Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri WORKSHOP PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM RANGKA MENDUKUNG TATA RUANG DAN MP3EI TEMA STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Willem P. Riwu (PUSAT PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM USAHA INDUSTRI-BPKIMI-KEMENPERIN) Makasar, 02 Desember 2013
DAFTAR ISI I II STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL KONDISI INDUSTRI MANUFAKTUR PROPINSI SULAWESI SELATAN 03 14 III. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DI PROPINSI SULAWESI SELATAN 20
I. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL
Visi Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi negara industri tangguh dunia Misi a. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; b. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; c. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; d. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; e. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat; f. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat; g. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. 4
Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden 28/2008) Visi Industri Nasional 2025 Visi Industri Nasional2020 Indonesia menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025 Indonesia menjadi negara industri maju baru pada tahun 2020 T o p D o w n Pendekatan: A. Pengembangan 35 klaster industri prioritas, terdiri dari 6 kelompok industri prioritas, yakni: 1) Basis industri manufaktur 2) Industri agro 3) Industri transportasi 4) Industri elektronik & telematika 5) Industri penunjang industri kreatif 6) IKM tertentu Bangun Industri Nasional 2025 INDUSTRI AGRO PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL SDA TERBARUKAN SUMBERDAYA MANUSIA INDUSTRI ALAT ANGKUT INDUSTRI BARANG MODAL INDUSTRI KOMPONEN (BASIS U K M) TPT SEPATU ELEKTRONIK DLL SDA TIDAK TERBARUKAN RESEARCH & DEVELOPMENT INDUSTRI TELEMATIKA INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN BASIS INDUSTRI MANUFAK TUR KOMPETENS I INTI INDUSTRI DAERAH DAYA KREATIF B o t t o m U p B. Peningkatan kompetensi inti industri daerah (Industri Unggulan Provinsi/IUP dan Kompetensi Inti Industri Daerah/KIID)
DINAMIKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI 2005-2009 32 Klaster Industri dalam Kebijakan Industri Nasional (KIN) 2010-2012 6 Kelompok Industri Prioritas Tinggi (20 Klaster) 2012-2014 Akselerasi Industrialis asi (15 Klaster)
32 Klaster Industri Prioritas 1.Batu Mulia dan Perhiasan 2.Garam Rakyat 3.Gerabah & Keramik Hias 4.Minyak Atsiri 5.Makanan Ringan 1.Industri Material Dasar (besi & baja, semen, petrokimia, keramik) 2.Industri Permesinan (peralatan listrik & mesin listrik, mesin & peralatan umum) 3.Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja (tekstil & produk tekstil, alas kaki, farmasi) IKM Tertentu Basis Industri Manufaktur 1.Perangkat lunak content multimedia 2.Kerajinan & barang seni Industri Penunjang Industri Kreatif Fokus Agro Elektronika & Telematika Alat Angkut 1. Elektronika 2. Perangkat keras telekomunikasi & pendukungnya 3. Perangkat penyiaran & pendukungnya 4. Komputer & peralatannya 5. Perangkat lunak & content multimedia 6. Kreatif TIK 1.Kendaraan bermotor 2.Perkapalan 3.Kedirgantaraan 4.Perkeretaapian 1.Kelapa sawit 2.Karet dan barang karet 3.Kakao dan Coklat 4.Kelapa 5.Kopi 6.Gula 7.Tembakau 8.Industri Buahbuahan 9. Kayu dan barang kayu 10.Hasil perikanan & laut 11.Pulp & kertas 12.Pengolahan susu
Fokus Pengembangan 6 Kelompok Industri Prioritas Industri Fesyen Industri Kerajinan Industri Batu Mulia Industri Keramik Industri Minyak Atsiri Industri Kecil dan Menengah Industri tekstil Industri alas kaki Industri furniture Industri Padat Karya Industri Prioritas Khusus Industri Gula Industri Pupuk Industri Petrokimia Industri Penghasil barang Modal Industri Perkapalan Industri Padat Modal FOKUS Indusri Berbasis SDA Industri Makanan dan Minuman Industri Hilir Kelapa Sawit Industri Hilir Karet Industri Hilir Kakao Industri Hilir Baja & Alumunium Hulu Industri Rumput Laut Industri Pertumbuhan Tinggi Industri Otomotif, Elektronika dan Telematika
Akselerasi Industrialisasi 2012-2014 Hilirisasi Industri Hilir Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral Industri hilir kelapa sawit Industri hlir kakao Industri hilir karet Industri furniture Industri petrokimia Industri pupuk Industri logam dasar Industri gula berbasis tebu Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik & Ekspor Industri Tekstil, Pakaian jadi dan alas kaki Industri mesin perkakas/ peralatan pabrik Industri elektronika konsumsi dan peralatan telekomunikasi Industri kendaraan bermotor Industri perkapalan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Fesyen Kerajinan Animasi dan Konten Multimedia
ARAH INDUSTRI INDONESIA 2010-2014 TUJUAN Meningkatkan daya saing industri prioritas; Memperdalam struktur industri nasional dengan mendorong tumbuhnya industri pionir dan industri hilir; Mendorong penyebaran industri manufaktur ke seluruh wilayah Indonesia, khususnya wilayah yang memiliki SDA melimpah Instrumen Peningkatan Daya Saing APBN Insentif Penyediaan infrastruktur Kawasan Industri Dukungan Administrastif FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI No Kelompok Industri Jenis Industri 1 Industri Padat Karya Tekstil, Alas Kaki, Kulit, Furnitur 2 IKM Fesyen, Kerajinan, Batu mulia, Keramik, Atsiri 3 Industri Barang Modal Permesinan, Galangan Kapal 4 Industri Berbasis SDA CPO, Kakao, Karet, Rumput laut, Baja&Aluminium Hulu 5 Industri Pertumbuhan Tinggi 6 Industri Prioritas Khusus Otomotif, Elektronika & Telematika Gula, Pupuk, Petrokimia 10
SASARAN 2010-2014 Pertumbuhan PDB 7,7%; Pertumbuhan Industri Non-Migas 8,95% Kontribusi Industri Pengolahan terhadap PDB 24,67%; Total Tenaga Kerja Industri Pengolahan Non Migas 17,2 juta orang; Total investasi selama 2010-2014 sebesar Rp. 735,9 Trilyun 11
FAKTOR PEMUNGKIN (ENABLING FACTOR) DALAM AKSELERASI INDUSTRI 1. Birokrasi pelayanan yang efektif dan kepastian hukum 2. Infrastruktur pendukung produk dan distribusi/sistem Logistik Nasional yang memadai 3. Jaminan pasokan bahan baku dan sumber energi dengan harga kompetitif 4. Ketersediaan lahan kawasan industri terutama di Pulau Jawa 5. SDM industri yang handal 6. Penyelesaian hambatan investasi: Divestasi pada Industri Pengolahan Mineral, Aturan Terkait Limbah B3, tata ruang/rtrw 7. Peningkatan penggunaan teknologi 8. Optimalisasi Insentif Fiskal: Tax Holiday, Tax Allowance, BMDTP, Pembebasan PPnBM, Bea Masuk 9. Peningkatan akses pasar dan ekspor 10. Pembiayaan pembangunan industri, terutama yang bersifat pembiayaan jangka panjang Pasal 19-21 RUU Perindustrian
FAKTOR PEMUNGKIN (ENABLING FACTOR) untuk Penguatan Daya Dukung Iklim Industri Peningkatan Dukungan Iklim Industri (TIG & TIS) 1-Meningkatkan Daya Saing (Short-Term) 2-Meningkatkan Daya Saing (Medium-Term) Menurunkan biaya modal, biaya energy dan biaya manpower serta biaya logistik Ketersediaan bahan baku Biaya logistik & Iklim investasi (perijinan, pungli, insentif fiskal, BMDTP) Fasilitasi pendanaan diklat SDM industri bersertifikat. Pengaturan persyaratan bagi Tenaga Kerja Asing (TKA) Jaminan Pasokan Bahan Baku Pengawasan impor untuk meredam produk illegal Optimalisasi P3DN Menghilangkan gangguan keamanan Fasilitasi pembiayaan sertifikasi profesi SDM industri 3-Meningkatkan Daya Saing (Long-Term) Peningkatan Faktor Pendukung Industri Membangun kemampuan SDM Industri Membangun R&D industri Penguatan kelembagaan Sertifikasi SDM Industri Menjalin kerjasama MRA dengan negara mitra ( ASEAN dan Non ASEAN)
II. KONDISI INDUSTRI MANUFAKTUR PROPINSI SULAWESI SELATAN
KONDISI EKSPOR IMPOR TOTAL SULAWESI SELATAN (Tahun 2007 Agustus 2013, US$ Juta) Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Aug-13 EKSPOR 2,751.7 2,107.6 1,308.4 2,318.8 1,904.0 1,559.8 1,029.0 IMPOR 521.8 871.6 649.1 987.3 1,398.9 1,302.6 995.8 NERACA 2,230.0 1,236.1 659.3 1,331.5 505.1 257.3 33.3
KONDISI EKSPOR IMPOR INDUSTRI SULAWESI SELATAN (Tahun 2007 Agustus 2013, US$ Juta) Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Aug-13 EKSPOR 2,359.7 1,632.6 754.9 1,697.6 1,510.5 1,246.4 805.6 IMPOR 162.2 274.4 318.6 342.3 470.2 535.8 653.9 NERACA 2,197.4 1,358.2 436.4 1,355.3 1,040.3 710.6 151.7
Kontribusi Ekspor dan Impor Sektor Industri di Sulawesi Selatan (persen)
12 Besar Ekspor dan Impor Sektor Industri di Sulawesi Selatan Berupa produk Nickel dengan porsi sebesar 62,9% dari total ekspor dari Sulawesi Selatan pada tahun 2012 dan 62,2% pada tahun 2013 sampai Agustus.
12 Besar Ekspor dan Impor Sektor Industri di Sulawesi Selatan Pada tahun 2013 terdapat impor yang besar dari negara Fed. Russia berupa pesawat terbang dan komponennya sebesar US$ 397,5 Juta
III. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DI PROPINSI SULAWESI SELATAN
A. PROYEK-PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI
KEBIJAKAN UMUM PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI SULAWESI Palu Manado 2 Gorontalo Arahan Pengembangan Komoditi Utama Nikel Meningkatkan efisiensi proses penambangan nikel, meningkatkan koordinasi perizinan penambangan serta menciptakan iklim investasi pertambangan yang kondusif. Arahan Pengembangan Infrastruktur Meningkatkan kapasitas dan daya dukung jalan dari pusat pertambangan menuju pelabuhan terutama Konawe Kendari dan Luwu - Kolaka Mamuju 3 Palopo 1 Soroako Kolaka Kendari Perikanan Meningkatkan pengawasan overvisi dan mengembangkan proses aktivitas di sektor industri perikanan (industri hilir). Padi dan Jagung Meningkatkan tingkat produktivitas dan penyediaan prasarana penyimpanan Tidak ada kebutuhan mendesak infrastruktur PU Memperbaiki kualitas jaringan irigasi dan jalan akses dari perkebunan/persawahan ke pusat-pusat ekonomi Kakao dan Kelapa Memperbaiki teknologi pada aktivitas hilir dan meningkatkan dukungan teknologi di industri hulu Meningkatkan kualitas jaringan jalan dari perkebunan utama menuju pusat-pusat ekonomi. Makassar Sumber: Diolah dari Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 22
INDIKASI INVESTASI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI 23
KAWASAN PERHATIAN INVESTASI (KPI) KORIDOR EKONOMI SULAWESI 28 KPI KE SULAWESI 24
Dukungan Infrastruktur dan Permukiman Koridor IV (Sulawesi) Peningkatan jalan Parigi - Poso - Tentena - Tidantana (Batas Sulsel) - 298 km. Peningkatan Jalan Majene - Tapalang - Mamuju - 88,82 km Peningkatan jalan dari Batas Sultra - Malili - Masamba - Palopo - Siwa ( 318 KM ) Peningkatan Jalan Majene - Polewali - 49,8 km Peningkatan Jalan Maros - Watampone-Pelabuhan Bajo E. (150,74 km) Peningkatan jalan mendukung kegiatan tambang / industri nikel di Kolaka Utara menuju ke Pelabuhan Lasususa Peningkatan jalan dari Siwa - Pare-pare - Barru - Maros - Makassar. 25 25
Dukungan Infrastruktur dan Permukiman Koridor IV (Sulawesi) Penanganan Jalan Atinggola Maelang Kaiya (Sulut) Pembangunan Jalan Expressway Balikpapan- Samarinda Jalan Tol Manado Bitung Penanganan Jalan Kendari Asera (Sultra) Penanganan Jalan Sp- Torobulu - Lainea Mandonga (Sultra) 26
c). Program Utama Terdapat 22 kegiatan ekonomi utama, dan 14 diantaranya merupakan bidang usaha industri. No. Kegiatan Ekonomi Utama Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali-Nusa Tenggara Papua-Kep. Maluku 1 Besi Baja 2 Makanan MInuman 3 Tekstil 4 Peralatan Transportasi 5 Perkapalan 6 Nikel 7 Tembaga 8 Bauksit 9 Kelapa Sawit 10 Karet 11 Telematika 12 Batu Bara 13 Migas 14 Kakao 11 Pertanian Pangan 12 Pariwisata 16 Jabodetabek Area 17 KSN Selat Sunda 18 Alutsista 19 Peternakan 20 Perkayuan 22 Perikanan Bidang Usaha Industri 27
B. PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO DI SULAWESI
POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA Indonesia merupakan produsen kakao terbesar kedua di dunia setelah negara Pantai Gading. Luas lahan tanaman kakao Indonesia lebih kurang 1.216.852 Ha dengan produksi biji kakao sekitar 770.000 ton per tahun. Daerah penghasil kakao di Indonesia 29
PETA SEBARAN WILAYAH PERKEBUNAN KAKAO DI INDONESIA Luas lahan tanaman kakao Indonesia lebih kurang 1.216.852 Ha di mana Sulawesi Selatan berkontribusi sekitar 22%. 30
PERKEMBANGAN INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA Berdasarkan data BPS, pada tahun 2012 jumlah industri pengolahan kakao (KBLI 10731) di Indonesia sebanyak 16 (enam belas) dengan tenaga kerja 6.375 orang. Adapun pengelompokkan Industri Kakao dan Coklat Olahan terdiri dari : Industri Hulu : buah coklat, biji coklat, liquor (MASS) Industri Antara : Cake dan Fat, cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, dan cocoa powder (kakao olahan) Industri Hilir : Industri cokelat, industri makanan berbasis coklat (roti,kue, confectionary/kembang gula cokelat). 31
KERANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO (PERMENPERIN 113/2009 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KAKAO) 32
INSENTIF BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO Tax Holiday Tax Allowance Selain insentif, Pemerintah juga menerapkan pengenaan bea keluar terhadap komoditi kakao (PMK 75/2012) dalam rangka menjamin ketersediaan bahan baku bagi pengembangan industri kakao nasional. 33
C. PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH (KIID) 34
Jenis Fasilitasi Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah oleh Kementerian Perindustrian Sampai Thn 2013 1 Fasilitasi Kajian Pengembangan KIID Kabuputen/Kota 289 Kab/Kota 2 Fasilitasi Penetapan Roadmap Pengembangan KIID IUP melalui Peraturan Menteri Perindustrian dan 25 Provinsi 83 Kab/Kota 3 Fasilitasi Implementasi Pengembangan KIID dan IUP berupa pemberian bantuan, mesin/peralatan pendampingan tenaga ahli dan pelatihan Difasilitasi oleh Ditjen PPI dan Ditjen Teknis Terkait 35
REKAPITULASI KAB/KOTA YANG TELAH DILAKUKAN KAJIAN KOMPETENSI INTI DAERAH kabupaten/kota yang telah difasilitasi dalam pengembangan kompetensi inti industri daerah sampai dg tahun 2013 289 2006 5 KK 2007 71 KK 2008 72 KK 2009 38 KK 2010 25 KK 2012 11 KK URAIAN 2013 67 KK Kab/Kota yang telah difasilitasi kajian KIID Kab/Kota yang telah ditetapkan roadmap KIID melalui Permenperin Kab/Kota JUMLAH 289 Kab/kota 83 Kab/Kota Provinsi yang telah diterbitkan roadmap IUP melalui Permenperin 25 Provinsi 36
Rekapitulasi KIID yang telah Difasilitasi sd 2013 PULAU FASILTASI KAJIAN KIID PENETAPAN ROADMAP KII KAB/KOTA (PERMENPERIN) PENETAPAN ROADMAP IUP(PERMENPERIN) Sumatera 73 Kab/Kota 4 Kab/Kota 7 Provinsi Kalimantan 36 Kab/Kota 7 Kab/Kota 2 Provinsi Jawa dan Bali 82 Kab/Kota 24 Kab/Kota 4 Provinsi Sulawesi 49 Kab/Kota 27 Kab/Kota 6 Provinsi Nusa Tenggara 21 Kab/Kota 12 Kab/Kota 2 Provinsi Maluku 15 Kab/Kota 7 Kab/Kota 2 Provinsi Papua 13 Kab/Kota 2 Kab/Kota 2 Provinsi JUMLAH 289 Kab/Kota 83 Kab/Kota 25 Provinsi 37
Industri INDUSTRI Unggulan UNGGULAN Propinsi PROVINSI (IUP) YANG yang SUDAH telah DITETAPKAN Ditetapkan : No Provinsi Nomor Peraturan Menteri Tanggal Industri Unggulan 1 Daerah Istimewa Yogyakarta No. 138/M-IND/PER/10/2009 14 Oktober 2009 1. Industri Pengolahan Kulit 2. Industri Pengolahan Kayu 2 Sulawesi Tengah No. 139/M-IND/PER/10/2009 14 Oktober 2009 1. Industri Pengolahan Kakao 2. Industri Pengolahan Rumput Laut 3. Industri Pengolahan Ikan 3 Papua No. 140/M-IND/PER/10/2009 14 Oktober 2009 1. Industri Pengolahan Kakao 2. Industri Pengolahan Kopi 3. Industri Pengolahan Ubi Jalar/Batatas 4 Sumatera Barat No. 93/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Kakao 2. Industri Pengolahan Ikan 3. Industri Makanan Ringan 5 Sumatera Selatan No. 94/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 Industri Pengolahan Karet 6 Lampung No. 95/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Ubi Kayu 2. Industri Pengolahan jagung 7 Kalimantan Timur No. 96/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Kakao 2. Industri Pengolahan Karet 8 Sulawesi Selatan No. 97/M-IND/PER/8/2010 1. Industri Pengolahan Kakao 30 Agustus 2010 2. Industri Pengolahan Rumput Laut 9 Gorontalo No. 98/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Jagung 2. Industri Pengolahan Hasil Laut 10 Nusa Tenggara Timur No. 99/M-IND/PER/8/2010 30 Agustus 2010 1. Industri Pengolahan Jagung 2. Industri Pengolahan Rumput Laut 38
D. PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 39
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
RENCANA TATA RUANG PULAU DAN KEPULAUAN YANG TELAH DITETAPKAN
STATUS PENETAPAN PERDA RTRW PROVINSI, KABUPATEN/KOTA
PENGEMBANGAN Luas Lahan KAWASAN Kawasan INDUSTRI Industri (KEK) di TAHUN 2011 Beberapa Pulau Besar Indonesia pada Tahun 2013 No Kawasan Industri Sumber : Hasil Survey 2013 Jumlah Kawasan Industri Luas Lahan Kawasan Industri (Ha) Persentase Luas (%) 1 Jawa 55 22,795.90 75.89 2 Sumatera 16 4,493.45 14.96 3 Sulawesi 2 2,203.00 7.33 4 Kalimantan 1 546.00 1.82 Total 74 30,038.35 100.00 44
Persebaran Kawasan Industri Menurut Provinsi No. Wilayah Jumlah Luas Area (Ha) Sumber : Hasil Survey 2013 Persentase Luas (%) 1 DKI Jakarta 3 1,089.60 3.63 2 Banten 16 6,195.30 20.62 3 Jawa Barat 23 11,881.00 39.55 4 Jawa Tengah 6 1,445.00 4.81 5 Jawa Timur 7 2,185.00 7.27 6 Riau dan Kepulauan 11 2,666.40 8.88 7 Sumatera Utara 3 1,326.81 4.42 8 Sumatera Barat 1 200.00 0.67 9 Lampung 1 300.24 1.00 10 Sulawesi Selatan 1 703.00 2.34 11 Sulawesi Tengah 1 1,500.00 4.99 12 Kalimantan Timur 1 546.00 1.82 Total 74 30,038.35 100.00 45
Tantangan Pengembangan Kawasan Industri Tantangan di Pulau Jawa Tantangan di Luar Pulau Jawa Keterbatasan lahan untuk pembangunan dan pengembanganan Infrastruktur pendukung seperti jalan, rel kereta api, pelabuhan dan sebagainya dirasa kurang memadai Kemampuan tenaga kerja dan SDM industrial yang terlatih di daerah kurang baik Daya dukung yang terbatas (sumber daya air) Belum semua Kabupaten/Kota telah mempersiapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) khususnya kawasan peruntukan industri Masalah Lingkungan dan Sosial Minat swasta untuk membangun kawasan industri masih kurang 46
Arah Pengembangan Kawasan Industri Kawasan Industri di Pulau Jawa Pengembangan kawasan-kawasan industri yang sudah ada, dan mendorong pembangunan kawasan industri yang baru diarahkan pada industri-industri berbasis teknologi tinggi Kawasan industri yang saat ini menampung perusahaan yang beraneka ragam diarahkan untuk fokus pada pengembangan jenis industri tertentu. Kawasan industri di Jawa Barat : fokus pada industri permesinan dan teknologi tinggi. Kawasan industri di Banten : fokus pada industri kimia dan besi baja Kawasan industri di Jawa timur : fokus pada pengembangan industri petrokimia dan industri penunjang migas. Kawasan industri di Jawa Tengah : fokus pada pengembangan industri padat karya seperti tekstil dan sepatu. 47
Arah Pengembangan Kawasan Industri Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa Pengembangan kawasan industri baru yang diarahkan pada industri berbasis sumberdaya alam dan pengolahan mineral serta memanfaatkan lokasi geografi yang strategis. Mensinergikan pengembangan kawasan industri dengan program MP3EI untuk membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. 48
Pengembangan Kawasan Industri Generasi Ketiga 1. Mengarah pada pengembangan kota baru 2. Infrastruktur sudah terintegrasi dengan sistem logistik 3. Berorientasi pada pelayanan jasa 4. Pendidikan kekhususan industri 5. Didirikan pusat inovasi 6. Memperhatikan lingkungan, dan 7. Didukung oleh sistem logistik yang efisien dan efektif 49
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI Bitung : Logistik Palu: Agroindustri Morowali: Industri Ferronikel Soroako: Industri Ferronikel Gowa: Agroindustri Takalar: Industri Minyak dan Gas 50
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2011 No Daerah Output Industri Champion 1 Sei Mangkei Masterplan Kelapa Sawit 2 Sei Mangkei Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial Kelapa Sawit 3 Sei Mangkei RENSTRA Kelapa Sawit 4 Cilamaya, Karawang RENSTRA Otomotif 5 Kendal RENSTRA Tekstil 6 Jombang Masterplan Alas Kaki 7 Gowa RENSTRA Kakao 8 Palu RENSTRA Rotan 9 Bitung RENSTRA Pergudangan 51
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2012 No Daerah Output Industri Champion 1 Batu Licin RENSTRA Besi Baja 2 Kariangau RENSTRA Minyak dan Gas 3 Tanjung Api-Api RENSTRA Gasifikasi Batubara 4 Sei Bamban Masterplan Karet 5 Tanjung Buton Masterplan Oleokimia 6 Bangka Masterplan Timah 7 Gresik Masterplan Petrokimia 8 Lamongan Strategic Business Plan dan Studi Kelayakan Perkapalan 9 Jombang Studi Kelayakan Alas Kaki 10 Kulonprogo Masterplan Besi Baja 11 Majalengka Masterplan Tekstil 12 Boyolali Masterplan dan DED Tekstil 13 Halmahera Timur Masterplan Ferronikel 14 Tangguh Masterplan Minyak dan Gas 15 Bitung DED Warehouse 16 Jeneponto Masterplan Garam 52
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2013 No Daerah Output Industri Champion 1 Kuala Tanjung (Sumatera Utara) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina 2 Tanggamus (Lampung) MasterPlan, RENSTRA Industri Maritim 3 Muara Enim (Sumatera Selatan) MasterPlan, RENSTRA Industri Karet 4 Landak (Kalimtan Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Karet 5 Tayan (Kalimantan Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina 6 Subang MasterPlan, RENSTRA Industri Teknologi TInggi 7 Tuban MasterPlan, RENSTRA Industri Kimia 8 Kulonprogo MasterPlan, RENSTRA Industri Besi Baja 9 Demak MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina 10 Bintuni (Papua Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Migas 11 Takalar (Sulawesi Selatan) MasterPlan, RENSTRA Industri Ferronikel 12 Halmahera Timur MasterPlan, RENSTRA Industri Ferronikel 53
Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri BPKIMI Kementerian Perindustrian Lt. 19 Gedung Kementerian Perindustrian Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Selatan Tel. (021) 5251470 Fax. (021) 5251470