Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas)

dokumen-dokumen yang mirip
VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

MILAD 100 TAHUN AISYIYAH M AISYIYAH AWAL ABAD KEDUA: MEMULIAKAN MARTABAT UMAT, BERKIPRAH MEMAJUKAN BANGSA

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

Membangun Organisasi Rakyat

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Oleh: Elfrida Situmorang

BAB VI PENGORGANISASIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB IV DEKSKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

PROGRAM KERJA KELOMPOK KONTAK TANI NELAYAN ANDALAN (KELOMPOK KTNA) KOTA BUKITTINGGI TAHUN

Mia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Nilai Sosial tentang Kebersihan dan Sampah. Dalam sosiologi nilai adalah prinsip-prinsip, patokan-patokan, anggapan,

PAR. Dr. Tantan Hermansah

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pelaku dan Praktek Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

Dr. Yansen T.P., M.Si

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BEKASI (6/8/2016)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

PENGEMBANGAN MODEL PRAKSIS GERAKAN BIDANG EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

STRATEGI PENANGANAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MALANG Melalui : PROGRAM KEMITRAAN & GOTONG ROYONG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Pemberdayaan Masyarakat

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

maka terbentuklah komunitas pendidikan baca Al-qur an sebagai media

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PROPOSAL MALAM SAVE LBH JAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

Posisi dan Peran LBH Bandar Lampung Dalam Promosi dan Perlindungan Hak-hak Ekosob Masyarakat

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

Kerangka Kerja Terpadu. Untuk ADVOKASI KEBIJAKAN

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN. A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal. proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari

PRINSIP-PRINSIP PRA MENURUT ROBERT CHAMBERS. . Prinsip-Prinsip PRA

KEPALA DESA PASIR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN PERATURAN DESA PASIR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB V KESIMPULAN. kekurangan. Di dua dusun Pagilaran dan Kemadang waktu seolah-olah sekedar berjalan di

Telaahan Kritis Masyakat Sipil Rancangan Teknokratik RPJMN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang

Data Kemiskinan, Survai atau Partisipatif? Oleh Ivanovich Agusta. Salah satu pelajaran berharga yang tersembul dari kisruh pemberian dana tunai

Transkripsi:

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas) Tulisan tentang pengorganisasian ini adalah berangkat dari pengalaman Yamajo dalam melakukan kerja. Pengorganisasian adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dalam pengorganisasian adalah kesejahteraan dan keadilan baik di komunitas, pasar dan negara. Karena itu mesti berangkat dari analisis bahwa ada ketidakadilan di suatu masyarakat atau komunitas. Selanjutnya, jika ada ketidakadilan di suatu komunitas atau masyarakat berarti di komunitas tersebut ada penindas dan ada yang ditindas atau didholimi. Dalam pengorganisasian harus jelas keberpihaknnya, tidak bisa netral atau bebas nilai. Keberpihakan tersebut adalah kepada yang tertindas atau didholimi. Keberpihakan ini harus tegas, membela yang tertindas atau memusuhi yang tertindas. Tidak ada kompromi dalam hal ini. Karena itu pengorganisasian dilakukan dengan prinsip dan keyakinan bahwa dengan ini tujuan menghapus ketidakadilan dilakukan. Titik tolaknya Pengorganisasian yang dilakukan Yamajo bertitik tolak dari tiga pilar kerja yang tergambarkan seperti di bawah ini: Kerja membangun basis gerakan Kerja di garis depan Kerja membangun sistem dukungan Konsep ini digunakan dalam pengorganisasian yang dilakukan oleh penggerak komunitas yang bekerja dengan Yamajo yamajo 1

Kerja membangun basis gerakan, dilakukan dengan pendampingan intensif, menggalang solidaritas antar orang untuk memenuhi kebutuhan bersama atau menyelesaikan persoalan secara bersama-sama dalam satu komunitas yang terdiri dari berbagai kelompok masyarakat. Kerja ini dimulai dengan mendorong atau fasilitasi penyelesaian persoalanpersoalan yang dialami sebuah komunitas, bahkan jika perlu dimulai dari satu atau dua orang. Mendorong atau menggerakkan orang ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan secara terus menerus. Kegiatan-kegiatan ini adalah kegiatan kongkrit untuk menjawab kebutuhan atau persoalan kongkrit. Jika kebutuhan kongkritnya adalah pembenahan saluran irigasi, maka kegiatan kongkritnya adalah melakukan perbaikan saluran irigasi. Dari kegiatan-kegiatan kongkrit ini, jika dilakukan secara terus menerus, akan berdampak pada sebuah kekompakan atau solidaritas. Komunitas adalah satu habitat atau populasi (kumpulan orang) yang berada dalam satu wilayah tertentu yang memiliki kebutuhan (kepentingan) atau kebudayaan yang sama. Kebudayaan dalam hal ini adalah cara seseorang atau kumpulan orang dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Didalam satu komunitas di wilayah Jombang, Kediri dan, Mojokerto ada beberapa kelompok profesi (sektor), namun seluruh kelompok tersebut memiliki kesamaan bagaimana sektor-sektor tersebut memenuhi kebutuhan dasarnya. Karena secara nyata semua sektor yang ada di wilayah-wilayah tersebut semuanya masih tergantung pada satu sektor utama yaitu petani. Sehingga patut dikatakan bahwa pengorganisasian yang berbasis komunitas diwilayah itu, sebenarnya adalah pengorganisasian terhadap petani, tetapi berbasis komunitas. Dalam satu desa misalnya, ada sektor pedagang, sektor pengrajin, sektor buruh atau pekerja pemerintahan, sektor petani dsb. Dalam memenuhi kebutuhan dasarnya semua sektor tersebut tergantung pada satu sektor yaitu sektor petani. Karena itu kebudayaan di satu desa tersebut sama yaitu petani. Ketika petani memiliki problem dalam memenuhi kebutuhannya, maka yamajo 2

problem itu juga menjadi problem semua sektor yang ada di desa tersebut. Pengorganisasian yang dilakukan adalah membangun solidaritas atau kekompakan antar sektor. Sebelum solidaritas antar sektor dikembangkan, yang lebih penting adalah membangun solidaritas antar anggota di dalam sektor. Seperti yang dikatakan diatas, membangun solidaritas/kekompakan di dalam satu sektor atau antar sektor dilakukan dengan melakukan kegiatankegiatan untuk menjawab kebutuhan atau persoalan kongkrit. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara mandiri sesuai dengan kekuatan yang dimiliki oleh komunitas. Karena itu, membangun solidaritas ini utamanya adalah untuk membangun kemandirian komunitas dalam menjawab kebutuhan-kebutuhannya atau menyelesaikan persoalan-persoalannya. Dengan kemandirian ini, kemerdekaan atau kedaulatan atau pengendalian komunitas terhadap segala sumberdaya yang dimiliki bisa di wujudkan. Sesungguhnya, didalam sebuah komunitas, banyak sekali persoalan atau kebutuhan, gagasan untuk menyelesaikan-pun mereka sudah miliki, karena mereka tahu bagaimana persoalan itu muncul dan bagaimana persoalan itu terjadi. Gagasan tersebut banyak pula yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan atau menjawab kebutuhan. Karena dalam setiap komunitas pasti ada penggeraknya untuk mendorong melakukan kegiatan dalam menyelesaikan persoalan atau memenuhi kebutuhan. Gagasan dan cara menyelesaikan persoalan yang dilakukan sebuah komunitas inilah yang digunakan sebagai strategi dalam melakukan pengorganisasian selanjutnya dikomunitas tersebut. Pengorganisasian dengan ini hanya memberikan makna dari apa yang telah dilakukan oleh sebuah komunitas dan mendorong bagaimana penyelesaian persoalan dilakukan seperti yang biasa mereka lakukan. Dari sini, pengorganisasian tidak pernah mencerabut komunitas dari kebiasaannya. Kerja digaris depan, adalah untuk mengembangkan solidaritas tidak hanya terbatas dalam satu sektor atau didalam satu komunitas. Kegiatan kongkrit yang dilakukan adalah melakukan kampanye atau propaganda ke semua orang atau kelompokkelompok lain, membangun jaringan seluas mungkin untuk yamajo 3

mendukung isu yang diperjuangkan. Disamping itu, berdasarkan pada persoalan-persoalan yang ditemukan dalam melakukan kerja-kerja membangun basis gerakan dengan ciri kemandirian yang dimiliki, juga dilakukan upaya mempengaruhi keputusankeputusan agar berubah ke arah komunitas. Mempengaruhi keputusan ini tentunya dengan merebut kuasa, tanpa ini upaya mempengaruhi akan tidak ada artinya. Karena itu kemandirian dan kekuatan sangat penting. Kerja ini yang paling penting adalah upaya merubah kebijakan dengan secara terlibat sebagai pelaku, tidak sekedar sebagai pengamat atau peneliti. Kerja membangun sistem dukungan, dilakukan dengan upayaupaya untuk mendukung kedua kerja diatas. Informasi, data dan logistik didapatkan dari kerja membangun basis gerakan, kemudian diolah dan dijadikan amunisi dalam melukan kerjakerja digaris depan. Proses yang selama ini dilakukan di Yamajo adalah sebagai berikut: Pengorganisasian pikiran Merencanakan aksi Aksi Konsolidasi Evaluasi Pengorganisasian pikiran digunakan untuk melakukan orientasi, pertama-tama mungkin hanya satu dua orang. Merencanakan aksi dilakukan untuk melihat apa yang akan dilakukan sampai pada bagaimana dilakukan, yang paling penting dalam merencanakan aksi ini adalah memilih tujuan atau target, karena terlalu tingginya target yang dipatok akan berakibat tidak tercapainya target tersebut. Aksi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dibuat, ada tindakan pengendalian yang dilakukan, jangan sampai aksi yang dilakukan melebihi atau mengurangi perencanaan; aksi ini istilah lainnya adalah kegiatan-kegiatan kongkrit untuk menjawab kebutuhan atau yamajo 4

menyelesaikan persoalan. Evaluasi dan konsolidasi dilakukan untuk melihat dampak dari kegiatan, dan modal sosial yang bisa dijadikan bahan untuk melakukan pengorganisasian pikiran dan membuat perencanaan lagi. Modal inilah yang dijadikan sebagai pelajaran bagi aksi selanjutnya. Wilayah pengorganisasian Telah menjadi kebiasaan kita bahwa, pengorganisasian selalu diartikan dalam wilayah politik. Padahal pengorganisasian bukan hanya diwilayah itu namun juga harus dilakukan di wilayah ekonomi dan sosial budaya. Bahwa di wilayah ekonomi juga ada penindasan, begitu juga diwilayah sosial-budaya. Memang kebijakan di kedua wilayah tersebut (ekonomi dan sosial budaya), erat kaitannya dengan kebijakan politik. Bangsa Indonesia sudah bersepakat untuk tergabung dalam satu wilayah negara (politik), dan menyerahkan sebagian hak-haknya ke negara untuk dikelola negara diatur dalam salah satunya KHUP. Negara sah untuk memaksa karena itu. Dengan begitu negara juga wajib mengatur ekonomi warga negara. Artinya dari semua itu adalah: dengan melakukan pengorganisasian di wilayah politik atau jika wilayah politik sudah dikuasai rakyat, maka wilayah ekonomi dan sosial budaya juga terkena dampaknya. Karena sumber-sumber ekonomi saat ini berada di bawah penguasaan negara (politik). Negara Pasar Keputusan/ kebijakan Komunitas yamajo 5

Di setiap dimensi (negara, pasar dan komunitas) kalau kita runut lebih jauh memiliki keputusan/kebijakan masing-masing. Dalam negara ada kebijakan/keputusan, begitu juga didalam pasar dan komunitas. Karena itu orang tertindas, miskin atau korban ada di negara, komunitas dan pasar. Politik Ekonomi Sosialbudaya Dalam negara hubungan (relasi) yang terjadi adalah hubungan politik antara negara dan warga negara; di dalam pasar hubungannya adalah hubungan ekonomi antara para pelaku ekonomi (pasar); di dalam komunitas hubungan sosial-budaya terjadi antar masyarakat (tokoh, bukan tokoh, warga). Apakah hubungan-hubungan (relasi) ini berjalan adil? Artinya apakah tidak ada dominasi antar aktor (pelaku) dalam hubungan itu. Dominasi letaknya di pikiran para pelaku tersebut yang kemudian mewujud dalam berbagai tindakan. Lingkup Pengorganisasian Pengorganisasian bisa dilakukan di berbagai level, namun yang paling kecil adalah dilevel keluarga. Selanjutnya RT, dusun, desa, kabupaten dan seterusnya. Karena itu kerja membangun basis gerakan, melakukan advokasi (kerja digaris depan) dan support sistem juga bisa dilakukan di semua level tersebut. Hal ini patut dikatakan, karena selama ini ada kecenderungan bahwa, advokasi kebijakan (publik) hanya dilakukan di level kabupaten ketasa. Seakan-akan di level dusun atau desa tidak ada kebijakan (publik). yamajo 6

Analisis Dalam Pengorganisasian Seluruh kerja dalam melakukan pengorganisasian selalu memakai analisis agar pengorganisasian tidak mengalami tumpul analisis. Bahwa pengorganisasian yang dilakukan adalah untuk: 1. menjawab atau memenuhi kebutuhan dasar kongkrit atau masalah dasar kongkrit yang dialami oleh laki-laki atau perempuan secara bersama-sama, 2. meningkatkan secara bersama kemampuan masyarakat baik laki-laki dan perempuan dalam mengakses sumberdaya (politik, ekonomi dan sosial-budaya) 3. menumbuhkan kesadaran kritis, baik baik laki-laki dan perempuan 4. terbangunnya solidaritas atau kekompakan atau organisasi bisa terbangun 5. perjuangan penciptaan keadilan melalui solidaritas atau organisasi yang dibangun Analisis ini bisa dibolak-balik tergantung kondisi yang sudah terjadi. Karena bisa saja solidaritas sudah terbangun sebelum usaha memenuhi kebutuhan dasar terpenuhi dst. Analisis juga harus selalu dilihat, bahwa yang mengalami dan melakukan kerja bersama-sama Analisis terhadap struktur politik, ekonomi dan sosil-budaya adalah mutlak dilakukan untuk melihat dan mengetahui siapa sesungguhnya yang dikatakan sebagai orang miskin, tertindas dan korban. Untuk mengetahuinya harus dibedakan melalui ciricirinya dan alasan kenapa ciri-ciri itu ada pada mereka. Langkah operasional-nya Darimana atau dimana melakukan pengorganisasian? Tidak perlu jauh-jauh berfikir di wilayah kasus tanah, atau kasus yang terjadi di wilayah sangat miskin yang tempatnya sangat jauh dari kampung dimana seorang penggerak (organiser) tinggal. Pengorganisasian bisa dilakukan di kampung dimana organiser tinggal. Dari kampung itu bisa mula-mula dilakukan analisis dengan teman, kerabat atau tetangga yang sudah sekian lama tinggal bersama dalam satu komunitas. Analisis dilakukan untuk yamajo 7

membangkitkan kesadaran orang lain bahwa ada ketidakadilan yang dialami di kampung mereka. Dari sinilah pergerakan dimulai. Atau, memulai dengan melakukan kegiatan-kegiatan kongkrit untuk menjawab persoalan dikampung tersebut. Kegiatan dimulai dari satu dua orang untuk menyelesaikan masalah satu dua orang tersebut. Tentunya juga melakukan analisis terhadap persoalan yang dialami satu dua orang tersebut, sebelum secara bersama-sama membuat perencanaan (termasuk merencanakan strategi) dan menjalankan perencanaan tersebut dalam bentuk kegiatan (aksi). Inilah yang dikatakan sebagai pengorganisasian pikiran, perencanaan bersama dan aksi. Aksi atau kegiatan telah dilakukan. Barulah di lihat apa dampak atau capaian dari kegiatan (aksi) yang telah dilakukan. Apakah target tercapai? Inilah yang dikatakan evaluasi. Dalam hal ini target kegiatan harus tercapai, tidak boleh ada kata tidak tercapai atau gagal. Karena itu, dalam menentukan target ketika membuat perencanaan harus benar-benar realistis dan mampu dicapai. Karena ketika ada pernyataan target gagal dicapai, maka pengorganisasian sulit untuk dilanjutkan. Pengorganisasian bisa dilanjutkan ketika ada keberhasilan sebagai bahan pelajaran untuk melakukan pengorganisasian pikiran lagi atau mengkonsolidasikan lagi, dan membuat perencanaan untuk kegiatan selanjutnya. Prinsipnya, pengorganisasian adalah bergerak secara bersama-sama untuk menyelesaikan persoalan. Bagi seorang penggerak, tidak boleh cukup puas hanya menyelesaikan satu persoalan. Upaya untuk terus mengembangkan proses pengorganisasian, harus menjadi orientasinya. Satu dua orang menjadi sepuluh orang, seratus orang, seribu orang dan seterusnya; atau satu RT menjadi satu dusun, satu desa, satu kecamatan, kabupaten dan seterusnya. Karena persoalan ketidakadilan ada mulai dari lingkup RT, desa sampai internasional. Dari sini akan terbangun solidaritas antar orang, antar kelompok, antar komunitas dan seterusnya yang memiliki persoalan yang sama. Solidaritas yang terbangun inilah sebagai landasan sebuah organisasi rakyat. Karena hanya ini modal seorang organiser dalam rangka memperjuangkan keadilan. yamajo 8