LK KKP KELAS II AMBON TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II MATARAM

LAKIP 2016 KEMENTERIAN KESEHATAN RI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS III BENGKULU JL DEPATI PAYUNG NEGARA KEL BETUNGAN KOTA BENGKULU TAHUN 2016

NILAI STANDAR SUB UNSUR. Sub Unsur/Klasifikasi Data 1 <

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II MATARAM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi Daftar Gambar... vi

KATA PENGANTAR. Makassar, Januari Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar, dr. Darmawali Handoko, M. Epid NIP

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

KATA PENGANTAR. Makassar, Januari Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar, dr. Darmawali Handoko, M. Epid NIP

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO

LAKIP KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I DENPASAR TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PP DAN PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Tahun 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I MAKASSAR

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KKP KELAS III BENGKULU TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Makassar, Januari Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar, dr. Lucky Tjahjono, M.Kes NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki berbagai kepentingan

LAKIP KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I DENPASAR

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN RI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Belanja Negara (APBN)/Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Health Regulation 2005 (IHR), World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dijadikan tempat berkembang penyakit dan vector penular penyakit.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta 2014 KATA PENGANTAR

Kuncahyo, SKM, MA Kepala KKP Kelas II Palembang

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN TAHUNAN KKP KELAS I SOEKARNO-HATTA

ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG

No Nama Jabatan HK H S I A Ct DL Ket

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

B A B P E N D A H U L U A N

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA BUNGUS BULAN MARET TAHUN 2017

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

KATA PENGANTAR. Nya atas tersusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas

KATA PENGANTAR. Penyusun

KATA PENGANTAR. Nya atas tersusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2016 (Revisi II)

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

L A P O R A N K I N E R J A

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

RENCANA KINERJA TAHUNAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA BUNGUS BULAN APRIL TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016

LAKIP KKP KELAS I SOEKARNO HATTA TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/76/2015 TENTANG TIM KOORDINASI PASCA KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan.

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN APRIL 2017

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN TAHUNAN KKP KELAS I SOEKARNO-HATTA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan salah satu amanat rakyat yang dibebankan kepada instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Pertanggung jawaban ini meliputi seluruh pertanggung jawaban terhadap pengelolaan sumber daya yang menjadi kewenangan instansi terkait. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Ambon adalah salah satu satuan kerja dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang merupakan salah satu unit utama dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, juga memiliki kewajiban untuk menyusun dan melaporkan pertanggung jawaban kinerja kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Kinerja ini disusun bersama oleh seluruh bidang yang berada di dalam Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon. Untuk itu disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penyusunan Laporan Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon ini tentunya masih membutuhkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan lebih lanjut. Ambon, Januari 2016 Kepala Kantor

DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar... i Daftar isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... iv Bab I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 3 C. Tugas Pokok dan Fungsi KKP... 4 Bab II PERENCANAAN KINERJA... 6 A. Rencana Aksi Kegiatan 6 B. Rencana Kinerja Tahunan.. 14 C. PERJANJIAN KINERJA (Penetapan Kinerja). 15 Bab III AKUNTABILITAS KINERJA... 18 A. Capaian Kinerja Organisasi... 18 1. Perbandingan antara target dan realisasi tahun ini... 19 2. Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir... 20 3. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/ penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan... 29 4. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya... 41 5. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja... 44 B. Realisasi Anggaran... 48 Bab IV PENUTUP..... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN : Pernyataan Penetapan Kinerja. Form Perjanjian Kinerja.

DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1 Sasaran Program Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon... 9 Tabel 2 Rencana Kinerja Tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon Tahun 2014... 15 Tabel 3 Realisasi Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon Tahun 2014... 19 Tabel 4 Perbandingan Realisasi Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon Tahun 2014... 20 Tabel 5 Barang Milik Negara Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon Tahun 2014... 44 Tabel 6 Realisasi Anggaran Kelas II Ambon Posisi Per 31 Desember 2014... 48

DAFTAR GRAFIK Grafik Halaman Grafik 1 Jumlah Pemeriksaan Kapal / Pesawat Periode 2010 s/d 2014... 21 Grafik 2 Jumlah Tindakan Penyehatan Kapal Periode Tahun 2010 s/d 2014... 21 Grafik 3 Jumlah Kapal Yang diawasi untuk PHC Periode 2010 s/d 2014... 22 Grafik 4 Jumlah OMKABA Yang Diperiksa Periode 2010 s/d 2014... 22 Grafik 5 Jumlah Kepadatan Vektor dan Binatang penular Penyakit Periode 2010 s/d 2014... 23 Grafik 6 Jumlah Sarana Air Bersih yang memenuhi syarat Kesehatan Periode 2010 s/d 2014... 23 Grafik 7 Jumlah TPM yang memenuhi syarat kesehatan Periode 2010 s/d 2014... 24 Grafik 8 Jumlah Sanitasi alat angkut yang memenuhi syarat Periode 2010 s/d 2014... 24 Grafik 9 Jumlah sanitasi gedung/perkantoran yang memenuhi syarat Periode 2010 s/d 2014... 25 Grafik 10 Pemenriksaan Kualitas Lingkungan di Pelabuhan Periode 2010 s/d 2014... 25 Grafik 11 Jumlah P3k dan obat-obatan pada kapal yang memenuhi syarat Periode 2010 s/d 2014... 26 Grafik 12 Jumlah pengawasan dan pengangkutan orang sakit Periode 2010 s/d 2014... 26 Grafik 13 Jumlah kasus PHEIC yang terdeteksi Periode 2010 s/d 2014... 27 Grafik 14 Jumlah kasus penyakit menular terdeteksi Periode 2010 s/d 2014... 27

Grafik 15 Jumlah Pemberian vaksinasi dan legalitas ICV Periode 2010 s/d 2014... 28 Grafik 16 Jumlah Jamaah haji yang diawasi kesehatannya Periode 2010 s/d 2014 28

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia sebagaimana secara tegas diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, yaitu pada pasal 28 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Prioritas pembangunan kesehatan pada tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan fokus prioritas, yang salah satunya adalah pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Oleh karena itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon memiliki kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2014 yang bertujuan untuk memberikan gambaran pencapaian secara menyeluruh tentang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon. Rencana strategis/ rencana aksi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon tahun 2010 2014 merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon dalam kurun waktu tahun 2010 2014. Selama kurun waktu tersebut, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon melaksanakan 1 program utama, Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dengan kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya. Adapun landasan hukum disusunnya Laporan ini antara lain : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4689); 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Kementerian; 6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 7. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Instansi Pemerintah; 9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20/M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja Utama; 10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB No. 35 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011.

12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2416/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja B. Maksud dan Tujuan Tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP adalah untuk mewujudkan akuntabilitas instansi pemerintah kepada pihak-pihak yang memberi mandat/amanah. Dengan demikian, LAKIP merupakan sarana bagi instansi pemerintah untuk mengkomunikasikan dan menjawab tentang apa yang sudah dicapai dan bagaimana proses pencapainnya berkaitan dengan mandat yang yang diterima instansi pemerintah tersebut. Selain itu, penyampaian LAKIP kepada pihak yang berhak (secara hierarki) juga bertujuan untuk memenuhi antara lain : 1. Pertanggungjawaban dari unit yang lebih rendah ke unit yang lebih tinggi, atau pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan. Laporan Kinerja ini lebih menonjolkan akuntabilitas manajerialnya; 2. Pengambilan keputusan dan pelaksanaan perubahan-perubahan ke arah perbaikan, dalam mencapai penghematan, efisiensi, dan efektifitas pelaksaaan ugas pokok dan fungsi, serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka pelaksanaan misi instansi; 3. Perbaikan dalam perencanaan, khususnya perencanaan jangka menengah dan jangka pendek. Laporan Kinerja yang disampaikan oleh instansi pemerintah antara lain bermanfaat untuk : 1. Meningkatkan akuntabilitas. Kredibilitas instansi di mata instansi yang lebih tinggi dan akhirnya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi; 2. Umpan balik untuk peningkatan kinerja instansi pemerintah, antara lain melalui perbaikan penerapan fungsi-fungsi manajemen secara benar, mulai dari perencanaan kinerja hingga kepada evaluasi kinerja, serta pengembangan nilai-nilai akuntabilitas dilingkungan instansi tersebut; 3. Mengetahui dan menilai keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab instansi; 4. Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara baik, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, kebijakan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat; 5. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel, sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif, dan resposif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya. C. Tugas Pokok dan Fungsi KKP Berdasarkan Permenkes No.2348/Menkes/Per/XI/2011 Tentang Perubahan atas Permenkes No. 356/Menkes/Per/VI/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, mengenai tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan, maka KKP kelas II Ambon mempunyai tugas melaksanakan : Pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, Surveilans epidemiologi, kekarantinaan, Pengendalian dampak kesehatan lingkungan, Pelayanan kesehatan, Pengawasan OMKABA serta Pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Permenkes 2348/ Tahun 2011, KKP menyelenggarakan fungsi : Pelaksanaan kekarantinaan; Pelaksanaan pelayanan kesehatan; Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara; Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali; Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan kimia Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalulintas nasional, regional dan internasional; pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;

pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan Pelabuhan/Bandara dan Lintas Batas Darat; pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan Obat, Makanan, Kosmetika dan Alat Kesehatan (OMKA) ekspor dan mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKA impor; pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya; pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja Pelabuhan/Bandara dan Lintas Batas Darat; pelaksanaan jaringan informasi dan teknologi bidang kesehatan Pelabuhan/Bandara dan Lintas Batas Darat; pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan Pelabuhan/Bandara dan Lintas Batas Darat; Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan surveilans kesehatan pelabuhan Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan Pelabuhan/Bandara dan Lintas Batas Darat; Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP.

BAB II PERENCANAAN KINERJA Perencanaan Kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Dalam sistem Akuntabilitas. Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indicator kinerja berdasarkan program, kebijakan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Sebagai salah satu unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal PP & PL, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon telah menyusun rencana strategis (rencana aksi) tahun 2010 2014, yang merupakan gambaran yang diharapkan dapat dicapai pada kurun waktu tersebut, termasuk di dalamnya visi, misi, tujuan, dan sasaran serta cara mencapai tujuan organisasi melalui pelaksanaan berbagai kegiatan dalam bidang pencegahan masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan dan lintas batas serta pengendalian dampak risiko lingkungan ( Permenkes No.2348/Menkes/Per/XI/2011 Tentang Perubahan Atas Permenkes No. 356/Menkes/Per/VI/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan). A. RENCANA AKSI KEGIATAN a. VISI Penggerak Utama Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menuju masyarakat mandiri untuk hidup sehat. b. Misi 1) Meningkatkan kinerja dan mutu upaya program PP & PL dan (Surveilans Epidemiologi). 2) Memenuhi dan meningkatkan profesionalisme. 3) Meningkatkan pengawasan dan menajemen akuntabilitas program. 4) Memantapkan jejaring kerja. c TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan

1.1. Umum a. Memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat dengan efektif dan efisien. b. Mendapatkan dukungan dari stakeholder yang ada di pelabuhan/ bandara untuk melaksanakan pembangunan kesehatan melalui program kemitraan. 1.2. Khusus a. Mencegah keluar masuknya penyakit karantina & penyakit menular potensial wabah. b. Menekan Public Health Risk of Internasional Concern. c. Melindungi produk OMKABA yang keluar masuk pelabuhan/ bandara Ambon dari dampak negatif yang menimbulkan gangguan kesehatan. d. Melindungi masyarakat pelabuhan/ bandara dari risiko penularan penyakit akibat lingkungan tidak sehat. e. Meningkatkan perilaku sehat dalam rangka mewujudkan Pelabuhan Ambon Sehat.. f. Meningkatkan kepekaan terhadap kebutuhan klien serta inovatif dalam memberikan pelayanan. 2. Sasaran 2.1. Umum Terwujudnya organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon yang optimal dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi, sehingga terwujud Visi Pelabuhan/ Bandara Ambon Sehat. 2.2. Khusus a. Terwujudnya organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon yang handal dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kaidah hukum nasional maupun internasional b. Terciptanya manajemen program yang tersusun secara terencana, berkelanjutan, sistematis, dan kronologis serta efektif dan efisien dalam tatanan pelaksanaan. c. Terwujudnya pengawasan yang optimal terhadap orang, barang, alat angkut, dan lingkungan melalui upaya Karantina dan

Surveilans Epidemiologi, Pengendalian Risiko Lingkungan dan Upaya Kesehatan Pelabuhan. d. Terwujudnya SDM Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon yang profesional dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, yaitu SDM yang mempunyai visi epidemiologi, visi iptek serta memiliki kemampuan dalam bidang surveilans, kemampuan kemandirian penegakan hukum, kemampuan dan keterampilan dalam pelayanan medik dan penanggulangan bencana/ pasca bencana serta kemampuan teknis dan manajemen kesehatan lingkungan.

Tabel 1 Sasaran Program Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon Target Sasaran Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 Meningkatnya pelaksanaan kegiatan dalam bidang pencegahan masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan dan lintas batas serta pengendalian dampak risiko lingkungan. 1. Jumlah Kapal/Pesawat yang diperiksa. 278 120 168 185 204 2. Jumlah Kapal yang diberikan tindakan penyehatan 31 40 240 264 291 3. Jumlah Kapal yang diawasi dan diperiksa untuk PHC 491 1319 1404 1545 1700 4. Persentase OMKABA yang diperiksa 20 80 100 100 100 5. Tingkat kepadatan vektor dan binatang penular penyakit. 4.64 3 2 1 0 6. Persentase sarana air bersih yang memenuhi syarat sanitasi. 7. Persentase TPM yang memenuhi syarat sanitasi. 8. Persentase sanitasi alat angkut yang memenuhi syarat kesehatan. 9. Persentase industri / perkantoran yang memenuhi syarat sanitasi. 10. Persentase pemeriksaan kualitas lingkungan pelabuhan yang memenuhi syarat 11. Persentase alat angkut yang memenuhi persyaratan perlengkapan Obat/P3K. 12. Persentase pengawasan pengangkutan orang sakit dan jumlah kasus rujukan. 13. Jumlah kasus PHEIC yang terdeteksi. 14. Persentase kasus PTM terdeteksi terdeteksi dan tertangani 15. Persentase jemaah haji yang diawasi pelaksanaan vaksinasi dan legalitas ICV 16. Persentase jemaah haji yang diawasi kesehatannya pada saat embarkasi dan debarkasi. 97 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 100 100 100 80 90 95 100 100 100 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 7 100 100 100 0 0 0 75 90 100 100 100 100 100 0 100 100 100 100

d. ARAH KEBIJAKAN Arah kebijakan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon dalam rangka mencapai tujuan sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di wilayah Pelabuhan adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan pengembangan kapasitas organisasi. 2) Meningkatkan kemampuan manajemen dan profesionalisme pengelolaan. 3) Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas. 4) Meningkatkan pelayanan dalam pengendalian faktor risiko. 5) Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama 6) Mengupayakan pemenuhan sumber daya 7) Mengutamakan preventif, promotif dan rehabilitatif. 8) Pengembangan Teknologi. 9) Melaksanakan Desiminasi dan Informasi. e. STRATEGI Berdasarkan arah kebijakan dalam pengelolaan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, serta untuk mencapai tujuan maka diperlukan beberapa strategi adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki manajemen program Manajemen program merupakan bagian penting bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon sebaga Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal PP & PL dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapun strategi yang dijalankan dalam upaya memperbaiki manajemen program adalah : a. Menyusun rencana kerja secara sistematis dan berkelanjutan yang dibagi berdasarkan skala waktu, yakni rencana jangka pendek, menengah, dan panjang. b. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk menilai kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan dengan

masing-masing standar prosedur operasional sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan. 2. Meningkatkan kualitas SDM Peningkatan kualitas SDM dilakukan guna meningkatkan profesionalitas pegawai agar mampu menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapi dengan cepat dan tepat. Adapun upaya yang dilakukan meliputi : a. Analisis kebutuhan tenaga secara komperhensif Melalui analisis kebutuhan tenaga secara komperhensif akan dapat memenuhi kebutuhan tenaga baik dari segi jumlah maupun jenis tenaga yang sesuai. b. Mengefektifkan pembinaan ke wilayah kerja c. Memberikan kesempatan bagi pegawai yang memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan formal dan informal, serta pendidikan penjenjangan sesuai dengan kebutuhan organisasi. d. Mengadakan pertemuan untuk mengatasi kendala yang timbul dan mengupayakan agar kendala yang sama tidak terjadi kembali. 3. Melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan program. Adapun yang dilakukan oleh KKP Kelas II Ambon adalah melengkapi sarana untuk keperluan rutin, keperluan teknis, dan sarana penunjang berupa komputer, radio komunikasi ( marine radio), serta peralatan lain pendukung kegiatan. 4. Meningkatkan upaya kekarantinaan dan surveilans epidemiologi Upaya pengendalian karantina dan surveilans epidemiologi merupakan langkah terdepan dalam melaksanakan cegah tangkal penyakit menular potensial wabah (PHEIC). Lemahnya upaya pengendalian karantina dan surveilans epidemiologi akan berdampak luas pada upaya kesehatan yang lain. Upaya pengendalian karantina yang dilakukan adalah meningkatkan pengawasan lalu lintas barang (OMKABA), alat angkut (kapal dan pesawat) dan Terlaksananya pengangkutan jenazah serta pengamatan ABK dan penumpang sebagai upaya penemuan

dan tata laksana penderita. Sedangkan surveilans epidemiologi juga dilakukan terhadap alat angkut/ barang/ orang. Surveilans epidemiologi yang dilakukan akan menjadi bahan pengambilan keputusan dan perencanaan di KKP. Selain itu, meningkatkan kemampuan petugas KKP di bidang kekarantinaan juga perlu dilakukan sebagai upaya meningkatkan pelayanan kekarantinaan. 5. Peningkatan upaya kesehatan dan lintas wilayah Peningkatan mutu upaya kesehatan dan lintas wilayah perlu dilakukan guna menjaga eksistensi Bidang UKLW di masa yang akan datang, agar pandangan masyarakat tetap positif terhadap keberadaan KKP Kelas II Ambon. Langkah yang akan dilakukan adalah : a Terlaksananya pengawasan dan pengujian kesehatan nahkoda, anak buah kapal, penjamah makanan, dan kesehatan kerja di pelabuhan/ bandara. b Terlaksananya pengawasan persediaan obat/ P3K di kapal/ pesawat. c Terlaksananya pelayanan vaksinasi internasional dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional (ICV). d Terlaksananya pengangkutan orang sakit. e Terlaksananya pelayanan kesehatan matra, kesehatan haji, kesehatan perpindahan penduduk f Terlaksananya pelayanan kesehatan terbatas, rujukan, dan gawat darurat medik. 6. Meningkatkan upaya pengendalian risiko lingkungan a Terlaksananya pengawasan sanitasi lingkungan, yang diuraikan dalam beberapa kegiatan diantaranya : 1) Pengawasan sarana penyediaan air bersih. 2) Pengamanan makanan dan minuman. 3) Pengawasan sanitasi tempat kerja/ industri. 4) Pengawasan sanitasi alat angkut. 5) Pencemaran udara, air,dan tanah

b Terlaksananya pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, yang diuraikan dalam beberapa kegiatan diantaranya : 1) Pengamatan kepadatan tikus 2) Pemberantasan nyamuk dewasa 3) Pengamatan kepadatan dan pemberantasan lalat dan kecoa. 7. Mengadakan koordinasi, kemitraan, dan jejaring kerja, kajian dan pengembangan teknologi. Upaya untuk mempercepat pancapaian program akan dilakukan dengan mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor. Koordinasi lintas program dilaksanakan setiap bulan sekali sedangkan lintas sektor dilaksanakan pada saat pertemuan rutin yang diadakan di Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan Administrator Bandara (Adban d). Disamping itu akan dilaksanakan kemitraan, jejaring kerja, kajian dan pengembangan teknologi dengan lintas program dan lintas sektor di pelabuhan/bandara Ambon, Dinkes kab/kota/prop maupun dengan institusi kesehatan lainnya guna menyamakan persepsi dalam menyikapi suatu permasalahan yang sedang berkembang. 8. Melaksanakan Promosi Kesehatan Promosi ini dilakukan melalui mengadakan penyuluhan tentang kesehatan pada masyarakat pelabuhan dan bandara, pembuatan brosur dan leaflet, melaksanakan pertemuan dan jejaring lintas sektor, melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi mahasiswa serta pihak lain yang berkepentingan. 9. Memperkuat Instalasi Untuk mendukung tugas pokok, KKP Kelas II Ambon akan memperkuat instalasi yang ada. Adapun langkah yang dilakukan antara lain memperkuat : a Instalasi farmasi melalui kerjasama dengan perusahaan farmasi. Upaya ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengadaan obat murah agar lebih terjangkau oleh masyarakat.

b Instalasi laboratorium dilakukan dengan menambah peralatan dan bahan laboratorium, sehingga cakupan jenis pelayanan dapat diperluas. c Instalasi rawat jalan, kesehatan kerja dan isolasi dilakukan dengan peningkatan layanan unit gawat darurat. d Instalasi Diklat diperkuat dengan pengadaan sarana & prasarana dan peningkatan SDM, meningkatkan diklat tenaga teknis, meningkatkan diklat terhadap masyarakat pelabuhan atau instansi terkait, serta dengan institusi pendidikan kesehatan (mahasiswa praktek). e Instalasi jejaring dan kemitraan, meningkatkan jejaring dan kemitraan secara internal antar bidang di KKP Kelas II Ambon, dan secara lintas sektor dengan instansi terkait. f Instalasi data dan Informasi, meningkatkan kinerja melalui peingkatan mutu dan kecepatan penyediaan data dan informasi, antara lain melalui radio cepat. g Instalasi perpustakaan, meningkatkan kemampuan petugas KKP Kelas II Ambon melalui penyediaan pustaka. B. Rencana Kinerja Tahunan Rencana Kinerja Tahunan merupakan proses penetapan tahunan indikator kinerja berdasarkan program kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana aksi program. Rencana Kinerja Tahun 2014 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon menjabarkan sasaran yang ingin dicapai yang berdasarkan Rencana Strategis (Rencana Aksi) 2010 2014 dan sasaran tahunan yang mengacu pada rencana tingkat capaian kegiatan pada tahun berjalan. Target sasaran kegiatan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Rencana Kinerja Tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon Tahun 2014 Sasaran Indikator Target Meningkatnya pelaksanaan kegiatan dalam bidang pencegahan masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan dan lintas batas serta pengendalian dampak risiko lingkungan. 1. Jumlah Kapal/Pesawat yang diperiksa. 2. Jumlah Kapal yang diberikan tindakan penyehatan 3. Jumlah Kapal yang diawasi dan diperiksa untuk PHC 4. Persentase OMKABA yang diperiksa 5. Persentase angka kepadatan vektor dan binatang penular penyakit. 6. Persentase sarana air bersih yang memenuhi syarat sanitasi. 7. Persentase TPM yang memenuhi syarat sanitasi. 8. Persentase sanitasi alat angkut yang memenuhi syarat kesehatan. 9. Persentase industri / perkantoran yang memenuhi syarat sanitasi. 10. Persentase pemeriksaan kualitas lingkungan pelabuhan yang memenuhi syarat 11. Persentase alat angkut yang memenuhi persyaratan perlengkapan Obat/P3K. 12. Persentase pengawasan pengangkutan orang sakit dan jumlah kasus rujukan. 13. Jumlah kasus PHEIC yang terdeteksi. 14. Persentase kasus PML terdeteksi dan tertangani 15. Persentase jemaah haji yang diawasi pelaksanaan vaksinasi dan legalitas ICV 16. Persentase jemaah haji yang diawasi kesehatannya pada saat embarkasi dan debarkasi. 204 291 1700 100 0 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 100 C. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian Kinerja atau Penetapan Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon merupakan dokumen pernyataan kinerja atau perjanjian kinerja Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon dengan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan target-target kinerja sasaran Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon pada tahun 2014. Penetapan kinerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas II Ambon disusun berdasarkan dokumen Rencana Aksi Program KKP Kelas II Ambon tahun 2010-2014 yang setiap tahunnya dirumuskan menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan diselenggarakan dalam DIPA dan RKA-KL Tahun 2014. Penetapan Kinerja KKP Kelas II Ambon TAhun 2014 telah disusun, didokumentasikan dan ditetapkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon pada awal tahun 2014 setelah turunnya DIPA dan RKA-KL Tahun 2014. Target-target kinerja sasaran program yang ingin dicapai Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon dalam dokumen Penetapan Kinerja KKP Kelas II Ambon adalah sebagai berikut : Tabel 3 Penetapan Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon Tahun 2014 Sasaran Indikator Target Meningkatnya pelaksanaan kegiatan dalam bidang pencegahan masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan dan lintas batas serta pengendalian dampak risiko lingkungan. 1. Jumlah Kapal/Pesawat yang diperiksa. 204 2. Jumlah Kapal yang diberikan tindakan penyehatan 3. Jumlah Kapal yang diawasi dan diperiksa untuk PHC 4. Persentase OMKABA yang diperiksa 5. Persentase angka kepadatan vektor dan binatang penular penyakit. 6. Persentase sarana air bersih yang memenuhi syarat sanitasi. 7. Persentase TPM yang memenuhi syarat sanitasi. 8. Persentase sanitasi alat angkut yang memenuhi syarat kesehatan. 9. Persentase industri / perkantoran yang memenuhi syarat sanitasi. 10. Persentase pemeriksaan kualitas lingkungan pelabuhan yang memenuhi syarat 11. Persentase alat angkut yang memenuhi persyaratan perlengkapan Obat/P3K. 12. Persentase pengawasan pengangkutan orang sakit dan jumlah kasus rujukan. 13. Jumlah kasus PHEIC yang terdeteksi. 14. Persentase kasus PPTM terdeteksi dan tertangani 15. Persentase jemaah haji yang diawasi pelaksanaan vaksinasi dan legalitas ICV 291 1700 100 0 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100

16. Persentase jemaah haji yang diawasi kesehatannya pada saat embarkasi dan debarkasi. 100

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Akuntabilitas Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon Tahun 2014 disusun berdasarkan data pengukuran pencapaian indikator kinerja sasaran selama satu tahun anggaran dengan kegiatan manajemen pelaksanaan tugas teknislainnya. Data dimaksud diuraikan dalam pengukuran kinerja kegiatan dan pengukuran pencapaian sasaran pada tahun 2014. Pengukuran kinerja kegiatan diperoleh melalui perhitungan persentase pencapaian rencana tingkat capaian(target) setiap indikator kinerja, baik input maupun output yaitu membandingkan data rencana tingkat capaian (target) dengan data realisasi, baik jumlah anggaran maupun jumlah satuannya. Sedangkan pengukuran pencapaian sasaran diukur melalui survei dan biasanya dilakukan berdasarkan interval waktu tertentu yang disesuaikan dengan jenis penyakit serta perkiraan waktu keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/ kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Selain untuk mendapat informasi mengenai masing-masing indikator, pengukuran kinerja ini juga dimaksudkan untuk mengetahui kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambonkhususnya dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator Organisasi yang telah ditetapkan. Sasaran Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah meningkatnya pelaksanaan kegiatan dalam bidang pencegahan masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan dan lintas batas serta pengendalian dampak risiko lingkungan. 1. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Tahun ini Perbandingan antara target dan realiasi tahun ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3 Realisasi Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon Tahun 2014 Sasaran Indikator Target Realisasi Meningkatnya pelaksanaan kegiatan dalam bidang pencegahan masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan dan lintas batas serta pengendalian dampak risiko lingkungan. A. Jumlah Kapal/Pesawat yang diperiksa. 1160 1160 17. Jumlah Kapal yang diberikan tindakan penyehatan 6 6 18. Jumlah Kapal yang diawasi dan diperiksa untuk PHC 19. Persentase OMKABA yang diperiksa 1700 9084 0 0 20. House Index (HI)dan Countainer Index (CI) perimeter 0 dan buffer 1% 0 33.49 21. Persentase sarana air bersih yang memenuhi syarat sanitasi. 100 100 22. Persentase TPM yang memenuhi syarat sanitasi. 100 100 23. Persentase sanitasi alat angkut yang memenuhi syarat kesehatan. 100 100 24. Persentase industri/perkantoran yang memenuhi syarat sanitasi. 100 91 25. Persentase pemeriksaan kualitas lingkungan pelabuhan yang memenuhi syarat 100 50 26. Jumlah alat angkut yang memenuhi persyaratan perlengkapan Obat/P3K. 100 100 27. Jumlah pengawasan pengangkutan orang sakit dan jumlah kasus rujukan. 100 100 28. Jumlah kasus PHEIC yang terdeteksi. 29. Jumlah kasus Penyakit Tidak Menular terdeteksi dan tertangani (Screening PTM) 30. Persentase jemaah haji yang diawasi pelaksanaan vaksinasi dan legalitas ICV 31. Jumlah jemaah haji yang diawasi kesehatannya pada saat embarkasi dan debarkasi. 0 0 100 186 100 641 100 412 2. Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir:

Sasaran Meningkatnya pelaksanaan kegiatan dalam bidang pencegahan masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan dan lintas batas serta pengendalian dampak risiko lingkungan. Tabel 4 Perbandingan Realisasi Kinerja Periode 2010 s/d 2014 Indikator Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 2. Jumlah Kapal/Pesawat yang diperiksa. 1078 1154 1193 1295 1160 17. Jumlah Kapal yang diberikan tindakan penyehatan 3 54 11 11 6 18. Jumlah Kapal yang diawasi dan diperiksa untuk PHC 7866 7924 9293 9464 9084 19. Persentase OMKABA yang diperiksa 0 0 0 0 0 20. Tingkat kepadatan vektor dan binatang penular penyakit. 0 0 0 0 33.94 21. Jumlah sarana air bersih yang 58 58 34 80 164 memenuhi syarat sanitasi. 22. Jumlah TPM yang memenuhi syarat sanitasi. 161 168 271 256 343 23. Jumlah sanitasi alat angkut yang memenuhi syarat kesehatan. 1129 1257 1591 1171 1129 24. Jumlah industri / perkantoran yang memenuhi syarat sanitasi. 60 65 110 133 297 25. Jumlah pemeriksaan kualitas lingkungan pelabuhan yang memenuhi syarat 47 47 0 20 15 26. Jumlah alat angkut yang memenuhi persyaratan 1021 1050 963 903 931 perlengkapan Obat/P3K. 27. Jumlah pengawasan pengangkutan orang sakit dan 94 97 189 344 519 jumlah kasus rujukan. 28. Jumlah kasus PHEIC yang terdeteksi. 0 0 0 0 0 29. Jumlah kasus PTM terdeteksi terdeteksi dan tertangani 383 395 146 434 186 30. Jumlah pemberian Vaksinasi dan Legalisasi ICV 71 348 356 382 641 31. Jumlah jemaah haji yang diawasi kesehatannya pada saat embarkasi dan debarkasi. 704 704 704 375 412

Grafik 1 Jumlah Pemeriksaan Kapal / Pesawat Periode 2010 s/d 2014 Grafik 2 Jumlah Tindakan Penyehatan Kapal Periode 2010 s/d 2014

Grafik 3 Jumlah Kapal / Pesawat Yang Diawasi Untuk PHC Periode 2010 s/d 2014 Grafik 4 Jumlah OMKABA Yang Diperiksa Periode 2010 s/d 2014

Grafik 5 Jumlah Kepadatan Vektor dan Binatang Penular Penyakit Periode 2010 s/d 2014 Grafik 6 Jumlah Sarana Air Bersih Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Periode Tahun 2010 s/d 2014

Grafik 7 Jumlah TPM Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Periode Tahun 2010 s/d 2014 Grafik 8 Jumlah Sanitasi Alat Angkut Yang Memenuhi Syarat Periode Tahun 2010 s/d 2014

Grafik 9 Jumlah Sanitasi Gedung/Perkantoran Yang Memenuhi Syarat Periode Tahun 2010 s/d 2014 Grafik 10 Pemeriksaan Kualitas Lingkungan Di Pelabuhan Periode Tahun 2010 s/d2014

Grafik 11 Jumlah P3K dan Obat-Obatan pada Kapal Yang Memenuhi Syarat Periode Tahun 2010 s/d 2014 Grafik 12 Jumlah Pengawasan dan Pengangkutan Orang Sakit Periode Tahun 2010 s/d 2014

Grafik 13 Jumlah Kasus PHEIC yang Terdeteksi Periode Tahun 2010 s/d 2014 Grafik 14 Jumlah Kasus Penyakit Menular Terdeteksi Periode Tahun 2010 s/d 2014

Grafik 15 Jumlah Pemberian Vaksinasi dan Legalitas ICV Periode 2010 s/d 2014 Grafik 16 Jumlah Jamaah Haji yang Diawasi Kesehatannya Periode Tahun 2010 s/d 2014

3. Analisis penyebab keberhasilan / kegagalan atau peningkatan / penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan. a. Jumlah Kapal/Pesawat Yang Diperiksa 1) Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Jumlah kapal yang diperiksa pada tahun 2010 adalah 1078, tahun 2011 sebanyak 1154, tahun 2012 sebanyak 1193, tahun 2013 sebanyak 1295 dan pada tahun 2014 sebanyak 1160 adalah 1193 kapal, tahun 2013 adalah 1295, dan pada tahun 2014. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah pemeriksaan kapal karena bertambahnya kapal dari luar negeri dan dalam negeri yang melakukan pelayaran ke Ambon, dan pada tahun 2014 dapat dilihat bahwa jumlah pemeriksaan kapal/pesawat terjadi penurunan karena banyak kapal luar negeri yang telah balik ke Negara asal dan tidak memperpanjang dokumen dokumen kesehatan m yang telah berakhir masanya. 2) Indikator Kebijakan dalam Pemecahan Masalah - Terlaksananya kegiatan yang sesuai dengan SOP pemeriksaan kapal/pesawat. - Tersedianya SDM (petugas) yang professiona l melalui diklat kekarntinaan dan SE. - Terjalinnya kerja sama dan koordinasi yang intens dengan lintas sektor dan program serta agen/perusahan pelayaran. - Tersedianya dokumen Free Pratique (izin karantina) apabila pada saat dilakukan pemeriksaan pada kapal yang dating dari luar negeri. Adapun usul pemecahan masalah yang diberikan oleh KKP Kelas II Ambon yaitu sosialisasi tugas dan fungsi KKP (seksi PKSE/SOP) kepada agen/perusahan pelayaran. b. Jumlah Tindakan Penyehatan Kapal. 1) Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Jumlah kapal yang dilakukan tindakan penyehatan pada tahun 2010 adalah 3, tahun 2011 sebanyak 54, tahun 2012 sebanyak 11 kapal, tahun 2013 juga sebanyak 11 kapal dan pada tahun 2014 sebanyak 6 kapal.

Dari tahun 2010 sampai dengan 2014 terjadi peningkatan maupun penurunan frekuensi tindakan penyehatan kapal, hal ini disebabkan karena pada saat dilakukan kegiatan pemeriksaan ditemukan tanda tanda kehidupan vektor sehingga dilakukan tindakan penyehatan dan juga permintaan dari PT. Pelayaran atau dari keagenan kapal yang langsung meminta untuk dilaksanakan kegiatan tindakan penyehatan. 2) Indikator Kebijakan dalam Pemecahan Masalah - Menyusun dan melakukan tindakan penyehatan sesuai dengan SOP tndakan penyehatan kapal. - Menyiapkan SDM (petugas) yang professiona l melalui diklat kekarantinaan dan SE - Kerja sama dan koordinasi yang intens dengan lintas sektor dan program serta agen/perusahan pelayaran. - Tersedianya dokumen SSCC (Ship Sanitation Control Certificate) yang mana apabila telah dilakukan tindakan penyehatan maka akan diberikan dokumen tersebut. - Monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan tindakan penyehatan kapal setelah selesaim kegiatan. Adapun usul pemecahan masalah pada tindakan penyehatan kapal adalah mensosialisasikan tugas dan fungsi KKP (seksi PKSE/SOP) kepada agen/perusahan pelayaran. c. Jumlah Kapal Yang Diawasi dan Diperiksa PHC 1) Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Jumlah kapal yang diawasi untuk PHC pada tahun 2010 adalah 7866, tahun 2011 sebanyak 7924, tahun 2012 sebanyak 9293 kapal, tahun 2013 juga sebanyak 9464 kapal dan pada tahun 2014 sebanyak 9084 kapal. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah pemeriksaan kapal karena bertambahnya kapal dari luar negeri dan dalam negeri yang melakukan pelayaran ke Ambon, dan pada tahun 2014 dapat dilihat bahwa jumlah pemeriksaan kapal/pesawat terjadi penurunan karena banyak kapal luar negeri

yang telah balik ke Negara asal dan tidak memperpanjang dokumen dokumen kesehatan m yang telah berakhir masanya. 2) Indikator Kebijakan dalam Pemecahan Masalah Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan dalam melakukan pengawasan terhadap kapal dalam hal ini PHC adalah sebagai berikut : - Menyusun dan melakukan pengawasan kapal sesuai SOP pengawasan Kapal - Menyiapkan SDM (petugas) yang professional melalui diklat kekarantinaan dan SE - Kerja sama dan koordinasi yang intens dengan lintas sektor dan program serta agen/perusahan pelayaran. - Monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan yang menynagkut pengawasan kapal setelah selesai kegiatan pemberian PHC sebulan sekali. - Tersedianya dokumen PHC terhadap kapal yang akan dilakukan tindakan pengawasan. Secara teknik operasional tidak terdapat masalah dalam pemeriksaan kapal, namun secara administrasi sering dijumpai keterlambatan informasi mengenai jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal oleh agen.perusahan pealayaran sering terlambat sehingga kegiatan pengawasan kapal juga sering tertunda. d. Jumlah OMKABA yang diperiksa 1) Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Perbandingan jumlah OMKABA yang diperiksa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dimana kegiatan OMKABA ini tidak dapat dilaksanakan dimana pihak agen/exportir/negara tujuan eksport tidak membutuhkan sertifikat OMKABA 2) Indikator Kebijakan dalam Pemecahan Masalah

- Menyusun dan Melakukan pemeriksaan OMKABA sesuai SOP pemeriksaan OMKABA - Menyiapkan SDM (petugas) yang professional melalui pelatihan OMKABA, magang OMKABAdi KKP yang telah melaksanakan kegiatan tersebut. - Jejaring Kerja dan Koordinasi yang intens dengan lintas sektor dan program serta agen/perusahanpelayaran yang terkait dengan OMKABA. Adapun usul pemecahan masalah adalah Sosialisasi tugas dan fungsi KKP (seksi PKSE/SOP OMKABA) kepada agen/perusahan pelayaran. e. Tingkat Kepadatan Vektor dan Binatang Penular Penyakit 1) Indikator Keberhasilan dan kegagalan Pada tahun 2010 HI pada Perimeter area 0, pada Buffer 0.25 sedangkan CI pada Perimeter area 0, tahun 2011 HI pada Perimeter area 0, pada Buffer 0.25 sedangkan CI pada Perimeter area 0, 2012 HI pada Perimeter area 0, pada Buffer 0.25 sedangkan CI pada Perimeter area 0, sedangkan pada Buffer area 0,2, tahun 2013 HI dan CI pada perimeter dan buffer 0, dan pada tahun 2014 HI pada perimeter area 11,47, buffer area 5,3 sedangkan untuk CI perimeter areanya 16,9 dan pada buffer area 5, hal ini disebabkan karena frekwensi curah hujan yang tinggi, sehingga mempngaruhi perkembangbiakan jentik nyamuk. 2) Indikator Kebijakan dalam Pemecahan Masalah - Melakukan survey jentik nyamuk aedes pada perimeter dan buffer area. - Melakukan pengasapan (fogging) pada area perimeter dan buffer per semester dalam kurun waktu 1 tahun pada nyamuk dewasa. - Menganalisa data serta mengevaluasi hasil kegiatan survey nyamuk dan larva untuk ditindak lanjuti. Rata- rata tingkat kepadatan vektor ada yang mengalami penurunan dan kenaikan tingkat kepadatan yaitu pada Pengendalian nyamuk

yang menjadi kenaikan pada tahun 2014 yaitu dengan nilai 34 tingkat kepadatan. f. Jumlah Sarana air bersih yang memenuhi syarat Sanitasi 1) Indikator Keberhasilan dan kegagalan Tahun 2010, jumlah sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebanyak 58 sarana, tahun 2011 adalah 58, tahun 2012 sebanyak 34, tahun 2013 sebanyak 80 dan pafda tahun 2014 terjadi peningkatan sebanyak 164 sarana air bersih yang memenuhi syarat, dimana terjadi peningkatan sarana air bersih memenuhi syarat pada tahun 2014. hal ini disebabkan karena jumlah sarana yang telah di sediakan untuk kebutuhan masyarakat di pelabuhan terjadi peningkatan dan tentunya tidak lepas dari kepedulian masyarakat dalam menjaga hygiene sanitasi air bersih. 2) Indikator Kebijakan dalam Pemecahan Masalah - Inspeksi sarana air bersih secara berkala setiap bulan. - Pengambilan dan pemeriksaan sampel air bersih dari sarana air bersih yang meliputi fisik, kimia dan bakteriologi secara berkala. - Desiminasi secara verbal maupun tertulis kepada pengelola/penanggung jawab sarana air bersih berdasarkan analisis hasil inspeksi dan hasil dari uji laboratorium yang dimaksudkan untuk tetap menjaga dan atau memperbaiki kualitas dari sarana air bersih yang ada di pelabuhan maupun di bandara. Hasil uji pemeriksaan dari laboratorium sering mengalami keterlambatan yang disebabkan oleh masalah teknis maupun administratif Perlu adanya koordinasi yang lebih intensif sehingga hasil pemeriksaan laboraturium rujukan bisa tepat waktu agar langkah tindak lanjut dapat juga diupayakan secepatnya. g. Jumlah TPM yang memenuhi Syarat 1) Indikator keberhasilan dan kegagalan Perbandingan jumlah TPM yang memenuhi syarat juga terjadi peningkatan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 164 TPM

dibandingkan pada tahun tahun sebelumnya hal ini disebabkan karena ada penambahan beberapa TPM yang diperiksa serta dibina dan diawasi oleh petugas KKP sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. 2) Indikator Kebijakan dalam Pemecahan Masalah - Melakukan kegiatan inspeksi tempat-tempat pengolahan makanan yang ada di wilayah pelabuhan dan bandara secara berkala. - Pengambilan serta pemeriksaan sampel makanan/minuman (organoleptik, kimia dan bakteriologi). - Melaksanakan pengawasanleveransir bahan makanan pada alat angkut. - Tidak tersedia tenaga dan peralatan penunjang kegiatan di beberapa wilayah kerja KKP Kelas II Ambon sehingga kegiatan tidak dapat dilaksanakan. - Hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan seringkali megalami keterlambatan yang disebabkan oleh masalah teknis maupun administratif. - Distribusi tenaga dan peralatan penunjang kegiatan di wilayah kerja. Perlu adanya koordinasi yang lebih intensif sehingga hasil pemeriksaan laboratorium rujukan bisa tepat waktu agar langkah tindak lanjut dapat juga diupayakan secepatnya. h. Jumlah Sanitasi Alat Angkut yang memenuhi syarat 1) Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Perbandingan jumlah sanitasi alat angkut yang diperiksa mengalami penurunan pada tahun 2014 sebanyak 1129 alat angkut yang diperiksa, dibandingankan dengan tahun tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena ada sebagian kapal dari luar negeri yang tidak memperpanjang sertifikat atau dokumen dokumen kesehatan yang telah habis masa berlakunya sehingga mempengaruhi frekuensi keluar dan masuknya kapal serta kapal yang di periksa atau di berikan tindakan penyehatan, 2) Indikator Kebijakan dalam Pemecahan Masalah

- Pemeriksaan sanitasi alat angkut (kapal/pesawat) dalam rangka sertifikasi. - Pemberian rekomendasi untuk penerbitan SSCEC/SSCC. - Pengawasan sanitasi alat angkut. - Disinseksi kapal - Pengawasan pelaksanaan fumigasi kapal. - Pada saat melaksanakan kegiatan pemeriksaan hygiene sanitasi kapal ada beberapa kapal yang sanitasinya tidak memenuhi syarat dalam hal ini terdapat vektor penyebab pengaruh kesehatan lingkungan pada kapal. - Keterbatasan petugas dan sarana penunjang kegiatan di wilayah kerja bandara, sehingga kegiatan tidak berjalan secara optimal. - Dilakukan tindakan penyehatan untuk meminimalisir atau menghilangkan kehidupan vektor yang berada di kapal - Distribusi petugas dan sarana penunjang kegiatan ke wilayah bandara. i. Jumlah pemeriksaan kualitas lingkungan pelabuhan yang memenuhi syarat 1) Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Pengukuran kualitas lingkungan pada tahun 2014 tidak mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena faktor cuaca yang tidak menentu pada tahun 2014 dimana turut mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kualitas lingkungan sehingga dalam satu tahun hanya terjadi sekali pemeriksaan serta pengambilan sampel. 2) Indikator Kebijakan dan Pemecahan Masalah - Pemeriksaan kualitas lingkungan dilakukan secara berkala yaitu dalam 1 tahun dilakukan selama dua kali pemeriksaan. - Pengambilan sampel kualitas lingkungan untuk mengetahui tingkat kepadatan debu, dan kandungan bakteriologi serta kimia pada air laut Dalam kegiatan pemeriksaan kualitas lingkungan tidak terjadi hambatan akan tetapi pada tahun 2014 pemeriksaan kualitas

lingkungan hanya dilakukan 1 kali dari 2 kali kegiatan dalam setahun yang disebabkan oleh karena masalah teknis. Lebih ditingkatkan lagi kerja sama antar lintas program agar kedepannya kegiatan pemeriksaan kualitas lingkungan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. j. Jumlah alat angkut yang memenuhi persyaratan perlengkapan Obat/P3K 1) Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Jumlah persyaratan perlengkapan obat/p3k yang diperiksa pada tahun 2014 yaitu terdapat 931 perlengkapan obat/p3k yang memenuhi syarat, terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, hal ini juga disebabkan karena adanya kerjasama petugas dalam memberikan sosialisasi kepada Nahkoda dan ABK serta stakeholder lainnya tentang pentingnya Obat serta P3K pada alat angkut sehingga ketersediaan obat-obatan serta P3K pada alat angkut untuk tahun ini terjadi peningkatan. 2) Indikator Kebijakan dan Pemecahan Masalah - Petugas Pemeriksa / Pengawas membawa surat perintah kerja dari Kepala KKP. - Pengawasan/pemeriksaan dilakukan bersama-sama dengan agen kapal/nahkoda. - Hasil pengawasan/pemeriksaan ditandatangani pemeriksa dan ddiketahui oleh nahkoda kapal dan diserahkan kepada Kepala Kantor atau Atasan Langsung. - Kepala Kantor atau atasan langsung mengirimkan hasil pemeriksaan disertai saran tindak lanjut.. - Apabila hasil pengawasan atau pemeriksaan sesuai standar, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan menerbitkan Sertifikat P3K yang berlaku 6 bulan. Saran Perbaikan : - Sertifikat P3K untuk pesawat terbang belum pernah dikeluarkan di Bandara Internasional Pattimura Ambon. - Perlu ada sanksi yang tegas tehadap kapal-kapal yang tidak melengkapai obat-obatan P3K dan alat kesehatan P3K Kapal,

berupa tidak dikeluarkan Port Health Clereance/Surat Ijin Berlayar, selain itu pula perlu adanya penguatan jejaring kerja dengan instansi terkait dalam hal pemberian sanksi yang tegas, tentunya sanksi tersebut bisa diberikan setelah melalui proses pembinaan terhadap agen kapal tersebut. - Perlu adanya sosialisai terhadap pihak maskapai penerbangan mengenai pentingnya pengawasan rutin dan pemeriksaan secara perkala guna penerbitan sertifikat P3K Pesawat. k. Jumlah pengawasan pengangkutan orang sakit dan jumlah kasus rujukan. 1) Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Pada tahun 2014 terjadi peningkatan pengawasan dan pengangkutan orang sakit yaitu 519 pengawasan dibandingkan tahun tahun sebelumnya, terjadi penambahan pada musim arus mudik, dan pada hari-hari lain dimana kebanyakan terjadi pengawasan pengangkutan orang sakit pada saat embarkasi. 2) Indikator Kebijakan dan Pemecahan Masalah - Pengawasan dan Pemeriksaan Terhadap Kedatangan dankeberangkatan orang sakit dengan ketentuan memenuhi syarat teknis dan administrasi. - Apabila memenuhi syarat teknis dan administrasi maka orang sakit yang bersangkutan diijinkan masuk atau berangkat. - Apabila tidak memenuhi syarat teknis dan administrasi dan orang sakit menderita penyakit PHEIC maka dilakukan penanganan sesuai SOP penanggulangan PHEIC. Dan tidak diijinkan berangkat, atau kondisi-kondisi tertentu yang diatur dalam peraturan yang tidak layak diberi ijin angkut orang sakit. - Masih terdapat orang sakit yang melakukan perjalanan tanpa izin angkut orang sakit. - Masih ada pihak maskapai / agen pelayaran yang menggunakan surat keterangan dari instasi kesehatan lain selain Kantor Kesehatan Pelabuhan guna membenarkan tiindakan mereka dalam mengangkut orang sakit.