Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM )

SIMULASI PERBANDINGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1310 nm DENGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1550 nm DALAM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING. Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan

Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14

TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA JARINGAN OPTIK. Yamato & Evyta Wismiana. Abstrak

ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE

Pengertian Multiplexing

MULTIPLEXING DE MULTIPLEXING

PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III. Perencanaan Upgrade Kapasitas. dengan Tuas (Singapura ) memiliki kapasitas trafik sebesar 8 X 2.5 Gbps yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

± voice bandwidth)

Kontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G.652 dan G.655 Abstrak Kata Kunci PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik

Analisis 1,28 Tbps Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Menggunakan Modulasi Eksternal dan Deteksi Langsung

BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK. telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG

ANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERHADAP JARINGAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI DWDM PADA SERAT OPTIK DI PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA,Tbk NETWORK REGIONAL SEMARANG

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX BWS 1600G Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1560

Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI Sistem komunikasi kabel laut dengan repeater. akan menguatkan efek dispersi dan gangguan lainnya pada link.

Analisis Perbandingan CWDM Dengan Modulasi Eksternal Menggunakan Penguat EDFA dan Tanpa Penguat

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-199

DASAR SISTEM KOMUNIKASI (DSK) TE 1206

Aplikasi Multiplexer -8-

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN

Teknologi WDM pada Serat Optik

BAB III CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM. (tersaring). Sebagian kecil dari daya optik yang seharusnya berakhir di saluran

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN MODEL JARINGAN

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

Topologi Jaringan Transport Optik

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI DWDM PADA JARINGAN BACKBONE JAWA BARAT SKRIPSI TEGAR SATRIO DWIPUTRO FAKULTAS TEKNIK

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT SANGATTA-TOWALE

ANALISIS PENERAPAN OPTICAL ADD-DROP MULTIPLEXER (OADM) MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING (FBG) PADA TEKNIK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

Aplikasi In-line Amplifier EDFA Pada Sistem Transmisi Panjang Gelombang Tunggal dan Transmisi Berbasis WDM

Multiplexing. Meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama.

BAB II LANDASAN TEORI

KOMUNIKASI DATA Data, Sinyal & Media Transmisi. Oleh: Fahrudin Mukti Wibowo, S.Kom., M.Eng

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA)

BAB II DASAR SYSTEM JARINGAN TRANSMISI METRO WDM

BAB III WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEX

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 1 Pendahuluan

PEMBAGIAN SERAT OPTIK

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Abstrak. 30 DTE FT USU. sistem pembagian spektrum panjang gelombang pada pentransmisiannya.

PERANCANGAN PENINGKATAN KAPASITAS LINK 10 GIGABIT PADA JARINGAN BACKBONE DWDM SUMATERA DI PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus. dapat memberikan kualitas layanan dengan baik.

Makalah Seminar Kerja Praktek DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA SISTEM TRANSMISI FIBER OPTIK

KOMUNIKASI DATA JUFRIADIF NA`AM. 7. Multiplexing

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA SISTEM SETELAH UPGRADE. optik yang dikirim atau yang diterima oleh SLTE Alcatel Dari pengukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Komunikasi data telah berkembang dengan pesat dewasa ini. Hal ini sesuai

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1907

UNIVERSITAS INDONESIA

TEKNOLOGI 100 GIGABIT ETHERNET. GALIH HERMAWAN Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

BAB II TEORI DAN INFORMASI PENUNJANG

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 132

BAB 4 KARAKTERISASI KOMPONEN PENDUKUNG EDFA

PERANCANGAN JALUR PROTEKSI DAN INSTALASI PERANGKAT OPTIK DI SENTRAL

SIMULASI KINERJA PENGUAT OPTIS TIPEERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIERS (EDFA) BERDASARKAN TEKNIK PEMOMPAAN

HYBRID-EDFA / RFA (GABUNGAN PENGUAT OPTIK PADA TRANSMISI SERAT OPTIK)

BAB II SERAT OPTIK. cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan

TUGAS AKHIR. Oleh : MUHAMMAD ARIF Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Elektro

Analisis Kinerja Jaringan Berbasis DWDM 1 Gbps dengan Menggunakan Multiplexer Photonic Service Switch

RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KOMUNIKASI BACKBONE BAWAH LAUT BERBASIS SERAT OPTIK JALUR 40G UNTUK JALUR SURABAYA BANJARMASIN

(MAJALAH ILMIAH FAKULTAS TEKNIK - UNPAK)

PENGARUH ALOKASI KANAL DAN KARAKTERISTIK SERAT OPTIS TERHADAP BESARNYA EFEK FOUR WAVE MIXING (FWM) DALAM KOMUNIKASI OPTIS

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN SERAT OPTIK DWDM (DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING) UNTUK LINK MEDAN LANGSA (Studi Kasus di PT.

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIS (SKSO)

ANALISIS PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK DWDM PT.TELKOM INDONESIA,Tbk LINK JAKARTA - BANTEN SKRIPSI

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar

Studi Perancangan Jaringan Komunikasi Serat Optik Dwdm L Band dengan Penguat Optikal Edfa

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 8 Jaringan Telefon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

ANALISIS EFEK NON LINIERITAS FIBER PADA LINK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Transkripsi:

Endah Sudarmilah, DWDM sebagai Solusi Krisis Kapasitas Bandwidth pada Transmisi Data Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data Endah Sudarmilah Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Antisipasi kebutuhan kapasitas bandwidth yang besar dan kualitas yang tinggi untuk transmisi datasangat diperlukan. Hal ini merupakan akibat tuntutan kehandalan jaringan yang memada, dan persaingan antar pemberi layanan telekomunikasi semakin ketat. DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) merupakan salah satu solusi. Teknologi ini merupakanteknologi penjamakan yang mengoptimalkan pemanfaatan bandwidth pada serat optis.teknologi ini paling prospektif untuk memultipleks beberapa kanal dalam serat optis, karena teknologi ini membagi kanal dalam daerah panjang gelombang. Kata Kunci: Teknologi DWDM, kapasitas bandwidth, transmisi data, penjamakan. 1. Pendahuluan Semakin beragamnya layanan informasi, tuntutan kehandalan jaringan yang memadai, dan persaingan antar pemberi layanan telekomunikasi yang semakin ketat berakibat pada meningkatnya tuntutan sistem transmisi yang memiliki kapasitas bandwidth besar dan kualitas yang tinggi. Tingginya permintaan atas layanan transmisi data ini dapat ditunjukkan dengan Gambar 1. Antisipasi kebutuhan bandwidth yang besar ini telah diupayakan dengan meningkatkan kualitas media transmisi yang digunakan, di antaranya dengan menggunakan serat optis. Serat optis digunakan sebagai media transmisi pilihan, karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain memiliki bandwidth yang besar (25 THz), redaman transmisi kecil, ukuran kecil, dan tidak terpengaruh oleh gelombang elektromagnetis. Namun dengan teknologi serat optis konvensional, bandwidth potensial tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Saat ini muncul teknologi untuk memanfaatkan bandwidth serat optis yang besar ini dengan metode penjamakan. Pada komunikasi serat optis terdapat beberapa metode penjamakan, yaitu TDM (TimDivision Multiplexing) dan WDM (Wavelength Division Multiplexing) yang selanjutnya berkembang menjadi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing). Saat ini teknologi DWDM merupakan teknologi paling prospektif untuk memultipleks beberapa kanal dalam serat optis, karena teknologi ini membagi kanal dalam daerah panjang gelombang, sehingga lebih mudah diakses dalam serat optis dibandingkan pembagian atas waktu pada TDM. 2. Solusi Peningkatan kapasitas Bandwidth Perubahan infrastuktur telekomunikasi yang sangat mendasar terjadi pada awal tahun 1980, yaitu penggunaan komputer dan kabel-serat optis, menggantikan fungsi switch CO (central office) dan saluran kabel tembaga. SONET/SDH diterima sebagai standar pembangkitan sinyal bagi industri telekomunikasi. SONET/SDH merupakan suatu kumpulan standar yang mampu meningkatkan keamanan, bandwidth, efisiensi, dan kehandalan jaringan. Dengan menggunakan teknologi SONET/SDH, perusahaan telekomunikasi dapat meningkatkan kapasitas transmisi menjadi 2.5 Gbps untuk standar STM-16/OC-48, bahkan 10 Gbps untuk STM-64/OC-192. Meskipun SONET/SDH Gambar 1. Pertumbuhan permintaan Bandwidth 21

JURNAL TEKNIK ELEKTRO EMITOR Vol. 2, No. 1, Maret 2002 Gambar 2. Piramida evolusi DWDM Gambar 3. Sistem DWDM Gambar 4. Spasi kanal pada sistem DWDM telah mampu meningkatkan kecepatan transmisi secara dramatis, dan memanfaatkan jaringan serat optis dengan sangat efektif, namun permintaan pasar terhadap bandwidth melebihi kapasitas jaringan yang tersedia. Metode untuk mendapatkan kapasitas transmisi yang lebih tinggi, dijalankan seperti berikut. 1. Pengadaan jaringan serat optis baru. Metode ini memerlukan biaya ivestasi yang sangat besar, perkiraan biaya yang diperlukan untuk membangun sebuah jaringan serat optis adalah $70.000/mil. 2. Investasi untuk teknologi TDM yang memiliki kapasitas yang lebih tinggi. Teknologi TDM mampu melewatkan sinyal pada kecepatan 2.4 Gbps per serat, bahkan 10 Gbps per serat. Namun terdapat hambatan fisis pada serat yang menyulitkan untuk mendapatkan kecepatan transmisi yang lebih tinggi. 3. Penerapan teknologi DWDM. Metode ini sangat efektif dan efisien untuk meningkatkan kapasitas bandwidth jaringan. Teknologi DWDM mampu melewatkan sinyal dalam jumlah yang sangat besar. Sebuah ilustrasi, jaringan DWDM 40 kanal, dengan masing-masing kanal digunakan untuk melewatkan sinyal STM 16 (2,5 Gbps) mampu menghasilkan kapasitas total 100 Gbps per serat. 3. DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) Pada awal tahun 1980 diperkenalkan teknologi WDM (Wavelength Division Multiplexing), yang mampu memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda (tiap panjang gelombang mengandung sinyal informasi yang berbeda) yang kemudian dimultipleks menjadi satu 22

Endah Sudarmilah, DWDM sebagai Solusi Krisis Kapasitas Bandwidth pada Transmisi Data sinyal agar dapat dikirimkan dalam satu utas serat optis secara simultan. WDM pada saat itu hanya mempunyai 2 kanal yang terletak pada panjang gelombang 1310 dan 1550 nm. Teknologi DWDM merupakan perbaikan teknologi WDM yang telah dikembangkan sebelumnya, yaitu memperkecil spasi antar kanal, sehingga terjadi peningkatan jumlah kanal yang mampu dimultipleks. Inti perbaikan terdapat pada infrastruktur yang digunakan, seperti jenis laser, tapis, dan penguat. Perbaikan teknologi ini dipicu dengan adanya perkembangan teknologi fotonik, seperti penemuan EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier) sebagai penguat optis, dan laser dengan presisi yang lebih tinggi yang disebut teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing). Penemuan EDFA memungkinkan DWDM beroperasi pada daerah 1550 nm yang memiliki atenuasi rendah, sementara sebagian besar sistem WDM konvensional masih beroperasi pada daerah 1310 nm dengan tingkat atenuasi lebih tinggi. 3.1. Konsep Dasar DWDM Masukan sistem DWDM berupa trafik yang memiliki format data dan pesat bit yang berbeda dihubungkan dengan laser DWDM. Laser tersebut akan mengubah masing-masing sinyal informasi dan memancarkan dalam panjang gelombang yang berbeda-beda λ 1, λ 2, λ 3, λ N,. Kemudian masingmasing panjang gelombang tersebut dimasukkan ke dalam MUX (multiplexer), dan keluaran disuntikkan ke dalam sehelai serat optis. Selanjutnya keluaran MUX ini akan ditransmisikan sepanjang jaringan serat. Untuk mengantisipasi pelemahan sinyal, maka diperlukan penguatan sinyal sepanjang jalur transmisi. Sebelum ditransmisikan sinyal ini diperkuat terlebih dahulu dengan menggunakan penguat akhir (postamplifier) untuk mencapai tingkat daya sinyal yang cukup. ILA digunakan untuk menguatkan sinyal sepanjang saluran trasmisi. Sedangkan penguat awal (pre-amplifier) digunakan untuk menguatkan sinyal sebelum dideteksi. DEMUX (demultiplexer) digunakan pada ujung penerima untuk memisahkan panjang gelombang-panjang gelombang, yang selanjutnya akan dideteksi menggunakan fotodetektor. Multiplexing serentak kanal masukan dan demultiplexing kanal keluaran dapat dilakukan oleh komponen yang sama, yaitu multi/demultiplexer. Sistem DWDM memiliki lapisan fotonika utama yang bertanggung jawab untuk melewatkan data optis melalui jaringan, dengan beberapa prinsip dasar, yaitu spasi kanal, arah aliran sinyal, dan pelacakan sinyal. 3.2. Spasi kanal Spasi kanal merupakan jarak minimum antar panjang gelombang agar tidak terjadi interferensi. Standarisasi spasi kanal perlu dilakukan agar sistem DWDM dari berbagai vendor yang berbeda dapat saling berkomunikasi. Jika panjang gelombang operasi berbanding terbalik dengan frekuensi, hubungan bedanya dikenal dalam panjang gelombang masingmasing sinyal. Faktor yang mengendalikan besar spasi kanal adalah bandwidth pada penguat optis dan kemampuan penerima mengidentifikasi dua set panjang gelombang yang lebih rendah dalam spasi kanal. Kedua faktor itulah yang membatasi jumlah panjang gelombang yang melewati penguat. Saat ini terdapat dua pilihan untuk melakukan standarisasi kanal, yaitu menggunakan spasi lamda atau spasi frekuensi. Hubungan antara spasi lamda dan spasi frekuensi adalah: c f λ λ 2..(1) dengan: f = spasi frekuensi (GHz) λ = spasi lamda (nm) λ = panjang gelombang daerah operasi (nm) c = 3 x 10 8 m/s. Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi (dan sebaliknya) akan menghasilkan nilai yang kurang presisi, sehingga sistem DWDM dengan satuan yang berbeda akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. ITU-T kemudian menggunakan spasi frekuensi sebagai standar penentuan spasi kanal. 3.3. Kelebihan Teknologi DWDM Kelebihan teknologi DWDM adalah transparan terhadap berbagai trafik. Kanal informasi masingmasing panjang gelombang dapat digunakan untuk melewatkan trafik dengan format data dan pesat bit yang berbeda. Ketransparanan sistem DWDM dan kemampuan add/drop akan memudahkan penyedia layanan untuk melakukan penambahan dan atau pemisahan trafik. Berkaitan dengan ketransparanan sistem DWDM, dikenal a dua sistem antarmuka, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup, ditunjukkan oleh Gambar 5. Elemen jaringan DWDM sistem terbuka memungkinkan penjamak SONET/SDH, switch IP dan ATM disambungkan secara langsung pada jaringan DWDM. Sedangkan pada sistem tertutup, switch IP dan atau ATM tidak dapat secara langsung dihubungkan ke jaringan DWDM, namun memerlukan perantaraan penjamak SONET/SDH yang berasal dari vendor yang sama dengan vendor perangkat DWDM yang digunakan. Perbandingan teknologi serat optis konvensional dan teknologi DWDM adlah sebagai berikut. 1. Kapasitas serat optis yang dipakai lebih optimal. DWDM dapat mengakomodir banyak cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda dalam sehelai serat optis, sedangkan teknologi serat optis konvensional hanya dapat mentransmisikan satu panjang gelombang dalam sehelai serat optis. Tabel 1. Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi (λ=1550 nm) 23

JURNAL TEKNIK ELEKTRO EMITOR Vol. 2, No. 1, Maret 2002 Gambar 5. Perbandingan sistem DWDM terbuka dan tertutup Gambar 6. Teknologi serat optis konvensional Gambar 7. Teknologi DWDM 2. Instalasi jaringan lebih sederhana. Penambahan kapasitas jaringan pada teknologi serat optis konvensional dilakukan dengan memasang kabel serat optis baru, sedangkan pada DWDM cukup dilakukan penambahan beberapa panjang gelombang baru tanpa harus melakukan perubahan fisik jaringan. 3. Penggunaan penguat lebih efisien. DWDM menggunakan penguat optis yang dapat menguatkan beberapa panjang gelombang sekaligus dengan interval penguatan yang lebih jauh, sehingga penguat optis yang digunakan pada DWDM lebih sedikit dibandingkan pembangkit-ulang yang digunakan pada teknologi serat optis konvensional. Penguat optis yang digunakan dalam teknologi DWDM adalah EDFA. EDFA merupakan serat optis dari bahan silika (SiO2) dengan intinya (core) telah dikotori dengan bahan Erbium (Er 3+ ), termasuk ke dalam golongan Rare-Earth Doped- Fibre Amplifier. Berikut ini adalah beberapa keunggulan yang dimiliki oleh EDFA, sehingga dapat mendukung teknologi DWDM: a. Faktor peroleh EDFA sangat tinggi EDFA pada tahap eksperimen memiliki gain sebesar 40 db, sedangkan perangkat EDFA komersial mempunyai gain 20-30 db dengan memompa energi sebesar 10 mw. b. Bandwidth lebar Ion Erbium melepaskan foton dengan interval panjang gelombang 1.530-1.560 nm atau sama dengan bandwidth sebesar 3 THz. Pada interval tersebut redaman yang terjadi pada serat optis hanya berkisar 0,2 db/km, sehingga EDFA dapat memperkuat puluhan sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda secara bersamaan. c. Noise figure EDFA sangat kecil Noise figure merupakan perbandingan antara S/Nin dengan S/Nout, sehingga untuk transmisi jarak-jauh akan menghasilkan akumulasi derau optis, namun dengan adanya tapis optis pada perangkat EDFA maka noise figure yang muncul sangat kecil. 24

Endah Sudarmilah, DWDM sebagai Solusi Krisis Kapasitas Bandwidth pada Transmisi Data d. Daya keluaran yang besar Daya keluaran pada EDFA meningkat seiring dengan meningkatnya daya diode laser (optical pump). e. Kemudahaan instalasi EDFA mudah diinstalasi karena EDFA juga berbentuk serat. 4. Biaya pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien. Hal ini akibat arsitektur jaringan DWDM lebih sederhana dibandingkan arsitektur jaringan serat optis konvensional. 4. Kesimpulan Dengan analisis perbandingan teknologi DWDM dengan serat optis konvensional seta dengan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh teknologi DWDM merupakan suatu solusi yang tepat untuk krisis kapasitas pada transmisi data dengan kelebihan sebagai berikut. - Transparan terhadap berbagai trafik yang memungkinkan penjamak SONET/SDH, switch IP, dan ATM. - Kapasitas serat optis yang dipakai lebih optimal. - Instalasi jaringan lebih sederhana. - Penggunaan penguat lebih efisien. - Biaya pemasangan, pemeliharaan, dan pengembangan lebih efisien. Daftar Pustaka [1] Awagral, G., 1997, Fiber Optic Communication Systems, 2 nd ed, John Wiley & Sons, New York [2] http://itc.mit.edu/itel/students/papers/dwdm.pdf [3] http://www.cedmagazine.com/ced/2001/0901/dwdm%20chart.pdf [4] http://www.iec.org/online/tutorials/acrobat/dwdm.pdf [5] http://www.iec.org/online/tutorials/acrobat/dwdm_test.pdf [6] http://www.telecomweb.com/cgi/catalog [7] http://www.teracomm.com/productlines/rifocs/dwdm.pdf [8] PalaisJ.C., 1993, Fiber Optic Communication, 2 nd ed, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey [9] Ramaswami, R. and Sivarajan, K., 1998, Optical Networks: A Practical Perspective, Academic Press Morgan Kaufmann [10] Sri Widodo Th., 1997, Komunikasi Optik, Andi Offset, Yogyakarta [11] Stern, T. and Bala, K., 1999, Multi Wavelength Optical Networks: A Layered Approach, Addison Weasley 25

JURNAL TEKNIK ELEKTRO EMITOR Vol. 2, No. 1, Maret 2002 26