaikan besar, merupakan perencanaan perbaikan skala besar dimana sistem operasional harus dihentikan, meliputi kegiatan annual inspection, minor overhaul, dan major overhaul. Kegiatan pelumasan dan pemeriksaan yang dilakukan seperti ditunjukkan dalam Tabel 5. Tabel 5. Pelumasan dan Pemeriksaan Sistem Roller Mill Spare Part Aktifitas Frekuensi Tindak Lanjut Rotating machine (motor, pompa,dan Pemeriksaan suhu, getaran (vibrasi) Mingguan Bila di luar standart, lakukan analisa untuk perbaikan lain-lain) Main shaft Penggantian grease Bulanan Rutin penggantian/penambahan Roller Mill Gearbox Pemeriksaan pelumas Bulanan Cek kualitas. Bila di luar standart, (topping-up lube oil) Joint coupling Pemeriksaan shaft Bulanan (allignment) Sumber: Dokumen perawatan Seksi Mechanical, 2016 lakukan penggantian Bila shaft coupling tidak center, lakukan perbaikan Pekerjaan perbaikan meliputi perbaikan skala kecil dan perbaikan besar. Perbaikan skala kecil menyangkut pekerjaan penggantian spare part skala kecil sebagai antisipasi sebelum peralatan mengalami gangguan lebih lanjut agar terhindar adanya penghentian operasional sistem di luar perencanaan (unplanned breakdown). Sedang perbaikan besar adalah pekerjaan perbaikan dengan penghentian sistem operasional sesuai perencanaan, yaitu dalam rangka pekerjaan overhaul. Strategi pengendalian suku cadang di PT. DSS Serang dilakukan secara Inventory Control System, salah satu modul dalam Software SAP (System Application Product in Data Processing), sebagai bagian dalam Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang telah diaplikasikan perusahaan. Sedang pencatatan kegiatan perawatan telah berlangsung secara otomatis (by system), dalam satu paket Maintenance Management yang telah terintegrasi dengan Material Manegement sebagai salah satu modul SAP System, dan data perawatan terdokumentasi sebagai maintenance historical record. 4.5. Analisa Data setelah Tindakan Perbaikan. Data operasional sistem Roll Mill setelah implementasi preventive maintenance diambil selama 8 bulan pada Januari Agustus 2016. Dengan cara yang sama dengan sebelum perbaikan, berdasar persamaan (1), (2), dan (3) diperoleh nilai pengukuran Operasional Availability (Ao) seperti ditunjukkan dalam Tabel 6. Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 205

Tabel 6. Operational Availability (Ao) Roller Mill setelah perbaikan Bulan Available time (jam) Down time (jam) Number of Failures MTBF MTTR Ao (%) Januari 2016 744 37.92 3 235.36 12.64 94.90 Februari 2016 672 40.32 5 126.34 8.06 94.00 Maret 2016 744 18.43 2 362.78 9.21 97.52 April 2016 720 46.37 3 224.54 23.18 90.64 Mei 2016 744 37.00 3 235.67 12.33 95.03 Juni 2016 720 51.12 3 222.96 25.56 89.72 Juli 2016 744 54.05 6 114.99 9.01 92.73 Agustus 2016 744 29.50 4 178.62 7.37 96.04 Rata-rata 93.82 Sumber: Data diolah, 2016 Berdasar Tabel 2 dan 6, diketahui perbandingan nilai Operational Availability sebelum dan setelah implementasi preventive maintenance seperti ditunjukkan dalam Gambar 5. Gambar 5. Operational Availability sebelum dan setelah implementasi preventive maintenance Sumber: Data diolah, 2016 Dari Gambar 5 diketahui bahwa setelah implementasi preventive maintenance terjadi perbaikan keandalan sistem Roller Mill, ditandai dengan adanya peningkatan nilai Operational Availability rata-rata dari 86.92% menjadi 93.82%. 5. KESIMPULAN Berdasar analisa Cause and Effect Diagram dan Root Cause Analysis diketahui bahwa akar masalah yang menyebabkan gangguan keandalan sistem Roller Mill adalah keausan body material Plow-Tip karena dipasang Plow-Tip fabrikasi dengan kualitas di bawah standart. Juga karena batubara yang masuk Roller Mill berukuran lebih besar dari 30mm, serta terikutnya material logam di dalam batubara tersebut. Dengan implementasi preventive mainteance dapat memperbaiki keandalan sistem Roller Mill di Boiler #6 PT. DSS Serang dengan peningkatan Operational Availability rata-rata sebesar 6.90%. Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 206

DAFTAR PUSTAKA [1] Ebeling, C. E., 2004. An introduction to reliability and maintainability engineering. Tata McGraw-Hill Education. [2] Torell, W., & Avelar, V. 2004. Mean time between failure: Explanation and standards, in white paper, 78. [3] Heizer, J., & Render, B. 2012. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat [4] Thawkar, D. R. 2013. Down Time Analysis In Process Industry-A Case Study. Weekly Science Research Journal, 1(24):1-10. [5] Ansori, N., & Mustajib, M. I. 2013. Sistem Perawatan Terpadu (Integrated Maintenance System). Graha Ilmu. Yogyakarta:Graha Ilmu. [6] Kurniawan, F. 2013. Manajemen Perawatan Industri Teknik Dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu [7] Danalakshmi, C. S., & Mohankumar, G. 2011. Analysis of Down Time and Reliability Estimation in a Process Industry A Case Study. International Journal on Design and Manufacturing Technologies, 3(2): 84-90. [8] Kiran, M., Mathew, C., & Kuriakose, J. 2013. Root Cause Analysis for Reducing Breakdowns in a Manufacturing Industry. International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering, 2(1): 211-216. [9] Deka, D., & Nath, T. 2015. Breakdown and Reliability Analysis in a Process Industry. International Journal of Engineering Trends and Technology (IJETT), 28(3):150-156. [10] Liker, J.K., & Meir, D. 2006. The Toyota Way Fieldbook: Panduan Untuk Mengimplementasikan Model 4P Toyota. Penerbit Erlangga. [11] Borikar, A., Shingare, A. P., Sarnaik, J. R., & Bhusari, A. G. 2014. Implementation of Total Productive Maintenance on Boiler. International Conference on Advances in Engineering & Technology. India: Mechanical, J.D.I.E.T. YAVATMAL/S.G.B.A.U, pp 34-38. [12] Oyedepo, S. O., & Fagbenle, R.O. 2011. A Study of Implementation of Preventive Maintenance Programme in Nigeria Power Industry Egbin Thermal Power Plant, Case Study. Energy and Power Engineering, 3(03): 207-220. [13] Hadidi, L. A., Al-Turki, U. M., & Rahim, M. A. 2012. Joint job scheduling and preventive maintenance on a single machine. International Journal of Operational Research, 13(2): 174-184. [14] Jain, A. K. 2012. An Optimal Preventive Maintenance Strategy for Efficient Operation of Boilers in Industry. International Institute for Science, Technology and Education, 2(4): 1-3. [15] Anonymous. 1996. Safety Procedures For Operation of Williams Equipment. Unpublished manuscript, Williams Patent Crusher & Pulverizer Co., Inc., ST. Louis, Missouri. Usulan pengurangan (Budiharjo, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 207