PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

NASKAH SEMINAR INTISARI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB III LANDASAN TEORI

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

Pengaruh Penambahan Parutan Karet Ban Gradasi Tipe 2 terhadap Parameter Marshall pada Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course SENTOT HARDWIYONO

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

PENGARUH VARIASI SUHU PENCAMPURAN DAN PEMADATAN CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PENGGUNAAN CTAM (Cement Treated Asphalt Mixture) JIKA DIBANDINGKAN DENGAN LATASTON SEBAGAI LAPIS PERKERASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB III LANDASAN TEORI

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

PENGARUH AGREGAT GABUNGAN TERHADAP HASIL MARSHALL UNTUK HRS-WC DAN HRS-BASE

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE MENGGUNAKAN PENGIKAT SEMARBUT TIPE II

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

PENGGUNAAN LIMBAH PELEBURAN TIMAH (TIN SLAG) SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET- WEARING COURSE UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH SUHU PEMADATAN PADA LAPIS PERKERASAN LATASTON ( HRS WC ) YANG MENGGUNAKAN BAHAN PENGIKAT RETONA BLEND 55

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

konstruksi lapisan perkerasan dimaksudkan agar tegangan yang terjadi sebagai

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COARSE (AC-BC) DENGAN METODE KEPADATAN MUTLAK (PRD) I M.

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ALAMI LATEKS (GETAH KARET) TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS - WC)

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

Transkripsi:

Penggunaan Aspal Buton.. Campuran HRS-B PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta Jl. Tentara Rakyat Mataram 55-57 Yogyakarta 55231 Telp/Fax (0274) 543676 E-mail : zadaahmad@gmail.com ABSTRACT Using of modified asphalt with natural asphalt is another alternative to increase mixing quality. Usually asphalt the aim of modified asphalt to decrease asphalt penetration. For that it is needed see the benefit of using modified asphalt than the natural asphalt. In this research HRS-B mix using 5 asphalt content variation that was 6%, 6, 5%, 7%, 7,5%, 8%. 15 specimen made using asphalt penetration 60/70 and 15 specimen using modified asphalt with natural asphalt with each asphalt content three specimen. Using conventional HRS-B mix as the comparison with the Buton asphalt HRS-B mix Retona Blend 55 type which was marshall characteristic to determine the different about optimum asphalt content, density, VMA, VFA, VIM, stability, flow and Marshall Quotient. The HRS-B mix experiment for optimum asphalt content result for conventional asphalt 7,833% and for buton asphalt retona blend 55 type 7,984 %. According to optimum asphalt content for conventional asphalt obtained stability 1193,182 kg, and 1468,182 kg. for the result above it can be stated that buton asphalt retona blend 55 type in HRS-B mix increasing stability 18,71% which in the brochure increasing up to 30% than conventional asphalt much more less stated in the brochure. Key word: Marshall, Asphalt retona,hrs-b PENDAHULUAN Usaha untuk menghemat penggunaan aspal minyak, mulai dikembangkan penelitian pada road material, terutama penelitian untuk pemanfaatan material lokal seoptimal mungkin diantaranya aspal buton. Aspal buton tipe retona dalam pemanfaatannya dapat digunakan langsung sebagai lapis perkerasan, seal coat, lapis penetrasi, slurry seal dan dalam beberapa hal dapat dimanfaatkan hanya bitumennya saja yang diperoleh dari proses ekstraksi. Aspal buton tipe retona merupakan salah satu aspal alam dengan kandungan bitumen 10-35% dengan ukuran maksimum 1.2 mm (lolos saringan No.16). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang pengaruh penggunaan aspal buton tipe retona Blend 55 terhadap campuran HRS-B yang ditinjau dari sifat-sifat Marshall-nya. Menurut Bina marga, 2006 menyebutkan bahwa Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 merupakan aspal alam buton dengan aspal minyak yang diolah menjadi satu menggunakan alat dengan spesifikasi berupa bitumen minimal 90% dan mineral maksimal 10%. Keunggulan yang dimiliki aspal buton tipe retona blend 55 yaitu: - Meningkatkan kestabilan, ketahanan fatique dan keretakan akibat temperatur. - Kekuatan adhesi dan kohesi yang tinggi, daya tahan air karena, nitrogen base Retona 5.61 ( + 400%). - Usia pelayanan lebih lama (minimal 2 kali) - Mudah digunakan seperti aspal biasa. - Material asing telah dihilangkan dalam proses. - Stabilitas Marshall naik hingga 30%. - Stabilitas dinamis naik hingga 400% (rata-rata di atas 3000 lintasan/menit) Tabel 1. Persyaratan Aspal Dimodifikasi dengan Aspal Alam ISSN 2088 3676 18

JURNAL TEKNIK VOL. 2 NO. 1 / APRIL 2012 Jenis Pemeriksaan Persyaratan Penetrasi (25 o C, 5 detik, 0.1 mm) 40-55 Titik Lembek Min. 55 Titik nyala Min. 225 Daktilitas (25 o C) Min. 50 Berat jenis (25 o C) Min. 1.0 Kelarutan dalam Tricholor Etyhylen; % berat Min. 90 Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat Maks. 2 Penetrasi setelah kehilangan berat;% asli Min. 55 Daktilitas setelah TFOT;% asli Min. 50 Mineral lolos saringan no.100;% Min. 90 Sumber: (CQCMU) Bina Marga, 2006. Tabel 2. Ketentuan sifat campuran lataston Sifat-sifat Campuran Penyerapan aspal Maks. Lataston WC Base 1.7 Jumlah tumbukan per bidang Min. 75 Rongga dalam Min. 3.0 campuran (VIM) Maks (%). 6.0 Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min. 18 17 Rongga terisi aspal (%) Min. 68 Stabilitas Marshall (Kg) Min. 800 Pelelehan (mm) Min. 3 Marshall Quotient (Kg/mm) Min. 250 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 o C Min. 75 Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal) Min. 2 Sumber: (CQCMU) Bina Marga, 2006. Untuk mengetahui kinerja perkerasan parameter yang digunakan adalah sifat marshall meliputi:. Density (Kepadatan), yaitu angka yang menunjukkan tingkat kepadatan suatu campuran perkerasan agregat dan aspal. Semakin besar nilai density atau kerapatan campuran akan semakin baik sehingga kemampuan perkerasan untuk menahan beban besar meningkat. VMA (Voids in the Mineral Aggregate) VMA yaitu banyaknya pori diantara butir-butir agregat di dalam beton aspal padat, dinyatakan dalam persentase. VIM (Void In the Mix) VIM adalah persentase rongga udara terhadap volume total campuran setelah dipadatkan. Nilai VIM akan semakin kecil apabila kadar aspal semakin besar. VIM yang semakin tinggi akan menyebabkan kelelehan yang semakin cepat berupa alur dan retak. VFA (Void Filled with Asphalt) VFA adalah persentase rongga dalam campuran yang terisi aspal yang nilainya akan naik sesuai kenaikan kadar aspal. Stabilitas Stabilitas adalah kemampuan lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas tanpa terjadi deformasi permanen seperti gelombang, alur atau retak. Stabilitas dipengaruhi oleh jumlah pemadatan, gradasi dan penguncian antar agregat, kekerasan agregat, kadar serta viskositas aspal, gesekan antar agregat, jumlah rongga antar agregat dan kohesi antar agregat. Nilai stabilitas diperoleh dari pembacaan arloji stabilitas pada saat tes Marshall dan masih harus dikoreksi dengan faktor koreksi. Flow (Kelelehan) Kelelehan menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis keras akibat beban yang diterimanya. Nilai flow yang tinggi menandakan campuran bersifat plastis dan lebih mampu mengikuti deformasi akibat adanya beban. Sebaliknya nilai flow yang rendah, campuran akan bersifat kaku dan getas dan biasanya durabilitas (keawetan) akan rendah juga. Nilai flow pada arloji dalam satuan inci maka harus dikonversi dalam satuan milimeter. Marshall Quotient (MQ) Marshall Quotient merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Semakin besar nilai MQ maka campuran akan bersifat kaku, begitupun sebaliknya semakin kecil nilai MQ maka lapisan bersifat lentur/plastis. 19 ISSN 2088 3676

Penggunaan Aspal Buton.. Campuran HRS-B METODE PENELITIAN Bahan Penelitian, bahan yang digunakan dalam penelitian berupa agregat kasar/ Coarse Aggregate (CA), agregat menengah/ Medium Aggregate (MA), agregat halus (pasir) dan abu batu yang kesemuanya diambil dari sumber material Clereng Kulon Progo, sedangkan aspal yang digunakan jenis aspal pertamina penetrasi 60/70, dan aspal buton tipe retona blend 55. Proses penelitian dimulai dengan menguji kualitas bahan susun meliputi pengujian agregat, aspal penetrasi dan aspal buton retona blend 55. Langkah selanjutnya adalah membuat benda uji marshall dengan kadar aspal mulai 6 % sampai 8 % selisih 0,5% baik untuk campuran aspal penetrasi maupun aspal buton, kemudian setiap benda uji diuji untuk mengetahui sifat marshallnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 dan sifat marshall seperti pada tabel 3.: Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Aspal Buton Tipe Retona Blend 55. Jenis Pemeriksaan Satuan Syarat Hasil Penetrasi 0,1 mm 40 55 73,8 Titik lembek C Min. 55 47,25 Titik nyala C Min. 225 340 Berat jenis - Min 1 1,126 Kelekatan agregat terhadap aspal % Min 95 95,5 Kelarutan dalam CCl 4 % Min. 90 92 Daktilitas, 25 0 C, Cm Min. 50 116 Hasil uji Marshall pada campuran HRS- B (Hot Rolled Sheet-B) konvensional maupun yang menggunakan Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 didapat nilai Density,VMA, VIM, VFA, Flow, dan Marshall Quotient dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Marshall untuk Kadar Aspal OptimumCampuran HRS-B 7% pada campuran HRS-B konvensional ini disebabkan karena kadar aspal yang terserap agregat lebih banyak, sedangkan pada campuran Aspal Buton Tipe Sifat Marshall Density (gr/cc) VMA (%) VFA (%) VIM (%) Stabilitas (kg) Flow (mm) MQ (kg/mm) Konvensional dan aspal buton Retona Kadar Aspal 7.833 % 2.318 19.622 83.298 2.565 1193.182 5.169 229.293 Kadar Aspal Retona 7.984 % 2.262 21.73 68.404 6.209 1468.182 5.325 279.798 Kepadatan Density dan VMA Berdasarkan gambar 1. dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan density kemudian dengan penambahan kadar aspal kemudian menurun pada kadar aspal 7,5% pada campuran HRS-B konvensional sedangkan pada campuran Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 dengan bertambahnya kadar aspal terjadi penurunan kemudian mengalami kenaikan nilai density pada kadar aspal 7,5%. Hal ini disebabkan karena kadar aspal yang mengisi rongga antara butiran semakin padat. 2,4 2,318 2,3 2,262 2,2 GRAFIK DENSITY 2,1 7,833 7,984 Normal Retona Poly. Normal Poly. Retona Gambar 1. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Density Berdasarkan gambar 2. dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya kadar aspal terjadi kenaikan nilai VMA pada kadar aspal Retona Blend 55 dengan bertambahnya kadar aspal mengalami kenaikan kemudian mengalami penurunan nilai density pada kadar aspal 7% ini disebabkan karena aspal yang ISSN 2088 3676 20

JURNAL TEKNIK VOL. 2 NO. 1 / APRIL 2012 terserap agregat sedikit. Nilai VMA maksimum yang terjadi pada campuran HRS- B konvensional adalah 18,819% dan campuran HRS-B Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 nilainya 22,802%. GRAFIK VMA 21,73 19,622 23 22 21 20 19 18 7,833 7,984 Normal Retona Poly. Normal Poly. Retona Gambar 2. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan VMA VFA dan VIM Berdasarkan gambar 3. dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya kadar aspal maka nilai VFA akan bertambah dan rongga udara yang tersedia menjadi sedikit. Nilai VFA maksimum untuk campuran HRS-B konvensioal sebesar 84.246% terjadi pada kadar aspal 8%, sedangkan nilai VFA maksimum untuk campuran HRS-B dengan Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 terjadi pada kadar aspal 8% sebesar 67.830%. Berdasarkan gambar 4. terlihat bahwa dengan bertambahnya kadar aspal maka nilai VIM semakin kecil. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya kadar aspal maka jumlah rongga udara yang ada pada campuran menjadi kecil. Nilai VIM terkecil untuk campuran HRS-B konvensional yaitu 2.296% terjadi pada kadar aspal 8% sedangkan untuk campuran HRS-B Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 nilai VIM terkecil terjadi pada kadar aspal 8% sebesar 6.356%. Stabilitas dan Flow Berdasarkan gambar 5 dapat terlihat bahwa dengan penambahan kadar aspal pada campuran HRS-B konvensional mengalami kenaikan sedikit terus penurunan nilai stabilitas, sedangkan untuk campuran Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 nilai stabilitasnya terus naik dan mencapai puncak pada kadar aspal 7% kemudian cenderung menurun. 21 ISSN 2088 3676

(kg ) Penggunaan Aspal Buton.. Campuran HRS-B 2,56 5 6,20 9 1 1 0 9 8 7 6 5 4 3 2 6 6,5 7 7, %KADAR 5 Reton ASPAL Norma lpoly. Normal GRAFIK VIM apoly. Retona GRAFIK STABILITAS Maks. Min. Gambar 4. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan VIM dengan VFA 7.83 3 7.98 48 1600 1468,18 1300 1193,18 1000 7,833 7,984 Normal Retona Poly. Normal Poly. Retona Gambar 5. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas Kadar aspal yang terlalu tinggi menyebabkan perubahan fungsi aspal sebagai pengikat menjadi pelicin dan mudah terjadi bleeding. Nilai stabilitas maksimum untuk campuran HRS-B konvensional sebesar 1547.944 kg pada kadar aspal 6,5%, sedangkan untuk campuran HRS-B Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 stabilitasnya sebesar 1766.203 kg terjadi pada kadar aspal 7%. Untuk mengetahui kenaikan stabilitas antara aspal konvensional dan Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 akan dilakukan dengan cara perhitungan sebagai berikut: A B x100% A dengan: A : stabilitas campuran normal B : stabilitas campuran dengan aspal retona blend 55 1468,182 1193,182 x100% 1468,182 = 18,731 % < 30%1468,182 ISSN 2088 3676 22

JURNAL TEKNIK VOL. 2 NO. 1 / APRIL 2012 Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa porsentase stabilitas Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 hanya naiksebesar 18,731% sedangkan di brosur stabilitas naiknya hingga 30% dari aspal konvensional jadi masih jauh dari yang diinginkan dan perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam agar mendapatkan hasil yang diinginkan sehingga dapat memenuhi standar spesifikasi Depkimpraswil. Berdasarkan gambar 6. dapat dilihat bahwa nilai flow untuk campuran HRS-B konvensional dengan bertambahnya kadar aspal terlihat nilai flow cenderung meningkat sampai kadar aspal 8% karena penyerapan aspal yang baik pada agregat meningkat, sedang campuran HRS-B Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 nilai flow naik kemudian cenderung menurun setelah kadar aspal mencapai 7,5% disebabkan karena penyerapan aspal yang tidak seimbang dengan agregat. Nilai flow terbesar untuk campuran HRS-B konvensional terjadi pada kadar aspal 7,5% sebesar 5.267 mm dan nilai flow tertinggi untuk campuran HRS-B Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 sebesar 5.967 mm terjadi pada kadar aspal 7.5%. GRAFIK FLOW 5,32 5 6 5,2 5,16 4,4 9 3,6 2,8 2 Norma lpoly. Normal Reton apoly Retona Mi n 7,83 3 7,98 4 4 Gambar 6. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Flow dengan Marshall Quotient 500 GRAFIK MQ 400 300 279.798 229,293 200 100 Normal Retona Min Poly. Normal Poly. Retona 7,666 7,833 7,984 Gambar 7. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quotient 23 ISSN 2088 3676

Penggunaan Aspal Buton.. Campuran HRS-B Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat bahwa nilai Marshall Quotient pada campuran konvensional dan campuran HRS-B Aspal Buton Tipe Retona Blend mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar aspal, karena nilai stabilitas yang dihasilkan pada campuran sebelum mencapai kadar aspal optimum semakin getas karena stabilitasnya yang tinggi. Nilai Marshall Quotient maksimum untuk campuran HRS-B konvensional sebesar 419.354 kg/mm terjadi pada kadar aspal 6%, sedangkan untuk campuran HRS-B Aspal Buton Tipe Retona Blend nilai Marshall Quotient tertinggi pada kadar aspal 6% sebesar 391.814 kg/mm. KESIMPULAN 1. Benda uji campuran Hot Rolled Sheet-B (HRS-B) dengan Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 memenuhi kriteria campuran Hot Rolled Sheet-B (HRS -B) yang disyaratkan dalam Anonim, 1994. Dengan melihat hasil penelitian yang ditinjau dari sifat Marshall didapat kadar aspal optimum 7,833% dan HRS-B dengan Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 pada kadar aspal optimum 7,984%. 2. dari hasil uji Marshall berdasarkan kadar aspal optimum, diperoleh stabilitas campuran Hot Rolled Sheet-B (HRS -B) yaitu 1193,182 kg, lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai stabilitas campuran Hot Rolled Sheet-B (HRS -B) Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 yaitu 1468,182 kg. 3. Melihat hasil di atas dapat disimpulkan bahwa Aspal Buton Tipe Retona Blend 55 pada campuran HRS-B dapat meningkatkan stabilitas sebesar 18,731% sedangkan di brosur stabilitas naiknya hingga 30% dari aspal konvensional jadi masih jauh dari yang dijanjikan dalam brosur. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1983, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Atas Aspal Beton Flexible (LATASTON) No. 12/PT/B/1983, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Anonim, 1983, Manual Supervisi Lapangan Untuk Pengendalian Mutu Pada Kontrak Pemeliharaan Dan Peningkatan Jalan, CQCMU Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Anonim, 1988, Aspal Campuran Panas Dengan Durabilitas Tinggi, Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Anonim, 1994, Spesifikasi Umum HRS, Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Anonim, 2000, New Specification, Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Anonim, 2002, Info ASBUTON, Edisi Perdana Volume 1. Kreb.D dan Walker., 1971, Highway Material, Mc Graw Hill Book Company, Virginia. Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung. Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta. ISSN 2088 3676 24