Pengaruh Locus of Control terhadap Belanja Impulsif Pada Wanita Usia Dewasa Muda

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek,

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita dan berusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Huddleston dan Minahan (2011) mendefinisikan aktifitas berbelanja sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB V HASIL PENELITIAN. menggunakan metode one way ANOVA (Analysis of Variance) atau ANAVA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

PENGARUH HEDONIC SHOPPING VALUE TERHADAP IMPULSE BUYING DIMEDIASI OLEH POSITIVE EMOTION PADA KONSUMEN CARREFOUR PLAZA AMBARRUKMO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri, bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang.

PENGARUH SIKAP SISWA PADA MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI PERSAMAAN KUADRAT

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, tentang budaya. religius dan pembentukan karakter peserta didik.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

PENGARUH KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. disebarkan ke seluruh sampel. Jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 45

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Karakteristik Berdasarkan Responden

Dwi Irawati, S.E, M.Si, PhD.cand. Murry Harmawan, S.E, M.Sc.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling. 1. Berusia dewasa madya antara tahun.

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION INVOLVEMENT PADA IMPULSE BUYING BEHAVIOR KONSUMEN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

Analisis Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Rumah Makan Ayam Bakar Kia-Kila

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA ACE HARDWARE DI MARGO CITY DEPOK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari penyebaran kuesioner pada konsumen.

Gunadarma Tagline. Loo

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 4 HASIL PENELITIAN

KEVIN HENDRO. (Universitas Bina Nusantara) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian. peneliti adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang

PENGARUH PELAYANAN PRIMA KERAKYATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN PUBLIC WELFARE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HANDOUT METODE PENELITIAN KUANTITATIF ANALISIS DATA MENGGUNAKAN SPSS

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

PENGARUH BRAND TRUST TERHADAP BRAND LOYALTY (STUDI KASUS PADA KECAP BANGO DI BANDUNG) ABSTRAK NOFFI EKA WAHYUNINGSIH O652033

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA BELANJA ONLINE ELEVENIA STUDI KASUS MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Untuk memperoleh data dalam pengujian ini, penulis telah membagikan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. berkaitan langsung dengan dirinya. Karakteristik individu memiliki sifat yang unik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti trend yang berkembang di pasar. Oleh karena itu, para pemasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari 62 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden Penelitian. Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian survei ini

: Didi Hariawan NPM : Dosen Pembimbing : Sariyati, SE., MM

BAB 4. Analisis Data dan Penyajian. korelasional, dimana penelitian yang dilakukan untuk menguji hubungan antara

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN ALAM WISATA RESTO. Ahmad Mustakim

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

Contoh Analisis Data Korelasi Kecerdasan Emosi terhadap Stress Kerja 1. Sebaran Data Kecerdasan Emosi Hasil Skoring Kuesioner

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian kuantitatif, kevalidan data menjadi sangat penting, karena bila

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif. impulsif sebagai a consumers tendency to buy spontaneusly, immediately and

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan rumusan permasalahan yang dikaji dan tujuan yang ingin

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI DESA PROTO KEDUNGWUNI PEKALONGAN

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Responden yang terhormat, saya Gery Try Enasya, mahasiswa Universitas Bina

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT. Keywords : hedonic value, utilitarian value, approach behavior. Universitas Kristen Maranatha

Lucky Satriawan Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

LAMPIRAN A SKALA KEMATANGAN EMOSI DAN PENYESUAIAN AKADEMIK

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 Angket Penelitian

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Mei 2016 terhadap siswa pada mata pelajaran Akidah akhlak di MTsN Kunir

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA GUNADARMA DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE ANDROID MEREK SAMSUNG.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan umum yang berkaitan dengan tema penelitian. Rumusan masalah di

BAB 4 HASIL PENELITIAN. responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini

FAKTOR KUALITAS LAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT PADA PT. BANK PANIN TBK SURABAYA

ABSTRAK. Kata Kunci : Store Atmosphere, Kepuasan, Paris Van Java Mal

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan populasi di SLB A

Transkripsi:

Pengaruh Locus of Control terhadap Belanja Impulsif Pada Wanita Usia Dewasa Muda Wiwin Universitas Bina Nusantara, Jakarta, psychobee_luph8@yahoo.com Moondore Madalina Ali Univesitas Bina Nusantara, Jakarta, moondore.ali@gmail.com Abstract Impulsive buying is mostly done by people including Indonesian (Verplanken and Herabadi, 2001). Impulsive buying done by the people of any socioeconomic status, without self-control, and they tend to ignore the adverse effects that might occured (Assael, 1993). Previously research showed there is significant positive relationship between locus of control and impulsive buying (Widawati, 2011). Thus, the purpose of this study was to determine the effect of locus of control to impulsive buying. Using purporsive random sampling, one hundred women between the age of 41 to 65 who are doing shopping activity such as foods, drinks,and clothing, were asked to fill out impulsive buying questionnaire and locus of control questionnaire. Data obtained from this study were statistically processed using linear regression method. It showed that there is a significant effect of locus of control to impulsive buying. Therefore, locus of control has 8% influenced on impulsive buying and 92% are the other factors. Keywords: Impulsive buying, locus of control, middle adulthood women Abstrak Belanja impulsif banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia (Verplanken and Herabadi, 2001). Belanja impulsif dilakukan oleh masyarakat dari status sosial ekonomi manapun, tanpa kontrol diri, serta cenderung mengabaikan dampak buruk yang mungkin terjadi (Assael, 1993). Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menunjukan bahwa antara belanja impulsif dengan locus of control terdapat hubungan positif yang signifikan (Widawati, 2011). Maka, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap belanja impulsif. Penelitian ini melibatkan 100 partisipan wanita dengan teknik purposive random sampling. Peneliti memberikan kuesioner belanja impulsif dan locus of control kepada wanita usia dewasa muda yang sedang melakukan pembelian makanan, minuman, dan pakaian di mal Jakarta Selatan. Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah secara statistik menggunakan metode regresi linear. Hasil penelitian menunjukan bahwa locus OF control memiliki pengaruh signifikan sebesar 8% terhadap belanja impulsif, sedangkan 92% merupakan faktor lain. Kata Kunci: Belanja impulsif, locus of control, wanita usia 41 65 tahun Pendahuluan Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut Asmadi (2008), kebutuhan harus dipenuhi karena sifatnya yang manusiawi dan merupakan syarat untuk mempertahankan 1

kehidupan. Menurut Maslow (dalam Supratiknya, 1993), manusia memiliki lima hirarki kebutuhan pokok, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan untuk merasa aman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Namun, kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis, misalnya: sandang, pangan, papan, seks, dan udara. Asmadi (2008) memaparkan bahwa kebutuhan fisiologis bersifat mendesak dan harus menjadi prioritas utama untuk menjaga homeostasis biologis (mekanisme pengaturan keseimbangan dalam tubuh makhluk hidup). Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, individu yang bersangkutan akan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis menjadi penting untuk dipenuhi. Pentingnya memenuhi kebutuhan fisiologis membuka peluang bagi para pengusaha di bidang ritel. Usaha ritel adalah segala aktivitas yang melibatkan proses menjual barang ataupun jasa dalam jumlah kecil ataupun satuan secara langsung kepada konsumen (Londhe, 2006). Di kota-kota besar seperti Jakarta, industri ritel mengembangkan tempat berbelanja yang memberi nilai tambah berupa hiburan dan kenyamanan, yaitu mal. Mal merupakan suatu tempat berkumpulnya para pengusaha ritel yang memiliki fungsi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu maupun keluarga (Ma aruf, 2005). Tambunan (2005) mengatakan bahwa secara umum, kaum wanita maupun pria mengunjungi pusat perbelanjaan paling tidak sebulan sekali untuk melakukan aktivitas berbelanja guna memenuhi kebutuhan fisiologis. Huddleston dan Minahan (2011) mengatakan bahwa aktivitas berbelanja tersebut merupakan utilitarian shopping, dimana individu melakukan aktivitas berbelanja untuk mendapatkan produk yang dibutuhkan, dan biasanya dengan perencanaan tentang barang apa yang akan dibelinya, jumlah, anggaran, tempat pembelian, dan lain sebagainya. Namun, Kotler (dalam Semuel, 2007) mengatakan bahwa masyarakat jaman sekarang mengalami perubahan dalam pola berbelanja. Individu melakukan aktivitas berbelanja bukan lagi karena faktor kebutuhan yang bersifat wajib untuk dipenuhi, tetapi untuk memuaskan keinginan. Keinginan merupakan hasrat yang muncul dari dalam diri, namun tidak akan mempengaruhi kelangsungan hidup jika tidak terpenuhi (Andari, 2012). Pola berbelanja seperti itu disebut sebagai hedonic shopping atau recreational shopping (Huddleston dan Minahan, 2011). Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), hedonic shopping banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Hedonic shopping terjadi minimal empat kali setahun, yaitu menjelang Bulan Ramadhan atau Idul Fitri, Imlek, Natal, dan Tahun Baru. Menjelang hari-hari tersebut, publikasi diskon dan layanan khusus akan meningkatkan keinginan individu untuk berbelanja, baik pakaian, makanan, ataupun aksesoris penghias ruangan, dengan tujuan untuk mengikuti perkembangan mode, menaikan derajat sosial, dan alasan-alasan lain yang sebenarnya kurang penting (Denden, 2011). Schiffman dan Kanuk (2007) menyatakan aktivitas berbelanja tersebut termasuk pola berbelanja konsumen yang disebut sebagai belanja impulsif. Belanja impulsif merupakan bagian dari pola pembelian dimana keputusan untuk membeli dilakukan ketika konsumen berada di dalam toko dan mengalami perasaan tiba-tiba, merasakan perasaan yang sangat kuat dan berkeras hati terhadap dorongan emosional untuk membeli sesuatu dengan segera. Assael (1993) mengatakan bahwa belanja impulsif dilakukan oleh masyarakat dari status sosial ekonomi manapun dan tanpa kontrol diri. Rook (1987) menambahkan bahwa belanja impulsif memiliki beberapa karakteristik, yaitu: keputusan untuk membeli dilakukan secara spontan, pembelian suatu produk didasarkan atas pertimbangan emosional, dan cenderung mengabaikan dampak buruk yang mungkin terjadi. Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), para pelaku belanja impulsif sedikit melibatkan proses kognitif dan lebih melibatkan faktor emosi. Individu yang melakukan belanja impulsif mengalami konflik kognitif, seperti: tidak mempertimbangkan harga maupun kegunaan suatu barang, tidak melakukan evaluasi terhadap suatu pembelian, tidak melakukan perbandingan antara produk yang diinginkan dengan produk lain yang dibutuhkan, serta berada dalam situasi emosional, seperti: timbulnya dorongan untuk segera melakukan pembelian, dan timbul perasaan senang dan puas ketika berbelanja atau setelah melakukan pembelian. Park dan Burns (2005) menyatakan aktivitas berbelanja akan melibatkan individu dalam proses menentukan pilihan dan pengambilan keputusan. Salah satu faktor yang memegang peranan dalam pengambilan keputusan adalah locus of control (Smith, 2007). Rotter (dalam Schultz dan Schultz, 2005) mendefinisikan locus of control sebagai atribut kepribadian untuk membedakan satu individu dengan individu lainnya berdasarkan derajat keyakinan dalam mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka, serta dapat mempengaruhi tingkah laku, sikap, perasaan, pola pikir, serta keputusan untuk membeli. Rotter (dalam Schultz dan Schultz, 2005) membagi locus of control menjadi dua kontinum, yaitu locus of control eksternal dan locus of control internal. Individu dengan locus of control eksternal memiliki keyakinan bahwa kontrol atas kehidupan seseorang berasal dari luar dirinya, misalnya: nasib, keberuntungan, lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan situasi. Sedangkan individu dengan locus of control internal percaya bahwa kontrol atas perilaku adalah tanggung jawab individu tersebut, serta merasa mampu untuk merubah atau mempengaruhi suatu peristiwa. Menurut Widawati 2

(2011), individu dengan locus of control internal lebih mampu menunda kepuasan, tidak mudah terpengaruhi oleh produk, dan mampu menahan dorongan untuk membeli. Pinto (2004) mengatakan bahwa individu dengan locus of control internal cenderung lebih percaya diri, lebih yakin, serta memiliki inisiatif dan berusaha mengendalikan impulsifitas yang mereka rasakan. Sedangkan individu dengan locus of control eksternal memiliki kecenderungan yang sangat besar untuk melakukan perilaku belanja impulsif. Rotter (dalam Fahimatul, 2008) menjelaskan bahwa locus of control bersifat kontinum atau tidak statis. Individu yang memiliki locus of control eksternal bisa berubah menjadi individu yang berorientasi internal, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tertentu, misalnya lingkungan dimana individu itu tinggal dan beraktivitas. Hasil penelitian Widawati (2011) pada konsumen pengguna kartu kredit Carrefour di Bandung menunjukkan bahwa locus of control memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan perilaku belanja impulsif. Namun, penelitian tersebut hanya mengkaji keterkaitan antara belanja impulsif dan locus of control, serta memilih partisipan pengguna kartu kredit saja. Maka, penelitian ini dirancang untuk melihat seberapa besar pengaruh locus of control, baik internal maupun eksternal, terhadap perilaku belanja impulsif yang dilakukan oleh konsumen wanita tanpa menggolongkan partisipan sebagai pengguna ataupun bukan pengguna kartu kredit. Metode Penelitian Subjek Penelitian dan Sampel Penelitian ini melibatkan 100 partisipan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Berjenis kelamin wanita. Menurut Huddleston dan Minahan (2011), kaum wanita merupakan aspek terpenting dalam dunia ritel. Wanita jaman sekarang sangat mempengaruhi keseluruhan industri ritel, dari sumber daya, toko, konsumsi, sampai pembuangan. Verplanken dan Herabadi (2001) menambahkan bahwa kaum wanita lebih banyak menggunakan sisi emosional daripada sisi kognitif, sehingga banyak melakukan belanja impulsif. b. Berusia antara 41 65 tahun. Menurut Erikson (dalam Adelar, 2008), individu yang berada pada rentang usia tersebut berada pada tahap middle adulthood atau usia dewasa muda. Adelar (2008) mengatakan bahwa wanita pada usia 40-an jaman sekarang sering bersolek karena pengaruh iklan-iklan kecantikan dan melakukan belanja impulsif. c. Sedang melakukan aktivitas berbelanja kebutuhan fisiologis di mal sekitar Jakarta Selatan. Menurut Ridwan (2011), Jakarta merupakan kota di Indonesia yang memiliki mal terbanyak. Sampai dengan tahun 2011, Jakarta Selatan memiliki jumlah mal terbanyak di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling. Menurut Hadi (2000), pemilihan partisipan dengan teknik tersebut didasarkan atas karakteristik tertentu yang memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini didasarkan atas jenis kelamin, yaitu wanita, dan sedang melakukan pembelian produk-produk kebutuhan fisiologis, seperti: makanan, minuman, dan pakaian. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner. Penelitian ini menggunakan dua kuesioner, yaitu kuesioner yang mengukur belanja impulsif dan kuesioner yang mengukur locus of control. Variabel belanja impulsif diukur menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Verplanken dan Herabadi (2001). Sedangkan variabel locus of control diukur dengan menggunakan alat ukur yang direvisi dari Rotter (1987). Kedua kuesioner tersebut berupa inventori berskala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan alternatif jawaban: sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Uji validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan pendapat ahli atau expert judgement. Peneliti melakukan analisis item menggunakan metode Pearson Correlation untuk melihat korelasi antar item. Item yang tidak berkorelasi tidak akan dipakai untuk menghitung reliabilitas. Uji reliabilitas kedua alat ukur dihitung dengan menggunakan metode Cronbach s Alpha. Alat ukur locus of control memiliki reliabilitas 0,692 dan alat ukur belanja impulsif memiliki reliabilitas sebesar 0,839. 3

Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non-eksperimental. Menurut Sukmadinata (2009), desain tersebut merupakan metode untuk mengembangkan dan menguji suatu variabel tanpa adanya tindakan manipulasi ataupun pengaturan terhadap partisipan penelitian, serta pengolahan data dilakukan dengan uji statistik deskriptif, yaitu mengamati suatu fenomena dengan mengambil kesimpulan dari hasil pegujian sampel. Prosedur Penelitian Tahap persiapan penelitian ini dibagi menjadi beberapa langkah. Pertama-tama, peneliti melakukan studi literatur berdasarkan topik penelitian yang sudah ditentukan, yaitu belanja impulsif. Setelah itu, peneliti mencari informasi mengenai topik tersebut dari buku, jurnal, dan bacaan-bacaan lain yang membahas perilaku belanja impulsif dan teori yang mendasari, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Setelah itu peneliti merumuskan permasalah penelitian, yaitu apakah locus of control memiliki pengaruh terhadap belanja impulsif? Rumusan masalah tersebut dijawab dengan menentukan tujuan penelitian, yaitu melihat pengaruh locus of control terhadap belanja impulsif. Tujuan tersebut akan menjadi batasan dalam penelitian. Kemudian peneliti mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dan melakukan pilot study. Pilot study dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 75 partisipan, namun hanya 51 kuesioner yang dapat terpakai. Sedangkan 24 kuesioner lainnya yang tidak terpakai disebabkan karena ada beberapa item yang tidak diisi oleh partisipan. Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas pada kedua alat ukur dengan menggunakan bantuan program SPSS. Alat ukur belanja impulsif memiliki 20 item, namun berdasarkan hasil perhitungan, maka peneliti menghilangkan 5 item yang kurang baik. Item-item yang tersisa berjumlah 15 dan memiliki reliabilitas 0,824. Sedangkan alat ukur locus of control dengan jumlah item 12 harus menghapus 5 item yang kurang baik, dan reliabilitas dari 7 item yang tersisa adalah 0,604. Lalu, peneliti menambah item pada alat ukur locus of control serta melakukan expert judgement kembali. Setelah itu, alat ukur tersebut digabungkan dengan alat ukur belanja impulsif yang sudah baik dan langsung digunakan dalam penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan di beberapa mal yang berlokasi di sekitar Jakarta Selatan pada tanggal 15 sampai 20 Januari 2013. Data kuesioner diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS. Peneliti melakukan analisis item menggunakan metode Pearson Correlation, pengukuran reliabilitas alat ukur menggunakan metode Cronbach s Alpha, uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov untuk melihat populasi penelitian ini berdistribusi normal atau tidak, uji linearitas untuk menentukan metode yang akan dipakai untuk uji hipotesis, melakukan uji hipotesis dengan metode regresi linear, serta mengukur korelasi antara belanja impulsif dan locus of control. Hasil uji hipotesis menghasikan Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, locus of control berpengaruh signifikan terhadap belanja impulsif. Hasil dan Pembahasan Hipotesis Menurut Sugiyono (2007), hipotesis merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian yang bersifat sementara. Dikatakan sementara karena jawaban tersebut hanya didasarkan pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris. Penelitian ini menggunakan jenis hipotesis asosiasi. Sugiyono (2007) mendefinisikan hipotesis asosiasi sebagai istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat (analisa data antara dua variabel penelitian yang bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel tersebut). Dalam hipotesis asosiasi terdapat dua format, yaitu hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis null (Ho). Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan locus of control terhadap belanja impulsif. Ha : Ada pengaruh yang signifikan locus of control terhadap belanja impulsif. 4

Data Demografis Informasi data demografis yang didapat dari kuesioner penelitian, antara lain: usia, status pekerjaan, dan status pernikahan. Tabel 1. Usia Partisipan Usia Jumlah 41 49 50 50 59 36 60 65 14 Berdasarkan tabel di atas, partisipan berusia 41 49 tahun sebanyak 50 individu (50%), usia 50 59 tahun sebanyak 36 individu (46%), dan usia 60 65 tahun sebanyak 14 individu (14%). Tabel 2. Status Pernikahan Menikah Belum Menikah 85 partisipan 15 partisipan Tabel di atas memberikan informasi mengenai jumlah partisipan berdasarkan status pernikahan. Pada penelitian ini, terdapat 85 partisipan wanita yang menikah (85%) dan 15 partisipan yang belum menikah (15%). Tabel 3. Status Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 49 partisipan 51 partisipan Berdasarkan status pekerjaan, penelitian ini memiliki 49 partisipan bekerja (49%) dan 51 partisipan tidak bekerja (51%). Hasil Pengolahan Data a. Uji Hipotesis Berdasarkan hasil uji linearitas, uji hipotesis dilakukan dengan metode regresi linear. Berikut adalah hasil penghitungannya: Tabel 4. Pengaruh Locus of Control terhadap Belanja Impulsif Standardized Coefficients t Sig. Locus of Control 0.284 2.928 0.004 Uji hipotesis menunjukkan signifikansi 0,004. Nilai signifikansi <0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, locus of control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja impulsif. Besar pengaruh locus of control terhadap belanja impulsif dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 5. Besar Pengaruh Locus of Control terhadap Belanja Impulsif R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 0.284 0.080 0.071 5.635 5

Nilai R Square adalah 0,080. Artinya, locus of control mempengaruhi belanja impulsif sebesar 8%. Berdasarkan hasil uji tambahan, didapat bahwa locus of control internal memberikan kontribusi sebesar 4,9% dan locus of control eksternal sebesar 6,7%. Tabel 6. Besar Pengaruh Locus of Control Internal terhadap Belanja Impulsif R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 0.222 0.049 0.040 5.729 Tabel 7. Besar Pengaruh Locus of Control Eksternal terhadap Belanja Impulsif R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 0.258 0.067 0.057 5.677 b. Uji Korelasi Uji korelasi dilakukan untuk melihat arah hubungan locus of control dengan belanja impulsif. Hasil uji korelasi menunjukkan locus of control memiliki hubungan yang signifikan dengan belanja impulsif. Berikut adalah hasil penghitungannya: Tabel 8. Hubungan Locus of Control Internal dan Eksternal dengan Belanja Impulsif Locus of Control Belanja Impulsif Pearson Correlation 1-0.222 Locus of Control Internal Sig. (2-tailed) 0.026 N 100 100 Locus of Control Eksternal Pearson Correlation 1 0.258 Sig. (2-tailed) 0.009 N 100 100 Berdasarkan tabel di atas, locus of control internal memiliki hubungan negatif dengan belanja impulsif. Artinya, semakin tinggi locus of control internal semakin rendah belanja impulsif, dan semakin rendah locus of control internal, maka semakin tinggi belanja impulsif. Sedangkan locus of control eksternal memiliki arah hubungan positif. Artinya, semakin tinggi locus of control eksternal, maka semakin tinggi belanja impulsif, dan semakin rendah locus of control eksternal, maka semakin rendah belanja impulsif. c. Uji T Peneliti melakukan uji t terhadap partisipan berdasarkan status pekerjaan. Berdasarkan hasil perhitungan uji t independen, varians antara wanita bekerja dan tidak bekerja adalah sama. Berarti secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata belanja impulsif pada wanita yang bekerja maupun tidak bekerja. 6

Equal variances assumed Tabel 9. Uji T pada Partisipan Bekerja dan Tidak Bekerja Uji T Signifikansi Levene's Test t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 0.054 0.234 98 0.816 0.275 1.175 d. Norma Norma variabel belanja impulsif dan locus of control dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berikut tabel kategorisasi norma belanja impulsif dan locus of control. Tabel 10. Norma Belanja Impulsif Nilai Kategori Frekuensi 14 27 Non-impulsif sampai tingkat ringan 29 28 41 Tingkat impulsif sedang 68 42 56 Impulsif murni atau tingkat impulsif tinggi 3 Tabel di atas menunjukan bahwa 29 partisipan melakukan belanja non-impulsif sampai tingkat rendah (29%), 68 peserta melakukan belanja impulsif sedang (68%), dan 3 partisipan melakukan belanja impulsif murni atau tingkat tinggi (3%). Tabel 11. Norma Locus of Control Internal Nilai Kategori Frekuensi 5 9 Locus of control internal rendah - 10 14 Locus of control internal sedang 21 15 20 Locus of control internal tinggi 47 Berdasarkan tabel di atas, terdapat 68 partisipan yang memiliki kecenderungan pada locus of control internal. 69,12% memiliki locus of control internal yang tinggi, sedangkan 30,88% lainnya memiliki locus of control internal tingkat sedang. Tabel 12. Norma Locus of Control Eksternal Nilai Kategori Frekuensi 6 11 Locus of control eksternal rendah - 12 17 Locus of control eksternal sedang 16 18 24 Locus of control eksternal tinggi 14 Tabel di atas menunjukan bahwa 30 partisipan memiliki kecenderungan pada locus of control eksternal. 46,67% memiliki locus of control eksternal yang tinggi, sedangkan 53,33% lainnya memiliki locus of control eksternal tingkat sedang. Namun, ada 2 partisipan wanita yang memiliki nilai yang sama pada kecenderungan locus of control internal maupun locus of control eksternal. Oleh karena itu, kedua partisipan tersebut tidak dapat dikategorisasikan. 7

Bahasan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa locus of control memiliki pengaruh terhadap belanja impulsif sebesar 8%. Berarti, 92% merupakan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi belanja impulsif. Berdasarkan hasil uji hipotesis tambahan, locus of control internal memiliki pengaruh terhadap belanja impulsif sebesar 4,9%, dan locus of control eksternal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap belanja impulsif, yaitu sebesar 6,7%. Utami dan Sumaryono (2008) menyatakan bahwa belanja impulsif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: karakteristik produk, karakteristik pemasaran, dan karakteristik konsumen. Karakteristik produk berkaitan dengan kesan yang diciptakan oeh produk tersebut, sehingga konsumen tertarik untuk membeli, misalnya: manfaat produk, harga, ukuran, dan sebagainya. Karakteristik pemasaran berhubungan dengan teknik marketing yang digunakan oleh para pengusaha ritel dalam menarik perhatian konsumen agar melakukan pembelian, misalnya: iklan, tampilan produk, tata letak, dan lainnya. Sedangkan karakteristik konsumen berhubungan dengan faktor-faktor dalam diri konsumen yang dapat mempengaruhi perilaku berbelanja, misalnya: kepribadian, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, hubungan sosial, dan faktor-faktor demografis lainnya. Penelitian ini juga menunjukan hubungan antara locus of control internal terhadap belanja impulsif bersifat negatif, sedangkan locus of control eksternal bersifat positif. Menurut Pinto (2004), individu dengan locus of control internal cenderung lebih percaya diri, lebih yakin, serta memiliki inisiatif dan berusaha mengendalikan impulsifitas yang mereka rasakan. Sehingga, individu dengan locus of control internal lebih mampu menahan lebih mampu menunda kepuasan, tidak mudah terpengaruhi oleh produk, dan mampu menahan dorongan atau impulse untuk membeli (Widawati, 2011). Widawati (2011) juga mengatakan bahwa individu dengan locus of control eksternal memiliki kecenderungan yang sangat besar untuk melakukan perilaku belanja impulsif, karena lebih mudah dipengaruhi oleh peran keluarga, teman, iklan, tampilan fisik, dan faktor eksternal lainnya. Berdasarkan data demografis dalam penelitian ini, status pernikahan juga mempengaruhi belanja impulsif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa wanita menikah cenderung melakukan belanja impulsif. Widawati (2011) mengatakan bahwa hal tersebut mungkin terjadi karena peningkatan jumlah anggota keluarga, sehingga tingkat kebutuhan bertambah, didukung juga dengan tata cara pembayaran yang semakin mudah melalui kartu kredit mendorong para wanita untuk melakukan belanja tanpa perencanaan yang matang. Hasil uji t independen menunjukan bahwa wanita tidak bekerja maupun wanita bekerja melakukan belanja impulsif. Peneliti menarik kesimpulan bahwa status pekerjaan tidak membedakan wanita bekerja dan yang tidak bekerja dalam melakukan belanja impulsif. Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), belanja impulsif lebih banyak melibatkan faktor emosionalitas dibandingkan dengan faktor kognitif atau rasionalitas. Utami dan Sumaryono (2008) mengatakan bahwa wanita memiliki peluang yang besar untuk melakukan belanja impulsif. Hal tersebut mungkin terjadi karena kaum wanita mengutamakan sisi emosionalitas yang relevan dengan konsep belanja impulsif. Jadi, status pekerjaan tidak menjadi faktor yang mendukung terjadinya belanja impulsif, namun lebih kepada jenis kelamin. Simpulan dan Saran Simpulan Assael (1993) mengatakan bahwa aktivitas belanja impulsif dilakukan oleh masyarakat dari status sosial ekonomi manapun, tanpa kontrol diri, serta cenderung mengabaikan dampak buruk yang mungkin terjadi, seperti pengeluaran anggaran rumah tangga yang tidak sesuai rencana, kualitas produk yang tidak sesuai dengan harapan, terlibat hutang, kesulitan dalam membayar tagihan kartu kredit, serta dampak negatif lain yang dapat menimbulkan masalah-masalah baru, seperti konflik rumah tangga (Sugiharti, 2011). Maka dari itu, rumusan penelitian ini, yaitu: apakah ada pengaruh locus of control terhadap belanja impulsif? Hipotesis null (Ho) dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh signifikan antara locus of control internal dan locus of control eksternal terhadap belanja impulsif. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah ada pengaruh signifikan antara locus of control internal dan locus of control eksternal terhadap belanja impulsif. Dalam penelitian ini, Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, locus of control internal maupun locus of control eksternal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja impulsif. 8

Berdasarkan uji korelasi, antara belanja impulsif dan locus of control internal memiliki hubungan yang negatif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi locus of control internal, semakin rendah belanja impulsif, dan semakin rendah locus of control internal, maka semakin tinggi belanja impulsif. Sedangkan antara locus of control eksternal dan belanja impulsif memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi locus of control eksternal, semakin tinggi belanja impulsif, dan semakin rendah locus of control eksternal, maka semakin rendah belanja impulsif. Namun, hasil uji t pada partisipan bekerja dan tidak bekerja menunjukan hal sebaliknya. Partisipan yang memiliki locus of control internal melakukan pembelian impulsif, dari tingkat sedang sampai tingkat tinggi. Saran Dalam penelitian ini, alat ukur locus of control memiliki reliabilitas yang cukup baik. Namun, penelitian selanjutnya perlu menambahkan item, baik dari dimensi internal maupun eksternal, sehingga reliabilitas alat ukur bisa lebih baik lagi. Peneliti selanjutnya juga bisa mengubah skala alat ukur locus of control menjadi force-choice atau lainnya. Sedangkan alat ukur belanja impulsif sudah baik, namun peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan adaptasi ulang terhadap alat ukur dari Verplanken dan Herabadi (2001) dan menambah beberapa item yang menggambarkan pola berbelanja yang khas dari konsumen di Indonesia, agar alat ukur belanja impulsif tersebut betul-betul menggambarkan perilaku konsumen di Indonesia. Penelitian ini hanya mengambil partisipan wanita dan mencatat beberapa data demografis saja, seperti: usia, status pernikahan, dan status pekerjaan. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran untuk mengambil partisipan wanita dan juga pria, sehingga dapat diteliti lebih lanjut mengenai perbandingan belanja impulsif yang dilakukan oleh kaum pria dan kaum wanita. Data demografis juga dapat ditambahkan dengan jumlah anak, jumlah pendapatan keluarga per bulan, domisili, dan sebagainya. Peneliti selanjutnya juga bisa mengubah rentang usia dan memperluas area penelitian. Bagi para pelaku belanja impulsif, hal pertama yang bisa dilakukan adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan bersifat mendesak dan harus menjadi prioritas utama untuk dipenuhi, sedangkan keinginan bersifat tidak mendesak dan dapat ditunda. Sebelum pergi berbelanja, periksa tempat penyimpanan makanan atau pakaian untuk memutuskan barang-barang yang perlu dibeli. Selain itu, buat daftar belanja dan perkiraan harga, serta membawa uang tunai sesuai dengan perkiraan tersebut. Bila perlu, hindari penggunaan kartu kredit. Hal lain yang dapat dilakukan adalah melakukan aktivitas olah raga untuk mengisi waktu luang agar tidak merasa bosan dan mengurangi kebiasaan pergi ke mal. 9

Referensi Adelar, S. B. (2008). Paruh Baya: Bukan Puber Kedua..! Diperoleh tanggal 30 Oktober 2012 dari https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:wduugzgu25cj:repository.binus.ac.id/content/l014 2/L014298451.doc+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgSrvmCzHFmayWesAX8z_dsc0BgG UXTJm93DGnIlyBF5G5Om8oasBeFPNAI9Sk0rmOQWRP0NIART51xVcTsjPz6zQpJnCgc_XZv EB2TBpQubqnezCzkG3QIyn_mPW3Hs8c9adD&sig=AHIEtbRCOI928VbrAjDqXbNPdg_H25jmfQ Andari, I. E. (2012). Kebutuhan Vs Keinginan. Diperoleh tanggal 21 Oktober 2012 dari http://blog.student.uny.ac.id/ilaniaeka/2012/09/25/kebutuhan-vs-keinginan/ Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika. Assael, H. (1993). Marketing: Principles & strategy. Kanada: Dryden Press. Denden, F. A. (2011). Konsumerisme, Penyakit di Akhir Tahun. Diperoleh tanggal 28 November 2012 dari https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:_2telanpoikj:www2.jogjabelajar.org/modul/how/k/ konsumen/c_konsumerisme.pdf+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=adgeesitolv77ykmoe6mggm DXGxyCoS3le7qk2usExBcwC9uDFcb_Vo3Tgmr_4uSug3Rffkr_oXVc_1kKtF1T2jJ3LJUWEjR_eI Rx6QaTCK7eJ7lJOMPGl68mAnSWL65pot4g1jnB5Ny&sig=AHIEtbScDbGgNam-fht7c5LDfky6IZjPg Fahimatul, I. (2008). Locus of control. Diperoleh tanggal 21 Oktober 2012 dari https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:qdhrm8qzeokj:lib.uinmalang.ac.id/thesis/introduction/06410066-fahimatulilmiyah.ps+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=adgeeshqmp9b2qrnlnfzod54b2p5wu1tlncz9c HZAx7_PukticNKOoEAivSga1J7dXnasOi98- Eiz7TEj8ZDROrsLuewIm8CHnXIJavnY7pdXsA_Bgn9jYOWYocqoZH3Tu- VMhxinm8c&sig=AHIEtbTSgtDlvBFiAeWEs9CK-3p1CmL3Ew Huddleston, P. & Minahan, S. (2011). Consumer behavior: Women and shopping. New York: Business Expert Press. Londhe, B. R. (2006). Retail and Management Distribution. Pune: Nirali Prakashan. Ma aruf, H. (2005). Pemasaran ritel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ridwan, S. (2011). Mal-mal Baru Tetap Akan Hadir di Jakarta Hingga 2012. Diperoleh tanggal 17 Oktober 2012 dari http://finance.detik.com/read/2011/07/14/084008/1680919/1016/mal-mal-barutetap-akan-hadir-di-jakarta-hingga-2012 Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. The Journal of Consumer Research, 14(2), hal. 189-199. Rotter, J. B. (1960). Social learning and clinical psychology. New York: Prentice-Hall. Schiffman, L. G. & Kanuk, L. L. (2007). Perilaku konsumen. Jakarta: PT. Indeks. Schultz, D. P. & Schultz, S. E. (2005). Theories of personality. (edisi ke 8). California: Thomson Wadsworth. Semuel, H. (2007). Respon lingkungan berbelanja sebagai stimulus pembelian tidak terencana pada toko serba ada (toserba). Skripsi S1. Universitas Kristen Petra, Surabaya. Sugiharti, S. (2011). Perkembangan Ritel di Indonesia. Diperoleh tanggal 17 Oktober 2012 dari http://www.scribd.com/doc/56038053/56/perkembangan-ritel-di-indonesia Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Sukmadinata, N. S. (2009). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta. Supratiknya, A. (1993). Teori-teori holistik: Organismik-fenomenologis. Yogyakarta: Kanisius. Tambunan, T. (2005). Kebijakan Investasi dan Pemulihan Usaha. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Politik, 6(3). Utami, F. A. & Sumaryono. (2008). Pembelian Impulsif Ditinjau dari Kontrol Diri dan Jenis Kelamin pada Remaja. Jurnal Psikologi Proyeksi, 3(1), hal. 46-55. Verplanken, B. & Herabadi, A. G. (2001). Consumption Experience of Impulse Buying in Indonesia: Emotional Arousal and Hedonistic Considerations. Asian Journal of Social Psychology, 12, hal. 20 31. Widawati, L. (2011). Analisis Perilaku Impulsive Buying dan Locus of Control pada Konsumen di Carrefour Bandung. MIMBAR, 21(2), hal. 125-132. Youn, S. & Faber, R. J. (2000). Impulse Buying: It s Relation to Personality Traits and Cues. Advances in Consumer Research, 27, hal. 179-185. 10

Riwayat Penulis Wiwin lahir di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1991. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara pada tahun 2013 dalam bidang ilmu Psikologi. Saat ini bekerja sebagai aktivis di Gereja GBI Citra II-Extention sebagai koordinator acara kebaktian dengan spesifikasi tugas planning and organizing. 11