Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Tata Kelola (Good Corporate Governance) bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

No Selaku Komisaris Independen dan Pihak Independen, anggota komite harus dapat terlepas dari benturan kepentingan.untuk mencegah adanya bentur

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

REVISI LAPORAN SELF ASESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BANK NTB PERIODE DESEMBER TAHUN 2012

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/4/PBI/2006 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/4/PBI/2006 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Penerapan Tata Kelola BPR

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI DESEMBER 2014

KERTAS KERJA SELF ASSESSMENT GOOD CORPORATE COVERNANCE FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA BPR

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris

LAPORAN PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) Hasil Penilaian Sendiri ( Self Assessment) Pelaksanaan GCG

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PERINGKAT Bobot Skor ANALISIS SELF ASSESMENT 2.000% 0.027

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/SEOJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

% % % % 0.002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Good Corporate Governance

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PT. BANK ANTARDAERAH BANK DEVISA. Laporan Pelaksanaan G C G (Good Corporate Governance)

BAB IV PEDOMAN KERJA KOMITE-KOMITE

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

ANALISIS SELF ASSESMENT. KRITERIA/INDIKATOR I. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS TUJUAN Untuk menilai:

TATA TERTIB DIREKSI 2016

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PD BPR BAHTERAMAS WAKATOBI TAHUN 2017

PIAGAM KOMITE NOMINASI & REMUNERASI PT. BANK MNC INTERNASIONAL TBK. MARET 2015

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO PT.BANK RIAU KEPRI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

ASPEK PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

Arah Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat Dalam Rangka Penerapan Tata Kelola dan Manajemen Risiko

SUMMARY PERHITUNGAN NILAI KOMPOSIT PERSIAPAN SELF ASESSMENT GCG DESEMBER 2012 PT. BANK NTT. Nilai (a)x(b) Bobot (a) Peringkat (b)

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA YANG BAIK BAGI DANA PENSIUN

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN .. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PIAGAM KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI (NOMINATION AND REMUNERATION COMMITTE) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk.

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BPRLESTARI PEDOMAN DAN TATA KERJA TERT IB DIREK

KOMITE AUDIT ( PIAGAM KOMITE AUDIT )

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI

PT. BANK ANTARDAERAH BANK DEVISA. Laporan Pelaksanaan G C G (Good Corporate Governance)

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT UNILEVER INDONESIA TBK

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

No. 9/12/DPNP Jakarta, 30 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

KERTAS KERJA PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI ( PIAGAM KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI )

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT BPR SUPRADANAMAS No. 232/SK-DIR/BSM/III/2017 TENTANG PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM

LAMPIRAN II SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/DPNP TANGGAL 29 April 2013 PERIHAL PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM

DAFTAR ISI... İ PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BPR BPR DANA KARUNIA SEJAHTERA TAHUN

PIAGAM KOMITE AUDIT PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3

DAFTAR ISI. Daftar isi 1

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018

Transkripsi:

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../ /POJK/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA(GOOD CORPORATE GOVERNANCE) BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../.../POJK/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA(GOOD CORPORATE GOVERNANCE) BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BAB I. KETENTUAN UMUM 1 Pengertian 1. Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disebut BPR adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perbankan; 2. Komisaris: a. bagi BPR berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas; b. bagi BPR berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perusahaan Daerah; c. bagi BPR berbentuk badan hukum Koperasi adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Perkoperasian. 3. Direksi: a. bagi BPR berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Perseroan Terbatas; b. bagi BPR berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Perusahaan Daerah; c. bagi BPR berbentuk badan hukum Koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Undang- Page 1

Undang tentang Perkoperasian. 4. Komisaris Independen adalah anggota dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. 5. Pihak Independen adalah pihak di luar BPR yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan dewan Komisaris, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. 6. Tata kelola (Good Corporate Governance) yang selanjutnya disebut GCG adalah tata kelola BPR yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness) 7. Stakeholders adalah seluruh pihak yang memiliki kepentingan secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan usaha BPR. 8. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab Cukup Jelas langsung kepada anggota Direksi atau mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional BPR, antara lain pemimpin kantor cabang, kepala divisi, kepala bagian, kepala Satuan Kerja Audit Intern atau pegawai yang ditunjuk bertanggung jawab mengenai pelaksanaan fungsi audit intern, manajer dan/atau pejabat lainnya yang setara. Page 2

2 (1) BPR wajib melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola (GCG) Penerapan prinsip-prinsip GCG dalam setiap dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan kegiatan usahanya termasuk pada saat penyusunan atau jenjang organisasi. visi, misi, rencana strategis, pelaksanaan kebijakan, dan langkah-langkah pengawasan internal pada (2) Penerapan prinsip-prinsip GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang harus diwujudkan dalam: a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan Komisaris; b. kelengkapan dan pelaksanaan fungsi komite; c. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; d. penanganan benturan kepentingan; e. penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern; f. penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern, g. batas maksimum pemberian kredit; h. rencana strategis BPR; i. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan. seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Huruf a Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan Komisaris mengacu pada anggaran dasar BPR dan peraturan perundangundangan yang berlaku, termasuk ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur mengenai pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut. Huruf b Pembentukan komite antara lain dimaksudkan untuk membantu kelancaran tugas pengawasan oleh dewan Komisaris sedangkan pelaksanaan fungsi komite dimaksudkan untuk mendukung terlaksananya GCG bagi BPR Huruf c Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi mengacu pada anggaran dasar BPR dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur mengenai pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut. Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup Jelas Page 3

Huruf f Cukup Jelas Huruf g Penerapan prinsip GCG mengenai batas maksimum pemberian kredit mengacu pada ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit bagi BPR. Huruf h Rencana strategis BPR meliputi rencana korporasi (corporate plan) maupun rencana bisnis (business plan). Huruf i Transparansi meliputi aspek pengungkapan (disclosure) informasi BPR yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif kepada Stakeholders. 3 Otoritas Jasa Keuangan melakukan penilaian terhadap Cukup Jelas penerapangcg BPR. BAB II DEWAN KOMISARIS Bab II. Bagian Pertama Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris 4 (1) Bagi BPR yang memiliki modal inti lebih dari atau sama dengan Rp50.000.000.000,00(lima puluh miliar rupiah), anggota dewan Komisaris berjumlah paling kurang 3 (tiga) orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota Direksi. (2) Bagi BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), anggota dewan Komisaris berjumlah paling kurang 2 (dua) orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota Direksi. (3) Seluruh anggota dewan Komisaris wajib berdomisili di Indonesia. Pengertian mengenai modal inti mengacu pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat. Page 4

(4) Paling kurang 1 (satu) orang anggota dewan Komisaris wajib Domisili anggota dewan Komisaris dibuktikan berdomisili di provinsi yang sama atau di kota atau dengan kartu identitas atau kartu tanda penduduk kabupaten pada provinsi lain yang berbatasan langsung atau surat keterangan domisili dari kepala desa dengan provinsi lokasi kantor pusat BPR. atau lurah setempat (5) Dewan Komisaris dipimpin oleh Komisaris Utama. 5 (1) Dewan Komisaris terdiri dari Komisaris dan Komisaris Independen. (2) Bagi BPR yang memiliki modal inti lebih dari atau sama dengan Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh miliar rupiah), paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah anggota dewan Komisaris adalah Komisaris Independen (3) Bagi BPR yang memiliki modal inti lebih dari atau sama dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dan kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh miliar rupiah) paling kurang satu anggota dewan Komisaris adalah Komisaris Independen (4) Bagi BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp50 miliar (lima puluh miliar rupiah), salah satu anggota Komisaris dapat merupakan Komisaris Independen (5) Mantan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif BPR atau pihak-pihak yang mempunyai hubungan dengan BPR, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen, tidak dapat menjadi Komisaris Independen pada BPR yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu (cooling off) selama 1 (satu) tahun. Keberadaan Komisaris Independen dimaksudkan untuk mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih obyektif dan menempatkan kewajaran (fairness) dan kesetaraan di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang saham minoritas dan Stakeholders lainnya. Cukup jelas Yang dimaksud dengan masa tunggu (cooling off) adalah tenggang waktu antara berakhirnya secara efektif jabatan yang bersangkutan sebagai anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif atau hubungan lain dengan BPR, dengan pengangkatan yang bersangkutan secara efektf sebagai Komisaris Independen Page 5

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(5) tidak Yang dimaksud dengan yang melakukan fungsi berlaku bagi mantan Direksi atau Pejabat Eksekutif yang pengawasan, antara lain direktur kepatuhan, melakukan fungsi pengawasan. direktur manajemen risiko, dan Pejabat Eksekutif yang membawahi unit kerja pengawasan, antara lain Pejabat Eksekutif yang membidangi audit 6 (1) Bagi BPR yang membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi, setiap usulan penggantian dan/atau pengangkatan anggota dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham harus memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi. (2) Anggota dewan Komisaris harus memenuhi persyaratan telah lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test). 7 (1) Anggota dewan Komisaris hanya dapat merangkap jabatan sebagai komisaris paling banyak pada 2 (dua) BPR atau BPRS lain. (2) Anggota Dewan Komisaris dilarang merangkap jabatan sebagai anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif pada BPR, BPRS dan/atau Bank Umum. (3) Mayoritas dari dari jumlah anggota dewan Komisaris dilarang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi. Bab II. Bagian Kedua Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris 8 Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara independen. intern, kepatuhan, dan manajemen risiko. Yang dimaksud pada ayat ini adalah bahwa seseorang hanya dapat menjabat sebagai Komisaris paling banyak pada 3 (tiga) BPR yaitu pada 1 (satu) BPR dan 2 (dua) BPRS atau pada 2 (dua) BPR dan 1 (satu) BPRS. Cukup jelas Yang dimaksud dengan independen dalam pasal ini adalah pelaksanaan tugas secara obyektif dan bebas dari tekanan dan kepentingan pihak manapun. Page 6

9 (1) Dewan Komisaris wajib memastikan terselenggaranya penerapangcg dalam setiap kegiatan usaha BPR pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (2) Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi (3) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan Komisaris wajib mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BPR (4) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional BPR, kecuali: a. penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit BPR; dan b. hal-hal lain yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. (5) Pengambilan keputusan oleh Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan bagian dari tugas pengawasan oleh Komisaris sehingga tidak meniadakan tanggung jawab Direksi atas pelaksanaan kepengurusan BPR. 10 Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit intern BPR, auditor eksternal, hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau otoritas lainnya Yang dimaksud dengan kegiatan operasional adalah kegiatan kredit, penghimpunan dana dan kegiatan operasional lainnya. Huruf a Huruf b Yang dimaksud dengan otoritas lain, antara lain adalah termasuk namun tidak terbatas pada: a. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) b. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) c. Direktur Jenderal Pajak Page 7

11 Dewan Komisaris wajib memberitahukan kepada Otoritas Jasa Keuanganpaling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak ditemukannya: a. pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perbankan; dan b. keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BPR. 12 (1) Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris pada BPR dengan modal inti lebih dari atau sama dengan Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh miliar rupiah) wajib membentuk paling kurang: a. Komite Audit; dan b. Komite Pemantau Risiko; (2) Dewan Komisaris dapat membentuk Komite Nominasi dan Cukup jelas Remunerasi dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. (3) Pengangkatan anggota komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan oleh Direksi berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris (4) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite yang telah dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjalankan tugasnya secara efektif. (5) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib menyusun pedoman dan tata tertib kerja komite. 13 (1) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Dewan Komisaris (2) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada Huruf a ayat (1) paling kurang wajib mencantumkan: a. Pengaturan etika kerja b. Waktu kerja; dan Huruf b Page 8

c. Pengaturan rapat Huruf c Pengaturan rapat antara lain mengatur tentang agenda rapat, persyaratan kuorum, pengambilan keputusan, hak anggota dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan dan risalah rapat. 14 Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal. Bab II. Bagian Ketiga Rapat Dewan Komisaris 15 (1) Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan wajib dihadiri secara fisik oleh seluruh anggota Dewan Komisaris. (2) Dalam hal anggota dewan komisaris tidak dapat menghadiri rapat secara fisik, maka dapat menghadiri rapat melalui teknologi telekonferensi. 16 (1) Pengambilan keputusan rapat Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat. (2) Dalam hal tidak terjadi musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. (3) Segala keputusan Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat mengikat bagi seluruh anggota Dewan Komisaris. (4) Hasil rapat Dewan Komisaris wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik. Indikator penyediaan waktu yang cukup dicerminkan antara lain oleh kehadiran yang bersangkutan sesuai waktu kerja yang telah ditetapkan dalam tata tertib dan tingkat kehadiran yang bersangkutan dalam rapat. Seluruh anggota Dewan Komisaris wajib hadir secara fisik pada rapat dalam rangka evaluasi/penetapan kebijakan strategis dan evaluasi realisasi rencana bisnis BPR. Pelaksanaan rapat melalui teknologi telekonferensi harus dilakukan dengan teknologi video dan audio dan dapat dibuktikan dengan bukti rekaman Page 9

(5) Perbedaan pendapat (dissenting opinions) yang terjadi dalam Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut. Bab II. Bagian Keempat Aspek Transparansi Dewan Komisaris 17 Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan: a. kepemilikan sahamnya, baik pada BPR yang bersangkutan maupun pada lembaga jasa keuangan dan perusahaan lain; b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lain, anggota Direksi dan/atau pemegang saham BPR, dalam laporan penerapangcg sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. 18 (1) Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR. (2) Anggota Dewan Komisaris dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPR selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham. (3) Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan penerapangcg sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Tidak termasuk dalam pengertian keuntungan pribadi antara lain dalam hal anggota Dewan Komisaris sebagai nasabah BPR menerima penghasilan bunga/imbalan secara wajar. BAB III DIREKSI Bab III. Bagian Pertama Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Direksi 19 (1) Bagi BPR yang memiliki modal inti lebih dari atau sama dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), anggota Direksi berjumlah paling kurang 3 (tiga) orang dan 1 Page 10

(satu) orang diantaranya merupakan Direktur Kepatuhan. (2) Bagi BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), anggota Direksi paling kurang 2 (dua) orang dan 1 (satu) diantaranya ditunjuk untuk menjalankan fungsi kepatuhan (3) Seluruh anggota Direksi harus berdomisili di kota/kabupaten yang sama atau di kota/kabupaten yang berbatasan langsung dengan kota/kabupaten lokasi kantor pusat BPR. (4) Direksi dipimpin oleh Direktur Utama. 20 (1) Mayoritas anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota dewan Komisaris dan/atau Direksi (2) Anggota Direksi baik secara sendiri-sendiri atau bersamasama dilarang memiliki saham sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari modal disetor BPR dan/atau menjadi pemegang saham mayoritas di lembaga jasa keuangan non bank 21 (1) Bagi BPR yang membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi, setiap usulan penggantian dan/atau pengangkatan anggota Direksi oleh Dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham harus memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi (2) Anggota Direksi wajib memiliki pengalaman di bidang operasional perbankan dan/atau keuangan paling singkat selama 2 (dua) tahun. Direktur yang menjalankan fungsi kepatuhan bukan merupakan Direktur yang menangani kegiatan yang terkait langsung dengan bisnis BPR. Domisili anggota direksi dbuktikan dengan kartu identitas atau kartu tanda penduduk atau surat keterangan domisili dari kepala desa atau lurah setempat Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua adalah hubungan baik vertikal maupun horizontal sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai Bank Perkreditan Rakyat. Ayat (1) Tidak termasuk penggantian sementara sebagaimana dimaksud dalam Undangundang tentang Perseroan Terbatas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan pengalaman di bidang operasional perbankan dan/atau keuangan antara lain pemasaran, akuntansi, audit, pendanaan, perkreditan, hukum atau pengalaman di bidang pengawasan operasional perbankan. Page 11

(3) Setiap anggota Direksi harus memenuhi persyaratan telah lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test). 22 Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan pada Bank, Anggota Direksi harus fokus dalam menjalankan perusahaan dan/atau lembaga lain. kegiatan operasional BPR yang dipimpinnya, sehingga tidak dapat merangkap jabatan di perusahaan atau lembaga lain, kecuali asosiasi industri BPR, lembaga pendidikan dalam rangka peningkatan kompetensi SDM BPR dan lembaga sosial kemasyarakatan, sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugasnya sebagai Direksi 23 Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi. BPR. Yang dimaksud dengan pihak lain adalah satu orang karyawan atau lebih atau orang lain. BAB III. Bagian Kedua Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 24 (1) Direksi bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan BPR. (2) Direksi wajib mengelola BPR sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 25 Direksi wajib melaksanakan prinsip-prinsip GCGdalam setiap kegiatan usaha BPR pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. 26 Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit intern BPR, auditor eksternal, hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. Yang dimaksud dengan otoritas lain adalah termasuk namun tidak terbatas pada: a. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK); b. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS); dan/atau c. Direktur Jenderal Pajak Page 12

27 (1) Dalam rangka melaksanakan prinsip-prinsip GCGsebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Direksipada BPR dengan modal inti lebih dari atau sama dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)paling kurang wajib membentuk: a. Satuan Kerja Audit Intern; b. Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko; dan c. Satuan Kerja Kepatuhan. (2) Bagi BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), Direksi wajib menunjuk pejabat yang akan melaksanakan: a. Fungsi Audit Intern; b. Fungsi Manajemen Risiko; dan c. Fungsi Kepatuhan. Huruf a Satuan Kerja Audit Intern bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama Huruf b Satuan Kerja Manajemen Risiko bertanggung jawab langsung kepada salah satu anggota Direksi. Huruf c Satuan Kerja Kepatuhan bertanggungjawab langsung kepada salah satu anggota Direksi yang ditunjuk untuk menjalankan fungsi kepatuhan dan bertugas membantu pelaksanaan fungsi direktur kepatuhan Huruf a Pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan fungsi audit intern tidak dapat merangkap tugas lainnya dan harus independen serta bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama BPR. Huruf b Huruf c Pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan fungsi kepatuhan bertanggung jawab langsung kepada salah satu Direksi BPR yang bertanggungjawab terhadap fungsi kepatuhan. Page 13

(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi audit Cukup jelas intern dan fungsi kepatuhan termasuk Satuan Kerja Audit Intern, dan Satuan Kerja Kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2 diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (4) Penerapan fungsi manajemen risiko termasuk pembentukan Cukup jelas Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko mengacu pada ketentuan yang mengatur mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi BPR 28 Direksi wajib memastikan terpenuhinya jumlah sumber daya Huruf a. manusia yang memadai untuk menunjang operasional bagi Pemisahan tugas untuk memastikan tidak terdapat terselenggaranya GCG yang baik, antara lain: perangkapan jabatan antara bagian pembukuan, a. terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagian operasional, dan kegiatan penunjang operasional. pembukuan, operasional, dan kegiatan penunjang operasional b. adanya pegawai yang ditunjuk bertanggung jawab terhadap Huruf b. pelaksanaan pengendalian intern dan independen terhadap unit Cukup jelas kerja lain 29 Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham. 30 Direksi wajib mengungkapkan kepada pegawai kebijakan BPRyang bersifat strategis di bidang kepegawaian. 31 Direksi dilarang menggunakan penasihat perorangan dan/atau jasa profesional sebagai konsultan kecuali memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. proyek bersifat khusus; b. didasari oleh kontrak yang jelas, yang sekurang kurangnya mencakup lingkup kerja, tanggung jawab dan jangka waktu pekerjaan serta biaya; c. konsultan adalah Pihak Independen dan memiliki kualifikasi untuk mengerjakan proyek yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada huruf a. Huruf a Termasuk dalam kategori proyek yang bersifat khusus antara lain adalah proyek teknologi informasi yang memiliki kriteria seperti adanya target waktu tertentu. Huruf b Huruf c Page 14

32 Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan Data dan informasi dimaksud diperlukan dalam dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris. kaitan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dan pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan BPR. 33 (1) Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Direksi. (2) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang wajib mencantumkan: a. pengaturan etika kerja; b. waktu kerja; dan c. pengaturan rapat. 34 Segala keputusan Direksi yang diambil sesuai dengan pedoman dan tata tertib kerja mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota Direksi. Huruf a Huruf b Huruf c Pengaturan rapat antara lain mengatur tentang agenda rapat, persyaratan kuorum, pengambilan keputusan, hak anggota dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan dan risalah rapat. BAB III. Bagian Ketiga Rapat Direksi 35 (1) Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan melalui rapat Direksi dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (4). Ayat (1) Yang dimaksud dengan kebijakan dan keputusan strategis adalah keputusan BPR yang dapat mempengaruhi keuangan BPR secara signifikan dan/atau memiliki dampak yang berkesinambungan terhadap anggaran, sumber daya manusia, struktur organisasi, dan/atau pihak ketiga. Page 15

(2) Pengambilan keputusan rapat Direksi sebagaimana Ayat (2) dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat. (3) Dalam hal tidak terjadi musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. (4) Hasil rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan secara baik. (5) Perbedaan pendapat (dissenting opinions) yang terjadi dalam rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut. BAB III. Bagian Keempat Aspek Transparansi Direksi 36 Anggota Direksi wajib mengungkapkan: a. kepemilikan sahamnya, baik pada BPR yang bersangkutan maupun pada bank dan perusahaan lain; b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi lain dan/atau pemegang saham BPR, dalam laporan penerapangcg sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. 37 (1) Anggota Direksi dilarang memanfaatkan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR. (2) Anggota Direksi dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPR, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (1) Ayat (2) Tidak termasuk dalam pengertian keuntungan pribadi antara lain dalam hal anggota Direksi sebagai nasabah BPR menerima penghasilan bunga/imbalan secara wajar. Page 16

(3) Anggota Direksi wajib mengungkapkan remunerasi dan Ayat (3) fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan penerapangcg sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. BAB IV KOMITE-KOMITE BAB IV. Bagian Pertama Struktur dan Keanggotaan Komite 38 (1) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang dari Pihak Independen yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman di bidang keuangan atau akuntansi; dan c. seorang dari Pihak Independen yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman di bidang hukum atau perbankan. (2) Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen. (3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Komisaris Independen dan Pihak Independen yang menjadi anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang 51% (lima puluh satu perseratus) dari jumlah anggota Komite Audit. (5) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki integritas, akhlak, dan moral yang baik. Ayat (1) Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Yang dimaksud dengan memiliki integritas yang baik antara lain tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus Otoritas Jasa Keuangan dan daftar kredit macet, yang didukung dengan surat pernyataan pribadi. Page 17

39 (1) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud Ayat (1) dalam pasal 12 ayat (1) huruf b paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang Pihak Independen yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman di bidang keuangan; dan c. seorang Pihak Independen yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman di bidang manajemen risiko. (2) Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat Ayat (2) (1) diketuai oleh Komisaris Independen. (3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Pemantau Ayat (3) Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Komisaris Independen dan Pihak Independen yang menjadi anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang 51% (lima puluh satu perseratus) dari jumlah anggota Komite Pemantau Risiko. (5) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki integritas, akhlak, dan moral yang baik. 40 (1) Dalam hal BPR membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi, anggota Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang Komisaris; dan c. seorang Pejabat Eksekutif. (2) Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen. Ayat (4) Ayat (5) Yang dimaksud dengan memiliki integritas yang baik antara lain tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus Otoritas Jasa Keuangan dan daftar kredit macet, yang didukung dengan surat pernyataan pribadi. Ayat (1) Ayat (2) Page 18

(3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Ayat (3) Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi ditetapkan lebih dari 3 (tiga) orang maka anggota Komisaris Independen paling kurang berjumlah 2 (dua) orang. 41 Dalam hal BPR membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi secara terpisah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) maka keanggotaan masing-masing komite tersebut adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 40. BAB IV. Bagian Kedua Jabatan Rangkap Ketua Komite 42 Ketua komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 hanya dapat merangkap jabatan sebagai ketua komite paling banyak pada 1 (satu) komite lainnya. BAB IV. Bagian Ketiga Tugas dan Tanggung Jawab Komite 43 (1) Komite Audit melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan. (2) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komite Audit paling kurang melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap: a. pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern; b. kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik dengan standar audit yang berlaku; c. kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku; Ayat (4) Yang dimaksud dengan pembentukan Komite Remunerasi dan Nominasi secara terpisah adalah pembentukan Komite Remunerasi ydengan Komite Nominasi Cukup Jelas Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Page 19

d. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Satuan Kerja Audit Intern, akuntan publik, dan hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau otoritas lain guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. (3) Komite Audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham. 44 Komite Pemantau Risiko paling kurang melakukan: a. evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko, guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. 45 Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang: a. terkait dengan kebijakan remunerasi: 1) melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi; dan 2) memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris mengenai: a) kebijakan remunerasi bagi dewan Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham; b) kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan untuk disampaikan kepada Direksi; b. terkait dengan kebijakan nominasi: 1) menyusun dan memberikan rekomendasi mengenai sistem serta prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota dewan Komisaris dan Direksi kepada dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham; Ayat (3) Cukup Jelas Cukup jelas Cukup Jelas Page 20

2) memberikan rekomendasi mengenai calon anggota dewan Komisaris dan/atau Direksi kepada dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham; 3) memberikan rekomendasi mengenai Pihak Independen yang akan menjadi anggota Komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf b dan huruf c, Pasal 39 ayat (1) huruf b dan huruf c kepada dewan Komisaris. 46 Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) wajib memastikan bahwa kebijakan remunerasi paling kurang sesuai dengan: a. kinerja keuangan dan pemenuhan cadangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. prestasi kerja individual; c. kewajaran dengan peer group; dan d. pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang BPR. BAB IV. Bagian Keempat Rapat Komite 47 (1) Rapat Komite diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan BPR. (2) Rapat Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh paling kurang 51% (lima puluh satu perseratus) dari jumlah anggota termasuk seorang Komisaris Independen dan Pihak Independen. Huruf a Yang dimaksud dengan cadangan adalah cadangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. Huruf b Remunerasi yang dikaitkan dengan prestasi kerja individual dimaksudkan agar tercapai kesetaraan antara hasil kerja individual dengan imbalan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Huruf c Yang dimaksud dengan peer group adalah kesetaraan jabatan pada intern BPR dan pada beberapa bank sejenis, antara lain dari sisi aset dan karakteristik. Huruf d Ayat (1) Ayat (2) Page 21

(3) Rapat Komite Remunerasi dan Nominasi hanya dapat Ayat (3) dilaksanakan apabila dihadiri oleh paling kurang 51% (lima puluh satu perseratus) dari jumlah anggota termasuk seorang Komisaris Independen dan Pejabat Eksekutif. 48 (1) Keputusan rapat komite dilakukan berdasarkan Ayat (1) musyawarah mufakat. (2) Dalam hal tidak terjadi musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. (3) Hasil rapat komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan secara baik. (4) Perbedaan pendapat (dissenting opinions) yang terjadi dalam rapat komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut. BAB V FUNGSI KEPATUHAN, AUDIT INTERN DAN AUDIT EKSTERN Bab V. Bagian Pertama Fungsi Kepatuhan dan Penugasan Direktur Kepatuhan BPR 49 BPR wajib memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundangundangan lainnya yang berlaku. 50 (1) Dalam rangka memastikan kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, BPR yang memiliki modal inti lebih dari atau sama dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)wajib menunjuk seorang Direktur Kepatuhan. (2) Dalam rangka membantu pelaksanaan fungsi Direktur Kepatuhan secara efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR membentuk satuan kerja kepatuhan (compliance unit) yang independen terhadap satuan kerja operasional. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (1) Ayat (2) Page 22

(3) Bagi BPR yang memiliki modal inti kurang dari Ayat (3) Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), wajib menunjuk 1 (satu) orang anggota Direksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan. (4) Dalam rangka membantu pelaksanaan fungsi kepatuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), BPR menunjuk Pejabat Eksekutif untuk melaksanakan fungsi kepatuhan. (5) Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) wajib menyusun dan mengkinikan pedoman kerja, sistem dan prosedur. 51 Penugasan dan pemberhentian Direktur Kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dilakukan oleh dewan Komisaris dan Direktur Utama dengan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Otoritas Jasa Keuangan. Ayat (4) Ayat (5) 52 Anggota Direksi BPR yang ditugaskan sebagai Direktur Kepatuhan atau anggota Direksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya: a. tidak merangkap jabatan sebagai Direktur Utama BPR; b. tidak membawahi kegiatan operasional, akuntansi dan/atau Satuan Kerja Audit Intern (SKAI); c. memahami peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku; dan d. mampu bekerja secara independen. 53 Direktur Kepatuhan atau anggota Direksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan bertugas dan bertanggung jawab sekurang-kurangnya untuk: Page 23

a. menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk Huruf a memastikan BPR telah memenuhi seluruh peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian; b. memantau dan menjaga agar kegiatan usaha BPR tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku; dan c. memantau dan menjaga kepatuhan BPR terhadap seluruh Yang dimaksud dengan menetapkan langkahlangkah antara lain adalah menyiapkan prosedur kepatuhan (compliance procedure) pada setiap satuan kerja, menyesuaikan pedoman intern BPR terhadap perubahan peraturan perundang-undangan yang berlaku komitmen yang dibuat oleh BPR kepada Otoritas Jasa dan menyiapkan proses pengambilan Keuangan. keputusan oleh manajemen. Yang dimaksud dengan ketentuan dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian, antara lain adalah ketentuan mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, Batas maksimum Pemberian Kredit, Kualitas Aktiva Produktif dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Huruf b Dilakukan antara lain dengan pemantauan penerapan prosedur kepatuhan (compliance procedure) pada setiap satuan kerja yang digunakan sebagai alat dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan, dan melakukan pelatihan serta sosialisasi kepatuhan terhdap ketentuan yang berlaku. Huruf c Komitmen yang dibuat oleh BPR adalah kesanggupan BPR untuk memenuhi perintah dan larangan dari Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu (misalnya Cease and Desist Order). Page 24

54 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53, Direktur Kepatuhan atau anggota Direksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan wajib mencegah Direksi BPR agar tidak menempuh kebijakan dan/atau menetapkan keputusan yang menyimpang dari peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. 55 Direktur Kepatuhan atau anggota Direksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan wajib melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya secara berkala kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris. 56 BPR wajib menyampaikan laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan tentang pelaksanaan tugas Direktur Kepatuhan atau anggota Direksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan, yaitu: a. laporan pokok-pokok pelaksanaan tugas Direktur Kepatuhan atau anggota Direksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53; b. laporan khusus mengenai kebijakan dan/atau keputusan direksi yang menurut pendapat Direktur Kepatuhan atau anggota Direksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan telah menyimpang dari peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau peraturan perundang-undangan lain yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54. 57 Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan atau anggota Direksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan dan Direktur Utama wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap akhir bulan Juni dan Desember, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah bulan laporan. Dalam hal Direktur Kepatuhan telah melakukan pencegahan namun masih terjadi penyimpangan, Direksi BPR tetap bertanggung jawab atas penyimpangan yang terjadi. Page 25

Bab V. Bagian Kedua Fungsi Audit Intern 58 (1) BPR wajib menerapkan fungsi audit intern secara efektif Ayat (1) (2) Bagi BPR yang memiliki modal inti lebih dari atau sama dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), wajib membentuk Satuan Kerja Audit Intern yang independen terhadap fungsi operasional. (3) Bagi BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), wajib menunjuk 1 (satu) orang Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern. (4) Persyaratan dan tata cara pelaksanaan fungsi audit intern diatur lebih lanjut dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan 59 Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern sebagaimana dimaksud pada Pasal 58 ayat (2) dan (3) bertugas dan bertanggung jawab untuk: a. membantu tugas Direktur Utama dan Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan dengan cara menjabarkan secara operasional baik perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan hasil audit; b. membuat analisis dan penilaian di bidang keuangan, akuntansi, operasional dan kegiatan lainnya melalui pemeriksaan langsung dan pengawasan secara tidak langsung; c. mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana; dan d. memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua tingkatan manajemen. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Cukup Jelas Page 26

60 (1) Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat Eksekutif yang Ayat (1) bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit internbertanggung jawab langsung kepadadireksi. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern wajib menyampaikan laporan kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan atau anggota Direksi yang menjalankan fungsi kepatuhan. (3) Kepala Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama BPR dengan persetujuan Dewan Komisaris. (4) Tata cara pelaksanaan Satuan Kerja Audit Intern akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran OJK. 61 BPR wajib menyampaikan laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan tentang pelaksanaan fungsi audit intern, yaitu: a. laporan pengangkatan atau pemberhentian kepala Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern yang disertai dengan pertimbangan dan alas an pengangkatan atau pemberhentian; b. laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern termasuk informasi hasil audit yang bersifat rahasia; c. laporan khusus mengenai setiap temuan audit intern yang diperkirakan dapat mengganggu kelangsungan usaha BPR; dan d. laporan hasil kaji ulang pihak ekstern yang memuat pendapat tentang hasil kerja Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern dan kepatuhannya terhadap Standar pelaksanaan Fungsi Audit Intern BPR serta perbaikan yang mungkin dilakukan. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Page 27

62 (1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a Ayat (1) yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan Dewan Komisaris wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pengangkatan atau pemberhentian kepala Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern. (2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf b yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan Dewan Komisaris wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap akhir tahun, selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah bulan laporan. (3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf c yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan Dewan Komisaris wajib segera disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak temuan audit diketahui. (4) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf d wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) tahun, selambatlambatnya 1 (satu) bulan setelah hasil kaji ulang oleh pihak ekstern diterima oleh BPR. Bab V. Bagian Ketiga Fungsi Audit Ekstern 63 (1) BPR wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan BPR. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (1) Pelaksanaan audit laporan keuangan BPR antara lain dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan dan akurasi penyajian kondisi keuangan BPR. Page 28

(2) Apabila BPR telah memiliki Komite Audit maka penunjukan Ayat (2) Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris sesuai rekomendasi Komite Audit. (3) Pelaksanaan Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang berlaku tentang Transparansi Kondisi Keuangan BPR. Bab VI. Penerapan Manajemen Risiko 64 Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif, yang disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan BPR dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi BPR. Bab VII. Batas Maksimum Pemberian Kredit 65 Pelaksanaan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) wajib berpedoman pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit BPR. Ayat (3) Cukup Jelas Bab VIII. Rencana Strategis BPR 66 (1) BPR wajib menyusun rencana strategis BPR Rencana strategis BPR disusun dengan berpedoman pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur tentang Rencana Bisnis BPR. (2) Penyampaian rencana strategis BPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perubahannya kepada Otoritas Jasa Keuangan berpedoman pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Rencana Bisnis BPR. Page 29

Bab IX. Aspek Transparansi Kondisi Bank 67 (1) BPR wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan Ayat (1) dan non-keuangan sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Transparansi Kondisi Keuangan BPR. Yang dimaksud dengan kondisi nonkeuangan meliputi antara lain kepengurusan, kepemilikan, perkembangan usaha Bank dan kelompok usaha Bank, strategi dan kebijakan (2) Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR wajib menyusun dan menyajikan laporan dengan tata cara, jenis dan cakupan sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Transparansi Kondisi Keuangan BPR. 68 BPR wajib melaksanakan transparansi informasi mengenai produk dan penggunaan data nasabah BPR dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Transparansi Kondisi Keuangan BPR. BAB X PELAPORAN INTERNAL DAN BENTURAN KEPENTINGAN Bab X. Bagian Pertama Pelaporan Internal 69 Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan oleh Direksi dan kualitas proses pengawasan oleh dewan Komisaris, BPR wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan pelaporan internal yang didukung oleh sistem informasi manajemen yang memadai. manajemen, dan laporan manajemen. Ayat (2) Cukup Jelas Cukup Jelas Page 30

Bab X. Bagian Kedua Penanganan Benturan Kepentingan 70 Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif dilarang mengambil tindakan yang dapat merugikan BPR atau mengurangi keuntungan BPR dan wajib mengungkapkan benturan kepentingan dimaksud dalam setiap keputusan. Yang dimaksud dengan benturan kepentingan antara lain adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis BPR dengan kepentingan ekonomis pribadi pemilik, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif, dan/atau pihak terkait dengan BPR. Ketentuan dalam Pasal ini pada dasarnya dimaksudkan agar anggota dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif menghindarkan diri dari pengambilan suatu keputusan dalam situasi dan kondisi ada benturan kepentingan. Namun demikian apabila keputusan tetap harus diambil maka pihak-pihak dimaksud wajib mengutamakan kepentingan ekonomis BPR dan menghindarkan BPR dari kerugian yang mungkin timbul atau kemungkinan berkurangnya keuntungan BPR serta wajib mengungkapkan kondisi benturan kepentingan tersebut dalam setiap keputusan. Dalam kaitan ini, pemberian perlakuan istimewa kepada pihak-pihak tertentu di luar prosedur dan ketentuan yang berlaku termasuk dalam kategori benturan kepentingan yang menimbulkan kerugian BPR atau mengurangi keuntungan BPR, antara lain pemberian suku bunga yang tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Page 31

BAB XI LAPORAN DAN PENILAIAN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE Bab XI. Bagian Pertama Laporan PenerapanGood Corporate Governance 71 (1) BPR wajib menyusun laporan penerapangcgsetiap akhir Ayat (1) tahun buku. (2) Laporan penerapangcg sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling kurang meliputi: a. cakupan GCG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan hasil penilaian (self assesment) atas penerapangcgbpr; b. kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris serta hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris dengan anggota Dewan Komisaris lain, anggota Direksi dan/atau pemegang saham BPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; c. kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi lain dan/atau pemegang saham BPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36; d. paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris serta Direksi; e. rasio gaji tertinggi dan gaji terendah; f. frekuensi rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15; g. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya penyelesaian oleh BPR; Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Pengungkapan paket/kebijakan remunerasi ini menjadi tolok ukur Stakeholders dalam menilai kesesuaian remunerasi dengan hasil kinerja BPR yang dikelola Dewan Komisaris dan Direksi BPR. Yang dimaksud dengan fasilitas lain adalah fasilitas yang diterima tidak dalam bentuk keuangan, antara lain fasilitas perumahan, fasilitas transportasi dan fasilitas asuransi kesehatan. Huruf e Huruf f Huruf g Page 32