BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemberian angket dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre-test dan posttest.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

BAB II KAJIAN TEORI. Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

ABSTRAK. Kata kunci: model pembelajaran, examples non examples, hasil belajar, geografi

BAB IV HASIL PENELITIAN

18 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat

JURNAL THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA TECHNIQUE TO MINIMIZE HIGH BULLYING BEHAVIOR AT EIGHT GRADE OF SMPN 2 PAPAR ACADEMIC YEAR 2016/2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GROGOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KESEHATAN MENTAL SISWA KELAS X IIS SMA NEGERI 12 PEKANBARU

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL A-2 SKALA KONSEP DIRI

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung yang berlokasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian

PENGEMBANGAN PERMAINAN SIMULASI KETERBUKAAN DIRI UNTUK SISWA SMP

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Sri Mulwati

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

JURNAL OLEH : INDAH CHOIRUN NISA NPM : Dibimbing Oleh: 1. Dr. Hj. Sri Panca Setyawati, M.Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA NEGERI SAWANG KABUPATEN ACEH SELATAN ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data hasil penelitian serta

BAB III METODE PENELITIAN. Objek atau variabel dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yang

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GIRING QUESTION AND GETTING ANSWER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyempurnaan kurikulum, latihan kerja guru, penyediaan sarana, pengadaan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Lokasi cukup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah.

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VII 3 SMP NEGERI 3 KOTA BENGKULU

Meningkatkan Kemampuan Hubungan Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas IX-1 SMP Negeri 1 Praya Barat Daya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH:

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan metode dalam sebuah penelitian ilmiah merupakan langkah yang

Kata kunci: pembelajaran, project based learning, audiovisual, hasil belajar, geografi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI ELASTISITAS BAHAN

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN SISI DATAR BANGUN RUANG ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (experimental

71 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Novi Wahyu Hidayati dan Hassana Nofari

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL. Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1.Interaksi Sosial Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. No Nama Skor Kategori Kelompok

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 KADEMANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Bertukar Pasangan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum Peneliti memberikan perlakuan / treatment bimbingan kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini diadakan Pre-test atau tes awal sebelum kegiatan eksperimen. Data hasil tes awal.

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA. Lailatul Mufidah 1 dan Mochamad Nursalim 2

BAB III METODE PENELITIAN

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Kota Ternate sedangkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan peserta didik kelas X menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing, (3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

Kata kunci: bimbingan kelompok, buzz group, komunikasi interpersonal.

Transkripsi:

56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah proses kegiatan penelitian selesai, maka dapat dilakukan pengelolaan dan analisis data terhadap hasil penelitian tersebut. Adapun pengelolaan dan analisis data tersebut sebagai berikut: A. Sajian Data Angket Pemberian angket dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre-test dan posttest. Angket pre-test diberikan pada siswa kelas VIII SMP Wijaya Surabaya yang berjumlah 40 siswa. Hasil pre-test angket komunikasi interpersonal disajikan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membuat tabel yang berisi kolom untuk nomor subjek, nomor item dan jumlah skor yang diperoleh. 2. Mengisi masing-masing baris dalam kolom sesuai dengan hasil jawaban subjek. 3. Mengkategorikan tingkat komunikasi interpersonal siswa berdasarkan skor baku. Berikut ini adalah hasil pre-test yang telah diberikan pada populasi kelas VIII SMP Wijaya Surabaya: 56

57 Tabel 4.1 Hasil Analisis Pre-test angket komunikasi interpersonal pada siswa kelas VIII SMP Wijaya Surabaya. No. Subjek Skor Kategori 1. 157 Tinggi 2. 154 Tinggi 3. 146 Tinggi 4. 145 Tinggi 5. 145 Tinggi 6. 143 Tinggi 7. 143 Tinggi 8. 140 Sedang 9. 140 Sedang 10. 138 Sedang 11. 138 Sedang 12. 135 Sedang 13. 135 Sedang 14. 133 Sedang 15. 133 Sedang 16. 132 Sedang 17. 132 Sedang 18. 131 Sedang 19. 130 Sedang 20. 130 Sedang 21. 129 Sedang 22. 128 Sedang 23. 127 Sedang 24. 126 Sedang 25. 124 Sedang 26. 123 Sedang 27. 122 Sedang 28. 122 Sedang 29. 121 Sedang 30. 116 Rendah 31. 116 Rendah 32. 116 Rendah 33. 115 Rendah 34. 114 Rendah 35. 113 Rendah 36. 112 Rendah 37. 112 Rendah 38. 112 Rendah 39. 110 Rendah 40. 108 Rendah Berdasarkan hasil analisis pre-test, maka dapat diketahui siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah sebanyak 10 siswa.

58 Kemudian sesuai dengan syarat ideal keanggotaan dalam bimbingan kelompok, maka seluruh siswa tersebut diberi perlakuan dan tergabung menjadi peserta diskusi kelompok. Setelah diberi perlakuan berupa diskusi kelompok, maka peserta diskusi kelompok diberi post-test untuk mengetahui perbedaan terhadap skor kemampuan komunikasi interpersonal antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Berikut ini hasil pre-test dan post-test peserta diskusi kelompok : Tabel 4.2 Hasil pre-test dan post-test peserta diskusi kelompok No. Nama (Inisial) Pre-test Kategori Pos-ttest Kategori 1. DRS 114 Rendah 118 Sedang 2. NS 113 Rendah 128 Sedang 3. RIS 112 Rendah 118 Sedang 4. IN 115 Rendah 120 Sedang 5. NI 113 Rendah 121 Sedang 6. RSI 108 Rendah 120 Sedang 7. SL 110 Rendah 119 Sedang 8. UK 116 Rendah 124 Sedang 9. SN 116 Rendah 122 Sedang 10. ES 112 Rendah 119 Sedang B. Analisis Data 1. Analisis data hasil pre-test dan post-test Berdasarkan hasil analisis pre-test dapat diketahui siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah sebanyak 10 siswa. Semua siswa tersebut diberi perlakuan berupa diskusi kelompok sebanyak 6 kali pertemuan. Kemudian setelah diberi perlakuan, masing-masing peserta melaksanakan post-test. Setelah menganalis hasil post-test, maka diperoleh

59 data bahwa siswa yang diberi perlakuan diskusi kelompok, mengalami peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal. Hasil perbandingan pre-test dan pos-test tersebut dapat dilihat melalui teknik statistik non parametrik dengan menggunakan uji tanda sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Analisis Pre-test dan Post-test Peserta Diskusi Kelompok Dengan Menggunakan Uji Tanda No Nama (Inisial) Pre-test (XB) Kategori Post-test (XA) Kategori Arah perbedaan 1. DRS 114 Rendah 118 Sedang XA>XB + 2. NS 113 Rendah 128 Sedang XA>XB + 3. RIS 112 Rendah 118 Sedang XA>XB + 4. IN 115 Rendah 120 Sedang XA>XB + 5. NI 113 Rendah 121 Sedang XA>XB + 6. RSI 108 Rendah 120 Sedang XA>XB + 7. SL 110 Rendah 119 Sedang XA>XB + 8. UK 116 Rendah 124 Sedang XA>XB + 9. SN 116 Rendah 122 Sedang XA>XB + 10. ES 112 Rendah 119 Sedang XA>XB + Tanda Hasil analisis pre-test dan post-test peserta diskusi kelompok dengan menggunakan uji tanda dapat ditransformasikan dalam grafik berikut:

60 Skor Komunikasi Interpersonal 130 125 120 115 110 105 100 95 Grafik 4.1 Hasil Analisis Pre-test dan Post-test DRS NS RIS IN NI RSI SL UK SN ES Subjek Perlakuan keterangan: Pre-test Post-test Berdasarkan uji tanda diatas, maka perhitungan untuk peserta diskusi kelompok dapat diketahui X (jumlah tanda yang lebih sedikit) =0, dan N (jumlah sampel ) =10, harga ρ= 0,01 dengan harga penolakan α=0,05. Harga ρ dapat dilihat pada tabel binomial dengan taraf signifikasi 5%. Harga ini lebih kecil daripada α (harga ρ= 0,01<harga α=0,05). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian teknik diskusi dalam bimbingan kelompok terhadap kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Jadi hipotesis penelitian ini yaitu: Penggunaan teknik diskusi dalam bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII Wijaya Surabaya dapat diterima. 2. Hasil Analisis Individual a. Subjek DRS Perolehan skor komunikasi interpersonal DRS sebelum mendapat perlakuan diskusi kelompok = 114, skor tersebut termasuk dalam kategori rendah. Setelah mendapat perlakuan diskusi kelompok, skor yang

61 diperoleh DRS menjadi 118, mengalami kenaikan sebanyak 4 poin. Skor ini termasuk kategori sedang. Berdasarkan data hasil pre-test, diperoleh catatan bahwa DRS: seringkali berpikiran negatif terhadap orang yang baru dikenal, kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, kurang dapat memahami orang lain, tidak mau menerima kritik, tidak peduli jika terjadi konflik antar teman, jarang mendengar teman curhat, merasa risih jika mendapat pujian, sulit mengungkapkan ide/gagasan dalam diskusi, enggan memberi nasehat pada teman, dan kurang dapat menerima kekurangan dan kelebihan diri. Kemudian setelah mendapat perlakuan diskusi kelompok, meski tidak dapat menaikkan kemampuan komunikasi interpersonal yang dimilikinya menjadi kategori tinggi, hasil analisis post-test mengungkapkan: DRS mampu mengungkapkan ide/gagasan selama diskusi kelompok berlangsung dan lebih bisa menerima kritikan teman. DRS mulai bersedia mengungkapkan pendapat selama diskusi serta lebih bisa menerima kekurangan dan kelebihan yang ia miliki. Kemudian sesuai hasil analisis post-test terhadap angket komunikasi interpersonal, maka aspek/dimensi yang mengalami peningkatan yaitu mampu saling memahami. 1 b. Subjek NS 1 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

62 Perolehan skor komunikasi interpersonal NS sebelum mengikuti diskusi kelompok = 113, yang termasuk dalam kategori rendah. Setelah mendapat perlakuan diskusi kelompok, skor yang diperoleh NS meningkat menjadi 128. Skor yang diperoleh NS meningkat 15 angka menjadi 128. skor ini termasuk kategori Sedang. Berdasarkan data hasil pre-test, diketahui bahwa NS: sering berburuk sangka pada orang, sering merasa tidak nyaman di lingkungan yang baru, suka menyembunyikan perasaannya, suka menuduh seseorang sebelum mengetahui duduk persoalan terhadap konflik antar teman yang sedang terjadi, merasa risih terhadap pujian, sulit mengungkapkan ide/gagasan dalam diskusi, tidak mudah percaya pada orang lain, sulit menerima kekurangan diri, sulit menerima kekurangan orang lain, enggan memberikan nasehat pada teman, diam ketika tidak sependapat dalam diskusi, sulit mendengar teman curhat, sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, dan sulit merasakan kesedihan/musibah yang dialami teman. Setelah mendapat perlakuan diskusi kelompok, NS mengalami kenaikan skor yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan peserta lain. Kemampuan komunikasi interpersonal NS yang tadinya termasuk kategori rendah menjadi kategori sedang. NS merupakan peserta yang paling antusias mengikuti kegiatan diskusi kelompok, dia juga bertindak sebagai pemimpin kelompok yang mengkoordinir peserta lain untuk aktif

63 mengikuti kegiatan diskusi. Padahal sebelumnya pada pertemuan pertama NS sangat pendiam dan terkesan enggan mengikuti diskusi. Akan tetapi setelah dipilih menjadi pemimpin kelompok, ia menjadi aktif mengikuti diskusi kelompok. Melalui analisis angket post-test dapat diungkapkan bahwa: ia sering mengungkapkan pendapatnya, dapat menerima kekurangan dan kelebihan yang ia miliki, dapat beradaptasi dengan situasi kelompok dan lebih berempati dengan orang lain, berteman dengan segala perbedaan, mampu mengungkapkan perasaan sedih. Ia dapat mendengarkan dan menerima pendapat orang lain, serta menghibur teman. NS mengalami peningkatan pada aspek/dimensi terhadap variabel komunikasi interpersonal, yaitu mampu saling memahami, mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas, mampu saling menerima dan memberikan dukungan. 2 c. Subjek RIS Subjek RIS sebelum mengikuti diskusi kelompok memperoleh skor 112, kemudian setelah mengikuti diskusi kelompok naik 6 angka menjadi 118. Skor ini termasuk kategori sedang, sebelumnya termasuk kategori rendah. Kemudian berdasarkan angket pre-test dapat diketahui RIS: jarang menghibur teman, jarang berbaik sangka terhadap orang lain, cuek 2 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

64 terhadap konflik yang sedang terjadi, sering menuduh seseorang yang terlibat dalam konflik sebelum permasalahannya jelas, jarang memberi pujian, sering canggung memuji teman, jarang memberi kritik, memberi kritik seenaknya, sulit menerima pendapat orang lain, sering risih terhadap pujian, sulit mengungkapkan ide/gagasan, sulit menerima kekurangan orang lain, sulit menerima kekurangan dan kelebihan diri, menutupi kekurangan diri, dan jarang memberikan nasehat pada teman yang sedang membutuhkan dukungan. Melalui hasil analisis post-test, dapat diungkapkan: RIS mengalami peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal yang ditunjukkan pada perilaku: ia tidak lagi merasa risih ketika mendapat pujian, mengungkapkan ide/gagasan ketika diskusi kelompok berlangsung, memberi nasehat pada teman, dan memahami kekurangan serta kelebihan yang dimiliki. Berdasarkan angket post-test aspek/dimensi terhadap variabel komunikasi interpersonal, RIS mengalami peningkatan yaitu mampu saling memahami, dan mampu saling menerima dan memberikan dukungan. 3 d. Subjek IN 3 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

65 IN sebelum mengikuti diskusi kelompok memperoleh skor 115, perolehan tersebut termasuk kategori rendah. Kemudian setelah mengikuti diskusi kelompok, perolehan skor meningkat 5 angka menjadi 120 dan termasuk kategori sedang. Berikut ini adalah jawaban item-item angket komunikasi interpersonal sebelum (pre-test) mengikuti diskusi kelompok: IN jarang berbaik sangka terhadap orang lain, sangat sering menyimpan perasaan (marah, sedih), jarang memberikan solusi ketika ada konflik antar teman, diam ketika tidak sependapat dalam diskusi, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, sulit menerima kekurangan dan kelebihan orang lain. Setelah mengikuti diskusi kelompok, hasil analisis post-test mengungkapkan: IN lebih sering mengungkapkan pendapat ketika diskusi berlangsung, mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, terutama dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok, ia tidak mulai bisa mengakrabkan diri dengan peserta lain. Ia dapat mempertahankan pendapatnyanya saat pendapatnya tidak bisa diterima oleh peserta lain. Sedangkan berdasarkan analisis post-test tersebut, maka aspek/dimensi terhadap variabel komunikasi interpersonal yang mengalami peningkatan, yaitu mampu saling memahami. 4 4 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

66 e. Subjek NI Skor yang diperoleh NI sebelum mengikuti kegiatan diskusi kelompok adalah 113. Skor tersebut termasuk kategori rendah. Kemudian ia mengalami kenaikan 8 angka menjadi 121 yang termasuk kategori sedang. Pengisian angket pre-test yang menyatakan bahwa NI memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah, yaitu: NI jarang berbaik sangka terhadap orang lain, tidak mudah percaya pada orang lain, sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, sulit mengungkapkan ide/gagasan, jarang memberi kritik, sulit menerima kekurangan dan kelebihan orang lain, sulit merasakan kesedihan/musibah yang dialami teman, sulit mengungkapkan perasaan sedih/marah. Kemudian setelah mengikuti diskusi kelompok, hasil angket posttest mengungkapkan bahwa ia mulai dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat mengungkapkan ide/gagasan, dapat menerima kekurangan orang lain, ia dapat mengungkapkan perasaan-perasaannya, dan dapat merasakan apa yang dirasakan teman. Berdasarkan hasil analisis post-test tersebut, maka aspek/dimensi terhadap variabel komunikasi interpersonal yang mengalami peningkatan,

67 yaitu mampu saling memahami, serta mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas. 5 f. Subjek RSI Perolehan skor RSI sebelum mengikuti diskusi kelompok 108. Skor tersebut termasuk kategori rendah. Setelah mengikuti diskusi kelompok, perolehan skor RSI mengalami peningkatan sebanyak 12 angka menjadi 120., dan skor tersebut termasuk kategori sedang. Berdasarkan hasil angket pre-tes dapat diungkapkan bahwa RSI:jarang berbaik sangka terhadap orang lain, sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, tidak pernah memberi pujian pada orang, sulit menerima pendapat orang lain, jarang membantu seseorang yang terlibat konflik, tidak memberi solusi, sulit mengungkapkan perasaaan sedih/marah/gembira, enggan mendengar teman curhat, risih terhadap pujian, diam ketika tidak sependapat dalam diskusi, mudah tersinggung ketika dikritik, jarang memuji teman, sulit menerima kekurangan dan kelebihan diri, kurang menyadari kekurangan dan kelebihan diri, dan jarang merasakan apa yang dirasakan orang lain. Setelah mengikuti diskusi kelompok, hasil analisis post-test mengungkapkan bahwa: RSI mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, berpikiran positif, ia sangat sering mengungkapkan pendapatnya, 5 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

68 dapat menerima kekurangan dan kelebihan diri, dapat menerima dan memberi kritik, dapat menerima dan mendengar pendapat orang lain, dapat menerima pujian, sering memberikan pujian, merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan membantu teman yang terlibat suatu konflik. Sedangkan aspek/dimensi terhadap variabel komunikasi interpersonal yang mengalami peningkatan, yaitu mampu saling memahami, mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas, mampu saling menerima dan memberikan dukungan, serta mampu memecahkan konflik antarpribadi. 6 g. Subjek SL SL memperoleh skor 110 sebelum mengikuti diskusi kelompok, yang termasuk dalam kategori rendah. Akan tetapi setelah mengikuti diskusi kelompok perolehan angka meningkat 9 angka menjadi 119. Skor tersebut termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan pengisian angket pre-test, maka dapat diungkapkan bahwa SL suka berburuk sangka terhadap orang lain, sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, sulit mengungkapkan perasaan sedih/marah, risih terhadap pujian, jarang memberi kritik, sulit mengungkapkan ide/gagasan, sulit menerima kekurangan dan kelebihan diri, sulit menyadari kekurangan dan kelebihan diri, sulit menerima kekurangan dan kelebihan 6 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

69 orang lain, mudah tersinggung ketika dikritik, sulit menerima pendapat orang lain. Setelah perlakuan, hasil post-test mengungkapkan: mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dapat memberi kritik, dapat menerima pendapat orang lain, mampu menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri serta orang lain, dan dapat menerima pujian. Kemudian berdasarkan hasil analisis tersebut, maka aspek/dimensi terhadap variabel komunikasi interpersonal yang mengalami peningkatan, yaitu mampu saling memahami. 7 h. Subjek UK Sebelum mengikuti diskusi kelompok UK memperoleh skor 116 yang termasuk kategori rendah. Kemudian setelah mengikuti diskusi kelompok memperoleh skor 124 dan mengalami peningkatan sebanyak 8 angka. Skor tersebut termasuk kategori sedang. Pengisian angket pre-test mengungkapkan bahwa UK:jarang berbaik sangka terhadap orang lain, sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, tidak pernah memberi pujian pada orang, sulit menerima pendapat orang lain, sulit mengungkapkan perasaaan sedih/marah/gembira, risih terhadap pujian, diam ketika tidak sependapat dalam diskusi, jarang memuji teman, sulit menerima kekurangan dan kelebihan diri, kurang 7 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

70 menyadari kekurangan dan kelebihan diri, jarang merasakan apa yang dirasakan orang lain. Setelah diberi perlakuan, melalui hasil analisis angket post-test mengungkapkan: UK dapat beradaptasi dengan lingkungan baru (situasi kelompok), ia bisa menyadari dan menerima kekurangan serta kelebihan yang ia miliki, ia dapat mengungkapkan pendapatnya, dapat menerima pendapat orang lain, serta dapat mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakannya. Berdasarkan analisis post-test tersebut diatas, maka UK mengalami peningkatan aspek/dimensi terhadap variabel komunikasi interpersonal, yaitu mampu saling memahami, serta mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas. 8 i. Subjek SN SN memperoleh skor 116 sebelum mengikuti diskusi kelompok. Skor tersebut termasuk kategori rendah. Perolehan skor mengalami peningkatan sebanyak 6 angka setelah mengikuti diskusi kelompok menjadi 122, yang termasuk kategori sedang. Berdasarkan pengisian angket pre-test, maka dapat diketahui bahwa SN: jarang berbaik sangka terhadap orang lain, sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, jarang memberi pujian pada orang, sulit 8 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

71 menerima pendapat orang lain, jarang membantu seseorang yang terlibat konflik, tidak memberi solusi, sulit mengungkapkan perasaaan sedih/marah/gembira, enggan mendengar teman curhat, risih terhadap pujian, diam ketika tidak sependapat dalam diskusi, mudah tersinggung ketika dikritik, jarang memuji teman, sulit menerima kekurangan dan kelebihan diri, sulit mengungkapkan ide/gagasan, sulit menerima kekurangan dan kelebihan orang lain. Kemudian berdasarkan hasil analisis post-test, SN dapat mengungkapkan pendapatnya, ia dapat menyadari dan menerima kekurangan serta kelebihan yang ia miliki, dapat menghibur teman, mampu memberikan solusi, dan dapat menerima kritik. Kemudian sesuai hasil analisis post-test tersebut, maka aspek/dimensi terhadap variabel komunikasi interpersonal yang mengalami peningkatan, yaitu mampu saling memahami, mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan, serta mampu memecahkan konflik antarpribadi. 9 j.subjek ES Sebelum mengikuti diskusi kelompok ES memperoleh skor 112 yang termasuk kategori rendah. Kemudian mengalami peningkatan 9 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

72 menjadi 119. Skor tersebut termasuk kategori sedang dan mengalami kenaikan sebanyak 7 angka. Berdasarkan angket pre-test, sebelum mengikuti diskusi kelompok ES: sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, tidak pernah memberi pujian pada orang, sulit mengungkapkan perasaaan sedih/marah/gembira, risih terhadap pujian, diam ketika tidak sependapat dalam diskusi, jarang memuji teman, sulit mengungkapkan ide/gagasan, enggan mendengarkan orang lain, sulit menerima kekurangan dan kelebihan diri, sulit menerima kekurangan dan kelebihan orang lain, dan jarang merasakan apa yang dirasakan orang lain. Setelah mengikuti diskusi kelompok, hasil analisis angket post-test mengungkapkan: ES dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, ia dapat menyadari dan menerima kekurangan serta kelebihan, dapat mendengarkan orang lain dan sering mengungkapkan pendapatnya pada dan mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya. Kemudian berdasarkan hasil analisis post-test tersebut, maka aspek/dimensi terhadap variabel komunikasi interpersonal yang mengalami peningkatan, yaitu mampu saling memahami, serta mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas. 10 3. Hasil Analisis Kelompok 10 Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius, 1995, hlm : 10

73 Secara keseluruhan, hasil analisis pre-test dan post-test menggunakan uji tanda menunjukkan bahwa masing-masing peserta diskusi kelompok mengalami peningkatan terhadap skor kemampuan komunikasi interpersonal setelah diberi perlakuan. Berdasarkan uji tanda, perhitungan untuk masingmasing peserta diskusi kelompok diketahui X=0, dan N=10, harga ρ= 0,01 dengan harga penolakan α=0,05. Harga ρ dapat dilihat pada tabel binomial dengan taraf signifikasi 5%. Harga ini lebih kecil daripada α (harga ρ= 0,01<harga α=0,05). Dengan demikian Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan terhadap skor kemampuan komunikasi interpersonal siswa antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan teknik diskusi dalam bimbingan kelompok. Maka dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi masing-masing siswa peserta diskusi kelompok mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan teknik diskusi dalam bimbingan kelompok efektif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal peserta. C. Pembahasan Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu secara umum untuk menguji keefektifan teknik diskusi dalam bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa, dan secara khusus bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan terhadap skor kemampuan komunikasi interpersonal siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan teknik

74 diskusi dalam bimbingan kelompok. Maka penelitian ini membahas pengaruh teknik diskusi kelompok terhadap kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Teknik diskusi dalam bimbingan kelompok adalah suatu cara membimbing siswa melalui suasana kelompok, dengan jalan mendiskusikan masalah bersama guna mencari pemecahan dari masalah tersebut. 11 Kemudian menurut Muro, tujuan diskusi kelompok adalah: 1)untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri, 2) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri dan orang lain, 3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia. 12 Selain itu Tim MKDK mengemukakan, bahwa diskusi kelompok bertujuan memiliki kecenderungan mengubah sikap dan tingkah laku tertentu, setelah mendengarkan pandangan, kritik atau saran dari teman anggota kelompok. 13 Kemampuan komunikasi interpersonal setiap indivudu dapat ditingkatkan melalui latihan dan seringnya seseorang berinteraksi dengan orang lain. Melalui diskusi kelompok, siswa tidak hanya melakukan latihan, akan tetapi siswa juga berinteraksi antar anggota kelompok. Dalam situasi kelompok akan menumbuhkan rasa saling memiliki satu sama lain. Mereka akan cenderung untuk saling memahami, saling mempercayai, dan saling menghargai satu sama lain, serta dengan keakraban yang terjalin antar anggota kelompok, masingmasing anggota tidak lagi canggung untuk mengungkapkan pendapat, perasaan, 11 Tim MKDK. Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya : University Press IKIP, 1991, hlm : 62 12 Romlah, T. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Jakarta : 1989, hlm : 99 13 Ibid., 62

75 atau bahkan memberi dan menerima kritik. Hal ini merupakan perubahan perilaku dan sikap yang menjadi tujuan dari diberikannya teknik diskusi dalam bimbingan kelompok. Hasil analisis data penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap skor kemampuan komunikasi interpersonal antara sebelum dan sesudah pemberian diskusi kelompok. Berdasarkan uji tanda, perhitungan untuk peserta diskusi kelompok dapat diketahui X=0, dan N=10, harga ρ= 0,01 dengan harga penolakan α=0,05. Harga ρ dapat dilihat pada tabel binomial dengan taraf signifikasi 5%. Harga ini lebih kecil daripada α (harga ρ= 0,01<harga α=0,05). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal peserta mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan berupa teknik diskusi dalam bimbingan kelompok. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa seluruh peserta diskusi kelompok mengalami peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal. Dari 10 siswa peserta diskusi kelompok, yaitu DRS, NS, RIS, IN,NI, RSI, SL, UK, SN, dan ES seluruhnya mengalami perubahan tingkat skor kemampuan komunikasi interpersonal. Walaupun perubahan yang mereka alami belum cukup optimal, karena belum dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal mereka menjadi kategori tinggi. Mereka hanya mengalami peningkatan komunikasi interpersonal dari kategori rendah menjadi kategori sedang.

76 Secara individual, peningkatan skor kemampuan komunikasi interpersonal masing-masing peserta cukup beragam, namun empat peserta mengalami peningkatan skor kemampuan komunikasi interpersonal yang sama, yaitu RIS dengan SN masing-masing sebanyak 6 angka, dan NI dengan UK masing-masing sebanyak 8 angka. Sedangkan yang lain mengalami peningkatan skor berbeda. NS mengalami peningkatan skor kemampuan komunikasi interpersonal tertinggi yaitu 15 angka, selanjutnya RSI mengalami peningkatan skor kemampuan komunikasi interpersonal sebanyak 12 angka. Peningkatan skor kemampuan komunikasi interpersonal terendah dialami oleh DRS, yaitu sebanyak 4 angka. Kemudian IN, ES, dan SL mengalami peningkatan skor kemampuan komunikasi interpersonal masing-masing 5, 7, dan 9 angka. Pada penelitian-penelitian sebelumnya masalah komunikasi interpersonal dapat diatasi dengan berbagai cara, seperti yang dilakukan oleh Nafiah (2000), Kusuma (2004), dan Aransari (2006). Penelitian yang dilakukan Nafiah (2000) mengemukakan bahwa kesulitan komunikasi interpersonal yang terjadi pada siswa kelas I-2 di SMA Negeri 1 Cerme tahun pelajaran 1999/2000 dapat diatasi dengan Teknik Analisis Transaksional. Selanjutnya Kusuma dkk (2004) mengadakan penelitian mengenai keterbukaan diri dalam komunikasi antarpribadi pada siswa kelas II-1 SMAN 1 Jombang. Siswa yang kurang memiliki keterbukaan diri diatasi dengan memberikan bimbingan kelompok teknik Johari Window. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aransari (2006), rendahnya kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas siswa kelas

77 X-1 SMA 7 Negeri Surabaya tahun ajaran 2005-2006 dapat ditingkatkan dengan Latihan Asertif. Mengacu pada penelitian-penelitian tentang permasalahan komunikasi interpersonal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan menggunakan cara atau teknik yang berbeda yaitu dengan menggunakan teknik diskusi dalam bimbingan kelompok. Teknik diskusi dalam bimbingan kelompok pada penelitian sebelumnya dapat membantu siswa menyelesaikan berbagai masalah siswa. Salah satu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fajarwati (2004) yang meneliti pengaruh diskusi kelompok terhadap kecemasan tampil didepan kelas terhadap siswa kelas II-A SMPN 28 Surabaya. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa diskusi kelompok dapat mengatasi kecemasan tampil didepan kelas. Kemudian penelitian selanjutnya dilakukan oleh Saputro (2005) mengadakan penelitian tentang perilaku menyampaikan pesan terhadap komunikasi interpersonal siswa II-D SMP Negeri 28 Surabaya. Penelitian tersebut membuktikan bahwa masalah perilaku menyampaikan pesan yang kurang baik yang dialami oleh siswa dapat diatasi dengan menggunakan latihan diskusi kelompok. Maka sesuai penelitianpenelitian tersebut, teknik diskusi dalam bimbingan kelompok diberikan untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki siswa. Seperti yang telah dibahas diatas bahwa kemampuan komunikasi interpersonal merupakan jenis ketrampilan seseorang yang dapat ditingkatkan

78 melalui latihan. Pada penelitian ini, masalah kemampuan komunikasi interpersonal dapat diatasi dengan menggunakan teknik diskusi dalam bimbingan kelompok. Pertemuan dilakukan secara berkelanjutan sebanyak 6 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama diadakan pembinaan hubungan untuk membentuk kunci keakraban. Kemudian pada pertemuan-pertemuan selanjutnya merupakan kegiatan inti dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Setiap pertemuan mempunyai tujuan-tujuan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Sehingga berdasarkan uraian diatas dan hasil analisis uji tanda, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik diskusi dalam bimbingan kelompok efektif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Wijaya Surabaya.