BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun, dan

BAB I PENDAHULUAN. tumpuan harapan yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN :

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan peran teman sebaya dengan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

ELSA PERNANDA UTARI NIM I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. semakin cepat usia menarche. Selain mempengaruhi usia menarche, status gizi

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

: THERESYA GATRA STERI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkan mampu

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang

Keterangan: Xxx = koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1) A = jumlah ranking atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

Tugas Mata Kuliah Komputer TELAAH JOURNAL DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau remaja awal (Monks, 2006). Masa pra pubertas ini memiliki banyak potensi

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU PERAWATANDIRI SAAT MENSTRUASI PADA SISWI KELAS VII DI SMPN 3 BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa kehidupan individu dimana terjadi perkembangan psikologis untuk menemukan jati diri. Pada masa peralihan tersebut, seorang remaja akan mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada orang lain (Kusmiran, 2011). Perubahan yang paling mencolok dan bisa dilihat serta dirasakan adalah perubahan fisik yang terjadi secara alamiah dan terkadang remaja tidak tahu atau tidak siap terhadap perubahan fisik tersebut yang menyebabkan mereka menjadi cemas, malu dan merasa ada masalah dengan fisik mereka, sehingga mereka merasa asing dengan tubuh mereka sendiri (Istiqomah, 2010). Cara untuk mengurangi kecemasan salah satunya adalah dengan diberikannya informasi yang benar, terbuka dan mudah diperoleh tentang bagaimana perubahan- perubahan yang akan dialami remaja. Bersamaan dengan pertumbuhan tersebut, terjadi pula masa pubertas. Masa puber merupakan masa peralihan seorang anak yang menjadi dewasa, masa puber akan terjadi pematangan organ seksual serta bisa dikatakan bahwa mereka telah mencapai kemampuan reproduksi. Pada usia 12,5 tahun dan 14 tahun separuh (50%) dari anak perempuan di Amerika sudah mengalami masa pubertas pada usia rata-rata 13 tahun. Pada anak laki-laki pubertas lebih lambat yaitu antara 14 tahun dan 16,5 tahun. Hal tersebut dikarenakan hormon 1

2 yang mempengaruhi pertumbuhan antara anak laki-laki dan perempuan berbeda (Al-Mighwar, 2006). Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Remaja (SDKI-R) tahun 2012 menyebutkan bahwa sebanyak 13,3% remaja putri tidak tahu sama sekali mengenai perubahan fisiknya saat puber. Bahkan 47,9% remaja putri tidak mengetahui waktu puber (BKKBN, 2012). Disaat remaja tidak tahu tentang perubahan yang akan mereka alami, maka cenderung memiliki tingkat stress yang lebih tinggi terutama masalah perubahan fisik (tubuh). Pada dasarnya sikap yang sering ditunjukan oleh remaja putri yaitu merasa malu dengan perubahan yang terjadi seperti pertambahan besar dan perubahan payudara, haid pertama (menarche), pertambahan berat badan, tinggi badan dan mulai tumbuh jerawat yang menjadikan kurang percaya diri untuk bergaul dengan yang lainnya, karena adanya masa pubertas, maka remaja putri sangat memperhatikan penampilan (Fitri, 2012). Oleh karena itu, pengetahuan yang baik dirasa penting pada saat masamasa pubertas ini, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen dalam pembentukan sikap seseorang, bisa dikatakan apabila pengetahuan remaja tentang pubertas tidak memadai akan berdampak pada sikap remaja yang cenderung negatif menilai sesuatu yang ada kaitannya dengan seksual. Karena menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2012 menunjukan bahwa pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi remaja masih sangat rendah. Dibuktikan dengan Survey Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesai (PKBI) Jawa Tengah pada tahun

3 2010 di Semarang tentang pengetahuan kesehatan reproduksi menunjukan 43,22% pengetahuannya rendah, pengetahuan cukup 37,28% sedangkan hanya 19,50% berpengetahuan baik. Padahal kesehatan reproduksi remaja sangat penting dalam pembangunan nasional karena remaja merupakan asset negara dan penerus bangsa (Marmi, 2013). Pengetahuan yang rendah sangat berdampak pada sikap dan perilaku remaja saat menjalani masa pubertas. Ketidaktahuan akan kesehatan reproduksi dan perawatan organ reproduksi dapat mengakibatkan banyak kerugian dan penyakit penyerta bagi remaja. Remaja yang memiliki kesiapan lebih matang akan merasa lebih siap menghadapi masa pubertas dikarenakan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi yang jelas, aman dan tuntas (Aisyah, Diah, & Yuni, 2015) Dari bahasan diatas, dirasa menjadi hal yang peting oleh peneliti bahwa remaja harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi. Dilihat dari definisi kesehatan reproduksi sendiri menurut BKKBN adalah kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan (Yanti, 2011). Bisa diambil kesimpulan bahwa pentingnya seorang remaja untuk dilihat sejauh mana pengetahuannya tentang kesehatan sistem reproduksi dan untuk melihat bagaimana sikap remaja menghadapi masa pubertas.

4 Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Mei 2015 di SMP 10 Muhammadiyah Surakarta dari wawancara kepada lima orang remaja yang memasuki masa pubertas, satu remaja tahu apa itu pubertas tetapi belum siap dalam menghadapi saat menstruasi dan seperti masih acuh tak acuh dengan penampilan fisik. Sedangkan dua remaja putri belum tahu tentang pubertas terlihat malu-malu saat ditanya apakah sudah menstruasi dan apakah tahu apa itu kesehatan reproduksi, dua remaja putra belum mengetahui apa itu pubertas secara menyeluruh dia hanya tahu sebatas bahwa kalau sudah puber berarti ada jerawat tetapi mulai membatasi pergaulan dengan remaja putri dan lebih senang saat berkumpul dengan remaja laki-laki. Dengan mengetahui masalah diatas maka peneliti merasa tertarik dan berminat mengadakan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi dan Sikap Menghadapi Masa Pubertas Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi dan Sikap Menghadapi Masa Pubertas Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk menggambarkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan sikap menghadapi masa pubertas siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan pengetahuan remaja siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta mengenai kesehatan reproduksi terdiri dari organ reproduksi dan juga cara merawat organ reproduksi yang baik dan benar. b. Untuk mengetahui sikap remaja menghadapi masa pubertas siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta c. Untuk menggambarkan pengalaman remaja menghadapi masa pubertas siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pendidikan Memberikan referensi tentang tingkat pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan sikap menghadapi masa pubertas. 2. Bagi tempat penelitian Dapat menjadi masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja serta sikap saat pubertas.

6 3. Bagi remaja Dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja. 4. Bagi peneliti berikutnya Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dan sikap menghadapi masa pubertas. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan telaah literatur yang telah dilakukan melalui penelusuran penelitian sebelumnya, peneliti menemukan penelitian-penelitian yang hampir sama dengan peneliti ini, sehingga dapat dijadikan dasar pemikiran dan sumber analisa dari hasil penelitian ini. 1. Purnamasari (2014) dengan penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Mempersiapkan Masa Pubertas Anaknya di Kecamatan Kartasura Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adakah pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam mempersiapkan masa pubertas anaknya. Metode penelitian Quasi Eksperiment, dengan rancangan penelitian pretestand posttest Control Group Desaign. Jumlah responden 60 dengan tekhnik sampling yang digunakan cluster sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan skala Guttman dan Likert. Analisis data menggunakan

7 uji independent t-test dan uji paired t-test. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam mempersiapkan masa pubertas anaknya di Kecamatan Kartasura. Perbedaan penelitian terletak pada variabel penelitian dan subjek penelitian. Dimana pada penelitian Purnamasari subjek yang diteliti adalah ibu yang memiliki anak remaja dan juga peranan dalam mempersiapkan masa pubertas anaknya. 2. Budiati &Apriastuti (2012) dengan penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Kesiapan Anak Menghadapi Masa Pubertas di Dukuh Carikan, Ringinanom, Tempuran, Magelang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan kesiapan anak menghadapi masa pubertas. Metode Penelitian menggunakan metode Diskriptif korelasi. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Hasil Penelitian berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan kesiapan anak menghadapi masa pubertas. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh ρ value 0,021 < 0,05. Kesimpulan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan kesiapan anak menghadapi masa pubertas. Perbedaan penelitian terletak pada variabel penelitian dan metode penelitiannya

8 dimana pada penelitian Budiati & Apriastuti menghubungkan antara 2 variabel dan menggunakan metode penelitian kuantitatif. 3. Asriani (2012) dengan penelitian Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Perubahan Fisik Masa Pubertasdi Smp Negeri 1 Ranteanginkabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang perubahan fisik masa pubertas di SMP Negeri 1 Ranteangin Kabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang masa pubertas remaja putri yang baik sebanyak 60,2% dan yang kurang sebanyak 39,8%. Sikap remaja putri tentang perubahan fisik masa pubertas yang mendukung sebanyak 63,4% dan yang tidak mendukung sebanyak 36,6%. Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagian besar siswi memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung. Perbedaan penelitian terletak dari variabel yang diteliti pada penelitian Asriani variabel yang diteliti yaitu sikap remaja dalam perubahan bentuk tubuh saja, jadi tidak secara keseluruhan dari perubahan pada masa pubertas.