ABSTRACT ABSTRAK. oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KERAGAMAN FORAMINIFERA BENTONIK KECIL RESEN PADA CORE-01 DI PERAIRAN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 :

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Ciri Litologi

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Subsatuan Punggungan Homoklin

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada Sungai Kedawung. Secara geologi, menurut Pringgoprawiro (1982) formasi

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

VARIASI KOMPOSISI DINDING CANGKANG FORAMINIFERA BENTONIK KECIL RESEN PERAIRAN SEMARANG (LEMBAR 1409), JAWA TENGAH

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

(Sebagian Lembar Peta Rupabumi Digital Indonesia (Bakosurtanal) No ) SKRIPSI : STUDI SEDIMENTOLOGI

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

PALEOEKOLOGI SATUAN BATULEMPUNG FORMASI JATILUHUR DAERAH CILEUNGSI, KECAMATAN CILEUNGSI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Dinamika Sedimentasi Formasi Prupuh dan Paciran daerah Solokuro dan Paciran, Lamongan, Jawa Timur

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB IV ANALISIS DATA

PENENTUAN PALEOGEOGRAFI BERDASARKAN STRUKTUR SLUMP STUDI KASUS FORMASI HALANG DAERAH WONOSARI, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SISTEM PENGENDAPAN FORMASI SAMBIPITU, DAERAH NGLANGGRAN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BIOZONASI FORAMINIFERA PLANKTONIK DI LINTASAN SUNGAI CIPAMINGKIS, DAERAH JONGGOL, PROVINSI JAWA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dalam Zonasi Bolli & Saunders (1985), berdasarkan kandungan plangton tersebut maka kisaran umur satuan batuan ini adalah N21 atau Pliosen Atas.

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 45 52

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

KARAKTERISTIK BATUAN SEDIMEN BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI PADA FORMASI KALIBENG ANGGOTA BANYAK

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

FASIES BATUBARA FORMASI WARUKIN ATAS DAERAH TAPIAN TIMUR, KP PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV UNIT RESERVOIR

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Raden Ario Wicaksono/

BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR

Hubungan Formasi Jatiluhur dan Formasi Cibulakan di Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab II Geologi Regional

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

LABORATORIUM ALAM DAN WISATA GEOLOGI (GEOLOGY LABORATORY AND TOURISM) OLEH 1. EDIYANTO 2. RULY ARIE KRISTIANTO

TINJAUAN ULANG TERHADAP POSISI STRATIGRAFI FORMASI PELANG

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

Transkripsi:

Lingkungan pengendapan Satuan Batulempung sisipan Batupasir pada Formasi Kerek daerah Juwangi dan sekitarnya, berdasarkan karakteristik litologi, analisis struktur sedimen, dan kandungan fosil bentonik (Hana Morina, Ildrem Syafri, Lia Jurnaliah) LINGKUNGAN PENGENDAPAN SATUAN BATULEMPUNG SISIPAN BATUPASIR PADA FORMASI KEREK DAERAH JUWANGI DAN SEKITARNYA, BERDASARKAN KARAKTERISTIK LITOLOGI, ANALISIS STRUKTUR SEDIMEN, DAN KANDUNGAN FOSIL BENTONIK Hana Morina 2), Ildrem Syafri 2), Lia Jurnaliah 3) 1) Mahasiswa Sarjana Geologi, Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran 2) Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran 2) Laboratorium Paleontologi, Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran ABSTRACT The research area is located in the Juwangi, Grobogan District, Central Java Province. Geographically located between 110 o 44 19,536 BT 110 o 49 19,5384 BT dan 7 o 13 53,2704 LS 7 o 8 53,2716 LS. Research using the method geological surface mapping. Determination of depositional environment unit based on the characteristic of lithology, sedimentary structures, and benthic foraminiferal. Based on the characteristic of lithology, this unit composed of mudstone and sandstone. Mudstone has a consideralable thickness, as sandstones insert. Sedimentary structures that are found in the form of parallel lamination and cross lamination shows that its transport medium is water. Benthic foraminiferal analysis result indicate that the bathymetry zone is outer neritic. So it can be estimated that the depositional environment of this unit are in the shallow marine. Keywords: sedimentary structures, benthic foraminifera, depositional environment. ABSTRAK Daerah penelitian terletak di Kecamatan Juwangi, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak antara 110 o 44 19,536 BT 110 o 49 19,5384 BT dan 7 o 13 53,2704 LS 7 o 8 53,2716 LS. Penelitian dilakukan dengan metoda pemetaan geologi permukaan. Penentuan lingkungan pengendapan satuan batulempung sisipan batupasir berdasarkan karakteristik litologi, struktur sedimen, dan analisis fosil foraminifera bentonik. Berdasarkan karakteristik litologi, satuan ini terdiri dari batulempung dan batupasir. Batulempung memiliki ketebalan yang cukup besar, batupasir hanya sebagai sisipan. Struktur sedimen yang ditemukan berupa paralel laminasi dan silang siur yang menunjukkan bahwa media transportasinya berupa air. Hasil analisis fosil foraminifera bentonik menunjukkan bahwa zona batimetri berada pada Neritik Luar. Sehingga dapat diperkirakan bahwa lingkungan pengendapan satuan ini berada di Laut Dangkal. Kata kunci: struktur sedimen, foraminifera bentonik, lingkungan pengendapan PENDAHULUAN Zona Kendeng merupakan salah satu zona yang terletak di Cekungan Jawa Timur yang memiliki karakteristik litologi yang beragam dan kandungan fosil foraminifera yang melimpah (Sukardi dan Budhistira, 1992). Fenomena ini menarik untuk diteliti guna mengetahui lingkungan pengendapan dengan mengacu pada karakteristik litologi, struktur sedimen yang ditemukan, disertai penampang stratigrafi terukur, dan analisis kandungan fosil foraminifera. Secara administratif daerah penelitian termasuk Kecamatan Juwangi, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah dan secara geografis daerah tersebut terletak antara 110 o 44 19,536 BT 110 o 49 19,5384 BT dan 7 o 13 53,2704 LS 7 o 8 53,2716 LS (Gambar 1). Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia, dan biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi (Krumbein dan Sloss, 1963). Lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya. 147

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 3, Desember 2014: 147-154 BAHAN & METODE PENELITIAN Dengan mengacu pada perbedaan stratigrafi dan perbedaan intensitas tektoniknya, maka Van Bemmelen (1949), de Genevraye dan Samuel (1973) membagi Zona Kendeng menjadi tiga bagian, yaitu : Kendeng Barat, Kendeng Tengah, dan Kendeng Timur, dalam hal ini daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Kendeng Barat. Sesuai dengan Sukardi dan Budhitrisna (1992) dalam Peta Geologi Lembar Salatiga, daerah penelitian berada pada Zona Kendeng Barat yang ditempati oleh Formasi Pelang, Formasi Kerek, Formasi Kalibeng, dan Anggota Kapung Formasi Kalibeng (Gambar 2). Metode penelitian yang digunakan adalah metode pemetaan geologi permukaan detail dengan luas daerah ± 100 km 2. Pembagian satuan batuan mengacu pada karakteristik batuan yang dapat diamati dan diperoleh di lapangan seperti jenis batuan, keseragaman gejala geologi, dan gejala lainnya dalam tubuh batuan (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Dalam penamaan satuan batuan di daerah penelitian menggunakan tatanama satuan litostratigrafi tidak resmi. Penentuan zona batimetri didasarkan pada jenis spesies foraminifera bentonik seperti yang ditampilkan dalam tabel Phleger (1951) dan penentuan umur melalui zona kumpulan dari jenis spesies foraminifera plangtonik (Banner dan Blow, 1965). Dengan membandingkan fosil yang ditemukan dengan gambar yang terdapat dalam Loeblich dan Tappan (1994) dan Marley (1991) sebagai literatur determinasi foraminifera bentonik. Untuk membedakan satu spesies dengan spesies lainnya adalah dengan memperhatikan beberapa karakteristik dari fosil seperti : morfologi cangkang, letak, struktur dan komposisi, dinding cangkang, letak, jumlah, serta bentuk apertur dari kamar, bentuk, dan ornamentasi cangkang. HASIL PENELITIAN Dengan mengacu pada tatanama satuan litostratigrafi tidak resmi, maka satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian bisa dibedakan menjadi lima satuan batuan dan satu endapan aluvium dengan urutan dari tua ke muda antara lain: Satuan batulempung sisipan batugamping (Toblg), Satuan batulempung sisipan batupasir (Tmblp), Satuan batulempung abu-abu kebiruan (Tmbl), Satuan batugamping klastik keabuan (Tpbgh), Satuan batugamping klastik kekuningan (Tpbgk), dan endapan aluvium (Ka). Dengan mempertimbangkan variasi litologi, struktur sedimen yang cukup lengkap, kandungan fosil yang melimpah, tersingkap baik dan luas sehingga dapat dilakukan Measure Section. Satuan batulempung sisipan batupasir dipilih sebagai satuan yang dapat merepresentasikan lingkungan pengendapan. Data pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa satuan batulempung sisipan batupasir terdiri dari batulempung dan batupasir. Batulempung merupakan penyusun utama sedangkan batupasir hanya sebagai sisipan. Di beberapa tempat batulempung ditemukan masif (Gambar 3). Secara megaskopis di lapangan, batulempung warna lapuk coklat keabuan, warna segar abu-abu kehitaman, agak keras, kilap lilin, karbonatan, menyerpih. Batupasir warna lapuk coklat kekuningan, warna segar abu-abu kehitaman, pasir halus sampai pasir sangat halus, membundar tanggung sampai menyudut tanggung, kemas terbuka, permeabilitas baik, pemilahan baik, keras, ditemukan struktur sedimen berupa paralel laminasi dan silang-siur, karbonatan. Secara mikroskopis, batulempung termasuk ke dalam Mudstone (Pettijohn, 1975) pada sayatan tipis St. 40 yang berwarna putih kecoklatan pada 148

Lingkungan pengendapan Satuan Batulempung sisipan Batupasir pada Formasi Kerek daerah Juwangi dan sekitarnya, berdasarkan karakteristik litologi, analisis struktur sedimen, dan kandungan fosil bentonik (Hana Morina, Ildrem Syafri, Lia Jurnaliah) // nicol dan abu-abu kehitaman pada saat x nicol. Ukuran butir lempung, kemas tertutup, kandungan matriks mineral lempung (70%) dan mineral karbonat (7%). Terdiri dari kuarsa (7%), plagioklas (3%), mineral opak (5%), dan mineral karbonat (8%). Sisipan batupasir dalam batulempung termasuk ke dalam Feldspatic Wacke (Pettijohn, 1975) pada sayatan tipis St. 42 yang berwarna putih kecoklatan pada // nicol dan abu-abu kehitaman pada x nicol. Ukuran butir pasir halus-sangat halus, kemas terbuka, kandungan matriks mineral lempung (58%). Terdiri dari kuarsa (13%), plagioklas (8%), mineral opak (3%), mineral karbonat (11%), dan fragmen fosil (7%). Satuan batuan ini tersebar dari barat ke timur daerah penelitian, tersingkap dengan baik pada Sungai Welahan dan Sungai Klampiasan dengan arah jurus perlapisan relatif baratlaut-tenggara dan sudut kemiringan lapisan berkisar 23 o -82 o (Gambar 4) Penentuan umur satuan diperoleh dari rekonstruksi penampang stratigrafi dan didukung oleh hasil analisis fosil foraminifera plangtonik, sedangkan penentuan lingkungan pengendapan diperoleh dari struktur sedimen yang ditemukan di lapangan dan didukung oleh hasil analisis fosil foraminifera bentonik. Sebagai data pendukung dalam penentuan umur dan lingkungan pengendapan analisis fosil foraminafera dilakukan pada tiga sampel batuan yang mewakili bagian atas (St. 22), tengah (St. 59), dan bawah (St. 17) satuan berdasarkan posisi stratigrafinya. Hasil analisis fosil foraminifera plangtonik menunjukkan kisaran umur satuan batulempung sisipan batupasir adalah kala Miosen Tengah. Jika dilihat dari karakteristik litologi dan penampang stratigrafi terukur yang dilakukan sepanjang 88,4 m di Kali Klampiasan (Gambar 5) dan didukung oleh grafik log singkapan St. 17 (Gambar 6) dan St. 59 (Gambar 7). Batulempung memiliki ketebalan yang cukup besar dapat menggambarkan bahwa pada kala itu fase transgresi (naiknya muka air) berlangsung cukup lama. Namun, fase regresi (menurunnya muka air) juga terjadi yang ditandai dengan munculnya batupasir sebagai sisipan. Ketebalan batupasir yang tersingkap paling besar adalah 60 cm, hal ini menunjukkan bahwa regresi tidak berlangsung lama. Adanya struktur sedimen yang ditemukan pada batupasir berupa silang-siur dan paralel laminasi mengindikasikan bahwa media transportasinya melalui air. Selain itu, hasil analisis fosil foraminifera bentonik yang berada pada zona batimetri Neritik Luar (Tabel 1). Berdasarkan pada karakteristik litologi, struktur sedimen, dan fosil yang terkandung dapat diperkirakan bahwa lingkungan pengendapan satuan batulempung sisipan batupasir berada pada lingkungan laut dangkal. Hubungan Stratigrafi Berdasarkan rekonstruksi penampang stratigrafi mengenai urutan perlapisan batuan, menunjukkan bahwa satuan batulempung sisipan batupasir memiliki hubungan stratigrafi yang selaras dengan satuan yang berada di bawahnya. Walaupun tidak ditemukan kontak langsung di lapangan, namun didukung oleh hasil analisis fosil menunjukkan bahwa tidak adanya gap waktu antara kedua satuan tersebut. KESIMPULAN Satuan batulempung sisipan batupasir tersusun dari batulempung dan batupasir. Batulempung mendominasi, sedangkan batupasir hanya sebagai sisipan. Berdasarkan pada karakteristik litologi, struktur sedimen, dan fosil yang terkandung dapat diperkirakan bahwa lingkungan pengendapan satuan batulempung sisipan batupasir berada pada lingkungan laut dangkal. Serta kisaran umur satuan pada kala 149

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 3, Desember 2014: 147-154 Miosen Tengah. Hubungan stratigrafi selaras dengan satuan yang berada di bawahnya. DAFTAR PUSTAKA De Genevraye,P., Samuel, Luki. 1972. Geology of the Kendeng Zone (Central and East Java). Indonesian Petroleum Association. Grimsdale, T.F. and Van Morkhoven, F.P.C.M., 1955. The ratio between pelagic and benthonic foraminifera as a means of estimating depth of deposition of sedimentary rocks. Proceedings of World Petroleum Congress. Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung. Krumbein, C. Dan Sloss, L.L., 1951. Stratigraphy & Sedimentation. San Francisco : W.H. Freeman and Company. Loeblich, J.R., Alfred, R and Hellen Tappan. 1994. Foraminifera of The Sahul shelf And Timor Sea. Department of Earth and Space Sciences, University of California, Los Angeles, California. Marley, L.J. Van., 1991. Eastern Late Cenozoic Smaller Benthic Foraminifera. Verhandelingen Koninklijke Nederlandse Akademic Van Wetenschappelliyk Afdelling Natuurkundege Eeste Reeks. Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary rock. Halper and R Brother. NY. Phleger, Fred B. & franked L.Parker. 1951, foraminifera species part II, The Geological Society of American Memoir 46. Sukardi, T. Budhitrisna. 1992. Peta Geologi Regional Lembar Salatiga, Jawa Tengah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Martinus Nijhoff The Hague. Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian 150

Lingkungan pengendapan Satuan Batulempung sisipan Batupasir pada Formasi Kerek daerah Juwangi dan sekitarnya, berdasarkan karakteristik litologi, analisis struktur sedimen, dan kandungan fosil bentonik (Hana Morina, Ildrem Syafri, Lia Jurnaliah) Gambar 2. Peta Geologi Regional Lembar Salatiga daerah penelitian menurut Sukardi dan T. Budhitrisna (1992) Gambar 3. Satuan Batulempung sisipan Batupasir 151

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 3, Desember 2014: 147-154 Gambar 4. Peta Geologi Daerah Penelitian 152

Lingkungan pengendapan Satuan Batulempung sisipan Batupasir pada Formasi Kerek daerah Juwangi dan sekitarnya, berdasarkan karakteristik litologi, analisis struktur sedimen, dan kandungan fosil bentonik (Hana Morina, Ildrem Syafri, Lia Jurnaliah) Gambar 5. Penampang Stratigrafi Terukur yang dilakukan di Satuan Batulempung sisipan Batupasir di St 22 153

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 3, Desember 2014: 147-154 Gambar 6. Log singkapan pada satuan batulempung sisipan batupasir di St. 59 Gambar 7. Log singkapan pada satuan batulempung sisipan batupasir di St. 17 Tabel 1. Kisaran zona batimetri satuan batulempung sisipan batupasir 154