BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Hakikat Belajar Hasil Belajar

PENDAHULUAN. Jurusan Fisika FMIPA UNNES Jl. Raya Sekaran, Gunungpati Semarang. Masykur, dkk., Penerapan Metode SQ3R Dalam Pemb 73

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat di pisahkan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan untuk mewujudkan diri menjadi manusia yang

BAB III METODE PENELITIAN

Sugiyono 37 PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review)

BAB II KAJIAN TEORI. tujuan-tujuan dalam pembelajaran tercapai. digunakan, makin efektif pula pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamaludin Gumilar, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) mempunyai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan di sekolah memiliki tiga variabel yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga

Upaya Meningkatkan Motivasi Membaca Melalui Layanan Bimbingan Belajar Teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pada Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tarmizi, Upaya Meningkatkan Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, oleh karena itu pendidikan perlu dikaji secara baik. Menurut

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita dan kesuksesan dalam belajar. Clouder (Rüştü Yeşil, 2013: 2)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Bahasa Indonesia Pembelajaran Bahasa Indonesia Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. di sekolah. Belajar adalah proses yang sangat manusiawi dan memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berhubungan dengan dua macam variabel, yaitu variabel bebas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PQ4R

BAB I PENDAHULUAN. pula pembelajaran bahasa-bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata kunci: hasil belajar, penggunaan huruf, Think Pair Share

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Taofik, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelulusan siswa. tentunya sangat penting untuk dikuasai. Saat ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan matematika. Matematika mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu. komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada

BAB I PENDAHULAUN. Dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada tantangan-tantangan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membaca sangat diperlukan setiap orang agar ia dapat mentransfer semua ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang akan

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Fanovita Mulyani, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN. MELALUI METODE SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) PADA

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Teknik Pembelajaran SQ3R Metode SQ3R adalah metode membaca untuk memahami dan menguasai isi bacaan dengan langkah-langkah: mensurvai isi (Survey: S), mengajukan pertanyaan yang dapat membimbing dalam kegiatan membaca (Question: Q), membaca isi (Read: R1), menceritakan isi bacaan dengan kata-kata sendiri (Recite: R2), meninjau kembali isi bahan bacaan, apakah yang ceritakan dengan kata-kata sendir tersebut sesuai dengan isi yang sebenarnya atau tidak (Review: R3) yang dimaksud dengan metode SQ3R dalam penelitian ini adalah metode membaca pemahaman yang terdiri atas lima tahapan proses membaca, yaitu: Survey (melakukan peninjauan terhadap teks bacaan), Question (membuat pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks bacaan yang telah ditinjau), Read (membaca teks), Recite (menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri), Review (meninjau kembali isi bacaan untuk menentukan apakah yang diceritakan dengan kata-kata sendiri itu sesuai dengan isi yang sebenarnya atau tidak) (Pariyal, 2012: 19). Strategi SQ3R memberi kemungkinan kepada para siswa untuk belajar secara sistematis, efektif, dan efisien dalam menghadapi berbagai materi ajar. Strategi ini lebih efisien digunakan untuk belajar karena siswa dapat berulang-ulang mempelajari materi ajar dari tahap meneliti bacaan atau materi ajar (Survey), bertanya (Question), membaca atau mempelajari (Read), menceritakan atau menuliskan kembali (Recite), dan meninjau ulang (Review) (Pujawan, 2005:347). Strategi belajar SQ3R ( Survey, Question, Read, Recite, Review) merupakan penimbul pertanyaan dan tanya jawab yang dapat mendorong pembaca teks melakukan pengolahan materi secara mendalam dan luas. Strategi SQ3R yang dicetuskan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941 dipandang dapat meningkatkan kinerja memori dalam memahami substansi teks dan bahan bacaan dalam suatu bidang pengetahuan. (Muchlisin, 2013). 5

6 Menurut Burns (Karwapi, 2012: 8) metode SQ3R pada tahap awal lebih efektif dilakukan secara kelompok kecil supaya murid dapat menyusun pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan tepat dan cepat. Melalui kerja kelompok, murid saling bekerja sama dan saling membantu sehingga tidak terasa sulit menyusun dan menjawab pertanyaan dengan tepat. Dengan demikian, tahap kegiatan seperti meringkas bacaan, menceritakan kembali, memberi pertanyaan alternative dan apresiatif. Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe SQ3R ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Langkah-langkah metode pembelajaran SQ3R adalah sebagai berikut: 1. Survey (Memeriksa dan Meneliti) Langkah pertama, dalam melakukan aktivitas survey, guru perlu membantu dan mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya adalah agar siswa mengetahui panjangnya teks, judul bagian (heading) dan judul subbagian (subheading), istilah dan kata kunci, dan sebagainya. Dalam melakukan survey, siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna kuning, hijau, dan warna lainnya) seperti stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting dan akan dijadikan bahan pertanyaan, perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah selanjutnya. 2. Question (Bertanya) Langkah ke dua, guru sebaiknya memberi petunjuk atau contoh kepada para siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagianbagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada panjang pendeknya teks, dan kemampuan siswa dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari siswa berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin mereka hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan siswa tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.

7 3. Read (Membaca) Langkah ketiga, guru sebaiknya menyuruh siswa untuk membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan tadi. 4. Recite (mengomunikasikan setiap jawaban yang telah di temukan) Langkah keempat, sebaiknya guru menyuruh menyebutkan lagi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Siswa dilatih untuk tidak membuka catatan jawaban. Jika sebuah pertanyaan tak terjawab, siswa tetap disuruh menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik. 5. Review (Mengulangi) Pada langkah kelima, langkah terakhir (review), guru sebaiknya menyuruh siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. Setiap strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga ketepatan guru dalam memilih strategi pembelajaran sangat diperlukan agar tidak menjadi kendala yang dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Kelebihan metode SQ3R adalah sebagai berikut: 1) Siswa diarahkan untuk terbiasa berpikir terhadap bahan bacaan sehingga siswa menjadi lebih aktif dan terlatih untuk bisa membuat pertanyaan. 2) Siswa berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang mendalami isi bacaan atau teks tersebut. 3) Siswa dapat bekerjasama dalam kelompoknya untuk saling bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian teks.

8 Adapun kekurangan metode pembelajaran SQ3R adalah sebagai berikut: 1) Alokasi waktu yang digunakan untuk memahami sebuah teks dengan metode pembelajaran SQ3R mungkin tidak banyak berbeda dengan mempelajari teks biasa. 2) Siswa sulit dikondisikan (ramai) saat berdiskusi dengan teman sebangkunya dalam mempelajari teks materi pelajaran. Alokasi waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah teks dengan metode pembelajaran SQ3R, mungkin tak banyak berbeda dengan mempelajari teks secara biasa. Akan tetapi, hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan, karena dengan metode ini siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks. (Sumber http://www.referensimakalah.com/2012/11/ model pembelajaransq3r.html.) 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Ari Kunto,2003). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Agus Suprijono, 2012:5). Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2012:6) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sementara, menurut Lindgren (Agus Suprijono, 2012:7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hasil belajar itu tergantung dari proses belajar, karena dengan belajar merupakan pengetahuan yang didapat untuk merubah kelakuan seperti yang dikatakan oleh Hamalik dalam bukunya Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Kata hasil belajar sering disebut prestasi belajar. Prestasi juga berarti kemampuan ketrampilan, sikap, seseorang dalam menyelesaikan sesuatu (Arifin I,1999:78). Travers (Agus Suprijono, 2012:2) memaparkan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Sedangkan menurut Morgan (dalam Agus

9 Suprijono, 2012:3) Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Gagne (Agus Sprijono,2012:2) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Dari uraian di atas jelas bahwa hasil belajar adalah kemampuan serta perubahan tingkah laku yang dicapai setelah proses belajar mengajar dengan adanya usaha, meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. 2.1.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia Salah satu tujuan utama pengajaran bahasa adalah mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Agar interaksi dapat bermakna bagi siswa, perlu didesain secara mendalam program pembelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa Indonesia berarti siswa terampil menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia. Menurut Harjono dan Pirenomulyo (2010:31) menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan sehari-hari. Berbahasa lisan merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari dan dilatih kepada para siswa di sekolah. Bahasa Indonesia diajarkan pada setiap jenjang sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi. Walaupun pengajaran bahasa Indonesia sudah dilaksanakan secara ekstensif dalam lembaga pendidikan formal, hasilnya belum memuaskan. Kemampuan berbahasa Indonesia para siswa lulusan SD, SMP, ataupun SMA belum memadai. Berdasarkan kenyataan tersebut dan diperkuat lagi oleh pentingnya bahasa bagi manusia maka wajarlah apabila guru membenahi dan memantapkan kembali pengajaran bahasa Indonesia. Pemantapan pengajaran ini harus berlangsung serempak pada setiap jenjang pendidikan pengajaran bahasa harus menghasilkan siswa-siswa yang terampil menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Terampil berbahasa bermakna terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia.

10 Pengajaran bahasa di SD memiliki nilai strategis. Pada jenjang inilah pertama kalinya pengajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk menanamkan tiga hal. Pertama, guru dapat menanamkan pengetahuan dasar bahasa Indonesia. Kedua, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai, dan bangga akan bahasa Indonesia pada diri siswanya. Ketiga, guru dapat meningkatkan keterampilan berbahasa para siswa-siswanya. Siswa yang sudah dibekali dengan landasan yang kuat mengenai pengetahuan sikap positif terhadap pengajaran bahasa Indonesia, dan keterampilan berbahasa yang bersangkutan akan lebih mudah menyelesaikan studinya. 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1 Pujawan, I. G. N. (2005). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode SQ3R dalam Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. Dari hasil analisis data diperoleh, bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 12,44 yang tergolong cukup aktif. Selanjutnya, rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus II dan siklus III berturut-turut sebesar 15,10 dan 17,62 yang keduanya tergolong aktif. Dari hasil analisis data prestasi belajar siswa diperoleh bahwa, skor rata-rata kelas sebesar 6,26 dengan daya serap 62,6 % dan ketuntasan belajar 48,72 % pada siklus I, skor rata-rata kelas sebesar 7,15 dengan daya serap 71,5 % dan ketuntasan belajar 74,36 % pada siklus II, dan pada siklus III diperoleh skor rata-rata kelas sebesar 7,73 dengan daya serap 77,3 % dan ketuntasan belajar 92,31 %. Berdasarkan hasil di atas, secara keseluruhan penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian semua kriteria keberhasilan yang ditetapkan telah terpenuhi. Diyakini bahwa keberhasilan ini merupakan dampak postitif dari model pembelajaran yang diimplementasikan. 2.2.2 Karwapi (2012), dalam penelitianya yang berjudul Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Penggunaan Pembelajaran Metode survey, question, read, recall, review (SQ3R) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri No.06 Buttue Kabupaten Barru. Hasil analisis tes kemampuan membaca pemahaman siswa

11 pada siklus I menunjukkan bahwa dari 17 siswa kelas IV yang memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak 8 orang sekitar 45%. Hasil belajar tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75%. Peningkatan hasil belajar siswa dari 56,44% siklus I meningkat menjadi 66,11% siklus II ini, di mana siswa yang mencapai nilai 70 ke atas sudah 13 orang meningkat dari 5 orang pada siklus I. Namun hasil yang diperoleh tersebut belum mencapai target yang direncanakan yaitu 75% siswa yang mencapai nilai 70 ke atas. Hasil belajar siswa membaca pemahaman pada siklus III mencapai rata-rata kelas 81,12 dengan ketuntasan belajar 100%. Berdasarkan hasil analisis diatas penerapan model SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan. 2.3 Kerangka Berfikir Pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN Wanar 01 selama ini menggunakan metode kurang sesuai. Dari metode yang kurang sesuai tersebut berdampak pada pembelajaran yang kurang aktif sehingga hasil belajar Bahasa Indonesia rendah yaitu hanya 6 siswa yang mencapai ketuntasa dari 15 siswa. Berawal dari pemilihan metode yang kurang sesuai tersebut peneliti berpikir melakukan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan mengunakan metode pembelajaran SQ3R. Metode pembelajaran SQ3R di pandang peneliti sesuai jika diterapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia karena dengan menggunakan metode SQ3R siswa dapat berulang-ulang mempelajari materi ajar dari tahap : meneliti bacaan atau materi ajar (Survey), bertanya (Question), membaca/mempelajari (Read), menceritakan/menuliskan kembali (Recite) dan meninjau ulang (Review). Siswa dibagi menjadi kelompok kecil agar dapat menyusun pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan tepat dan cepat. Melalui kerja kelompok, siswa saling bekerja sama dan saling membantu sehingga tidak terasa sulit menyusun dan menjawab pertanyaan dengan tepat. Pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R lebih produktif karena siswa terlibat aktif secara mental yang merupakan kunci belajar yang efektif Fisher (dalam Pujawan, I. G. N. 2005). Dengan menerapkan langkah-langkah metode SQ3R secara berulang-ulang, yaitu dari langkah Survey, Question, Read, Recite, dan Review, siswa akan lebih memahami materi ajar

12 yang dibahas, sehingga dengan memahami materi tersebut akan dapat menumbuhkembangkan motivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat, mengajukan pertanyaan serta menyimpulkan yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajar mereka. Jadi, dengan penerapan metode SQ3R diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas V semester I SD Negeri Wanar 01 Kecamatan Tersono Kabupaten Batang. Siswa dapat bertukar pendapat dalam memahami isi bacaan Siswa terbiasa berfikir kritis terhadap bahan bacaan Tingkat pemahaman siswa lebih mendalam Metode SQ3R Siswa dapat menemukan ide pokok dan mengingat lebih lama Melatih pikiran untuk berkonsentrasi dan mengingat bacaan Hasil belajar Bahasa Indonesia meningkat dengan menerapkan metode SQ3R Gambar 2.1 Kerangka Pikir

13 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jadi dugaan tersebut perlu dilakukan tindakan perbaikan. Dugaan sementara dari peneliti mengenai hasil penelitian tersebut menjadi target peneliti dalam mengukur tingkat keberhasilan penelitian tersebut. Berdasarkan kajian teori, hasil-hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir dalam penelitian ini, diduga dengan penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri Wanar 01 Kecamatan Tersono Kabupaten Batang.