Willem P. Riwu. Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri (PUSAT PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM USAHA INDUSTRI-BPKIMI-KEMENPERIN)

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

KEMENTERIAN PERINDUSTRI. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telepon:

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

ISU STRATEGIS, PROGRAM PRIORITAS DAN PROGRAM KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN INDUSTRI. Oleh : DR. Dedi Mulyadi, M.Si

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

Kegiatan Prioritas Tahun 2011

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

DISAMPAIKAN PADA : RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 TANGGAL, 1-2 FEBRUARI 2012

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Perekonomian Indonesia

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Perekonomian Indonesia

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DALAM KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET)

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

Tujuan pengembangan wilayah pada tahun adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian

Analisis Indikator Pembangunan Ekonomi Inklusif dalam Sektor Pertanian dan Perkebunan di Indonesia

PERKUATAN STRUKTUR INDUSTRI NASIONAL UNTUK PENINGKATAN SINERGI DAN DAYA SAING

Roadmap Industri Telematika

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANAN DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012 PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN)

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM KERJA 2009 DAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Prospek Pengembangan KEK di Sulawesi Selatan

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

DAFTAR ISI 1. KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS 3 PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI DEDI MULYADI

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

Kementerian Perindustrian

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Transkripsi:

Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri WORKSHOP PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM RANGKA MENDUKUNG TATA RUANG DAN MP3EI TEMA STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Willem P. Riwu (PUSAT PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM USAHA INDUSTRI-BPKIMI-KEMENPERIN) Makasar, 02 Desember 2013

DAFTAR ISI I II STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL KONDISI INDUSTRI MANUFAKTUR PROPINSI SULAWESI SELATAN 03 14 III. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DI PROPINSI SULAWESI SELATAN 20

I. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL

Visi Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi negara industri tangguh dunia Misi a. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; b. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; c. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; d. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; e. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat; f. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat; g. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. 4

Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden 28/2008) Visi Industri Nasional 2025 Visi Industri Nasional2020 Indonesia menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025 Indonesia menjadi negara industri maju baru pada tahun 2020 T o p D o w n Pendekatan: A. Pengembangan 35 klaster industri prioritas, terdiri dari 6 kelompok industri prioritas, yakni: 1) Basis industri manufaktur 2) Industri agro 3) Industri transportasi 4) Industri elektronik & telematika 5) Industri penunjang industri kreatif 6) IKM tertentu Bangun Industri Nasional 2025 INDUSTRI AGRO PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL SDA TERBARUKAN SUMBERDAYA MANUSIA INDUSTRI ALAT ANGKUT INDUSTRI BARANG MODAL INDUSTRI KOMPONEN (BASIS U K M) TPT SEPATU ELEKTRONIK DLL SDA TIDAK TERBARUKAN RESEARCH & DEVELOPMENT INDUSTRI TELEMATIKA INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN BASIS INDUSTRI MANUFAK TUR KOMPETENS I INTI INDUSTRI DAERAH DAYA KREATIF B o t t o m U p B. Peningkatan kompetensi inti industri daerah (Industri Unggulan Provinsi/IUP dan Kompetensi Inti Industri Daerah/KIID)

DINAMIKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI 2005-2009 32 Klaster Industri dalam Kebijakan Industri Nasional (KIN) 2010-2012 6 Kelompok Industri Prioritas Tinggi (20 Klaster) 2012-2014 Akselerasi Industrialis asi (15 Klaster)

32 Klaster Industri Prioritas 1.Batu Mulia dan Perhiasan 2.Garam Rakyat 3.Gerabah & Keramik Hias 4.Minyak Atsiri 5.Makanan Ringan 1.Industri Material Dasar (besi & baja, semen, petrokimia, keramik) 2.Industri Permesinan (peralatan listrik & mesin listrik, mesin & peralatan umum) 3.Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja (tekstil & produk tekstil, alas kaki, farmasi) IKM Tertentu Basis Industri Manufaktur 1.Perangkat lunak content multimedia 2.Kerajinan & barang seni Industri Penunjang Industri Kreatif Fokus Agro Elektronika & Telematika Alat Angkut 1. Elektronika 2. Perangkat keras telekomunikasi & pendukungnya 3. Perangkat penyiaran & pendukungnya 4. Komputer & peralatannya 5. Perangkat lunak & content multimedia 6. Kreatif TIK 1.Kendaraan bermotor 2.Perkapalan 3.Kedirgantaraan 4.Perkeretaapian 1.Kelapa sawit 2.Karet dan barang karet 3.Kakao dan Coklat 4.Kelapa 5.Kopi 6.Gula 7.Tembakau 8.Industri Buahbuahan 9. Kayu dan barang kayu 10.Hasil perikanan & laut 11.Pulp & kertas 12.Pengolahan susu

Fokus Pengembangan 6 Kelompok Industri Prioritas Industri Fesyen Industri Kerajinan Industri Batu Mulia Industri Keramik Industri Minyak Atsiri Industri Kecil dan Menengah Industri tekstil Industri alas kaki Industri furniture Industri Padat Karya Industri Prioritas Khusus Industri Gula Industri Pupuk Industri Petrokimia Industri Penghasil barang Modal Industri Perkapalan Industri Padat Modal FOKUS Indusri Berbasis SDA Industri Makanan dan Minuman Industri Hilir Kelapa Sawit Industri Hilir Karet Industri Hilir Kakao Industri Hilir Baja & Alumunium Hulu Industri Rumput Laut Industri Pertumbuhan Tinggi Industri Otomotif, Elektronika dan Telematika

Akselerasi Industrialisasi 2012-2014 Hilirisasi Industri Hilir Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral Industri hilir kelapa sawit Industri hlir kakao Industri hilir karet Industri furniture Industri petrokimia Industri pupuk Industri logam dasar Industri gula berbasis tebu Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik & Ekspor Industri Tekstil, Pakaian jadi dan alas kaki Industri mesin perkakas/ peralatan pabrik Industri elektronika konsumsi dan peralatan telekomunikasi Industri kendaraan bermotor Industri perkapalan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Fesyen Kerajinan Animasi dan Konten Multimedia

ARAH INDUSTRI INDONESIA 2010-2014 TUJUAN Meningkatkan daya saing industri prioritas; Memperdalam struktur industri nasional dengan mendorong tumbuhnya industri pionir dan industri hilir; Mendorong penyebaran industri manufaktur ke seluruh wilayah Indonesia, khususnya wilayah yang memiliki SDA melimpah Instrumen Peningkatan Daya Saing APBN Insentif Penyediaan infrastruktur Kawasan Industri Dukungan Administrastif FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI No Kelompok Industri Jenis Industri 1 Industri Padat Karya Tekstil, Alas Kaki, Kulit, Furnitur 2 IKM Fesyen, Kerajinan, Batu mulia, Keramik, Atsiri 3 Industri Barang Modal Permesinan, Galangan Kapal 4 Industri Berbasis SDA CPO, Kakao, Karet, Rumput laut, Baja&Aluminium Hulu 5 Industri Pertumbuhan Tinggi 6 Industri Prioritas Khusus Otomotif, Elektronika & Telematika Gula, Pupuk, Petrokimia 10

SASARAN 2010-2014 Pertumbuhan PDB 7,7%; Pertumbuhan Industri Non-Migas 8,95% Kontribusi Industri Pengolahan terhadap PDB 24,67%; Total Tenaga Kerja Industri Pengolahan Non Migas 17,2 juta orang; Total investasi selama 2010-2014 sebesar Rp. 735,9 Trilyun 11

FAKTOR PEMUNGKIN (ENABLING FACTOR) DALAM AKSELERASI INDUSTRI 1. Birokrasi pelayanan yang efektif dan kepastian hukum 2. Infrastruktur pendukung produk dan distribusi/sistem Logistik Nasional yang memadai 3. Jaminan pasokan bahan baku dan sumber energi dengan harga kompetitif 4. Ketersediaan lahan kawasan industri terutama di Pulau Jawa 5. SDM industri yang handal 6. Penyelesaian hambatan investasi: Divestasi pada Industri Pengolahan Mineral, Aturan Terkait Limbah B3, tata ruang/rtrw 7. Peningkatan penggunaan teknologi 8. Optimalisasi Insentif Fiskal: Tax Holiday, Tax Allowance, BMDTP, Pembebasan PPnBM, Bea Masuk 9. Peningkatan akses pasar dan ekspor 10. Pembiayaan pembangunan industri, terutama yang bersifat pembiayaan jangka panjang Pasal 19-21 RUU Perindustrian

FAKTOR PEMUNGKIN (ENABLING FACTOR) untuk Penguatan Daya Dukung Iklim Industri Peningkatan Dukungan Iklim Industri (TIG & TIS) 1-Meningkatkan Daya Saing (Short-Term) 2-Meningkatkan Daya Saing (Medium-Term) Menurunkan biaya modal, biaya energy dan biaya manpower serta biaya logistik Ketersediaan bahan baku Biaya logistik & Iklim investasi (perijinan, pungli, insentif fiskal, BMDTP) Fasilitasi pendanaan diklat SDM industri bersertifikat. Pengaturan persyaratan bagi Tenaga Kerja Asing (TKA) Jaminan Pasokan Bahan Baku Pengawasan impor untuk meredam produk illegal Optimalisasi P3DN Menghilangkan gangguan keamanan Fasilitasi pembiayaan sertifikasi profesi SDM industri 3-Meningkatkan Daya Saing (Long-Term) Peningkatan Faktor Pendukung Industri Membangun kemampuan SDM Industri Membangun R&D industri Penguatan kelembagaan Sertifikasi SDM Industri Menjalin kerjasama MRA dengan negara mitra ( ASEAN dan Non ASEAN)

II. KONDISI INDUSTRI MANUFAKTUR PROPINSI SULAWESI SELATAN

KONDISI EKSPOR IMPOR TOTAL SULAWESI SELATAN (Tahun 2007 Agustus 2013, US$ Juta) Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Aug-13 EKSPOR 2,751.7 2,107.6 1,308.4 2,318.8 1,904.0 1,559.8 1,029.0 IMPOR 521.8 871.6 649.1 987.3 1,398.9 1,302.6 995.8 NERACA 2,230.0 1,236.1 659.3 1,331.5 505.1 257.3 33.3

KONDISI EKSPOR IMPOR INDUSTRI SULAWESI SELATAN (Tahun 2007 Agustus 2013, US$ Juta) Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Aug-13 EKSPOR 2,359.7 1,632.6 754.9 1,697.6 1,510.5 1,246.4 805.6 IMPOR 162.2 274.4 318.6 342.3 470.2 535.8 653.9 NERACA 2,197.4 1,358.2 436.4 1,355.3 1,040.3 710.6 151.7

Kontribusi Ekspor dan Impor Sektor Industri di Sulawesi Selatan (persen)

12 Besar Ekspor dan Impor Sektor Industri di Sulawesi Selatan Berupa produk Nickel dengan porsi sebesar 62,9% dari total ekspor dari Sulawesi Selatan pada tahun 2012 dan 62,2% pada tahun 2013 sampai Agustus.

12 Besar Ekspor dan Impor Sektor Industri di Sulawesi Selatan Pada tahun 2013 terdapat impor yang besar dari negara Fed. Russia berupa pesawat terbang dan komponennya sebesar US$ 397,5 Juta

III. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DI PROPINSI SULAWESI SELATAN

A. PROYEK-PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI

KEBIJAKAN UMUM PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI SULAWESI Palu Manado 2 Gorontalo Arahan Pengembangan Komoditi Utama Nikel Meningkatkan efisiensi proses penambangan nikel, meningkatkan koordinasi perizinan penambangan serta menciptakan iklim investasi pertambangan yang kondusif. Arahan Pengembangan Infrastruktur Meningkatkan kapasitas dan daya dukung jalan dari pusat pertambangan menuju pelabuhan terutama Konawe Kendari dan Luwu - Kolaka Mamuju 3 Palopo 1 Soroako Kolaka Kendari Perikanan Meningkatkan pengawasan overvisi dan mengembangkan proses aktivitas di sektor industri perikanan (industri hilir). Padi dan Jagung Meningkatkan tingkat produktivitas dan penyediaan prasarana penyimpanan Tidak ada kebutuhan mendesak infrastruktur PU Memperbaiki kualitas jaringan irigasi dan jalan akses dari perkebunan/persawahan ke pusat-pusat ekonomi Kakao dan Kelapa Memperbaiki teknologi pada aktivitas hilir dan meningkatkan dukungan teknologi di industri hulu Meningkatkan kualitas jaringan jalan dari perkebunan utama menuju pusat-pusat ekonomi. Makassar Sumber: Diolah dari Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 22

INDIKASI INVESTASI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI 23

KAWASAN PERHATIAN INVESTASI (KPI) KORIDOR EKONOMI SULAWESI 28 KPI KE SULAWESI 24

Dukungan Infrastruktur dan Permukiman Koridor IV (Sulawesi) Peningkatan jalan Parigi - Poso - Tentena - Tidantana (Batas Sulsel) - 298 km. Peningkatan Jalan Majene - Tapalang - Mamuju - 88,82 km Peningkatan jalan dari Batas Sultra - Malili - Masamba - Palopo - Siwa ( 318 KM ) Peningkatan Jalan Majene - Polewali - 49,8 km Peningkatan Jalan Maros - Watampone-Pelabuhan Bajo E. (150,74 km) Peningkatan jalan mendukung kegiatan tambang / industri nikel di Kolaka Utara menuju ke Pelabuhan Lasususa Peningkatan jalan dari Siwa - Pare-pare - Barru - Maros - Makassar. 25 25

Dukungan Infrastruktur dan Permukiman Koridor IV (Sulawesi) Penanganan Jalan Atinggola Maelang Kaiya (Sulut) Pembangunan Jalan Expressway Balikpapan- Samarinda Jalan Tol Manado Bitung Penanganan Jalan Kendari Asera (Sultra) Penanganan Jalan Sp- Torobulu - Lainea Mandonga (Sultra) 26

c). Program Utama Terdapat 22 kegiatan ekonomi utama, dan 14 diantaranya merupakan bidang usaha industri. No. Kegiatan Ekonomi Utama Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali-Nusa Tenggara Papua-Kep. Maluku 1 Besi Baja 2 Makanan MInuman 3 Tekstil 4 Peralatan Transportasi 5 Perkapalan 6 Nikel 7 Tembaga 8 Bauksit 9 Kelapa Sawit 10 Karet 11 Telematika 12 Batu Bara 13 Migas 14 Kakao 11 Pertanian Pangan 12 Pariwisata 16 Jabodetabek Area 17 KSN Selat Sunda 18 Alutsista 19 Peternakan 20 Perkayuan 22 Perikanan Bidang Usaha Industri 27

B. PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO DI SULAWESI

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA Indonesia merupakan produsen kakao terbesar kedua di dunia setelah negara Pantai Gading. Luas lahan tanaman kakao Indonesia lebih kurang 1.216.852 Ha dengan produksi biji kakao sekitar 770.000 ton per tahun. Daerah penghasil kakao di Indonesia 29

PETA SEBARAN WILAYAH PERKEBUNAN KAKAO DI INDONESIA Luas lahan tanaman kakao Indonesia lebih kurang 1.216.852 Ha di mana Sulawesi Selatan berkontribusi sekitar 22%. 30

PERKEMBANGAN INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA Berdasarkan data BPS, pada tahun 2012 jumlah industri pengolahan kakao (KBLI 10731) di Indonesia sebanyak 16 (enam belas) dengan tenaga kerja 6.375 orang. Adapun pengelompokkan Industri Kakao dan Coklat Olahan terdiri dari : Industri Hulu : buah coklat, biji coklat, liquor (MASS) Industri Antara : Cake dan Fat, cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, dan cocoa powder (kakao olahan) Industri Hilir : Industri cokelat, industri makanan berbasis coklat (roti,kue, confectionary/kembang gula cokelat). 31

KERANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO (PERMENPERIN 113/2009 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KAKAO) 32

INSENTIF BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO Tax Holiday Tax Allowance Selain insentif, Pemerintah juga menerapkan pengenaan bea keluar terhadap komoditi kakao (PMK 75/2012) dalam rangka menjamin ketersediaan bahan baku bagi pengembangan industri kakao nasional. 33

C. PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH (KIID) 34

Jenis Fasilitasi Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah oleh Kementerian Perindustrian Sampai Thn 2013 1 Fasilitasi Kajian Pengembangan KIID Kabuputen/Kota 289 Kab/Kota 2 Fasilitasi Penetapan Roadmap Pengembangan KIID IUP melalui Peraturan Menteri Perindustrian dan 25 Provinsi 83 Kab/Kota 3 Fasilitasi Implementasi Pengembangan KIID dan IUP berupa pemberian bantuan, mesin/peralatan pendampingan tenaga ahli dan pelatihan Difasilitasi oleh Ditjen PPI dan Ditjen Teknis Terkait 35

REKAPITULASI KAB/KOTA YANG TELAH DILAKUKAN KAJIAN KOMPETENSI INTI DAERAH kabupaten/kota yang telah difasilitasi dalam pengembangan kompetensi inti industri daerah sampai dg tahun 2013 289 2006 5 KK 2007 71 KK 2008 72 KK 2009 38 KK 2010 25 KK 2012 11 KK URAIAN 2013 67 KK Kab/Kota yang telah difasilitasi kajian KIID Kab/Kota yang telah ditetapkan roadmap KIID melalui Permenperin Kab/Kota JUMLAH 289 Kab/kota 83 Kab/Kota Provinsi yang telah diterbitkan roadmap IUP melalui Permenperin 25 Provinsi 36

Rekapitulasi KIID yang telah Difasilitasi sd 2013 PULAU FASILTASI KAJIAN KIID PENETAPAN ROADMAP KII KAB/KOTA (PERMENPERIN) PENETAPAN ROADMAP IUP(PERMENPERIN) Sumatera 73 Kab/Kota 4 Kab/Kota 7 Provinsi Kalimantan 36 Kab/Kota 7 Kab/Kota 2 Provinsi Jawa dan Bali 82 Kab/Kota 24 Kab/Kota 4 Provinsi Sulawesi 49 Kab/Kota 27 Kab/Kota 6 Provinsi Nusa Tenggara 21 Kab/Kota 12 Kab/Kota 2 Provinsi Maluku 15 Kab/Kota 7 Kab/Kota 2 Provinsi Papua 13 Kab/Kota 2 Kab/Kota 2 Provinsi JUMLAH 289 Kab/Kota 83 Kab/Kota 25 Provinsi 37

Industri INDUSTRI Unggulan UNGGULAN Propinsi PROVINSI (IUP) YANG yang SUDAH telah DITETAPKAN Ditetapkan : No Provinsi Nomor Peraturan Menteri Tanggal Industri Unggulan 1 Daerah Istimewa Yogyakarta No. 138/M-IND/PER/10/2009 14 Oktober 2009 1. Industri Pengolahan Kulit 2. Industri Pengolahan Kayu 2 Sulawesi Tengah No. 139/M-IND/PER/10/2009 14 Oktober 2009 1. Industri Pengolahan Kakao 2. Industri Pengolahan Rumput Laut 3. Industri Pengolahan Ikan 3 Papua No. 140/M-IND/PER/10/2009 14 Oktober 2009 1. Industri Pengolahan Kakao 2. Industri Pengolahan Kopi 3. Industri Pengolahan Ubi Jalar/Batatas 4 Sumatera Barat No. 93/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Kakao 2. Industri Pengolahan Ikan 3. Industri Makanan Ringan 5 Sumatera Selatan No. 94/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 Industri Pengolahan Karet 6 Lampung No. 95/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Ubi Kayu 2. Industri Pengolahan jagung 7 Kalimantan Timur No. 96/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Kakao 2. Industri Pengolahan Karet 8 Sulawesi Selatan No. 97/M-IND/PER/8/2010 1. Industri Pengolahan Kakao 30 Agustus 2010 2. Industri Pengolahan Rumput Laut 9 Gorontalo No. 98/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Jagung 2. Industri Pengolahan Hasil Laut 10 Nusa Tenggara Timur No. 99/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Jagung 2. Industri Pengolahan Rumput Laut 38

D. PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 39

PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

RENCANA TATA RUANG PULAU DAN KEPULAUAN YANG TELAH DITETAPKAN

STATUS PENETAPAN PERDA RTRW PROVINSI, KABUPATEN/KOTA

PENGEMBANGAN Luas Lahan KAWASAN Kawasan INDUSTRI Industri (KEK) di TAHUN 2011 Beberapa Pulau Besar Indonesia pada Tahun 2013 No Kawasan Industri Sumber : Hasil Survey 2013 Jumlah Kawasan Industri Luas Lahan Kawasan Industri (Ha) Persentase Luas (%) 1 Jawa 55 22,795.90 75.89 2 Sumatera 16 4,493.45 14.96 3 Sulawesi 2 2,203.00 7.33 4 Kalimantan 1 546.00 1.82 Total 74 30,038.35 100.00 44

Persebaran Kawasan Industri Menurut Provinsi No. Wilayah Jumlah Luas Area (Ha) Sumber : Hasil Survey 2013 Persentase Luas (%) 1 DKI Jakarta 3 1,089.60 3.63 2 Banten 16 6,195.30 20.62 3 Jawa Barat 23 11,881.00 39.55 4 Jawa Tengah 6 1,445.00 4.81 5 Jawa Timur 7 2,185.00 7.27 6 Riau dan Kepulauan 11 2,666.40 8.88 7 Sumatera Utara 3 1,326.81 4.42 8 Sumatera Barat 1 200.00 0.67 9 Lampung 1 300.24 1.00 10 Sulawesi Selatan 1 703.00 2.34 11 Sulawesi Tengah 1 1,500.00 4.99 12 Kalimantan Timur 1 546.00 1.82 Total 74 30,038.35 100.00 45

Tantangan Pengembangan Kawasan Industri Tantangan di Pulau Jawa Tantangan di Luar Pulau Jawa Keterbatasan lahan untuk pembangunan dan pengembanganan Infrastruktur pendukung seperti jalan, rel kereta api, pelabuhan dan sebagainya dirasa kurang memadai Kemampuan tenaga kerja dan SDM industrial yang terlatih di daerah kurang baik Daya dukung yang terbatas (sumber daya air) Belum semua Kabupaten/Kota telah mempersiapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) khususnya kawasan peruntukan industri Masalah Lingkungan dan Sosial Minat swasta untuk membangun kawasan industri masih kurang 46

Arah Pengembangan Kawasan Industri Kawasan Industri di Pulau Jawa Pengembangan kawasan-kawasan industri yang sudah ada, dan mendorong pembangunan kawasan industri yang baru diarahkan pada industri-industri berbasis teknologi tinggi Kawasan industri yang saat ini menampung perusahaan yang beraneka ragam diarahkan untuk fokus pada pengembangan jenis industri tertentu. Kawasan industri di Jawa Barat : fokus pada industri permesinan dan teknologi tinggi. Kawasan industri di Banten : fokus pada industri kimia dan besi baja Kawasan industri di Jawa timur : fokus pada pengembangan industri petrokimia dan industri penunjang migas. Kawasan industri di Jawa Tengah : fokus pada pengembangan industri padat karya seperti tekstil dan sepatu. 47

Arah Pengembangan Kawasan Industri Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa Pengembangan kawasan industri baru yang diarahkan pada industri berbasis sumberdaya alam dan pengolahan mineral serta memanfaatkan lokasi geografi yang strategis. Mensinergikan pengembangan kawasan industri dengan program MP3EI untuk membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. 48

Pengembangan Kawasan Industri Generasi Ketiga 1. Mengarah pada pengembangan kota baru 2. Infrastruktur sudah terintegrasi dengan sistem logistik 3. Berorientasi pada pelayanan jasa 4. Pendidikan kekhususan industri 5. Didirikan pusat inovasi 6. Memperhatikan lingkungan, dan 7. Didukung oleh sistem logistik yang efisien dan efektif 49

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI Bitung : Logistik Palu: Agroindustri Morowali: Industri Ferronikel Soroako: Industri Ferronikel Gowa: Agroindustri Takalar: Industri Minyak dan Gas 50

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2011 No Daerah Output Industri Champion 1 Sei Mangkei Masterplan Kelapa Sawit 2 Sei Mangkei Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial Kelapa Sawit 3 Sei Mangkei RENSTRA Kelapa Sawit 4 Cilamaya, Karawang RENSTRA Otomotif 5 Kendal RENSTRA Tekstil 6 Jombang Masterplan Alas Kaki 7 Gowa RENSTRA Kakao 8 Palu RENSTRA Rotan 9 Bitung RENSTRA Pergudangan 51

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2012 No Daerah Output Industri Champion 1 Batu Licin RENSTRA Besi Baja 2 Kariangau RENSTRA Minyak dan Gas 3 Tanjung Api-Api RENSTRA Gasifikasi Batubara 4 Sei Bamban Masterplan Karet 5 Tanjung Buton Masterplan Oleokimia 6 Bangka Masterplan Timah 7 Gresik Masterplan Petrokimia 8 Lamongan Strategic Business Plan dan Studi Kelayakan Perkapalan 9 Jombang Studi Kelayakan Alas Kaki 10 Kulonprogo Masterplan Besi Baja 11 Majalengka Masterplan Tekstil 12 Boyolali Masterplan dan DED Tekstil 13 Halmahera Timur Masterplan Ferronikel 14 Tangguh Masterplan Minyak dan Gas 15 Bitung DED Warehouse 16 Jeneponto Masterplan Garam 52

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2013 No Daerah Output Industri Champion 1 Kuala Tanjung (Sumatera Utara) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina 2 Tanggamus (Lampung) MasterPlan, RENSTRA Industri Maritim 3 Muara Enim (Sumatera Selatan) MasterPlan, RENSTRA Industri Karet 4 Landak (Kalimtan Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Karet 5 Tayan (Kalimantan Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina 6 Subang MasterPlan, RENSTRA Industri Teknologi TInggi 7 Tuban MasterPlan, RENSTRA Industri Kimia 8 Kulonprogo MasterPlan, RENSTRA Industri Besi Baja 9 Demak MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina 10 Bintuni (Papua Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Migas 11 Takalar (Sulawesi Selatan) MasterPlan, RENSTRA Industri Ferronikel 12 Halmahera Timur MasterPlan, RENSTRA Industri Ferronikel 53

Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri BPKIMI Kementerian Perindustrian Lt. 19 Gedung Kementerian Perindustrian Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Selatan Tel. (021) 5251470 Fax. (021) 5251470