BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kontribusinya pada aspek perekonomian, sosial kemasyarakatan, maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. secara fisik saja tetapi juga kebutuhan non fisik. Seiring berjalannya waktu

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan melalui air dan lingkungan. Saat ini masih banyak warga di seluruh

: [i] adanya inginan untuk meningkatkan kondisi air minum

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia. Air sangat dibutuhkan dalam segenap aspek kehidupan manusia. Fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU

30 DIMANA DILAKSANAKAN? 3 SAMBUTAN DAN KATA PENGANTAR 6 HIDUP SEHAT DAN SEJAHTERA DENGAN AIR MINUM DAN SANI- TASI BERKUALITAS

I. PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Anakanak

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

Kelompok seperti inilah yang menjadi target grup program Pamsimas

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Trend kesehatan global dewasa ini tidak lagi berfokus pada upaya kuratif

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2.3. Keberlanjutan Program Konsep Keberlanjutan (Sustainability) Partisipasi Masyarakat

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Buku Putih Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

BAB V Area Beresiko Sanitasi

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO-UNICEF dalam joint monitoring 2004, perihal kinerja sektor Air Minum dan Sanitasi.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

PROPOSAL KERJASAMA CSR dan SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

REKAPITULASI KERANGKA LOGIS KABUPATEN SUKOHARJO. Program. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. air sudah menjadi komoditi ekonomi. Sesuai dengan Undang-undang nomor 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. a. Sikap partisipasi aktif berpengaruh signifikan terhadap intensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan wilayah. Apabila dikaitkan dengan fungsinya ketika berada di dalam suatu sistem ruang dan kegiatan, infrastruktur memiliki peran penting terhadap perubahan kemakmuran wilayah dan kesejahteraan masyarakat. Terutama dalam kontribusinya pada aspek perekonomian, sosial kemasyarakatan, maupun kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi sebagai kebutuhan mutlak kehidupan. Keberadaannya berperan besar dalam mewujudkan kesehatan masyarakat masih terkendala pada keterbatasan pelayanan infrastruktur (ketersediaan sarana, jangkauan pelayanan, pengelolaan). Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka perwujudan dari tujuan ke-tujuh dari Millenium Development Goals (MDG s) yakni memastikan kelestarian lingkungan, serta target MDG s ke-sepuluh (mengurangi hingga setengahnya porsi masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap air minum aman dan sanitasi dasar) di tahun 2015 (UNDP, 2004). Sebagaimana diinformasikan Dirjen Cipta Karya (2013) bahwa cakupan implementasi MDG s Indonesia masih dibawah Malaysia, Kamboja dan Filipina. Hingga tahun 2012 cakupan air bersih di Indonesia mencapai 57% dan sanitasi mencapai 58%. Cakupan tersebut ditargetkan pada tahun 2015 meningkat menjadi masing-masing 68%. 1

2 Pamsimas merupakan kelanjutan dari program sebelumnya yakni Water Supply and Sanitation for Low Income Communities Project (WSSLIC), bahkan pada tahun 2014 direncanakan Pamsimas Jilid II sebagai keberlanjutan program. Sebagaimana disebutkan dalam Juknis Pelaksanaan Pamsimas (2012) program Pamsimas memiliki tujuan a) meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat, b) meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi yang berkelanjutan, c) meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, d) meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Sasaran Pamsimas adalah desa-desa dengan indeks kemiskinan tinggi, akses air minum dan sanitasi rendah, angka penyakit akibat kualitas air yang buruk tinggi, belum pernah mendapatkan proyek sejenis, dan bersedia menyediakan dana incash 4% dan inkind 16%. Di Kabupaten Balangan sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 sebanyak 71 desa menjadi desa sasaran Pamsimas (Bappeda, 2012). Program Pamsimas di Kabupaten Balangan menjadi program yang sangat penting karena dilatarbelakangi oleh sebanyak 22,36% penduduk Kabupaten Balangan belum mengakses air bersih, dan sebanyak 30,23% penduduk Kabupaten Balangan belum mengakses jamban sehat. Sekian prosentase penduduk yang belum terlayani tersebutlah yang menjadi sasaran program Pamsimas.

3 Indikator untuk melihat perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat sebagaimana dijelaskan Antiningsih (2013) meliputi a) meningkatnya perilaku CTPS, b) meningkatnya perilaku BAB di tempat tertutup, c) penggunaan air bersih, d) meningkatnya kepemilikan jamban. Pembangunan sarana air bersih, dan sanitasi di sekolah dari program Pamsimas sudah terealisasi 100%. Dari 71 desa sasaran Program Pamsimas, pada akhir program Pamsimas terjadi penambahan akses jamban sebesar 11,25% (5.062 jiwa) dari sebelum program Pamsimas 53,55% menjadi 64,79% jiwa di tahun 2012. 29,57% atau 21 desa dari 71 desa sasaran berhasil mencapai 80% stop BAB s/ ODF (open defecation free), bahkan 5 desa bisa berprestasi 100% ODF. Contoh desa dengan persentase capaian ODF rendah adalah Desa Binuang Santang (4,19%), Uren (14,75%), Desa Dayak Pitap (8,50%), Desa Jimamun (28,42%) (DMAC HH, 2013). Capaian CTPS meningkat dari sebelum program Pamsimas sebanyak 8 dusun (11.531 jiwa) menjadi 89 dusun (30.050 jiwa) atau 42,92% mengadopsi cuci tangan pakai sabun. Beberapa permasalahan yang menyebabkan sulitnya mencapai indikator Pamsimas adalah kondisi geografis yakni kendala sulit berubahnya perilaku menggunakan air bersih dan sanitasi pada masyarakat yang bermukim dekat sungai, sosial masyarakat terpola meminta bantuan karena terbiasa memperoleh bantuan dari perusahaan tambang batubara dan enggan menggunakan jamban komunal/ bersama, namun tidak mampu membangun sendiri; belum ada peraturan yang mengatur perilaku BAB sembarangan; orientasi pendamping/ fasilitator masih pada fisik terbangun, organisasi pengelola, dan keberfungsian sarana belum pada perubahan perilaku masyarakatnya (DMAC-HH, 2013).

4 Keberlanjutan Program Pamsimas dilihat dari indikator keberfungsian sarana air bersih dan sanitasi, berfungsinya kelembagaan dengan keaktifan iuran pemeliharaan serta optimalnya peran Badan Pengelola Sarana Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS). Data laporan tahunan Pamsimas Balangan (2008-2011) menyebutkan dari 54 desa, sarana air bersih di 9 desa (16,67%) tidak berfungsi, dan pada 31 desa (57,41%) berfungsi sebagian. Adapun untuk iuran Pamsimas 34 desa tidak aktif lagi iuran dan administrasi pembukuan (62,96%), walaupun kelembagaan vakum namun tetap terkelola dengan sistem iuran swadaya oleh himpunan/ kelompok pengguna sarana. Stimulus program Pamsimas berupa kegiatan sosialisasi, promosi kesehatan, dan pendampingan intensif yang dilakukan oleh fasilitator akan mempengaruhi faktor perilaku (persepsi, pengetahuan, motivasi, niat dan sikap) masyarakat. Persepsi dan pengetahuan terhadap inovasi praktek hidup bersih dan sehat terbentuk setelah tahap difusi/ penyebaran berupa pengenalan inovasi dan persuasi untuk kemudian membuat keputusan mengadopsi atau menolak inovasi tersebut. Difusi inovasi praktik hidup bersih dan tidak terlepas dari adanya komunikasi yang giat dari sumber (pihak yang ingin melakukan perubahan perilaku) lewat peran agen perubahan kepada masyarakat melalui tatap muka (saluran komunikasi) kepada masyarakat sasaran untuk kemudian memutuskan mengadopsi dan mempertahankannya. Variabel-variabel diidentifikasi berhubungan dengan perubahan perilaku masyarakat disimpulkan dari teori perilaku kesehatan (Notoadmodjo, 2010) dan teori adopsi inovasi (Rogers, 2983). Penelitian adopsi inovasi produk padi sawah,

5 Putra (2012) menyimpulkan bahwa faktor motivasi, sikap dan peran agen perubahan berpengaruh signifikan terhadap adopsi inovasi. Braganca (2011) pada penelitian adopsi farmer field school faktor motivasi, partisipasi mempengaruhi tingkat adopsi. Sugandini (2012) pada disertasi tentang adopsi tabung gas LPG menyimpulkan bahwa sikap mempengaruhi niat menunda, sedangkan niat sendiri dipengaruhi oleh persepsi inovasi dan pengetahuan subyektif. Variabel adopsi inovasi meliputi agen perubahan, tipe keputusan, sistem sosial, karakteristik inovasi, saluran komunikasi, sistem sosial dan tipe adopter (Rogers, 1983). Sebagaimana penelitian Zuhita (2011) bahwa peran agen perubahan berhubungan nyata dengan adopsi inovasi. Sosial ekonomi merupakan faktor berpengaruh pula, dalam penelitian (Rogers, 1983; Putra, 2012; Braganca 2011; Andayuni 2009) menyebutkan faktor usia, pendidikan, modal, dan interaksi berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Tidak semua penelitian menyatakan karakteristik inovasi berpengaruh langsung pada adopsi (Sugandini 2012), bahwa karakteristik inovasi mempengaruhi modal sosial dan sikap. Penelitian (Zuhita, 2011; Andayuni, 2009) menyebutkan karakteristik inovasi berpengaruh signifikan pada adopsi inovasi. Mendasarkan pada teori dan penelitian terdahulu maka penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan, motivasi, sikap, persepsi inovasi dan peran agen perubahan terhadap adopsi praktik hidup bersih dan sehat masyarakat. Mengadopsi inovasi Pamsimas artinya menerapkan dan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku kesehatan menurut Green dalam Notoadmodjo (2010) ditentukan oleh individu (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,

6 tradisi, dan norma sosial), ketersediaan sarana dan prasarana, dan sikap petugas kesehatan. Variabel yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat adalah menurut penelitian Zainuddin (2008) adalah sikap dan strategi komunikasi. Timisela (2007) dalam penelitian PHBS di Dinas Kesehatan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi PHBS adalah pengalaman, dan tingkat pendidikan. Sedangkan Effendy (2008) menjelaskan bahwa dalam tataran rumah tangga di Kabupaten Lombok Tengah PHBS berhubungan dengan kemiskinan dan tingkat pendidikan kepala keluarga. Penelitian ini tidak sama dengan penelitian tentang Program Pamsimas sebelumnya yakni tentang partisipasi, konflik dan evaluasi program. Penelitian adopsi inovasi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya adalah adopsi inovasi teknologi, dan produk/ barang, belum pernah ada tentang inovasi praktik hidup bersih dan sehat. Data sekunder mengatakan bahwa ada peningkatan akses terhadap sarana air bersih dan sanitasi yang seharusnya diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat, hal tersebutlah yang ingin dicek data empirik. Diduga teori adopsi inovasi bisa menjelaskan perubahan perilaku masyarakat pada desa-desa Pamsimas. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan pada program Pamsimas maupun kebijakan lain yang bertujuan perubahan sosial/ perubahan perilaku masyarakat, perlu mempertimbangkan aspek karakteristik sosial ekonomi, psikologi individu, peran agen perubahan, lingkungan atau situasi sosial, dan strategi komunikasi.

7 1.2 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian adalah faktor-faktor apakah yang menjelaskan adopsi inovasi praktik hidup bersih dan sehat terkait program Pamsimas di Desa Halubau dan Jimamun Kabupaten Balangan? Pertanyaan tersebut kemudian dirinci menjadi: 1. Apakah terdapat hubungan antara peran agen perubahan dan karakteristik sosial ekonomi dengan pengetahuan dan motivasi masyarakat? 2. Apakah terdapat hubungan antara persepsi, pengetahuan dan motivasi dengan sikap masyarakat? 3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan peran agen perubahan dengan adopsi inovasi? 4. Apakah terdapat perbedaan adopsi inovasi di Desa Halubau dan Desa Jimamun? 5. Mengapa variabel karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, peran agen perubahan, dan adopsi inovasi saling berhubungan? 1.3 Tujuan dan Lingkup Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktorfaktor yang bisa menjelaskan proses adopsi inovasi perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Halubau dan Jimamun Kabupaten Balangan. Tujuan penelitian secara lebih khusus adalah:

8 1. Mengidentifikasi kondisi karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan, motivasi, sikap masyarakat, persepsi terhadap inovasi, dan peran agen perubahan. 2. Menganalisis hubungan antara peran agen perubahan dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat dengan pengetahuan dan motivasi terhadap inovasi. 3. Menganalisis hubungan antara persepsi inovasi, pengetahuan, dan motivasi terhadap sikap masyarakat. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan peran agen perubahan dengan adopsi inovasi. 5. Menguji perbedaan adopsi inovasi di Desa Halubau dan Desa Jimamun. 6. Mengindentifikasi penyebab adanya hubungan antara variabel karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, dan peran agen perubahan dengan adopsi inovasi Program Pamsimas. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah dapat memberikan sumbangsih dalam teori perubahan perilaku dikaitkan dengan komunikasi sebuah inovasi (adopsi inovasi Program Pamsimas oleh masyarakat desa). Sedangkan manfaat praktis meliputi : a. Bagi pemerintah, selaku pihak yang merancang perubahan perilaku masyarakat bisa memberikan kontribusi agar dalam penyusunan program pembangunan yang bertujuan merubah perilaku, lebih diperhatikan aspek

9 karakteristik sosial masyarakat, aspek individu/ penerima manfaat program dan aspek komunikasi inovasi. Hubungan yang terjadi antar variabel menunjukkan variabel yang perlu mendapatkan prioritas dan mendekatan khusus pada tahap perencanaan, implementasi dan pasca Program Pamsimas. b. Bagi masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Balangan sebagai penerima manfaat Program Pamsimas. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pengetahuan tentang komunikasi program pada masyarakat perdesaan, dan membuka kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai ukuran outcome dari Program Pamsimas, perpanjangan aspirasi masyarakat, dan pola kerja pemerintah terkait Program Pamsimas. c. Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dengan pembuktian proses adopsi inovasi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat Program Pamsimas. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Faktor-Faktor Adopsi Inovasi Program Pamsimas Desa Halubau dan Jimamun Kabupaten Balangan ini asli dan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian tentang Program Pamsimas yang sudah pernah dilakukan membahas mengenai partisipasi masyarakat terhadap Program Pamsimas, konflik terkait Program Pamsimas dan evaluasi Program Pamsimas. Studi menggunakan teori adopsi inovasi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya adalah adopsi inovasi teknik budidya pertanian padi, adopsi inovasi teknologi informasi, adopsi inovasi program konversi tabung gas untuk masyarakat miskin, dan adopsi inovasi

10 bidang kesehatan yakni bina keluarga balita. Adapun penelitian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga sudah banyak dilakukan terutama tentang pengaruh faktor-faktor PHBS. Lebih jelasnya mengenai gambaran penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan terkait tema penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Tentang Program Pamsimas, Adopsi Inovasi, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat No Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil 1. Evaluasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Desa Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar (Sri Antiningsih, 2013) 2. Pengaruh Peran Penyuluh dan Kearifan Lokal Terhadap Adopsi Inovasi Padi Sawah di Kecamatan Montasik Aceh Besar (Adrian Wira Syah Putra, 2012) 3. Karakteristik Inovasi, Pengetahuan konsumen, kecukupan informasi, persepsi resiko dan kelangkaan dalam penundaan adopsi inovasi pada masyarakat miskin (Dyah Sugandini, 2012) 4. Pengaruh Karakteristik Inovasi dan Sistem Sosial terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga 1. Mengukur tingkat efektifitas program Pamsimas di Desa Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar 2. Mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi efektifitas program pamsimas di Desa Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar 1. Mengetahui peran penyuluh, kearifan lokal, sosial ekonomi terhadap proses adopsi inovasi padi sawah 2. Mengetahui sinergi antara kearifan lokal dan kegiatan penyuluh terhadap adopsi inovasi Menguji model yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penundaan suatu produk inovasi yakni LPG ada masyarakat miskin target konversi energi Menganalisis pengaruh karakteristik inovasi, dan sistem sosial serta agen perubahan terhadap Metode penelitian yang digunakan adalah deduktif kuantitatif. Jenis evaluasi yang dilakukan adalah one-project before and after Deskriptif kuantitatif didukung kualitatif Deduktif kuantitatif. Metode survei Survei dengan tipe eksplanatory 1. Outcome Pamsimas di Desa Kragan tercapai yakni PHBS dan peningkatan derajat kesehatan 2. Outcome tercapai atas dukungan ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi, promosi kesehatan dan peran kader kesehatan. 3. Letak geografis menjadi faktor penghambat dalam Pembentukan PHBS karena kebiasaan masyarakat mencuci di sungai 4. PHBS dibentuk dengan adanya pembiasaan PHBS, penanaman pengertian dan adanya model yang diteladani 1. Peran penyuluh, motivasi dan sikap mempengaruhi proses adopsi inovasi padi sawah 2. Faktor kearifan lokal, partisipasi, luas lahan dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap adopsi inovasi padi sawah 1. Model penundaan adopsi bisa diterima. Niat menunda dipengaruhi oleh sikap menunda, persepsi kelangkaan, persepsi resiko ekonomis, dan persepsi resiko fungsional 2. Sikap menunda dipengaruhi oleh persepsi keunggulan relatif, persepsi kesesuaian, persepsi kerumitan, persepsi keterlihatan, pengetahuan subyektif, dan persepsi kecukupan informasi Karakteristik inovasi yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi program BKB adalah keuntungan relatif sedangkan, bersambung..

11 No Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil Balita (BKB) di Kelurahan Kwala Bingai Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat (Hafni Zuhita, 2011) adopsi inovasi program BKB sistem sosial yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi program BKB adalah agen perubahan. Variabel yang dominan pengaruhnya adalah agen perubahan. 5. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Karyawan Dinas Kesehatan Propinsi Papua (Agustinus Timisela, 2007) 6. Pengaruh Persepsi dan Dukungan Sosial terhadap PHBS masyarakat nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai (Sondra Sari, 2009) 7. Pengaruh Faktor Predisposition, Enabling Dan Reinforcing Promkes Hygiene Dan Sanitasi Terhadap PHBS Masyarakat Kecamatan Babussalam Kab Aceh Tenggara (Zainuddin, 2009) Sumber : Penulis, 2013 Mengkaji keterkaitan antara karakteristik karyawan, paparan penyuluhan, pengetahuan dan sikap terhadap pelaksanan PHBS di lingkungan kantor 1. Menganalisis pengaruh persepsid dan dukungan sosial terhadap PHBS masyarakat nelayan 2. Menganalisis besar pengaruh persepsi dan dukungan sosial pada masyarakat nelayan dalam melaksanakan PHBS Menganalisis pengaruh faktor predisposition, enabling dan reinforcing terhadap PHBS Observational dengan rancangan crosssectional. Analisis korelasi dengan regresi logistic. Penelitian survei dengan pendekatan explanatory research Metode analitik dengan rancangan cross sectional 1. Tingkat pendidikan, jenis kelamin, tingkat pengetahuan karyawan memiliki keterkaitan dengan PHBS 2. Sikap dan pengalaman karyawan atas paparan media informasi kesehatan memiliki keterkaitan dengan PHBS 3. Tingkat pendidikan dan sikap karyawan merupakan faktor yang paling dominan memberikan pengaruh terhadap PHBS Persepsi dan dukungan sosial mempunyai pengaruh signifikan terhadap PHBS dan variabel dukungan sosial merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi PHBS 1. Variabel sikap, ketersediaan sarana prasarana dan informasi/ pelatihan kesehatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap PHBS p<0,05 2. Vaktor yang paling dominan mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana