Ringkasan Eksekutif. Tsunami Evaluation Coalition: Funding the Tsunami Response

dokumen-dokumen yang mirip
Embargo: Tidak untuk Dipublikasikan sebelum 14h00 CET (13h00 GMT), Jumat 14 Juli 2005

The Role of Needs Assessment in the Tsunami Response. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Tsunami Evaluation Coalition: Impact of the Tsunami Response on Local and National Capacities. Kata Pengantar

Etika dan integritas. Kepatuhan: Pedoman bagi pihak ketiga

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998)

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak

Oleh Prof Dr Abdullah Ali

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

Sejarah AusAID di Indonesia

PEDOMAN PEMBUATAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOPs)

2013, No BAB I PENDAHULUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

DRAFT- KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENDIRIAN PUSAT SUMBER DAYA PENGETAHUAN (KNOWLEDGE RESOURCE CENTER) BKPP PROPINSI ACEH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

KERANGKA ACUAN 1. LATAR BELAKANG PROYEK

BAB III ANALISIS METODOLOGI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

Statement INFID Menyambut UN High Level Event on MDGs, 25 September 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi dari pengirim ke penerima, sehingga informasi dapat

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA

Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

konsil lsm indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PELUNCURAN E-ACEH.ORG. Jakarta, 9 Mei 2005

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

L A P O R A N K I N E R J A

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

LSP Teknologi Informasi Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

Catatan informasi klien

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Tahun Latar Belakang

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 1338 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No.76 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari Anggaran

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG

Kesehatan Masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Restrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Epidemiologi Bencana. Hari Kusnanto Prodi S2 IKM UGM

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

Rapat Persiapan Monev PPID Tahun 2018

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Tsunami Evaluation Coalition: Links between Relief, Rehabilitation and Development in the Tsunami Response RINGKASAN ESEKUTIF

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Jakarta, 26 Februari 2015

PENGENDALIAN INFORMASI BPJS KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BERSAMA MEMBANGUN. Multi-Donor Fund untuk Aceh dan Nias

Pengelolaan Uang Muka 1

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai

Dasar Sistem Informasi Informasi dalam Manajemen Perusahaan

Pedoman Perilaku. Nilai & Standar Kita. Dasar Keberhasilan Kita. Edisi IV

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI. Para Pihak pada Konvensi ini,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengembangan Koleksi Modul 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengantar Prinsip Kemanusiaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

LESSONS LEARNED PENATALAKSANAAN MUTU DALAM PELAYANAN UNIT MOBIL BENCANA

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

Transkripsi:

Tsunami Evaluation Coalition: Funding the Tsunami Response Ringkasan Eksekutif Laporan ini adalah evaluasi sintesis yang mencakup dana masyarakat internasional dalam bentuk bantuan sebagai respon terhadap bencana tsunami yang telah terjadi pada Desember 2004. Laporan ini juga merupakan salah satu dari 5 evaluasi thematic serupa yang dilakukan oleh Tsunami Evaluation Coalition (TEC) (dibaca: Koalisi Evaluasi Tsunami) yang bertujuan untuk mencipatakan pendekatan yang lebih luas terhadap evaluasi bantuan tsunami dan untuk mengoptimalkan pembelajaran dan atau pengetahuan. Sintesis ini berdasarkan pada 30 laporan evaluasi yang mencakup donor bilateral, perwakilan-perwakilan UN, Palang merah, LSM-LSM (NGO-NGO), dana dari masyarakat umum, dan pemberi bantuan lokal dari Negara-negara yang terkena imbas tsunami. Tujuan utamanya adalah untuk memberi gambaran pendistribusian dana oleh pihak pemberi bantuan dan untuk menilai kelayakan pengalokasian dana. Laporan ini hanya memberikan informasi tentang pendanaan sebagai bantuan terhadap bencana tsunami, bukan tentang pelaksanaan dari bantuan tersebut. Kesimpulan-kesimpulan Utama Keistimewaan utama dari respon keuangan internasional adalah bahwa: Ini adalah respon internasional terbesar terhadap bencana alam Ini adalah respon pribadi terbesar, tapi bukan respon resmi terbesar Kejadian ini telah melibatkan donor (pemeberi bantuan) dalam jumlah yang sangat besar baik atas nama Negara maupun pribadi) Banyak perwakilan-perwakilan yang terlibat dalam kejadian ini Kejadian ini telah melibatkan bantuan dalam jumlah yang sangat besar atas per orangan yang terkena dampak tsunami Ini adalah bantuan keuangan tercepat (yang pernah terjadi) terhadap bencana Janji pemerintah telah berjalan dengan baik sejauh ini Bantuan telah difokuskan pada sedikit perwakilan-perwakilan

NGO telah memainkan peranan yang lebih penting Jumlah dana yang belum pernah terjadi sebelumnya atas permintaan UN telah di keluarkan Data keuangan tidak jelas dan tidak konsisten Bantuan lokal, nasional dan pribadi telah tercatat dengan baik Dari semua kesimpulan itu, mencul dua hal yang unggul. Pertama, kejadian ini telah menjadi respon dana kemanusiaan tingkat internasional yang paling besar jumlahnya dan yang paling cepat, yang pernah terjadi. Skala dan kecepatan respon publik seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sebaliknya, hal ini telah mengkontribusikan bantuan dana kemanusiaan tingkat internasional yang paling cepat dan yang paling banyak jumlahnya yang pernah terjadi. US$ 14 milyar telah disumbangkan untuk pertolongan pada masa pemulihan dan rekonstruksi yang berasal dari sumber-sumber dana internasional. Jumlah bantuan terhadap korban tsunami per kepala benar-benar berbeda besarnya bila dibandingkan dengan para korban bencana yang pernah terjadi sebelumnya. Hal ini sangat tidak biasa terjadi, janji-janji dan bantuan-bantuan internasional sudah sangat memuaskan paling tidak dimasa emergensi dan rekonstruksi. Ketepatan pengalokasian dana sudah berjalan dengan baik, dan kefleksibilitasan (tingkatan pelaksanaannya) sudah lebih baik dibandingkan dari keadaan normal sebelum tsunami terjadi. Kebanyakan dana yang di janjikan oleh pemerintah dalam jumlah yang signifikan pun telah dikeluarkan saat ini. Komite Pemantau Bantuan UN (DAC), pada awalnya memonitor janji para pendonor (pemberi bantuan) dan sepertinya janji-janji tersebut kemudian telah diartikan sebagai komitmen dan akhirnya dana dikeluarkan. Penilaian menyeluruh terhadap bantuan keuangan tingkat internasional yang sangat positf ini harus selalu diingat, begitu pula dengan beberapa hal yang negatif. Di sisi lain (negatif), tampaknya pengalokasian dana dan perencanaan programprogram, khususnya di minggu-minggu dan bulan-bulan pertama tahun 2005, telah didorong oleh ketertarikan publik dan media dan juga oleh jumlah dana yang tersedia (yang sangat besar) dan belum pernah terjadi sebelumnya, bukan berdasarkan oleh penilaian kebutuhan. Sistem pengambilan keputusan yang baik yang berdasarkan dasardasar kemanusiaan juga dinilai kurang. Banyak dari pelaksanaan bantuan didorong oleh

ketersediaan dana, atau oleh faham opurtunis (berdasarkan kesempatan) yang bersifat kontekstual, bukan oleh kebutuhan. Dorongan dana dan bantuan opurtunistis ini akhirnya telah menciptakan persaingan-persaingan diantara perwakilan-perwakilan pemberi bantuan, kerjasama yang tidak baik dan pengeluaran dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan; bantuan yang terkadang melebihi kapasitas lokal dan perwakilan-perwakilan lain; dan bantuan yang relatif tidak adil terhadap keadaan-keadaan darurat lainnya. Bantuan tsunami ini bisa saja dinilai sudah efektif. Tetapi banyak pihak yang meragukan, apakah bantuan ini sudah cukup efisien atau objektif. Kesimpulan kedua yang sangat luar biasa adalah bahwa bantuan keuangan dari masyarakat (publik) itu merupakan karakter yang berarti. Pesan utama laporan ini adalah bahwa bantuan keuangan terhadap tsunami, dari media dan juga bantuan pribadi itu secara kuantitatif dan kualitatatif sangat luar biasa: 40 % (US$ 5.5 milyar) dari sumber dana internasional untuk tsunami datang dari publik sendiri. Angka yang terjadi biasanya lebih dekat ke 15%. Salah satu aspek yang membuat dana internasional sangat besarnya jumlahnya adalah bantuan yang berasal dari bantuan pribadi (bersama dengan sumbersumber dana lokal yang besar) untuk menutupi kebutuhan di masa pemulihan dan rekonstruksi. Dan bantuan pribadilah yang menyebabkan NGO-NGO dan Palang Merah menjadi pemberi bantuan yang sangat penting. Walaupun besar jumlahnya, bantuan resmi ini bukan bantuan resmi terbesar terhadap bencana yang pernah terjadi. Hikmah-Hikmah Evaluasi ini menunjukkan 4 hal yang perlu diperhatikan 1. Bantuan keuangan terhadap tsunami telah menyoroti kelebihan dan kelemahan sistem pendanaan internasional untuk keadaan darurat yang ada sekarang ini. Perwakilan-perwakilan organisasi kemanusiaan harus mengenali bahwa komitmen terhadap keadilan bisa saja tidak konsisten dengan membuka peluang dana bantuan dan bisa membutuhkan pangalokasian ulang terhadap dana yang telah dikeluarkan. Fleksibilitas dalam pengalokasian

dana yang sesuai dengan principal (dasar-dasar) keadilan harus ditingkatkan untuk pertolongan kedepan dengan mengizinkan pendonor pribadi dan pemerintah (Negara) untuk menunjukkan bahwa bantuan mereka dapat digunakan untuk keadaan darurat lainnya baik karena permintaan target dan atau kebutuhan. Masyarakat internasional harus mempertimbangkan kesediaan untuk memberikan dana bantuan melalui Good Humanitarian Donorship (GHD) (dibaca: Ikatan Pendonor untuk Kemanusiaan) dengan menyampaikan pada target bahwa semua orang yang menjadi korban bencana harus berhak mendapatkan bantuan (sesuai tingkatannya), dan apabila bersedia, apakah permintaan yang berdasarkan pada sistem ini dapat meyakinkan si pendonor dana tersebut untuk menerima hal ini. Kasus untuk dana emergensi multilateral yang lebih besar ( seperti dana bantuan emergensi pusat), dan pertolongan yang dapat mengurangi kepercayaan ini adalah karena di dorong oleh pengalaman tsunami. Tetapi, dana tersebut membutuhkan kriteria yang jelas dan transparansi dalam pengalokasian nya berdasarkan penilaian kebutuhan dan kapasitas. Sampai masyarakat internasional berhadapan dengan kepentingan untuk mengukur keefektifan dan keefisiensian perwakilan perwakilan yang berbeda, dan pengalokasian dana dengan baik, perbaikan dalam hal keberhasilan mungkin justru akan menjadi lambat. Peranan OCHA dalam mengalokasikan dana yang telah dikeluarkan harus lebih diperjelas dan dibantu secara kelembagaan apabila menghasilkan bantuan yang lebih strategis dan lebih prioritas. Hal ini, sebaliknya, berarti bahwa kriteria untuk pengalokasian dana harus transparan, dapat dipertanggung jawabkan dan sistem yang standard pun harus segera di susun untuk mempermudah aliran (pengucuran) dana. Perkembangan mekanisme dana yang berlebihan untuk prioritas kemanusiaan di Sudan dan DRC menjadi sebuah bukti dan atau pengalaman yang relevan. Pertolongan yang diberikan oleh UN dan perwakilan-perwakilan lain harus lebih bardasarkan pada kebutuhan, termasuk pertimbangan yang

lebih jelas terhadap apa saja yang dibutuhkan dan apa saja yang sudah dibantu oleh pemberi bantuan lokal dan nasional Dengan terjadinya bencana alam tsunami ini, kebutuhan mekanisme global, seperti pengembangan mekanisme CERF bedasarkan dana yang ada, yang bertujuan mendistribusikan dana dunia sebagai bantuan kemanusiaan, sangat ditekankan. Dana-dana harus mengalir sebelum permintaan formal dibutuhkan. Komitmen awal harus cukup flexibel untuk di sesuaikan dengan evaluasi kebutuhan tanpa saran-saran yang membuat si pendonor tidak menepati janjinya. 2. Skala dana pribadi untuk NGO dan Palang Merah / Gerakan Palang Merah dan peranan mereka yang lebih penting dapat meningkatkan tanggung jawab dan tantangan. Sejauh ini, hanya sedikit Negara pendana, termasuk UK dan Netherland, yang telah bergabung dalam ikatan pencarian dana (fundraising) untuk NGO. Langkah terhadap fundraising ini harus disesuaikan dengan pelaksanaan gabungan NGO yang lebih banyak lagi dalam keadaan emergensi yang mendesak dan lebih cepat, dengan komitmen yang lebih tegas terhadap pelaksanaan yang terkoordinasi dibawah arahan (petunjuk) pusat. 3. Pertanggung jawaban dana transparansi harus di tingkatkan, khususnya berkenaan dengan laporan dan pengawasan keuangan. Semua perwakilan-perwakilan harus berkomitmen untuk membuat evaluasi program dalam banyak versi yang dapat dipublikasikan sebagai principle (dasar-dasar) Definisi laporan yang konsisten harus disetujui dan diberlakukan di segala sektor. Inisiatif-inisisatif yang sudah ada (contohnya di Irak, Trust Fund (dibaca: dana perwalian) berusaha untuk mengucurkan dana dan dokumentasi DAC serta komitmen) yang membuahkan hasil; ketransparansian (keterbukaan) dan konsistensi yang lebih besar di bidang ini harus diberlakukan secara lebih luas lagi.

Sistem akreditasi untuk laporan keuangan, yang menggunakan definisi dan format standard, harus di susun dan dikembangkan, dan harus berdasarkan persetujuan penuh dengan FTS dan DAD atau persyaratan-persyaratan laporan sejenis lainnya. Apabila sudah didirikan, para pendonor sebaiknya mendanai hanya untuk perwakilan-perwakilan (UN, NGO dan Gerakan Palang Merah) dengan akreditasi ini. Hal ini dapat memotivasi masyarakat publik untuk melakukan hal yang sama Harus ada keseriusan yang mendalam untuk mengerti bagaimana danadana kemanusiaan mengalir dari pendonor aslinya ke ahli waris yang sesungguhnya, mendokumentasikan setiap lapisan, jumlah transaksi dan nilai-nilai yang bertambah. Sebuah study percobaan yang menggunakan contoh program-program dari setiap perwakilan-perwakilan yang berbeda jenisnya (UN, bilateral, NGO dan RC Movement) sebaiknya di lakukan (dikembangkan) 4. Sumber-sumber bantuan lokal dan kebutuhan kapital harus di hargai. Cara mendokumentasi kebutuhan bantuan untuk tingkat lokal harus dikembangkan dan ikutsertakan dalam laporan standard untuk membuat perbandingan yang serupa dengan bantuan internasional. Peranan pengiriman uang dalam membantu para pemberi bantuan lokal harus dimengerti secara lebih baik, dan rencana-rencana yang sudah ada untuk memfasilitasi pengucuran dana dengan tujuan pengembangan, seharusnya di perpanjang agar dapat diberlakukan pada situasi-situasi kemanusiaan mendesak lainnya. Pemikiran (asumsi) bahwa setiap perwakilan harus melaksanakan program-programnya masing-masing harus di tantang, khususnya dalam masa rekonstruksi. Para pendonor bilateral sepertinya menghargai hal ini jauh dibandingkan dengan yang lain. Penggunaan konsorsium NGO yang lebih besar, dan dana yang berlebihan melalui pemerintah nasional sebaiknya di selidiki (periksa)

Penggunaan dana tunai yang terkoordinasi dan pinjaman-pinjaman yang disediakan melalui kebutuhan-kebutuhan lembaga harus dievaluasi sebagai salah satu cara pemulihan dan rekonstruksi yang bepotensial untuk lebih efektif dan efisien dari pada pelaksanaan langsung oleh perwakilanperwakilan national dan international.

Foot Note: 1. Jangan bingung dengan laporan synthesis keseluruhan TEC whose emergency? yang menggambarkan pembelajaran dari kelima study thematic dan juga bermacam ragam sub study nya. 2. Central Emergency Response Fund (CERF) adalah pendana yang merupakan sumber dana baru yang standby yang dikelola oleh UN untuk memastikan bantuan kemanusiaan yang lebih tepat waktu dan dapat dipercaya terhadap para korban bencana alam dan konflik. Sementara ide di balik itu semua, sepertinya masih sangat bermasalah, khususnya dalam keadaan darurat yang berkepanjangan dan kekurangan dana, seperti konflik di Darfur 3. CERF baru, sekitar US$500 juta sudah di danai sebesar 50% pada Maret 2005