HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN LEMAK DAN KARBOHIDRAT DENGAN STATUS GIZI PELAJAR DI SMPN 1 KOKAP KULON PROGO YOGYAKARTA.

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Tuti Rahmawati Prodi S1 Gizi, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Keywords: Anemia, Social Economy

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, Pelajar SMP

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP KRISTEN TATELI KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KINTAMANI Remaja merupakan sebuah transisi

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI SISWA-SISWI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

Semuel Sandy, M.Sc*, Maxi Irmanto, M.Kes, ** *) Balai Litbang Biomedis Papua **) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih

KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN LEMAK DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA REMAJA HAMIL USIA TAHUN (Studi pada Kelurahan Rowosari Kota Semarang)

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi Dan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK Pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KONSUMSI MAKAN DAN STATUS GIZI PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Anak Usia Sekolah Dasar 6 12 Tahun Di SD N 1 Rowosari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya)

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

: asupan energi, protein, tingkat depresi dan status gizi, pasien, Prop Kalbar

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DAWE KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

PENGESAHAN SKRIPSI. Pada tanggal 20 Juli Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt DEKAN TIM PENGUJI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KECEMASAN PADA REMAJA CACAT FISIK DI BALAI REHABILITASI TERPADU PENYANDANG DISABILITAS PROVINSI DIY NASKAH PUBLIKASI


BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

kelompok rawan gizi kategori WUS,karena pada fase remaja terjadi berbagai macam perubahanperubahan

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI TOHO KABUPATEN PONTIANAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN ASUPAN ENERGI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) SEJATI PRATAMA MEDAN TAHUN Oleh : PUTRI FORTUNA MARBUN

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

HUBUNGAN ANTARA UMUR MENARCHE DENGAN STATUS GIZI PADA SISWI KELAS I DAN II SMP MUHAMMADIYAH I GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI SISWA SMU PGRI KABUPATEN MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN 2 TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

HUBUNGAN JUMLAH ANGGOTA KELUARGA, PENGETAHUAN GIZI IBU DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

Transkripsi:

1 HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN LEMAK DAN KARBOHIDRAT DENGAN STATUS GIZI PELAJAR DI SMPN 1 KOKAP KULON PROGO YOGYAKARTA. Yohana Banowinata Klau¹, Dwi Ciptorini², Silvia Dewi Styaningrum³ INTISARI Latar Belakang :Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Gangguan gizi yang sering ditemukan pada masa remaja adalah kekurangan energi dan protein, anemia gizi besi dan defisiensi berbagai vitamin dan mineral. Sebaliknya pada remaja juga ditemukan masalah gizi yang ditandai dengan tingginya angka obesitas.tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemakdengan status gizi remaja di SMPN 1 Kokap. Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Kokap, Kulon Progo, pada bulan Maret 2012, dengan pendekatancross sectional yang menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Populasi penelitian ini adalah semua pelajar (putra dan putri) di SMPN 1 Kokap yang berjumlah 474 orang.jumlah responden yang diambil sebanyak 126 orang dari kelas VII yang diambil secaraaccidental sampling. Hasil Penelitian :Persentase asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat sebagian besar termasuk kategori kurang (< 80% AKG). Hasil perhitungan status gizi menunjukkan sebagian besar responden memiliki status gizi normal.hasil analisis chi-square asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan status gizi, diperoleh nilai p value p > 0,05. Kesimpulan :Tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi, tidak ada hubungan asupan protein dengan status gizi, tidak ada hubungan asupan lemak dengan status gizi, tidak ada hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi. Kata Kunci : Remaja, asupan zat gizi, status gizi. 1 1. Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan UNRIYO 2. Dosen Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan UNRIYO 3. Dosen Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan UNRIYO

2 THE CORRELATION BETWEEN NUTRITION INTAKE (ENERGY, PROTEIN, FAT AND CARBOHYDRATE) AND NUTRITION STATUS AMONG STUDENTS IN SMPN 1 KOKAP, KULON PROGO YOGYAKARTA. Yohana Banowinata Klau¹, Dwi Ciptorini², Silvia Dewi Styaningrum³ ABSTRACT Background: Adolescents have special nutritional needs, because at the time of such rapid growth and maturation of physiological changes in connection with the onset of puberty. Changes in adolescence will affect demand, absorption, and how to use nutrients. Common nutritional disorder in adolescence is a lack of energy and protein, iron anemia and deficiencies of various vitamins and minerals. In contrast to the adolescents were also found nutritional problems are characterized by high rates of obesity. This study is aimed to identify the correlation between intake (energy, protein, fat and carbohydrate) and nutrition status among students in SMPN 1 Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta. Methods: The study was conducted in SMPN 1 Kokap, Kulonprogo, in March 2012, with disign cross-sectional approach using chi-square test with 95% confidence level. The study population was all students (boys and girls) in SMP 1 Kokap totaling 474 people. The number of respondents who take as many as 126 people were taken from class VII to accidental sampling. Results: The percentage of energy intake, protein, fat and carbohydrates including most of the categories of less (<80% RDA). Nutritional status of the calculation results show the majority of respondents had normal nutritional status. The results of chi-square analysis of energy intake, protein, fat and carbohydrates with nutritional status, the value of p values obtained are, respectively, 0.57, 0.25, 0.42, 0.55 larger than α (p> 0.05). Conclusion: There was no correlation between intake (energy, protein, fat and carbohydrate) and nutrition status 2 Keywords: Adolescents, nutrition intake, nutritional status. 1. Student of Nutrition Science Study Program of Health Faculty, Respati University Yogyakarta. 2. Lecturer of Nutrition Science Study Program of Health Faculty, Respati University Yogyakarta 3. Lecturer of Nutrition Science Study Program of Health Faculty, Respati University Yogyakarta

3 PENDAHULUAN Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang ditentukan oleh keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian yang serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yangproduktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Aryani, 2010). Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Pertumbuhan yang pesat dan masa pubertas pada masa remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh seseorang.ini menunjukkan bahwa status gizi memegang peranan penting dalam menentukan status kematangan fisiologis seseorang.status gizi dibawah normal atau adanya penyakit kronis dapat menghambat pubertas (Aryani, 2010). Survei Depkes tahun 1997 terhadap 600 ribu anak SD di 27 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa anak sekolah yang mengalami gangguan masalah kurang gizi berkisar antara 13,6%-43,7%. Masalah kekurangan gizi pada usia SD terlihat dengan prevalensi kekurangan energi protein di Indonesia pada siswa SD/MI sebesar 30,1%. Sedangkan prevalensi anemia besi mencakup sekitar 25-40%. Besarnya prevalensi gangguan pertumbuhan pada siswa SD/MI di Indonesia sebesar 32% di pedesaan dan 18% di wilayah perkotaan (Soekirman, 2000). Hasil Riskesdas tahun 2007, diketahui Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah (usia 6-14 tahun) yang status gizi kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi nasional status gizi Anak Usia Sekolah kurus (perempuan) adalah 10,9%. Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah gemuk (laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah gemuk (perempuan) adalah 6,4% (Anonim, 2007). Siswa SMP digolongkan dalam anak remaja.selera makan yang begitu besar selama masa remaja harus dipenuhi dengan makanan yang bergizi baik dan seimbang. Diet yang terdiri atas beranekaragam jenis makanan akan memastikan kecukupan gizi anak remaja (Waryana, 2010). Asupan zat-zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang (Sulistioningsih, 2011). Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dengan status gizi remajadi SMP N 1 Kokap, Kabupaten Kulon Progo.

4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah : Apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemakdengan status gizi remaja di SMPN 1 Kokap? Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemakdengan status gizi remaja di SMPN 1 Kokap. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatancross sectional yaitu melakukan pengukuran dalam waktu yang sama baik pada variabel bebas maupun variabel terikat. Sampel Bagian dari populasi yang dipilih secara accidental sampling : mengambil responden yang kebetulan ada di suatu tempat atau keadaan tertentu (Riyanto, 2011). Besar Sampel Ditentukan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus. Rumus : Rumus besar sampel (diketahui jumlah populasi) : n = besar sampel N = besar populasi Z = nilai sebaran normal baku (tingkat kepercayaan 95% = 1,96) P = proporsi kejadian (0,50) d = besar penyimpangan 0,1. n = = 79,83 = 80orang.

5 Alat / Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kuisioner food recall 24 jam dan alat tulis (kuesioner terlampir), timbangan injak dengan tingkat ketelitian 0,1 kg, Mikrotoise (pengukur tinggi badan) dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. Variabel dan Definisi Operasional 1) Variabel bebas : asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak. Definisi Operasional : a. Asupan energi Adalah jumlah total energi, yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, yang diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%. Parameter : Klasifikasi tingkat kecukupan energi sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : <80% AKG Lebih : > 110% AKG Skala : Ordinal b. Asupan karbohidrat Adalah jumlah total karbohidrat yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, yang diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%. Parameter : Klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : <80% AKG Lebih : > 110% AKG Skala : Ordinal c. Asupan protein Adalah jumlah total protein, yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, yang diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%. Parameter : Klasifikasi tingkat kecukupan protein sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : <80% AKG Lebih : > 110% AKG

6 Skala : Ordinal d. Asupan lemak Adalah jumlah total lemak, yang bersumber dari makanan yang dikonsumsi, yang diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%. Parameter : Klasifikasi tingkat kecukupan lemak sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : <80% AKG Lebih : > 110% AKG Skala : Ordinal 2) Variabel terikat : status gizi remaja di SMPN 1Kokap, Kulon Progo. Definisi Operasional:keadaan gizi seseorang yang diukur dengan cara antropometri, dengan indeks IMT/U untuk anak usia 5-18 tahun (Kepmenkes RI, 2011) seperti terlampir. Parameter : a. Kurus jika nilai ambang batas (Z-Scores) -3 SD sampai dengan < -2 SD. b. Normal jika nilai ambang batas (Z-Scores) -2 sd sampai dengan 1 SD c. Gemuk jika nilai ambang batas (Z-Scores) > 1SD Skala : ordinal. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Responden penelitian adalah pelajar kelas VII SMPN 1 Kokap, Kulon Progo sebanyak 126 orang.adapun distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden Jenis Kelamin n % Laki-Laki 62 49.2 Perempuan 64 50.8 Usia (tahun) 10-12 23 18.3 13-15 103 81.7 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Rata-rata usia responden 13-15 tahun. Rata-rata tinggi badan anak Indonesia dalam tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk kelompok usia 13-15 tahun yaitu 156 cm untuk laki-laki dan 153 cm untuk perempuan dan rata-rata berat badan kelompok usia yang sama yaitu 45 kg untuk laki-laki dan 48 kg untuk perempuan, sedangkan rata-rata tinggi badan dan berat badan responden dapat dilihat pada tabel 4.

7 Karakteristik berdasarkan rata-rata tinggi badan dan berat badan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Badan dan Berat Badan Responden x ± SD Min Maks Tinggi Badan (cm) Laki-laki Perempuan Berat Badan (kg) Laki-laki Perempuan 145.1±7.3 144.3±6.7 37.4±8.4 37.9±9.1 Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi badan responden laki-laki dan perempuan dalam kelompok usia 13-15 tahun termasuk pendek karena berada dibawah rata-rata tinggi badan anak Indonesia pada umumnya seperti yang tertera dalam tabel AKG. Rata-rata berat badan responden laki-laki termasuk kategori normal karena sesuai dengan rata-rata berat badan anak Indonesia pada umumnya seperti yang tertera dalam tabel AKG, sedangkan untuk responden perempuan rata-rata berat badannya termasuk kurus karena berada dibawah rata-rata berat badan anak Indonesia pada umumnya seperti yang tertera dalam tabel AKG. 2. Analisis Univariat a. Status Gizi Berdasarkan hasil pengumpulan data, dapat diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai status gizi kurus sebanyak 17 orang (13.5%) dan yang mempunyai status gizi normal sebanyak 109 orang. Menurut jenis kelamin, dapat diketahui bahwa persentase responden perempuan dengan status gizi kurus banyak jumlahnya dibandingkan dengan responden laki-laki, sedangkan responden dengan status gizi normal lebih banyak pada laki-laki. Sedangkan berdasarkan umur, yang memiliki presentase terbesar 132 127 25 22 166 160 yaitu responden usia 13-15 tahun dengan status gizi normal yaitu sebanyak 90 orang (87.4%). b. Asupan Energi Dari hasil recall 24 jam selama 3 hari terpisah dapat diketahui bahwa paling banyak responden mempunyai asupan energi kurang yaitu 75 orang (59.5%) sedangkan yang lainnya mempunyai asupan baik yaitu 51 orang (40.5%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa responden dengan asupan energi kurang persentase terbesar terdapat pada laki-laki sedangkan responden dengan asupan energi baik persentase terbesar terdapat pada responden perempuan. c. Asupan Protein Hasil recall menunjukkan responden dengan asupan protein kurang mempunyai jumlah terbesar yaitu sebanyak 61 orang (48.4%) dan asupan protein baik yaitu sebanyak 65 orang (51.6%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa asupan protein kurang persentase terbesar terdapat pada responden laki-laki sedangkan asupan protein baik persentase terbesar terdapat pada reponden perempuan. d. Asupan Lemak Hasil recall menunjukkan responden dengan asupan lemak kurang mempunyai jumlah terbesar yaitu sebanyak 75 orang (59.5%) dan yang mempunyai asupan baik sebanyak 51 orang (40.5%).Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa asupan lemak kurang persentase terbesar terdapat pada 64 68

8 responden laki-laki sedangkan asupan lemak baik dan lebih persentase terbesar terdapat pada responden perempuan. e. Asupan Karbohidrat Hasil recall menunjukkan responden dengan asupan karbohidrat kurang mempunyai jumlah terbesar yaitu sebanyak 94 orang (74.6%), yang asupannya baik sebanyak 32 orang (25.4%), sedangkan berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa responden dengan asupan karbohidrat kurang persentase terbesar terdapat pada responden laki-laki sedangkan pada asupan karbohidrat baik persentase terbesar terdapat pada responden perempuan. 3. Analisis Biavariat a. Asupan Energi dengan Status Gizi Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan α = 0.05, diperoleh nilai p=0,57. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Asupan Energi dan Status Gizi Asupan Energi Status Gizi Total p value Kurus Normal n % n % n % Kurang 10 58.8 65 59.6 75 59.5 0.57 Baik 7 41.2 44 40.4 51 40.5 Jumlah 17 100 109 100 126 100 b. Asupan Protein dengan Status Gizi Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan α = 0.05, diperoleh nilai p=0,25. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi. Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Asupan Protein dan Status Gizi Asupan Protein Status Gizi Total p value Kurus Normal n % n % n % Kurang 10 58.8 51 46.8 61 48.4 0.25 Baik 7 41.2 58 53.2 65 51.6 Jumlah 17 100 109 100 126 100 c. Asupan Lemak dengan Status Gizi Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan α = 0.05, diperoleh nilai p = 0,42. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi. Tabel 5.Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Lemak dan Status Gizi. Asupan Lemak Status Gizi Total p value Kurus Normal n % n % n % Kurang 11 64.7 64 58.7 75 59.5 0,42 Baik 6 35.3 45 41.3 51 40.5 Jumlah 17 100 109 100 126 100

9 d. Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan α = 0.05, diperoleh nilai p = 0.55, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan status energi. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Karbohidrat dan Status Gizi Asupan Status Gizi Total p value Karbohidrat Kurus Normal n % n % n % Kurang 13 76.5 81 74.3 94 74.6 0.55 Baik 4 23.5 28 25.7 32 25.4 Jumlah 17 100 109 100 126 100 PEMBAHASAN 1. Asupan Energi dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan, responden yang memiliki status gizi kurus tetapi asupannya kurang lebih banyak jumlahnya (58.8%) dibandingkan dengan yang status gizinya kurus tetapi asupannya baik (41.2%).Demikian juga pada responden yang memiliki status gizi baik tetapi asupan energinya kurang (59.6%) jumlahnya lebih banyak daripada yang memiliki status gizi normal tetapi asupannya baik (40.4%). Ditemukannya responden dengan status gizi kurus tetapi asupan energinya baik (41.2%) disebabkan karena asupan energi yang baik tidak diimbangi dengan olahraga dan aktifitas yang baik, karena dari hasil wawancara menunjukkan, beberapa responden sering menghabiskan waktu setelah pulang sekolah dengan bermain. Menurut Depkes RI (1995), kegiatan fisik dan olahraga, yang tidak seimbang dengan energi yang dikonsumsi, dapat mengakibatkan berat badan tidak normal, sedangkan responden dengan status gizi normal tetapi asupan energinya kurang (59.6%), disebabkan karena keadaan status gizi saat ini merupakan refleksi asupan energi secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Tidak terdapatnya hubungan antara asupan energi dan status gizi disebabkan karena pada saat recall responden lupa apa saja yang sudah dikonsumsi dan karena peneliti tidak melakukan wawancara dengan ibu responden yang menyiapkan makanan di rumah. Sehingga jumlah asupan hasil perhitungan tidak menunjukkan kesesuaian dengan status gizi responden.hal ini juga menunjukkan bahwa responden yang berada pada keadaaan gizi baik saat ini mempunyai risiko untuk mengalami penurunan status gizi menuju gizi kurang dan buruk bila tidak diperhatikan konsumsi makanan mereka. Menurut Almatsier (2001), kekurangan energi akan menyebabkan tubuh mengalami keseimbangan negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat seharusnya (ideal) dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubaida (2007) yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi.responden yang mempunyai asupan energi tingi dapat meningkatkan risiko mengalami gizi lebih. Hal ini disebabkan sisa energi yang tidak dikeluarkan tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak. Konsumsi energi melebihi kebutuhan dalam jangka panjang akan menyebabkan kegemukan (Almatsier, 2001).

10 2. Asupan Protein dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan responden dengan status gizi normal persentase terbesar terdapat pada responden yang asupan proteinnya baik yaitu 58 orang (53.2%), responden dengan status gizi kurus tetapi asupan protein kurang (58.8%) juga memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan yang asupannya baik (41.2%). Responden dengan status gizi normal tetapi asupan proteinnya kurang, disebabkan karena pada saat recall peneliti tidak melakukan wawancara dengan ibu responden yang menyiapkan makanan di rumah.sehingga jumlah asupan hasil perhitungan tidak menunjukkan kesesuaian dengan status gizi responden. Dilihat dari karakteristik tinggi badan, rata-rata tinggi badan responden termasuk dalam kategori pendek jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan anak Indonesia yang terdapat dalam tabel AKG.Hal ini menunjukkan keadaan gizi masa lalu yang tidak baik, karena menurut Waryana (2010), seseorang yang tergolong pendek tidak sesuai umur kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Belum diketahui secara pasti faktor yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara asupan zat gizi dengan status gizi, tetapi menurut Soekirman (2000) menyebutkan status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia, sedangkan menurut Almatsier (2001), bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. 3. Asupan Lemak dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan responden dengan status gizi normal tetapi asupan lemaknya kurang jumlahnya lebih banyak (58.7%) daripada yang asupannya baik (41.3%), sedangkan pada responden dengan status gizi kurus terdapat 6 orang (35.3%) yang asupan lemaknya baik. Hal ini disebabkan seperti halnya pada asupan energi, status gizi merupakan refleksi asupan secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber energi, karbohidrat dan protein. Hal ini juga disebabkan karena pada saat recall peneliti tidak melakukan wawancara dengan ibu responden yang menyiapkan makanan di rumah. Sehingga jumlah asupan hasil perhitungan tidak menunjukkan kesesuaian dengan status gizi responden.hal ini disebabkan karena responden hanya mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung lemak sedikit, seperti sayuran yang ditumis, tempe goreng, tahu goreng, ikan goreng dan telur goreng. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubaida (2007) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara proporsi asupan energi yang berasal dari lemak dengan status gizi. Hal yang sama ditunjukkan oleh Medawati (2004) menunjukkan bahwa obesitas bukan hanya disebakan oleh kontribusi lemak terhadap total energi saja tetapi dari asupan lain seperti karbohidrat dan protein.

11 KESIMPULAN Tidak terdapat hubungan asupan energi dan status gizi (p > 0.05).Tidak terdapat hubungan asupan protein dan status gizi (p > 0.05).Tidak terdapat hubungan asupan lemak dan status gizi (p > 0.05).Tidak terdapat hubungan asupan karbohidrat dan status gizi (p > 0.05).Dengan demikian Ho diterima. SARAN 1. Bagi responden penelitian, lebih memperhatikan pola makan gizi seimbang dan membiasakan diri untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah. 2. Bagi tenaga kesehatan di Kecamatan Kokap, lebih meningkatkan sosialisasi tentang gizi pada remaja untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang gizi untuk mengurangi terjadinya masalah gizi dalam kehidupan remaja. 3. Bagi peneliti lain, melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel lain yang mempengaruhi asupan dan status gizi serta menggunakan metode rancangan penelitian yang berbeda seperti studi prospektif untuk mengikuti perkembangan status gizi pelajar atau studi restrospektif untuk mencari tahu tentang latar belakang asupan energi yang kurang.

12 DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Anonim.(2007). Internet.Laporan Nasional Riskesdas 2007.Jakarta :http://www.k4health.org.pdf Aryani, Ratna (Editor). (2010). Kesehatan Remaja : Problem Dan Solusinya, Jakarta : Salemba Medika. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta : Nuha Medika. Soekirman.(2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 1999/2000, Jakarta. Sulistyoningsih, Hariyani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta : Graha Ilmu. Waryana, (2010).Gizi Reproduksi,Yogyakarta : Pustaka Rihama Yuliansah, Deny. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Remaja Putri Di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho Kabupaten Pontianak. S.Gz. Skripsi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.