BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada
|
|
- Erlin Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah di kawasan permukiman tepi laut akibat reklamasi pantai. Kawasan permukiman ini dihuni oleh masyarakat pesisir yang masih tetap mempertahankan pola kehidupannya pada suatu wilayah perairan laut pulau Muna bagian Timur. Kelompok masyarakat ini berprofesi sebagai pelaut atau nelayan, sehingga kelompok tersebut menamai dirinya dengan sebutan sebagai pengembara laut (Baja Ngkalao-lao). Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan beberapa subbab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan penelitian dan kerangka pikir penelitian Latar Belakang Penelitian Tepi laut atau pesisir pantai merupakan ruang yang relatif dominan bagi permukiman perairan di Indonesia. Dari sekian banyak permukiman perairan di Indonesia, salah satu di antaranya adalah permukiman Desa Lagasa, Kecamatan Duruka Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara bagian Indonesia Tengah. Secara geografis Desa Lagasa adalah desa pantai yang terletak + 8 Km dari Ibukota Kabupaten Muna (Raha) Sulawesi Tenggara, dengan tipe iklim tropis basah. Kawasan ini didominasi oleh penduduk yang bermata pencaharian utama sebagai nelayan. Dominasi aktivitas homogen ini, tidak diikuti dengan lingkungan permukiman warga yang berbentuk rumah panggung, setengah panggung dan 1
2 nonpanggung. Kondisi bentuk rumah yang heterogen seperti ini disebabkan oleh adanya reklamasi pantai yang dilakukan oleh pemerintah. Terkait dengan kondisi tersebut, masyarakat Desa Lagasa merupakan masyarakat pesisir (suku bajo) yang hidup mengembara di lautan dan melakukan segala aktivitas serta menghabiskan hidupnya di atas perahu yaitu berlayar mengarungi lautan. Hal ini merupakan suatu kebiasaan yang selalu dijalani oleh warga secara turun temurun sejak beberapa abad yang lalu. Berangkat dari masa lalu, bahwa nenek moyang masyarakat pesisir ini memiliki tempat tinggal di atas perahu (sampan) yang sangat sederhana dengan bentuk atap yang menyerupai rumah dan memiliki fasilitas seadanya. Tempat tinggal tersebut masyarakat menamainya dengan sebutan sapau (rumah perahu). Sapau berfungsi sebagai tempat tinggal dan dijadikan sebagai sarana dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bersama dengan perkembangan waktu dan zaman, masyarakat ini kemudian mulai berpikir untuk menetap dalam suatu hunian (rumah) dengan membentuk suatu permukiman yang mengelompok di perairan laut bagian pesisir pantai. Proses masa perkembangan kawasan permukiman ini tumbuh secara spontan dengan teknis yang praktis dan sederhana serta tidak menghilangkan budaya laut yang mempengaruhi pola hidup warga sampai saat ini. Jika dilihat dari proses terbentuknya permukiman masyarakat pesisir di Desa Lagasa sampai dengan saat ini, tidak lepas dari kondisi geografis dan lingkungan alam kawasan yang di latar belakangi oleh kegiatan keseharian warga sebagai nelayan/pelaut. Meskipun demikian, masyarakat di kawasan ini bukan 2
3 berarti tidak menginginkan perubahan yang bersifat positif pada lingkungan permukimannya. Salah satu bentuk perubahan yang dimaksud adalah seperti penelitiannya (Hikmah, 2005:110) mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan pola hidup masyarakat perairan laut di Desa Lagasa adalah adanya pembangunan jalan yang menghubungkan Ibu Kota Kabupaten Muna dengan Desa Lagasa. Bentuk perubahan tersebut linier dengan perkembangan jaman dan teknologi saat ini, sehingga pada lingkungan permukiman perairan laut di Desa Lagasa tidak ketinggalan dalam mengikuti perkembangan tersebut, baik dari bentuk material bangunan rumah maupun pola permukiman penduduk. (Gallion, 1963 dalam penelitian Pramudya Aditama Vidyabrata, 2002:3) mengatakan bahwa berkembangnya pola struktur sosial, ekonomi dan budaya masyarakat berarti berkembang juga kegiatan fungsional masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan perkembangan dan perubahan fisik suatu lingkungan karena manusia dalam melakukan kegiatan hidup dan penghidupannya akan menuntut kebutuhan ruang. Kondisi lingkungan dan pola hidup yang berubah pada masyarakat tepi laut yang telah diuraikan di atas berkaitan dengan paparan (Rapoport, 1969) yang mengatakan bahwa perubahan merupakan akibat dari proses aktivitas penyesuaian yang dilakukan oleh manusia itu sendiri agar kebutuhannya dapat terpenuhi, akan tetapi ada juga hal-hal yang tidak berubah pada lingkungan fisik permukiman yaitu berupa tradisi atau kebiasaan dari kelompok masyarakat itu sendiri. Pernyataan Amos Rapoport tersebut sejalan dengan pendapat (Sarwono,
4 dalam Syahriana, 2003:3), yang mengatakan bahwa ada dua jenis lingkungan dalam hubungan antara manusia dengan kondisi fisik lingkungannya. Jenis pertama adalah lingkungan yang sudah akrab dengan manusia yang bersangkutan, seperti halnya masyarakat perairan laut yang dikenal dengan masyarakat nelayan yang akrab dengan kehidupan laut, sehingga masyarakat ini tidak bisa terpisahkan dengan laut. Untuk manusia lingkungan yang sudah diakrabinya memberi peluang lebih besar untuk tercapainya keadaan homeostasis (keseimbangan). Dengan demikian, lingkungan jenis ini cenderung dipertahankan. Jenis yang kedua adalah lingkungan yang masih asing, kemungkinan timbul stres lebih besar. Manusia terpaksa melakukan penyesuaian diri atau bahkan meninggalkan lingkungan tersebut. Dalam hubungannya dengan uraian di atas, maka titik berat dalam penelitian ini akan menyoroti tentang bagaimana masyarakat tepi laut dengan menggunakan pengalaman hidupnya melakukan adaptasi-adjustment terhadap tempat tinggalnya di lingkungan permukiman Desa Lagasa pasca reklamasi pantai. namun hal ini, mempunyai interpretasi yang luas sehingga membutuhkan penekanan yang tegas dalam penjabaran masalahnya, yakni menguraikan bagaimana konsep masyarakat perairan laut dalam mempertahankan unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah tinggal masyarakat Desa Lagasa pasca reklamasi pantai. Dengan demikian akan memberikan suatu pemahaman dan pengetahuan mengenai unsur arsitektur yang unik pada rumah masyarakat di kawasan permukiman Desa Lagasa, Kecamatan Duruka, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. 4
5 1.2. Perumusan Masalah Rapoport (1969) mengemukakan bahwa rumah adalah merupakan ungkapan daya cipta dan manifestasi beberapa aspek kehidupan baik ritual, kultural, maupun sosial ekonomi. oleh karena itu rumah tidak hanya menunjukkan susunan dari beberapa elemen bahan bangunan, akan tetapi rumah juga dibuat berdasarkan suatu tujuan yang sangat kompleks, sehingga dalam proses pembuatannya selalu diikuti oleh berbagai sistem atau tradisi yang berlaku pada masing-masing komunitas lingkungannya. Kawasan permukiman perairan laut Desa Lagasa pasca reklamasi pantai mengalami perubahan, yaitu letak rumah warga tidak sepenuhnya berada di atas perairan laut, akan tetapi sebagian rumah warga berada di daratan. Perubahan tersebut diikuti oleh kondisi ekonomi, kondisi sosial dan bentuk rumah tinggal warga Desa Lagasa. Meskipun demikian kondisinya, masyarakat perairan laut di kawasan ini masih tetap mempertahankan pola kehidupan tradisional yang merupakan suatu kebiasaan atau tradisi secara turun temurun oleh masyarakat dalam membangun rumah dan memiliki nilai positif yang tidak bisa diabaikan dari kehidupan perairan laut. Oleh karena itu, permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Unsur Arsitektur Yang Dipertahankan Pada Rumah Di Kawasan Permukiman Desa Lagasa Pasca Reklamasi Pantai. Dari permasalahan tersebut, maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Unsur-unsur arsitektur apa saja yang dipertahankan pada rumah masyarakat pesisir pantai di kawasan permukiman Desa Lagasa pasca reklamasi pantai? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi unsur arsitektur tersebut dipertahankan? 5
6 1.3. Tujuan Penelitian Berangkat dari permasalahan yang telah diungkap pada uraian latar belakang, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menemukan dan mengkaji unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah masyarakat pesisir pantai di kawasan permukiman Desa Lagasa pasca reklamasi pantai. 2. Mengidentifikasi dan merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah masyarakat pesisir pantai di kawasan permukiman Desa Lagasa pasca reklamasi pantai Manfaat/Hasil Yang Diharapkan Bagi ilmu pengetahuan hasil penelitian ini untuk memperluas wawasan arsitektur dan dapat dijadikan sebagai inventaris budaya lokal di Kabupaten Muna serta dapat digunakan sebagai dasar penelitian-penelitian lebih lanjut tentang unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah di kawasan permukiman perairan laut yang sejenis. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi penentu kebijakan untuk membangun permukiman tepi laut berdasarkan kapasitas internal masyarakatnya (community based development). Dengan begitu, ketika merencanakan dan merancang permukiman di perairan laut diharapkan mampu mewadahi perkembangan mobilitas penghuninya dan berusaha melestarikan nilainilai arsitektur tradisional yang sesuai dengan tradisi masyarakat perairan laut. 6
7 1.5. Keaslian Penelitian Kawasan permukiman tepi laut Desa Lagasa dipilih sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan pengamatan dan penglihatan penulis, bahwa kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang kondisi permukimannya mengalami perubahan. Kondisi awal permukiman ini sepenuhnya berada di atas air laut, namun karena akibat reklamasi pantai sebagian permukiman ini berada di darat. Meskipun demikian kondisinya, permukiman ini masih tetap berada di tepi laut. Oleh karena itu, tema yang diangkat dalam penelitian ini adalah Rumah Masyarakat Pesisir Pantai Di Kawasan Permukiman Desa Lagasa Pasca Reklamasi Pantai. Diketahui bahwa penelitian mengenai permukiman perairan laut telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, tetapi penelitian yang dilakukan saat ini lebih mengkhusus pada konsep masyarakat perairan laut dalam mempertahankan unsur arsitektur pada rumah di kawasan permukimannya pasca reklamasi pantai, sehingga unit hunian masyarakat di wilayah perairan laut pesisir pantai Desa Lagasa ini tetap memiliki nilai. Hingga penelitian ini dilaksanakan, sepengetahuan penulis belum ada peneliti yang melakukan pengkajian tentang konsep masyarakat terhadap unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah di kawasan permukiman tepi laut Desa Lagasa pasca reklamasi pantai. Meskipun demikian, ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan permukiman perairan laut telah dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya dengan fokus penelitian yang berbeda-beda, baik dalam lingkungan Pascasarjana Teknik Arsitektur UGM maupun di luar lingkungan Pascasarjana UGM, yaitu sebagai berikut: 7
8 1. Hikmah Nilawati Syarifuddin tahun 2005 yaitu fokus meneliti tentang Pengaruh Penataan Ruang Terhadap Perubahan Pola Hidup Masyarakat Pesisir, lokus penelitian yaitu Desa Lagasa Kecamatan Duruka Kabupaten Muna. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pembangunan jalan merubah pola hidup masyarakat pesisir dan melihat bagaimana masyarakat pesisir tersebut dalam menghadapi perubahan pola hidupnya. Metode yang di lakukan oleh peneliti adalah metode survei dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data primer di peroleh dari survei lapangan dan wawancara dengan masyarakat baik yang mengalami perubahan maupun yang tidak. Sedang data sekunder diperoleh dari Instansi pemerintah seperti : Bappeda Kabupaten Muna, Dinas PU Kabupaten Muna dan BPS Kabupaten Muna. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya pembangunan jalan yang menghubungkan Kota Raha dengan Desa Lagasa menyebabkan perubahan pada fisik, sosial, budaya dan ekonomi. 2. Awaluddin Hamzah tahun 2008, fokus penelitiannya adalah respons komunitas nelayan terhadap modernisasi nelayan, dengan lokus penelitian adalah nelayan Suku Bajo di Desa Lagasa Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) hubungan makna laut dan makna pekerjaan nelayan terhadap penerimaan (adopsi) terhadap modernisasi perikanan (2) dampak modernisasi perikanan pada pola kerja nelayan Suku Bajo, struktur sosial nelayan Suku Bajo, serta tingkat kesejahteraan nelayan Suku Bajo. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif yakni pengembangan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan 8
9 pengujian hipotesa, serta analisis hubungan antar variabel untuk uji hipotesa dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modernisasi berupa alih teknologi kapal dan alat tangkap (mini pursein dan pukat cincin) gae diperkenalkan di desa Lagasa tahun , serta menunjukkan bahwa jumlah adopter cenderung lebih banyak untuk Pengadopsi Lambat (PL) dibanding Pengadopsi Cepat (PC) maupun Pengadopsi Sedang (PS). 3. Asniawaty tahun 2000, fokus penelitiannya adalah Pola Spasial Permukiman Desa Pantai Galesong dengan lokus penelitian yaitu Kajian Terhadap Pola Spasial Permukiman Di Desa Pantai Galesong Dan Pengaruh Pembentuknya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk merumuskan: (a) deskripsi bentuk pola spasial yang terdapat di Desa Pantai Galesong, (b) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan bagaimana (c) faktorfaktor tersebut mempengaruhi pola spasial permukiman tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara Pendekatan kualitatif rasionalistis. Penelitian dimulai dengan observasi keseluruhan area desa kemudian menentukan materi penelitian dan batas spasial kelompok-kelompok rumah. Desa pantai Galesong terdapat 6 buah kelompok rumah dan dianalisis. Referensi teori dan kondisi lain memperkuat temuan. Temuan penelitian secara garis besar dapat dibedakan atas; Pertama : Pola spasial kelompok rumah yang terbentuk di desa pantai Galesong terdiri dari: (a) rumah-rumah tumbuh mengelompok membentuk open space-open space dengan komposisi rumah yang tidak rapat dan dipisahkan oleh gang-gang (akses) di antara 9
10 bangunan rumah dan (b) rumah-rumah yang tumbuh secara rapat dan berorientasi ke jalan sebagai akses utama. Kedua : Pola spasial permukiman desa pantai Galesong secara umum adalah kelompok-kelompok rumah membentuk open space desa sebagai space pengikat/penghubung antara kelompok-kelompok rumah yang terdapat di sekelilingnya. Lebih lanjut dalam penelitian ini juga ditemukan : (a) pola proses pertumbuhan kelompok rumah, yaitu rumah bertumbuh secara linier dari Selatan ke Utara (kelompok rumah bagian Selatan Lebih tua daripada kelompok rumah bagian Utara) dan (b) komposisi kelompok rumah, yaitu kelompok rumah semakin mendekati laut semakin tidak teratur (acak) dan demikian pula sebaliknya semakin mendekati infrastruktur komposisi rumah semakin teratur. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan pola-pola tersebut adalah kondisi sosial-budaya dan geografis masyarakat pantai Galesong. 4. Muh. Rizal Ruslin tahun 2005, fokus penelitiannya adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola ruang permukiman nelayan. Lokus penelitiannya yaitu di pulau Lakkang, Sulawesi Selatan. tujuan penelitian ini mengetahui pola ke ruangan dan lingkungan yang ada: hunian, infrastruktur, mengetahui tipe dan bentuk arsitektural di kawasan serta arahan konsep penampilan kawasan hunian tepian sungai di pulau Lakkang yang sesuai. Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan deskripsi untuk membuat gambaran secara sistematis di lapangan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pola interaksi kawasan terdapat tujuh yang dapat memberikan dampak negatif dan positif di kawasan dalam perkembangannya dan pola jaringan jalan 10
11 di kawasan adalah linear, linear konfigurasi dan pola menyebar. Ruang terbuka yang terdapat di kawasan terdapat pada jalan utama, di antara bangunan dan jalan. Bangunan di kawasan berpola linear terhadap jalan dan cluster pada akhir jalan dengan orientasi bangunan pada jalan dan beberapa ruang terbuka. Faktor yang mempengaruhi kawasan adalah kontur, kepemilikan lahan, jalan dan pola aktivitas. 5. Baiq Yulia Kusumayanti tahun 2006, fokus penelitian ini adalah perbandingan partisipasi masyarakat di kampung nelayan tanjung karang dan kampung pedagang babakan dalam pembangunan infrastruktur permukiman kumuh perkotaan kota Mataram. Lokus penelitian ini berada pada kampung nelayan tanjung karang dan kampung pedagang babakan di Kota Mataram. tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi dan bentuk partisipasi spesifik masyarakat dalam pembangunan infrastruktur permukiman kumuh di kampung pedagang dan kampung nelayan Kota Mataram; (2) membandingkan bentuk partisipasi spesifik yang dimiliki oleh masyarakat di kedua kampung tersebut terkait dengan pelaksanaan program Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Kota Mataram. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deduktif kuantitatif komparatif dengan pendekatan positivistik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak (simple random sampling), dengan unit analisis keluarga pedagang dan keluarga nelayan. Jumlah sampel di kampung pedagang Babakan sebanyak 217 unit dari 506 unit populasi dan di kampung nelayan Tanjung Karang sebanyak 165 unit dari 290 unit populasi. Cara memperoleh data 11
12 dengan kuesioner, pengamatan lapangan, dan data dari instansi terkait. Analisis data menggunakan prosedur statistik berupa analisis univariate dan analisis bivariate dengan metode Chi Square (X2) dan Koefisien Korelasi Pearson (r). Temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) terdapat perbedaan karakteristik sosial ekonomi dan bentuk partisipasi masyarakat di kampung pedagang dan di kampung nelayan dalam pembangunan infrastruktur jalan dan drainase; (2) bentuk partisipasi masyarakat kampung pedagang dalam pembangunan infrastruktur jalan dan drainase adalah bentuk uang, sedangkan di kampung nelayan Tanjung Karang adalah bentuk nonuang; (3) faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi bentuk partisipasi masyarakat di kampung pedagang adalah lama pendidikan, lama menempati rumah, dan pengeluaran rata-rata perbulan, sedangkan di kampung nelayan hanya lama menempati rumah. Berdasarkan dari uraian pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini tidak memiliki kesamaan dengan penelitian yang telah ada. Namun keaslian penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk sumber-sumber dan literatur dalam mendukung keberhasilan penelitian Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini difungsikan untuk membantu proses penelitian dalam menelusuri objek yang akan diteliti, sehingga dapat menemukan dan merumuskan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Objek penelitian ini di batasi dalam lingkup kawasan permukiman pesisir pantai Dusun Wabhahara Desa Lagasa, yang meliputi lingkup penelitian 12
13 secara fisik dan nonfisik dalam skala mikro. Peneliti mengambil Dusun Wabhahara sebagai lokus karena dusun ini merupakan dusun yang paling banyak penduduknya di antara dusun-dusun yang ada di Desa Lagasa dan menurut peneliti dusun ini dapat mewakili kawasan permukiman yang ada di Desa Lagasa karena pada prinsipnya rumah-rumah di kawasan tersebut memiliki kesamaan bentuk yaitu rumah yang berbentuk panggung, setengah panggung dan tidak panggung pasca reklamasi pantai. Diketahui rumah di kawasan permukiman ini mengalami perkembangan dengan hadirnya reklamasi pantai, akan tetapi kehadiran reklamasi ini tidak mengubah pola orientasi hidup masyarakat sebagai pelaut. Hal ini linier dengan konsep pengetahuan warga dalam mendirikan tempat tinggal (rumah) yaitu mempertahankan unsur-unsur arsitektur yang memiliki nilai-nilai tradisi dan memiliki hubungan dengan kebiasaan hidup warga. Oleh karena itu dalam penelitian ini di batasi pada unsur-unsur arsitektur yang dipertahankan Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir penelitian digunakan sebagai alur berpikir dalam proses kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Alur pikir tersebut berisikan latar belakang penelitian, sasaran penelitian, pertanyaan penelitian, keaslian penelitian, tujuan penelitian, hasil yang diharapkan atau manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan konseptual penelitian, metode penelitian, cara memperoleh data, cara analisis data, temuan penelitian dan kesimpulan penelitian. Berdasarkan alur pikir yang telah disebutkan di atas, maka hal tersebut dapat dikerangkakan secara rinci seperti terlihat pada gambar 1.1. di bawah ini: 13
14 Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian (Analisis Peneliti, 2013) 14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini fokusnya adalah Pola Permukiman Suku Bajo di Torosiaje Laut, kawasan pemukiman perairan laut. Suku Bajo di Desa Torosiaje Laut lebih tertarik
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv v vi
DAFTAR ISI RINGKASAN... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI... PRAKATA... PENDAHULUAN Latar Belakang... Pertanyaan dan Masalah penelitian... Tujuan dan Kegunaan Penelitian...
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan disampaikan kesimpulan akhir dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan pada Bab V sebagai berikut : Kesimpulan secara umum menggambarkan bagaimana pola spasial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan program kerja pemerintah tentang pembangunan berkelanjutan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kemiskinan dan kesenjangan sosial pada kehidupan nelayan menjadi salah satu perhatian utama bagi kebijakan sektor perikanan. Menurut pemerintah bahwa kemiskinan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang sekaligus memiliki potensi sebagai kota pesisir yang terletak di tepian Laut Jawa. Potensi pesisir tersebut berimplikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki wilayah perairan lebih luas dibanding daratan. Secara fisik luas daratan di Indonesia ± 1,9 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas Laut 3,1 juta km2. Konvensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air telah berabad-abad menjadi sumber kehidupan-memberi pengharapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air telah berabad-abad menjadi sumber kehidupan-memberi pengharapan untuk pengairan, perhubungan, ataupun makanan. Banyak kebudayaan yang tercipta ketika manusia mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total panjang keseluruhan 95.181
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan alur sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kota secara fisik berlangsung dinamis sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan kebutuhan ruangnya.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan belasan ribu pulau besar dan kecil beserta juga dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia (Christanto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan
Lebih terperinciL2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya berupa perairan. Nenek moyang bangsa Indonesia juga pada mulanya bermigrasi dari daratan China Selatan
Lebih terperinciKAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR
KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR Oleh: RINA AFITA SARI L2D 306 021 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAKSI
Lebih terperinciBAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.
Lebih terperinciRESPONS TERHADAP MODERNISASI
RESPONS TERHADAP MODERNISASI Karakteristik Adopter Karakteristik responden penelitian ini meliputi umur, pengalaman usaha, pendapatan, lama pendidikan, dan status sosial. Secara ringkas responden tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai sebuah kota yang terletak pada kawasan pantai utara Jawa memiliki berbagai potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Sesuai dengan Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Pusat Kota merupakan denyut nadi perkembangan suatu wilayah karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat Kota mengalami kecenderungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Substansi yang diteliti dari penelitian ini ialah pola persebaran permukiman yang terdapat di Kawasan Rawan III dan
Lebih terperinciKAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,
Lebih terperinciPangkalan Pedaratan Ikan Tambak Mulyo, Semarang TA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PNDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semarang merupakan salah satu kota yang berbatasan dengan Laut Jawa, salah satu wilayah berpotensi adalah wilayah Tambak Mulyo. Tambak Mulyo merupakan salah satu daerah
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. dalam mengumpulkan data harus dilakukan studi lapangan, survei atau. observasi ke tapak secara langsung.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini berkaitan dengan sosio-arsitektur yaitu hubungan antara perilaku sosial masyarakat dengan hunian nya, bukan hanya pada hunian kecil nya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.
Lebih terperinciPELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ENDANG DWI HARIYANTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan terdiri dari 5 kecamatan, diantaranya kecamatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciPOLA PERMUKIMAN BUGIS DI KENDARI. Irma Nurjannah Program Studi Arsitektur Universitas Halu Uleo Kendari
Pola Permukiman Bugis di Kendari (Irma Nurjannah dan Anisa) POLA PERMUKIMAN BUGIS DI KENDARI Irma Nurjannah Program Studi Arsitektur Universitas Halu Uleo Kendari Anisa Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permukiman merupakan salah satu masalah esensial dalam kehidupan. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-hari. Permukiman
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai
TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila pendapatan penduduk mengalami peningkatan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala waktu dan besaran dampak kerusakan bencana yang tidak dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa terjadinya bencana akan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan
Lebih terperinciGambar 4. Peta Lokasi Penelitian
33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya, manusia membutuhkan makan, minum, suatu ruang di mana dia dapat merasakan kenyamanan, keamanan dan perlindungan dari segala aspek yang ada di sekitarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses yang menunjukan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Strategi pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk menelusuri lebih jauh alur sejarah desa, pola pemanfaatan
Lebih terperinciGambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.
DAFTAR ISI Contents HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi ABSTRAKSI... xii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Kondisi Umum Kelautan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mendorong kebutuhan akan hunianpun semakin meningkat, Pesatnya jumlah penduduk di perkotaan akan berpengaruh langsung terhadap
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar
Lebih terperinciPerpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Pengaruh perubahan kondisi hutan mangrove terhadap pola mata pencaharian nelayan : studi kasus di Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu selat malaka, banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapalkapal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area) Perancangan : Proses penerapan berbagai teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dalam rangka pengembangan Kecamatan Insana Utara (Wini) sebagai Kota Satelit (program khusus)
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan
BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan lebih besar dari pada luas daratan. Hal ini berakibat pada luasnya bentang pantai yang membujur di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman Kampung Aur merupakan salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika berbicara mengenai permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung kota adalah suatu bentuk pemukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan ciri antara lain: penduduk masih membawa sifat dan prilaku kehidupan pedesaan
Lebih terperinciMETODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten
BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Desa Muara-Binuangeun adalah salah satu desa pesisir yang ada di kabupaten Lebak, provinsi Banten. Desa ini dibagi menjadi dua yaitu desa Muara I dan desa Muara II. Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah ditentukan yaitu untuk mengetahui konsep, makna atau nilai dan pengaruh dari perilaku dan tradisi budaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para dosen, dan pegawainya. Menyadari akan pentingnya suatu kampus maka sudah sewajarnya kampus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi Penelitian
METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menelusuri kota Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Kampung Kauman. Kampung Kauman terletak di sebelah barat alun-alun utara kota Yogyakarta, Berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan fungsi baru untuk menunjang ragam aktivitas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dibagi menjadi empat sub-bab yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan dari seminar tugas akhir. Pembahasan latar belakang menguraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian pula dari lingkungan hidup. Menyadari adanya hubungan timbal balik antara permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode penelitian, yang diperlukan dalam penulisan landasan konseptual Laporan Seminar Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan spasial kota yang tidak terkendali diyakini akan menjadi pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural, ekonomi pada masa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek
Lebih terperinci