BAB III PERSYARATAN TEKNIS UMUM PELAKSANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI SPESIFIKASI TEKNIK

BAB I SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

KEGIATAN : PENGEMBANGAN PASAR DAN DISTRIBUSI BARANG / PRODUK BAB I SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS. Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN


KERANGKA ACUAN KERJA PT. JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS ( RKS TEKNIS )

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN RENOVASI GEDUNG PERAWATAN NAPZA (BANGSAL PURI NURANI) RS. JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA

BAB V Hasil Pembahasan Kontraktor

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUKO 2 ( DUA) LANTAI. KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2012

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG API ABADI MRAPEN

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

perencanaan yang umum dilakukan pada proyek pembangunan meliputi berbagai

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

KERANGKA ACUAN KERJA PEKERJAAN PENGAWASAN KANTOR BUPATI SIGI

DOKUMEN SPESIFIKASI TEKNIS

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PERENCANAAN TAHAP 2 PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TAHAP 1 BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK PETERNAKAN (BPMPP) BOGOR


KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PERENCANAAN TEKNIS (DED) PENATAAN KAWASAN GOR DAN SEKITARNYA. KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2012

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) JASA KONSULTANSI PEKERJAAN PERENCANAAN PERBAIKAN INTERIOR WISMA AHMAD SUBARDJO DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUKO 2 LANTAI EX- GEDUNG UPTD DIKNAS JL.DIPONEGORO KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi Tata Letak Fasilitas dan Sarana Proyek dalam Mendukung Metode Pekerjaan Konstruksi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BERITA ACARA ADENDUM Nomor : 10/POKJA-ULP/APBA-DINSOS/LGS/2013 Tanggal : 26 Maret 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAHAPAN KERJA ARSITEK DAN HONORARIUM

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll.

BUKU PANDUAN KERJA PRAKTIK

KERANGKA ACUAN KERJA PEKERJAAN PERENCANAAN GEDUNG KANTOR BADAN KEPEGAWAIAAN DAERAH (BKD) KABUPATEN SIGI

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN : PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PASAR DALAM WILAYAH KOTA LANGSA

Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia 2016

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK


Owner (Pemilik Proyek)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN SEKOLAH KEBERBAKATAN OLAHRAGA LANJUTAN PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2016

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

BAB I PENDAHULUAN. perencana (arsitek, struktur & MEP) dan tim pelaksana (lapangan). Tim perencanaan

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYUSUNAN DED KEINDAHAN KOTA SE KABUPATEN WONOGIRI

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB V. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

KATA PENGANTAR. Bogor, 2014 Konsultan Perencana, CV.CATUR PRIMA KARYA. Heri Mulyana, ST. Direktur

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB XVII PEKERJAAN MEKANIKAL

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Uraian Pendahuluan

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN JASA PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR TAHAP 2 (FINISHING)

KERANGKA ACUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

Dosen Pengampu Mata Kuliah Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM. Universitas Balikpapan Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN MECHANICAL ELECTRICAL PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT.

Dosen Pengampu: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM

II. KEGIATAN PENGAWASAN

D O K U M E N P E N G A D A A N

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Uraian Pendahuluan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA PUSAT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. DATA PROYEK. Lokasi : Kota Kupang Sumber Dana : APBNP Tahun Anggaran : 2017 Waktu Pelaksanaan : 20 hari kalender

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN : SURVEY DAN IDENTIFIKASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (LANJUTAN)

Dalam proyek pembangunan gedung kantor PT. Jasa Raharja, progres pekerjaan elektrikal pada bulan Maret - May 2017 (pada masa kerja praktik), telah men

BAB II: TINJAUAN INSTANSIONAL PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA

S P E S I F I K A S I T E K N I S

BAB III PESERTA PROYEK KONTRUKSI

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

K E R A N G K A A C U A N K E R J A ( KAK)

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DINAS KESEHATAN. Tanggal : 21 SEPTEMBER 2012

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN PEMILIHAN PENGADAAN BARANG/JASA KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2017

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK

Transkripsi:

BAB III PERSYARATAN TEKNIS UMUM PELAKSANAAN Pasal 01. PERATURAN TEKNIS 1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan-ketentuan dan peraturan seperti tercantum di bawah ini : a. SNI No. 19/2000 atau ISO-IEC 17025/2000 diubah menjadi ISO-IEC 17025/2005 tentang Persyaratan Umum Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi. b. Undang-undang No. 17/2004 tentang Pengelolaan Keuangan Negara. c. Undang-undang RI No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi d. Peraturan Pemerintah RI. No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. e. Peraturan Pemerintah RI. No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. f. Peraturan Pemerintah RI No. 30/2000 tentang Penyelenggaraan Pembiayaan Jasa Konstruksi. g. Peraturan pemerintah RI No. 18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. h. Kepres RI. No. 80/2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa beserta perubahannya. i. Kepres nomor tentang LPND Badan POM j. Kep. Men. Kimraswil No. 322/KPTS/M/2002 tentang Pembinaan Teknis Bangunan Gedung. k. Kep. Men. Kimraswil No. 257/KPTS/M/2002 tentang Standart Dokumen Jasa Konstruksi. l. Keputusan Kepala Badan POM. Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan POM No. 05018/SK/BPOM Tahun 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM. m. PBI 71(NI.2) : Peraturan Beton Bertulang tahun 1971 n. PUIL 1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia th1977 o. PKKI 1981 : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1981 p. PPI : Pedoman Plumbing Indonesia q. SII : Standard Industri Indonesia 1

r. PUBI 1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesi tahun 1982 s. PPIUG 1983 : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung th.1983 t. DTPI 1970 : Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Ind. u. NFPA : Persyaratan untuk Pencegahan dan Pemadam Kebakaran v. Peraturan Dinas Keselamatan Kerja dari DEPNAKER w. Peraturan PDAM tentang Instalasi air Minum 2. Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat-syarat ini terdapat kelainan/penyimpangan dari peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan dalam ayat (1) di atas, maka rencana kerja dan syarat-syarat ini yang mengikat. Pasal 02. PEMAKAIAN UKURAN 1. Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja berikut tambahan dan perubahannya. 2. Penyedia Jasa wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun bagiannya dan segera memberitahukan pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukannya di dalam rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja maupun dalam persetujuan tertulis dari pengawas. 3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa, oleh karena itu Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan dokumen yang ada. Pasal 03. BUKU LAPORAN HARIAN Penyedia Jasa harus menyediakan buku harian untuk mencatat semua petunjukpetunjuk, keputusan-keputisan, dan detail-detail penting dari pekerjaan. Pasal 04. PERALATAN 1. Penyedia Jasa diharuskan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan 2. Kerusakan pada bagian atau keseluruhan dari alat-alat tersebut harus segera diperbaiki atau diganti sehingga Pengawas menganggap pekerjaan bisa dimulai. 2

Pasal 05. MUTU TENAGA KERJA Tenaga Kerja yang dugunakan hendaknya dari tenaga-tenaga ahli/terlatih dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi maupun petunjuk Pengawas. Pasal 06. INFORMASI SITE 1. Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus benar-benar memahami kondisi/keadaan site atau hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya. 2. Penyedia Jasa harus memperhatikan secara khusus mengenai peraturan lokasi tempat kerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjaan berlangsung. 3. Penyedia Jasa harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS dan agenda dalam dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Pasal 07. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN 1. Selama berlangsungnya pembangunan, kebersihan halaman, kantor, gudang, los kerja dan bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan pengawas memberi perintah menghentikan seluruh pekerjaan dan Penyedia Jasa harus menanggung seluruh akibatnya. 2. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang berada di halaman bebas, harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan pekerjaan/umum dan juga agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh pengawas maupun Pengguna Jasa. 3. Penyedia Jasa wajib membuat urinoir dan WC untuk pekerja pada tempat-tempat tertentu yang disetujui oleh pengawas demi terjaminnya kebersihan dan kesehatan dalam kegiatan. 4. Para pekerja Penyedia Jasa tidak diperkenankan untuk : a. Menginap ditempat pekerjaan kecuali dengan ijin pengawas/pengguna Jasa. b. Memasak di tempat bekerja kecuali dengan ijin pengawas. 3

c. Membawa masuk penjual-penjual makanan, minuman, rokok dan sebagainya di tempat pekerjaan. d. Keluar masuk lokasi pekerjaan dengan bebas. 5. Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh pengawas atau Pengguna Jasa pada waktu pelaksanaan. Pasal 08. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Pengawas tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaan tersebut sesuai dengan Kontrak maupun Peraturan Pemerintah yang berlaku. Pasal 09. PEKERJAAN DAN BAHAN-BAHAN Pekerjaan dan Bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macamnya seperti yang disebut dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk Pengawas dilapangan, harus tecakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, biaya tak terduga,keuntungan, biaya penggantian atas kerusakan atas milik pihak ketiga dan kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja. Pasal 10. PEMERINTAH DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG 1. Bila dalam RKS disebut nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang, maka dalam hal ini dimaksud untuk menunjukan tingkat mutu bahan dan barang yang digunakan. 2. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus disetujui oleh perencanaan/pengguna Jasa dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta gambar kerja maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh Penyedia Jasa yang harus mendapat persetujuan dahulu dari pengawas atau Pengguna Jasa. 3. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan atas biaya Penyedia Jasa, setelah disetujui oleh pengawas atau Pengguna Jasa, harus dianggap bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti. 4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh pengawas atau Pengguna Jasa untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai tidak sesuai kualitas maupun sifatnya. 4

5. Dalam mengajukan harga penawaran, Penyedia Jasa harus sudah memasukkan sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah pengawas atau Pengguna Jasa. Pasal 11. PERBEDAAN DALAM DOKUMEN 1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan RKS ini, maka Penyedia Jasa harus menanyakannya secara tertulis kepada pengawas/perencana dan Penyedia Jasa harus keputusan tersebut. 2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang berlaku dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran dengan skala dari gambar-gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari pekerjaan yang telah selesai. 3. Apabila ada hal-hal yang disebut pada gambar kerja, RKS atau dokumen, yang berlainan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap lainnya. Tetapi untuk menegaskan msalahnya. Kalau terjadi hal ini maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis atau yang mempunyai bobot biaya yang tinggi. 4. Penyedia Jasa tidak dibenarkan mengajukan biaya tambahan atau menarik keuntungan apabila dalam hal ini terdapat perbedaan antara Item Pekerjaan dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi, Dalam hal ini Penyedia Jasa wajib melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini tanpa biaya tambahan. 5. Apabila terdapat perbedaan antara : a. Gambar arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk jenis dan kualitas bahan dan barang adalah gambar struktur. b. Gambar struktur dengan gambar mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran kualitas dan jenis bahan adalah gambar mekanikal. c. Gambar arsitektur dengan gambar elektrikal, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk ukuran dan kualitas bahan adalah gambar elektrikal. 5

Pasal 12. GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING) 1. Jika terdapat kekurangan-kekurangan penjelasan dalam gambar kerja, atau diperlukan gambar tambahan/gambar detail atau untuk memungkinkan Penyedia Jasa melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar tersebut tersebut dalam rangkap 3 (tiga) dan biaya atas pembuatan gambar tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Pekerjaan berdasarkan gambar tersebut baru dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari pengawas. 2. Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh Pengguna Jasa, dengan mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari perencana. 3. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan gambar perubahan rencana. 4. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum dilaksanakan. Pasal 13. GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN PEKERJAAN (ASBUILT DRAWING) 1. Semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan, perubahan atas perintah Pengguna Jasa/pengawas, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan. 2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar asli) yang biaya pembuatan ditanggung oleh Penyedia Jasa. 6