BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue Sharing berasal dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB II LANDASAN TEORI

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

Pengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung

BAB II LANDASAN TEORI. Baitulmal Mall Wa At-Tamwil ( BMT ), atau disebut juga dengan Koperasi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

DAFTAR PUSTAKA. Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PSAK No. 102 dan 105. Menurut Wardi dan Eka, praktik dan aturan-aturan yang

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

PERLAKUAN AKUNTANSI MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH. syariah dikenal dengan bank bagi hasil. Ini digunakan untuk membedakan antara bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

PEMBIAYAAN MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE.

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

Afifudin, SE., M.SA., Ak. atau (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB III KONSEP EKONOMI ISLAM TENTANG BAGI HASIL. profit sharing. Profit dalam kaus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara

AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH

BAB II LANDASAN TEORI. Sunnah Nabi. Konsekuensinya, apapun nilai yang dibutuhkan dalam analisis dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan (Frianto, 2012:71).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB II LANDASAN TEORITIS

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUDHARABAH. dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal)

AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA

BAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI MUDHARABAH (psak 105)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

Transkripsi:

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Revenue Sharing 1. Pengertian Revenue Sharing Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu revenue yang berarti : hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue Sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan. Menurut Taufan Maulamin (2012 : 34) Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. Revenue (pendapatan) adalah semua penerimaan, baik maupun bukan tunai yang merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa dalam jangka tertentu atau penerimaan dana sebagai hasil dari suatu investasi. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa arti revenue pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total pengeluaran atas barang ataupun biasa dikalikan dengan harga tersebut. Unsur yang

7 terdapat didalam revenue meliputi total harga pokok penjualan ditambah dengan total selisih dari hasil pendapatan penjualan tersebut. Perbankan syariah memperkenalkan bagi hasil revenue sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Revenue Sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. 2. Alasan Penerapan Revenue Sharing Secara umum di dalam perbankan syariah landasan sistem yang ideal yang digunakan dalam sistem operasinya adalah sistem profit and loss sharing, sistem ini yang dapat dijadikan ciri khusus bank syariah yang membedakan dengan sistem bank konvensional. Mekanisme bagi hasil menjadi salah satu ciri atau karakteristik perbankan syariah, dimana dengan bagi hasil ini menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat bisnis., khususnya masyarakat perbankan untuk terhindar dari bunga atau riba.hal ini sesuai dengan apa yang diterangkan dalam Al qur an Surat Al Baqarah ayat 275, dimana Allah SWT hanya bisa mendatangkan keburukan, sehingga sedini mungkin harus dihindarkan mengharamkan segala bentuk transaksi yang mengandung

8 unsur-unsur ribawi, karena unsur tersebut tidak mendatangkan kemaslahatan bahkan dalam dunia perbankan syariah mungkin sering didengar istilah bagi hasil atau yang sering dikenal Revenue Sharing. Dalam perbankan syariah pendapatan baggi hasilini berlaku pada produkproduk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh, sebagian ataupun dalam bentuk koorporasi lainnya. Dan prinsip bagi hasil ini akan berfungsi sebagai mitra penabung, demikian juga pengusaha peminjam dana. Jadi prinsip bagi hasil ini merupakan landasan utama beroperasinya perbankan syariah. Pemberlakuan revenue sharing (Muhammad, 2005 : 243) didasarkan kepada kenyataan bahwa : 1. Perhitungan pendapatan dibagi dengan pendekatan ini lebih mudah, khusus untuk produk pembiayaan bagi hasil, cara ini akan sangat membantu bank, dimana bank tidak memerlukan petugas yang memiliki spesifikasi khusus tentang bisnis tertentu untuk dapat melakukan kontrol terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan nasabah. 2. Diasumsikan bahwa para nasabah belum terbiasa menerima kondisi berbagi hasil dan berbagi resiko. Dimana bila bank mengalami kerugian nasbah akan menanggung resiko kerugian tersebut berarti berkurangnya dana mereka yang ditabung atau disimpan pada bank.

9 3. Pada sistem ini kemungkinan tingkat perhitungan bagi hasil yang diterima pemilik dana akan lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya justru mampu memberikan hasil yang optimal. 4. Penyaluran dana kepada sektor usaha menunjukkan adanya berbagai macam usaha yang mempunyai karakteristik biaya yang berbeda. Bank sebagai Shahibul Maal kedua atau pemegang amanah Shahibul Maal pertama menghadapi kesulitan untuk mengakui biaya-biaya usaha yang dikeluarkan para nasabah pengusaha sebagai Mudharib. Padahal biaya-biaya yang sulit diverifikasi inilah yang kemudian menjadi pengurang seluruh pendapatan yang akan dibagi hasilkan. B. Bagi Hasil Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Istilah Mudarabah secara etimologi berasal dari kata Arab adhdharbu fil ardhi yang berarti berpergian dengan urusan dagang, maka ia berhak mendapatkan keuntungan karena usaha dan kerjanya.

10 Secara bahasa Mudharabah berasal dari kata Dharb yang artinya melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga. Istilah Dharb populer digunakan oleh penduduk irak. Untuk maksud yang sama, penduduk Hijaz menggunakan istilah muqharadah atau qiradh yang berarti memotong. Dalam pengertian ini, makna qiradh adalah pemilik modal memotong sebagian sebagian hartanya untuk diserahkan kepada pengelola modal, dan ia juga akan memotong keuntungan usahanya. Menurut Rizal Yaya (2009 : 122). Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (Shahibul Maal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara Shahibul Maal (Pemilik dana) dan Mudharib (pengelolan dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakan dimuka, jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.

11 Adapun karakteristik Mudharabah adalah: a. Bank sebagai agen investasi (chanelling) dalam mudharabah Muqayyadah dibahas dalam laporan perubahan investasi di off balance sheet, sedangkan bank sebagai pihak yang ikut menanggung resiko dalam mudharabah muqayyadah dibahas dalam pos kewajiban terikat. b. Pembiayaan mudharabah dapat diberikan dalam bentuk kas dan atau non kas yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus. c. Pengendalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad mudharabah. d. Bagi hasil Mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) dan pendapatan (revenue sharing) e. Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan adanya jaminan, namun agar tidak terjadi moral hazard berupa penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti

12 melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. 2. Rukun dan ketentuan syariah akad mudharabah Rukun Mudharabah ada empat yaitu: 1. Transaktor/Pelaku atau orang yang berakad, terdiri atas: a. Pemilik modal/shahibul Maal atau Rabbul Maal b. Pengelola dana/mudharib 2. Objek Mudharabah berupa Modal/Maal dan usaha 3. Ijab kabul/serah terima 4. Nisbah keuntungan Ketentuan syariah adalah sebagai berikut: 1. Pelaku a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan non muslim c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh mengawasi. 2. Objek Mudharabah (Modal dan kerja)

13 Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukan akad mudharabah a. Modal 1. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya. 2. Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal dana harus bekerja. 3. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari keuntungan 4. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk meminjamkan modal kepada orang lain apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana. 5. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang syariah

14 b. Kerja 1. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain. 2. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik. 3. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesaui dengan syariah 4. Pengelola dan harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak 5. Dalam hal ini pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal dan usaha menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dan berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah c. Ijab Kabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang di lakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi

15 atau menggunakan cara-cara komunikasi modern. d. Nisbah Keuntungan 1. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Jika memang dalam akad tersebut tidak dijelaskan masingmasing porsi, maka pembagiannya menjadi 50% dan 50%. 2. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak 3. Shahibul maal tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.

16 3. Jenis-jenis Mudharabah Menurut Rizal Yaya (2009 : 122) mudharabah terbagi menjadi dua jenis yatiu: a. Mudarabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah (terikat) adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat,cara dan/atau objek investasi. Mudharabah Muqayyadah terdiri atas dua jenis, yaitu Mudharabah Muqayyadah executing dan mudharabah muqayyadah channeling. Pada Mudarabah Muqayyadah executing, bank syariah sebagai pengelola menerima dana dari pemilik dana dengan pembatasan dalam hal tempat, cara, dan/objek investasi akan tetapi, bank syariah memiliki kebebasan dalam melakukan seleksi terhadap calon mudharib yang layak mengelola dana tersebut. Sementara itu, pada Mudharabah Muqayyadah Channeling, bank syraiah tidak memiliki kewenangan dalam menyeleksi calon mudharib yang akan mengelola dana tersebut. b. Mudharabah Muthlaqah Mudharabah Mutlhlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dan pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek investasi. Dalam hal ini

17 pemilik dana memberikan kewenangan yang sangat luas kepada mudharib untuk menggunakan dana yang diinvestasikan. Kontrak Mudharabah Muthlaqah dalam perbankan syariah digunakan untuk tabungan maupun pembiayaan. Pada tabungan Mudharabah, penabung berperan sebagai pemilik dana, sedang bank berperan sebagai pengelola yang mengontribusikan keahliannya dalam mengelola dana penabung. Adapun pada investasi Mudharabah bank berperan sebagai pemilik dana yang menginvestasikan dana yang ada padanya kepada pihak lain yang memerlukan dana untuk keperluan usahanya. Pihak lain yang memerlukan dan mengelola dana tersebut biasa disebut dengan nasabah pembiayaan. c. Mudharabah Musytarakah Mudaharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Akad musytarakah ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan dalam investasi, sedang disisi lain adanya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan invesatasi. Akad Musytarakah merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musytarakah. Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana berdasarkan akad (mudharabah)

18 menyertakan juga dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad musytarakah). Setelah penambahan dana oleh pengelola, pembagian hasil usaha antara pengelola dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musytarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musytrakah. 4. Pembiayaan Mudharabah a. Pengertian Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan atau financing, adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pelaku sendiri maupun kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Menurut Syafi i (2001 : 160) pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak merupakan defisit unit. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembiayaan merupakan suatu pinjaman dana yang diberikan bank Islam kepada

19 masyarakat atau lembaga yang membutuhkan untuk keperluan investasi yang telah direncanakan. b. Pembiayaan Mudharabah Hilang Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha, karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian pihak mudharib maka kerugian tersebut mengurangi pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. c. Permasalahan-permasalahan Dalam pembiayaan Mudharabah Berdasarkan teori perbankan syariah kontemporer, Prinsip mudharabah dijadikan sebagai alternative penerapan sistem bagi hasil. Dalam praktiknya, ternyata signifikan bagi hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank perannya sangat lemah. Menurut beberapa pengamat perbankan syariah hal ini terjadi karena beberapa masalah, diantaranya:

20 1. Standar Moral Terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang kebanyakan komunitas muslim tidak memberikan kebebasan pengguna bagi hasil sebagai mekanisme investasi. Hal ini berdasarkan argumen yang mendorong bank untuk mengadakan pemantauan lebih intensif terhadap setiap investasi yang diberikan. Demikian itu membuat operasional perbankan berjalan tidak ekonomis dan efisien. Berdasarkan hal-hal ini bank syariah menggunakan pembiayaan bagi hasil yang diberikan setelah melakukan pemantauan yang mendalam terhadap bisnis yang dijalankannya, dan hanya akan diberikan kepada rekanan yang kompeten dalam mengelola bisnis, jujur dalam melakukan transaksi, proyek usaha yang dijalankan adalah profitable, serta pembiayaan usaha tersebut umumnya jangka pendek. 2. Ketidakefektifan modal pembiayaan bagi hasil Pembiayaan bagi hasil mudharabah tidak menyediakan berbagai macam kebutuhan pembiayaan dari ekonomi kontemporer. Walau demikian pembiayaan bagi hasil yangditerapkan dalam bentuk mudharabah merupakan alat yang

21 terbaik untuk menghapus bunga dalam berbagai macam transaksi dan pembiayaan jangka pendek. 3. Berkaitan dengan pengusaha Sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara langsung dari pada sistem lainnya di bank konvensional. Bank syariah memerlukan informasi yang lebih rinci tentang aktivitas bisnis yang dibiayai dan besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan bisnis mitranya, pada sisi lain, keterlibatan yang tinggi ini akan mengecilkan naluri pengusaha yang sebenarnya lebih menuntut kebebasan yang luas dari pada campur tangan dalam penggunaan dana yang dipinjamkan. 4. Segi Biaya Pemberian pembiayaan sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi dari pihak lain. Bank syariah kemungkinan besar meningkatkan kualitas pegawainya dengan cara mempekerjakan para teknisi dan ahli manajemen untuk mengevaluasi proyek usaha yang dipinjam untuk mencermati lebih teliti dari pada teknis peminjaman pada bank konvensional.

22 Hal ini akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh para banker dalam menjaga efisiensi kinerja perbankannya yang secara langsung akan berimbas terhadap pengembalian dana pinjaman dan akan menimbulkan beban yang lebih besar terhadap pemakaian dana tersebut. Tambahan biaya yang dikeluarkan oleh para banker yang digunakan untuk menjaga efektifitas operasional perbankan syariah kemungkinan akan menghasilkan biaya ekstra yang ditanggung oleh mitra ketika mengembalikan dana pinjaman bagi hasil. 5. Segi teknis Problem teknis menyangkut penggunaan sistem bagi hasil tampaknya berkaitan dengan pihak bank, nasabah, dan perhitungan keuntungan. Bank membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai perilaku aktivitas ekonomi yang berguna untuk memprediksi keuntungan yang akan diperoleh pada tiap-tiap jaringan serta mengetahui secara menyeluruh tentang keadaaan keuangan investor dan komitmen dalam sistem bagi hasil juga mengalami kesulitan untuk diterapkan, karena perhitungan sistem bagi hasil harus mengikuti apa yang terjadi secara aktual dalam bisnis.

23 6. Kurang menariknya sistem bagi hasil dalam aktifitas Dalam dunia bisnis dan industri, biaya yang dikeluarkan dari dana-dana yang diperoleh berdasarkan sistem bagi hasil tidak diakui secara jelas dan pasti. Hal ini akan menimbulkan terbongkarnya rahasia pengusaha oleh pihak bank terhadap urusan manajemen pengusaha. Keadaan ini sangat berbeda dengan sistem pembiayaan berdasarkan bunga, dimana modalnya aman terjaga. 7. Permasalahan efisiensi Kesanggupan para pemberi pinjaman untuk turut mananggung resiko kemungkinan akan mendorong investasi lebih berisiko. Meskipun kesanggupan ini akan mengurangi penekanan biayabiaya yang berguna untuk efisiensi kelangsungan bisnis pada tingkat kepentingan tertentu akan cukup mengesankan. d. Sebab berakhirnya Mudharabah Apabila akad mudharabah berakhir sebelum jatuh tempo dan pembiayaan mudharabah tidak langsung dibayarkan oleh pengelola dana maka pembiayaan mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada mudharib.

24 5. Pengakuan, Pengukuran, penyajian dan Pengungkapan Pembiayaan Mudharabah berdasarkan PSAK No.105 a. Pengakuan dan pengukuran pembiayaan mudharabah berdasarkan PSAK No. 105 IAI (2009 : 22) adalah sebagai berikut: Pengakuan penghasilan mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana, tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. Pengukuran investasi mudharabah diatur dalam PSAK No. 105 (2009 : 13) adalah sebagai berikut: 1) Investasi Mudaharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan. 2) Investasi Mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar pada saat penyerahan: a. Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu mudharabah. b. Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

25 B. Penyajian Penyajian pembiayaan mudharabah diatur dalam PSAK No.105 (2009: 36) yaitu Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dlm laporan keuangan sebesar nilai tercatat. Sedangkan dalam PSAK No.105 (2009:37) Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan: a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada pemilikdana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan dikewajiban. C. Pengungkapan Pengungkapan dalam PSAK No.105 paragraf 38 yang berisikan : Pemilik Dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas: a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah dan lain-lain; b) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;

26 c) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan. Pengelola Dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksimudharabah tetapi tidak terbatas pada: a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah dan lain-lain; b) Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya; c) Penyaluran dana yang berasal dari Mudharabah Muqayadah 6. Manfaat dan resiko Mudharabah A. Manfaat mudharabah menurut adalah sebagai berikut: 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

27 2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, kecuali disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. 4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan mengutungkankarena keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan 5. Prinsip bagi hasil mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerimaan pembayaran (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. B. Risiko Mudharabah Menurut Slamet wiyono (2005 : 98) risiko yang terdapat dalam mudharabah terutama dalam penerapan pembiayaan, relative tinggi. Diantaranya:

28 1. Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak 2. Lalai terdapat kesalahan yang disengaja 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur. 7. Metode bagi hasil Mudharabah Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip revenue sharing atau profit sharing. (PSAK 105 par 11) Dalam prinsip bagi hasil usaha revenue sharing, dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan dalam prinsip bagi hasil usaha profit sharing, dasar pembagian adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah. Menurut Syafi i (2007 : 139) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bagi hasil adalah: 1. Faktor langsung (direct factors) Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah:

29 a. Investment rate merupakan persentase aktual dan yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas b. Jumlah dana yang tersedia merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan metode: 1. Rata-rata saldo minimum bulanan 2. Rata-rata saldo harian Investment rate dikalikan dengan jumlah dana akan menghasilkan dana aktual yang digunakan c. Nisbah bagi hasil (profit sharing ratio) 1. Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian 2. Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda 3. Nisbah juga dapat dari waktu ke waktu 4. Nisbah juga berbeda dari satu account dan account lainnya. 2. Faktor tidak langsung (indirect factors) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah:

30 1. Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya. Pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. 2. Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. 8. Contoh kasus Mudharabah (Rizal Yaya 2009 : 129) Tanggal 1 Agustus 20XA Bank Murni Syariah (BMS) menyetujui pemberian fasilitas mudharabah muthlaqah PT. Haniya yang bergerak dibidang SPBU dengan kesepakatan sebagai berikut: Plafon : Rp 1.450.000.000 Objek bagi hasil Nisbah Jangka waktu Pelunasan Keterangan : Pendapatan (Gross Profit Sharing) : 70% PT. Haniya dan 30% BMS : 10 bulan (jatuh tempo 10 Juni 20XB) : Pengembalian pokok di akhir periode : Modal dari BMS diberikan secara tunai tanggal 10 Agustus 20XA pelaporan dan pembayaran bagi hasil oleh nasabah dilakukan setiap tanggal 10 mulai bulan september.

31 Saat penandatanganan akad Mudharabah Jurnal pada tanggal 1 Agustus atau saat akad mudharabah ditandatangani terdiri atas jurnal pembukuan rekening administratif komitmen pembiayaan PT. Haniya 01/08/XA Db. Kontra Komitmen 1.450.000.000 Administrasi pembiayaan Kr. Kewajiban komitmen 1.450.000.000 Administrasi pembiayaan Penyerahan investasi Mudharabah Pada tanggal 10 Agustus 20XA, BMS mencairkan pembiayaan sebesar Rp 1.450.000.000 untuk investasi mudharabah 05/10/XA Db. Pembiayaan mudharabah 1.450.000.000 Kr. Kas/rekening nasabah 1.450.000.000 Penerimaan Bagi hasil Mudharabah Berikut ini adalah realisasi laba bruto PT. Haniya selama 10 bulan yang dilaporkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya:

32 Tabel 2.1 Penerimaan Bagi Hasil Mudharabah No. Bulan Jumlah Laba Bruto Porsi Bank 30% Tanggal Tanggal (Rp) (Rp) pelaporan Pembayaran Bagi hasil Bagi hasil 1 Ags XA 20.000.000 6.000.000 10 Sep 10 Sep 2 Sep XA 50.000.000 15.000.000 10 Okt 10 Okt 3 Okt XA 45.000.000 13.500.000 10 Nov 10 Nov 4 Nov XA 40.000.000 12.000.000 10 Des 10 Des 5 Des XA 60.000.000 18.000.000 10 Jan 10 Jan 6 Jan XA 50.000.000 15.000.000 10 Feb 10 Feb 7 Feb XA 40.000.000 12.000.000 10 Mar 10 Mar 8 Mar XA 50.000.000 15.000.000 10 Apr 10 Apr 9 Apr XA 55.000.000 16.500.000 10 Mei 10 Mei 10 Mei XA 60.000.000 18.000.000 10 Jun 10 Jun (Sumber : Rizal yaya, 2009 : 131) Bentuk transaksinya yaitu: 10/09/XA Db. Kas/Rekening nasabah 6.000.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 6.000.000

33 10/10/XA Db. Kas/Rekening Nasabah 15.000.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 15.000.000 10/11/XA Db. Kas/Rekening nasabah 13.500.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 13.500.000 10/12/XA Db. Kas/Rekening Nasabah 12.000.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 12.000.000 10/01/XB Db. Kas/Rekening nasabah 18.000.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 18.000.000 10/02/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 15.000.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 15.000.000

34 10/03/XB Db. Kas/Rekening nasabah 12.000.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 12.000.000 10/04/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 15.000.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 15.000.000 10/05/XB Db. Kas/Rekening nasabah 16.500.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 6.500.000 10/06/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 18.000.000 Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 18.000.000 Saat akad berakhir Alternatif 1 : Nasabah pembiayaan mampu mengembalikan modal mudharabah

35 Misalkan : Pada tanggal 10 Juni 20XB, saat jatuh tempo PT. Haniya melunasi investasi mudharabah sebesar Rp 1.450.000.000 maka jurnal transaksi tersebut adalah sebagai berikut: 10/06/XB Db. Kas/Rekening nasabah 1.450.000.000 Kr. Pembiayaan Mudharabah 1.450.000.000 Alternatif 2 : Nasabah pembiayaan tidak mampu mengembalikan modal mudharabah Misalkan : pada tanggal 10 Juni 20XB, saat jatuh tempo, PT. Haniya tidak mampu melunasi investasi mudharabah, maka jurnal pada saat jatuh tempo tersebut adalah sebagai berikut: 10/06/XB Db.Piutang mudharabah 1.450.000.000 Kr. Pembiayaan mudharabah 1.450.000.000