Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANAN DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012 PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN)

dokumen-dokumen yang mirip
Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

PROGRAM KERJA DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN 2018

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Kegiatan Prioritas Tahun 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013

Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara. Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Kebijakan Pengembangan Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri. Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA

PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI 2010 MELAMPAUI TARGET

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2014

Roadmap Industri Telematika

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PROGRAM KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2010 DAN RENCANA KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2011

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

KINERJA. Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA.

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2011

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1996 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

KESIAPAN SKKNI UNTUK TENAGA KERJA INDUSTRI YANG KOMPETEN

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

Transkripsi:

Pokok Bahasan I II III IV V PENDAHULUAN PERANAN DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012 PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) ISU STRATEGIS DITJEN BIM 2012 2

I PENDAHULUAN PERMENPERIN NOMOR 105 TAHUN 2010 TUGAS DITJEN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Merumuskan Serta Melaksanakan Kebijakan dan Standarisasi Teknis Di Bidang Basis Industri Manufaktur FUNGSI DITJEN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR 1. Perumusan kebijakan di bidang industri manufaktur termasuk penyusunan peta panduan pengembangan klaster BIM 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang BIM termasuk pengembangan klaster BIM 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang BIM 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasdi 3 bidaang BIM 5. Pelaksanaan administrasi Ditjen BIM

ORGANISASI DITJEN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR

PERTUMBUHAN INDUSTRI 2011 LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* (TW I) 2011* (TW II) 2011* (TW III) 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2,75 7,21 5,05 2,34 11,22 2,73 4,04 6,74 7,29 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1,31 1,23-3,68-3,64 0,60 1,74 10,43 9,33 8,63 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0,92-0,66-1,74 3,45-1,38-3,50 (0,48) 1,32 0,88 4). Kertas dan Barang cetakan 2,39 2,09 5,79-1,48 6,34 1,64 4,22 4,05 2,26 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8,77 4,48 5,69 4,46 1,64 4,67 (0,02) 3,36 4,18 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3,81 0,53 3,40-1,49-0,51 2,16 4,38 5,05 6,12 7). Logam Dasar Besi & Baja -3,70 4,73 1,69-2,05-4,26 2,56 18,32 16,91 15,03 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12,38 7,55 9,73 9,79-2,87 10,35 8,84 6,61 7,01 9). Barang lainnya 2,61 3,62-2,82-0,96 3,19 2,98 1,13 3,71 4,59 Industri Non Migas 5,86 5,27 5,15 4,05 2,56 5,09 5,78 6,23 6,49 Sumber: BPS diolah Kemenperin, 2011

POTENSI INDUSTRI Potensi Ketersediaan Bahan Baku: Indonesia dianugerahi kekayaan sumber bahan baku antara lain Bahan Baku industri Petrokimia, Oleokimia, Fine Chemical, coal-based industry, dan biomass-based industry sbb: Cadangan total Minyak Bumi: 7.998,49 MMSTB Cadangan total Gas Bumi: 159, 63 TSCF Cadangan total Batubara : 104,8 Milyar Ton Produsen minyak sawit (CPO dan CPKO) terbesar di dunia: pada tahun 2010 mencapai 22,5 juta ton (lebih dari 75% masih diekspor mentah) Cadangan bahan galian logam: tembaga 3,2 Milyar Ton, iron ore (besi) lebih dari 2 Milyar Ton, nikel laterit sebesar 1,58 Milyar Ton (16 % total cadangan nikel dunia) Produsen biomassa (hasil samping) pertanian terbesar di dunia dengan potensi biomassa utama: sekam padi 20 Juta Ton, janggel jagung 15 Juta Ton dan Tandan Kosong sawit sebesar 15 Juta Ton. Potensi pasar: pasar produk petrokimia cukup besar (penduduk Indonesia sekitar 237 juta jiwa dengan tingkat konsumsi plastik perkapita masih 9,5 kg). Potensi hilirisasi: Industri pengguna bahan baku kimia (tekstil, plastik kemasan, otomotif) untuk menghasilkan aneka produk industri diperkirakan tumbuh signifikan selaras dengan tingkat pertumbuhan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. 6

PERMASALAHAN INDUSTRI MANUFAKTUR Bahan baku industri kimia hulu, khususnya naphta dan kondensat, masih diimpor, sedangkan kemampuan pasok gas bumi dalam negeri masih dibawah kebutuhan industri pemakai sebagai bahan baku maupun energi. Sedangkan di sisi lain industri primair migas nasional masih mengekspor gas bumi, naphta dan kondensat; Belum terintegrasinya industri primair pengolah sumber daya tambang mineral dengan industri hulu, industri antara dan industri hilir. Hal ini berlaku untuk sumber daya mineral migas maupun non migas (bahan galian non logam); Perlindungan produk lokal terhadap persaingan bebas sepenuhnya optimal dan berarti, terutama karena faktor pemberlakuan beberapa perjanjian perdagangan bebas secara bilateral dan regional (Free Trade Agreement) dan atau belum bersaingnya produk lokal terhadap produk ex impor, disamping beredarnya produk ex impor karena faktor produk lokal belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan, seperti beredarnya produk baja dari RRC yang membanjiri pasar lokal dengan harga 20% lebih murah dengan kualitas yang sama; membanjirnya aneka produk konsumsi ex impor, seperti garmen, alas kaki dsb. 7

PERMASALAHAN INDUSTRI MANUFAKTUR Lanjutan Belum optimalnya dukungan ketersediaan infrastruktur yang memadai, seperti ketersediaan prasarana dan pelayanan cepat pelabuhan, ketersediaan prasarana transportasi jalan terutama di wilayah pengembangan industri, ketersediaan dan pasok energi gas dan tenaga listrik, jaringan distribusi gas belum merata menjangkau wilayah pengembangan industri (seperti jaringan pantura jawa terputus di wilayah Jawa Tengah), Kebijakan daerah terhadap pencadangan lahan bagi lokasi industri belum optimal dan sebagainya; Kebijakan insentif investasi baru dan pengembangan belum optimal, baik yang menyangkut administrasi, pajak dan fiskal, seperti belum luasnya cakupan bidang usaha yang mendapat pengurangan pajak (tax allowance), terbatasnya cakupan bidang usaha yang mendapatkan pembebasan pajak (tax holiday), masih relatif tingginya bunga investasi, belum dikembangkannya instrumen kebijakan insentif usaha di daerah. Kegiatan riset dan pengembangan teknologi industri masih terbatas dan belum sepenuhnya berkaitan dengan aspek kebutuhan dunia usaha industri. 8

KEBIJAKAN INDUSTRI 1. Pengembangan Industri Manufaktur dalam skema MP3EI yang diimplementasikan melalui dengan pendekatan Klaster ada 8 (delapan) bidang industri prioritas dari 13 (tiga belas) bidang industri prioritas dalam kerangka pembangunan ekonomi di Indonesia 2011-2025 melalui 6 Koridor Ekonomi Nasional 2. Pemanfaatan bahan baku yang beragam (multiple feedstock/horizontal differentiation) dan energy mix untuk mengembangkan energi alternatif untuk industri. 3. Pengendalian ekspor produk primair sebagai bahan baku melalui kebijakan Domestic Market Obligation bagi produk komoditas internasional (antara lain batubara, CPO, dsb) 4. Pemberian insentif usaha dan investasi berupa: a. Fasilitas Tax allowance (Revisi PP No.62 tahun 2008). b. Fasilitas Tax holiday untuk industri tertentu. c. Fasilitas BMDTP bagi bahan baku dan bahan penolong yang belum di produksi di dalam negeri. d. Fasilitas Bea Masuk, PPh dan PPN bagi industri yang berada dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). e. Pembebasan bea masuk dan PPN untuk bahan baku dan barang modal selama masa project. 9

KEBIJAKAN INDUSTRI 5. Mendorong dan mengembangkan Standar Industri Manufaktur Nasional yang diberlakukan secara wajib, khususnya untuk beberapa produk konsumsi yang menyangkut hajat hidup masyarakat yang berpotensi menciptakan dampak negatif terhadap aspek keamanan, keselamatan, kesehatan, lingkungan hidup dan moral (K3LM). 6. Memfasilitasi pengembangan aliansi pengembangan usaha dan pemasaran produk industri manufaktur melalui berbagai forum bisnis, media promosi dan sebagainya. 7. Mendorong terbentuknya struktur industri yang lebih kuat melalui pendekatan strategi integrasi usaha, khususnya untuk bidang industri yang memanfaatkan sumber daya alam tak terbarukan, seperti program pengambilalihan usaha INALUM, pengembangan industri hulu petrokimia ke arah industri hilirnya, pembangunan Centre of Excellence industri petrokimia di Banten; 8. Mendorong penyusunan dan implementasi standar kompetensi kerja sumber daya manusia industri manufaktur, khususnya untuk bidang industri yang mempunyai komunitas penanaman modal asing cukup tinggi, seperti industri semen, baja, petrokimia dan sebagainya. 9. Secara bertahap mendorong pengembangan teknologi proses industri kimia melalui pemanfaatan lisensi teknologi dan riset industri dalam negeri. 10

III PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012 Sasaran Kinerja Ditjen BIM Tahun 2012 1. Tingginya Nilai Tambah Basis Industri Manufaktur 2. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri 3. Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri 4. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri 5. Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri 6. Tersebarnya Pembangunan Industri 7. Dukungan pelaksanaan tugas pokok dan peningkatan kapasitas kelembagaan

DITJEN BIM TAHUN 2012 DIPA Ditjen BIM TA 2012 No Unit Kerja Pagu 1 Direktorat Industri Tekstil dan Aneka 216.151.678.000 2 Direktorat Industri Kimia Hilir 34.295.014.000 3 Direktorat Industri Kimia Dasar 91.254.750.000 4 Direktorat Industri Material Dasar Logam 35.859.093.000 5 Sekretariat Direktorat Jenderal 52.334.244.000 Total 429.894.779.000 Berdasarkan Jenis Belanja : 1. Belanja Pegawai : Rp. 13.945.776.000,- (3,24%) 2. Belanja Barang : Rp. 403.080.003.000,- (93,76%) 3. Belanja Modal : Rp. 12.869.000.000,- (2,99%)

PROGRAM KERJA DITJEN BIM TA 2012 PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS DITJEN BIM TAHUN 2012 No Output Target Volume Anggaran 1. Revitalisasi Industri 245.179.900 1. Restrukturisasi ITPT, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit 165 Perusahaan 2. Pengembangan Industri Pupuk Organik 4 Pabrik 3. Fasilitasi Revitalisasi Pabrik Pupuk Urea 6 Pabrik 4. Fasilitasi Koordinasi Pengamanan Bahan Baku Pupuk NPK Survey dan Rakor 5. Intensifikasi lahan pegaraman 450 Ha 6. Masterplan Pengembangan Industri Garam di Teluk Kupang 3.000 Ha 7. Pengembangan Industri garam di NTT 500 Ha 8. Audit Teknologi Dalam Rangka Restrukturisasi Industri Material Dasar Logam

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS DITJEN BIM TAHUN 2012 No Output Target Volume Anggaran 2. Pengembangan Klaster Industri dan Kawasan 35.056.405 1. Pengembangan Klaster Industri 10 Lokus 2. Pengembangan kawasan industri baja di Batulicin 1 kawasan 3. Bantuan Permesinan dan Peralatan 10 Unit Kerja 4. Pengembangan Industri Lainnya 4 Industri 3. Penyusunan, Penerapan dan Pembinaan Standar 16.007.067 1. RSNI Produk Industri 48 RSNI 2. SNI Wajib Produk Industri 23 SNI Wajib 3. Fasilitasi Pembinaan Standar Industri Perusahaan 76 Perusahaan

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS DITJEN BIM TAHUN 2012 No Output Target Volume Anggaran 4. Peningkatan Kompetensi SDM Industri 8.864.500 1. Pelatihan dan Pengembangan SDM ITA dan IKH 1240 Orang 2. RSKKNI Industri TPT dan Aneka 4 RSKKNI 5. Pengembangan Inovasi Teknologi 8.807.032 1. Pembangunan Center of Excellence Industri Petrokimia di Banten 2. Inisiasi Pembangunan Pustek Baja di Kalimantan Selatan 1 CoE 1 pustek 6. Penugasan Khusus 35.070.000 1. POKJA Pengambilalihan PT. INALUM a. Fasilitasi Proses Pengambilalihan PT. Inalum b. Optimalisasi Proyek Asahan Pasca Pengakhiran Master Agreement 2. Sekretariat Timnas P3DN a. Penayangan Iklan (TV, Radio, Airporteve dan Billboard) dan Pameran P3DN b. Sosialisasi, Temu Bisnis dan Forum Koordinasi c. Training of Trainer (TOT) 3. Koordinasi Otoritas Nasional Senjata Kimia

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS DITJEN BIM TAHUN 2012 No Output Target Volume Anggaran 7. Fasilitasi Promosi Kemampuan BIM 14.539.573 1. Fasilitasi Promosi Kemampuan Produk BIM 30 Pameran 8. Konservasi Energi 3.869.302 1. Bimbantek Konservasi Energi 2. Penyusunan Manual Prosedur Penerapan Konservasi energi 9. Pelaksanaan Pelayanan Publik 1.750.000 1. Peningkatan dan penguatan kualitas sistem rekomendasi dan Pertek

IV PROGRAM P3DN Merupakan Implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produksi Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Peraturan Presiden Nomor 54 pasal 96 ayat (1) tahun 2010 secara tegas telah menyebutkan bahwa setiap pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah wajib memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri, termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional.

ANUGERAH CINTA KARYA BANGSA Sebagai Bentuk Apresiasi Pemerintah Akan Keseriusan Kementerian/Lembaga, BUMN/D, dan Pemerintah Provinsi, Dilakukan Penilaian Tingkat Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Sesuai Amanat Inpres Nomor 2 Tahun 2009 KEMENTERIAN/LEMBAGA Kementerian ESDM Kementerian PERINDUSTRIAN Kementerian PU PEMERINTAH PROVINSI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PROVINSI DI YOGYAKARTA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUMN/D PT. DAHANA PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI PT TASPEN

V ISU STRATEGIS DITJEN BIM 2012 1. Perlu disiapkan kebijakan khusus pembatasan ekspor bahan baku produk logam mengingat Implementasi UU Minerba baru akan efektif pada tahun 2014 yang membuat para pengusaha melakukan ekspor bahan baku dengan berlebihan. 2. Sosialisasi Penerapan BTBMI 2012 di lingkungan Asosiasi Industri dan Perusahaan Industri 3. Pemanfaatan Limbah Fly Ash dan Bottom Ash di lingkungan industri manufaktur yang ramah lingkungan dan berpendekatan ekonomi. 4. Peningkatan Kemampuan Pasok Produk Hulu Petrokimia dan Logam Baja Untuk Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri 5. Koordinasi dan Dukungan Pemerintah Daerah Dalam Penyiapan Infrastruktur Industri Yang Memadai 6. Peningkatan Pemanfaatan Insentif Pajak Tax Holiday untuk Mendukung Penguatan Struktur Industri dan Daya Saing Industri Nasional 7. Peningkatan Produktivitas Industri Manufaktur Dalam Rangka Optimalisasi Pemenuhan TKDN

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI DIREKTORAT JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Jl. Gatot Subroto Kav. 52 53 Lantai 9 JAKARTA Telp. : (021) 5255509, 5252482 Fax. : (021) 5252978 www.bim.kemenperin.go.id