TEORI PERKEMBANGAN ANAK. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

dokumen-dokumen yang mirip
D LAM PENDI D D I I D K I A K N

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum 2. Psikologi Sosial. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Pemahaman Etika Secara Umum

PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK (USIA 2 12 / 13 TAHUN)

MAKALAH TEORI KOGNITIF PIAGET DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dinamika Pelanggaran Hukum

D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception )

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual. Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Perkembangan Kognitif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta

K O N S T I T U S I. A. Pengertian Konstitusi

Keselamatan kerja dan Kesehatan lingkungan 1

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi

SURAT PERJANJIAN KERJA

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual

Nomor induk pegawai (NIP) diberikan kepada setiap Pegawai Negeri Sipil termasuk calon Pegawai Negeri Sipil.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

RPP PPKn Kurikulum 2013 Kelas VII

Disiplin dan Tanggung Jawab. Aat Agustini, MKM

UCAPAN TERIMA KASIH...

MORALITAS SEBAGAI PEMAHAMAN SOSIAL DAN PENALARAN MORAL PADA ANAK USIA DINI

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

PENGGUNAAN ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN CAPSA SUSUN

I. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh berkembang secara harmonis dan optimal sehingga mampu. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.

Artikel keperawatan sebagai ilmu

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

4. Mediasi, adalah upaya penyelesaian perkara secara damai melalui juru damai/penengah yang dilakukan di luar persidangan.

PSAK NO. 30 AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA BAB I : PENDAHULUAN. Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

Tabel Reliabilitas Instrumen Pola Asuh Otoriter. Keterangan Item

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. biasanya seseorang menjadi mahasiswa pada kisaran usia tahun. Menurut

DAFTAR ISI PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN STRATEGI BISNIS. Referensi pemikiran Drucker dan implementasinya. kemampuan melihat peluang lainnya

Manajemen Proyek. Manajemen

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK PERKARA No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. TENTANG PENGANGKATAN ANAK

PERATURAN DAN TATA TERTIB RUMAH KOS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Kebijakan tentang Benturan Kepentingan dan Benturan Komitmen

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cecep Eggy Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

I. PENDAHULUAN. bangsa, namun pada jaman globalisasi seperti sekarang ini terdapat banyak faktor

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

Norma Dalam Kehidupan Masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

PENDAHULUAN. Data dan Informasi. Sistem Informasi. Komponen sistem informasi. Basis data

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Perkara Permohonan, yang diajukan oleh : 1. S U B A R I,Umur 49 tahun,pekerjaan Karyawan Swasta ;

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

[Summary] Sistem Informasi Perusahaan Chapter 1 & 2

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

TEORI PERKEMBANGAN ANAK TEORI PERKEMBANGAN ANAK A. Teri Perkembangan Kgnitif menurut Jean Piaget Menurut Piaget, prses belajar seserang akan mengikuti pla dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pla dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seserang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kgnitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kgnitif ini menjadi empat, yaitu : a) Peride Sensrimtr (umur 0-2 tahun) Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan: 1) Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. 2) Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. 3) Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan krdinasi antara penglihatan dan pemaknaan. 4) Sub-tahapan krdinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat bjek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi bjek). 5) Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. 6) Sub-tahapan awal representasi simblik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. Ciri pkk perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain : Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan bjek di sekitarnya. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara. Suka memperhatikan sesuat lebih lama. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya. Memperhatikan bjek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya. b) Tahapan Praperasinal (umur 2-7/8 tahun) Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan bjek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egsentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang rang lain. Anak dapat mengklasifikasikan bjek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preperasinal dan intuitif. Preperasinal (umur 2-4 tahun): Self cunter nya sangat mennjl. Dapat mengklasifikasikan bjek pada tingkat dasar secara tunggal dan menclk. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan. Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), Karakteristik tahap ini adalah : Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategri bjek, tetapi kurang disadarinya. Anak mulai mengetahui hubungan secara lgis terhadap hal-hal yang lebih kmpleks. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide. c) Tahapan Operasinal Knkrit (umur 7/8-11/12 tahun) Prses-prses penting selama tahapan ini adalah: Pengurutan kemampuan untuk mengurutan bjek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Cnthnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan lgika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan) Decentering anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai cnth anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. Reversibility anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. Knservasi memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari bjek atau benda-benda tersebut. Sebagai cnth, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egsentrisme kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang rang lain (bahkan saat rang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai cnth, tunjukkan kmik yang memperlihatkan Siti menyimpan bneka di dalam ktak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan bneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap perasi knkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap bneka itu ada di dalam ktak walau anak itu tahu bahwa bneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci leh Ujang. d) Tahapan Operasinal Frmal (11/12-18 tahun) Ciri pkk perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan lgis dengan menggunakan pla berpikir "kemungkinan". Mdel berpikir ilmiah dengan tipe hiptheticdedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hiptesa. Pada tahap ini kndisi berpikir anak sudah dapat : Bekerja secara efektif dan sistematis. Menganalisis secara kmbinasi. Berpikir secara prprsinal. B. Teri Perkembangan Mral Menurut Laurence Khlberg Tahapan-Tahapan Perkembangan Mral Menurut Laurence Khlberg tahapan perkembangan mral dari Klhlberg dikelmpkkan ke dalam tiga tingkatan: praknvensinal, knvensinal, dan pasca-knvensinal. Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teri perkembangan kgnitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melmpati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih kmprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Tingkat 1 (Pra-Knvensinal) 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman 2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?) Tingkat 2 (Knvensinal) 1. Orientasi keserasian interpersnal dan knfrmitas ( Sikap anak baik) 2. Orientasi tritas dan pemeliharaan aturan ssial ( Mralitas hukum dan aturan) Tingkat 3 (Pasca-Knvensinal)

1. Orientasi kntrak ssial 2. Prinsip etika universal ( Principled cnscience) a. Pra-Knvensinal Tingkat pra-knvensinal dari penalaran mral umumnya ada pada anak-anak, walaupun rang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seserang yang berada dalam tingkat pra-knvensinal menilai mralitas dari suatu tindakan berdasarkan knsekuensinya langsung. Tingkat pra-knvensinal terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan mral, dan murni melihat diri dalam bentuk egsentris. Dalam tahap pertama, individu-individu memfkuskan diri pada knsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai cnth, suatu tindakan dianggap salah secara mral bila rang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang rang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis triterisme. Tahap dua menempati psisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan rang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu. Dalam tahap dua perhatian kepada ranglain tidak didasari leh lyalitas atau faktr yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-knvensinal, berbeda dengan kntrak ssial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara mral. b. Knvensinal Tingkat knvensinal umumnya ada pada serang remaja atau rang dewasa. Orang di tahapan ini menilai mralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat knvensinal terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan mral. Dalam tahap tiga, seserang memasuki masyarakat dan memiliki peran ssial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari rang-rang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencba menjadi serang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai mralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi knsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersnal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hrmat, rasa terimakasih, dan glden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan tritas ada hanya untuk membantu peran ssial yang steretip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; 'mereka bermaksud baik '. Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan knvensi ssial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran mral dalam tahap empat lebih dari

sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seserang bisa melanggar hukum, mungkin rang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seserang melanggar hukum, maka ia salah secara mral, sehingga celaan menjadi faktr yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik. c. Pasca-Knvensinal Tingkatan pasca knvensinal, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan mral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seserang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat hakekat diri mendahului rang lain ini membuat tingkatan pasca-knvensinal sering tertukar dengan perilaku pra-knvensinal. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihrmati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau abslut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kntrak ssial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan ssial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyakbanyaknya rang. Hal tersebut diperleh melalui keputusan mayritas, dan kmprmi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demkratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima. Dalam tahap enam, penalaran mral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan kmitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kntrak ssial dan tidak penting untuk tindakan mral dentis. Keputusan dihasilkan secara kategris dalam cara yang abslut dan bukannya secara hiptetis secara kndisinal. Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seserang saat menjadi rang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama. Tindakan yang diambil adalah hasil knsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seserang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau Khlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seserang yang menggunakannya secara knsisten. Tampaknya rang sukar, kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari mdel Khlberg ini.

C. Cnth Tahap-tahap Perkembangan Mral Tahap 1(Orientasi hukuman dan kepatuhan) Ketika serang siswa harus mematuhi perintah dari gurunya agar tidak mendapatkan hukuman. Serang siswa rajin belajar agar dia bisa menjadi juara kelas. Serang siswa akan rajin belajar agar mendapat nilai bagus dan maksimal karena rang tua menjanjikan sebuah hadiah ketika ia menjadi juara. tahap 2 (Orientasi relativis-intrumental) Anak aktif sesuai anjuran guru agar dipuji. Serang siswa mempunyai sebuah pekerjaan rumah dari gurunya dia meminta kakaknya untuk membantunya dan jika kakak membantunya dia akan membantu kakaknya membersihkan pekerjaan rumah. Tetap melakukan keinginan yang ada pada dirinya walau dilarang leh rang tua karena itu merupakan ptensinya namun tetap menghargai pendapat rang tua cnthnya serang anak mengikuti kegiatan disanggar tari karena itu merupakan ptensinya namun karena dilarang leh rang tua sebab sering pulang larut sehingga dia mngikuti kegiatan tari tesebut namun dia tetap pulang lebih awal. Dalam melakukan atau memberikan sesuatu kepada rang lain, bukan rasa terima kasih atau sebagai curahan kasih sayang, tetapi bersifat pamrih. Cnthnya kegiatan jual beli. Tahap 3 (Orientasi kesepakatan antara pribadi atau Orientasi Anak manis ) Serang anak ikut membantu kerja bakti didesanya agar warga sekitar berpandangan baik padanya. Berperilaku span dan santun kepada yang lebih tua. Serang anak selalu mengutamakan rasa kebersamaan dengan sahabat baiknya jika sahabatnya sedih maupun senang terkesan dengan sahabat sejati Agar anak dikatakan sebagai anak yang baik, maka anak mengambil standar mral yang diberlakukan leh rang tuanya. Seperti bangun lebih awal ketika hari libur untuk membantu pekerjaan rumah sang ibu. Selalu ramah kepada para tetangga untuk lebih menjalin rasa persaudaraan seperti sering mengantarkan makanan, mengunjungi rumahnya.dll Tahap 4 (Orientasi hukum dan aturan) Dalam ketertiban lalu lintas dianjurkan menggunakan helm SNI dan membawa SIM untuk ketertiban bersama.

Serang siswa harus mematuhi tata tertib diseklah. Cnth : memakai seragam lengkap dalam upacara bendera. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban dilingkungan serang yang berkunjung lebih dari 24 jam atau menginap wajib untuk melapr pada RT atau RW setempat. Tertib dalam administrasi yang menyangkut kepentingan bersama. Cnthnya membayar pajak, lisrik dan tagihan lain tepat waktu. Tahap 5 (Orientasi kntrak ssial legalistis) Serang warga aktif dalam mengikuti kegiatan siskamling dengan harapan lingkungan yang dia tinggali aman, nyaman dan tentram. Serang mahasiswa mengerjakan tugas dari dsen selain untuk memenuhi kewajibannya sebagai mahasiswa dia juga berharap untuk dapat memperleh hasil study yang bagus. Ikut bergtng ryng dilingkungan desa cnthnya ketika serang warga mempunyai hajat dia turut membantu dengan harapan jika suatu saat dia membutuhkan maka warga yang lain akan turut membantu. Tahap 6 (Orientasi Prinsip Etika Universal) Serang suami yang tidak mempunyai uang bleh jadi dia akan mencuri untuk membeli bat untuk keselamatan nyawa istrinya dengan keyakinan menyelematkan kehidupan seserang merupakan kewajiban mral yang lebih tinggi dari pada mencuri. Dalam sebuah diskusi untuk mencapai musyawarah mufakat kita senantiasa menghrmati pendapat rang lain walaupun bertentangan dengan hatinurani kita. Serang hakim harus yang memberikan vnis kepada suatu perkara sesuai ketentuan hukum walaupun bertentangan dengan hati nuraninya. Ketika mendapatkan tugas mendadak diskusi dengan lawan jenis dan tugas itu harus dikumpulkan keeskan harinya, dan kita mengerjakan bersama hingga larut malam niat kita baik untuk mengerjakan tugas namun dimata masyarakat itu pasti dinilai kurang baik.