IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 55 BT dan 05 48 -



dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan 5 5 -

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa didasarkan pada

I. PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan salah satu Taman Hutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Maksud Penyusunan RPHJP KPHL Batutegi ini adalah : Adapun Tujuan Penyusunan RPHJP-KPHL ini, antara lain :

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH

SYA SY IFUL U BAC BA HR H I, MM. KEPA KEP LA LA DINA DIN S

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Ringkasan Publik PT. Mitra Hutani Jaya

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. Hutan kemasyarakatan (HKm) sebagai sistem pengelolaan hutan yang

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

Gambar 2. Peta Identifikasi Gapoktan pada Kelola Wilayah KPHL Batutegi pada Skala 1: (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014).

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. No. 408/Kpts-II/1993. Hutan Pendidikan merupakan hasil dari Perjanjian

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL KABUPATEN MUKOMUKO PROPINSI BENGKULU

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

Hutan Desa Oleh: Arief Tajalli dan Dwi P. Lestari. Serial: BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

I. PENDAHULUAN. Hutan pada hakekatnya mempunyai karakteristik multi fungsi yang bersifat

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

I. PENDAHULUAN. hutan dan hasil hutan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya

Penggunaan Jerat dalam perburuan liar: Pengetahuan masyarakat di perbatasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN. Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH

MATRIKS RENCANA KERJA TA DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan kekayaan keanekaragaman

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Taman Agro Satwa Wisata Bumi Kedaton. Keberadaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort di Kota

Lampiran 1. Daftar Amanat UU yang dijadikan acuan penilaian tingkat respon pemerintah daerah terhadap UU

PERAN MASYARAKAT DALAM MONITORING KARBON

EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG

Nomor : S. /PHM-1/2012 Januari 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Minggu I Bulan Januari 2012

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kehutanan, 2008). Hutan Indonesia sebagai salah satu sub sektor pertanian

Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA MANUNGGAL Desa Sukakarya STL Terawas Ulu Musi Rawas

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Profil Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mesuji

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

I. PENDAHULUAN. Tembakau merupakan salah satu komoditas ekspor, produksi tembakau selain

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan lindung register 39 Kota Agung Utara,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

I. PENDAHULUAN. Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan salah satu dari dua. taman nasional yang terdapat di Provinsi Lampung selain Taman Nasional

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENATAAN KORIDOR RIMBA

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

I. PENDAHULUAN. Kerusakan hutan dapat menurunkan produktivitas sumber daya hutan, sehingga hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pagelaran Utara merupakan Kecamatan yang baru terbentuk pada

I. PENDAHULUAN. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan hutan pada tingkat tapak, melalui

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.37/Menhut-II/2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HUTAN TANAMAN RAKYAT Oleh : Agus Budhi Prasetyo PENDAHULUAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan

RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)

VISI & MISI DINAS KEHUTANAN

Disiapkan oleh Yayasan Ekosistem Lestari dan Walhi Jakarta, 13 Mei 2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Transkripsi:

24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 55 BT dan 05 48-5 22 LS. Secara administrasif KPHL Batutegi, berada di empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Tanggamus, Lampung Barat, Lampung Tengah dan Kabupaten Pringsewu. Areal KPHL Batutegi merupakan kawasan hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Tanggamus. KPHL Batutegi meliputi sebagian kawasan hutan lindung register 39 Kota Agung Utara, sebagian kawasan hutan lindung register 22 Way Waya dan sebagian kawasan hutan lindung register 32 Bukit Ridingan. Luas areal kelola KPHL Batetegi berdasarkan SK Menhut Nomor: SK.68/Menhut-II/2010 tanggal 28 Januari 2010 adalah 58.174 Ha (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2013). B. Fungsi Kawasan Hutan KPHL Batutegi merupakan salah satu DAS prioritas di Provinsi Lampung, karena fungsinya sebagai areal tangkapan air dan sumber air bagi irigasi yang mengairi sawah-sawah di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Metro dan beberapa Kabupaten lain seluas ± 66.533 hektar, sebagai pembangkit tenaga

25 Listrik dengan kapasitas 28 MW, dan sebagai sumber air baku sebanyak 2.250 liter/detik. Peta KPHL Model Batutegi lampung dapat dilihat pada Gambar 4 dan peta lokasi penelitian Blok Kalijernih dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 4. Peta KPHL Model Batutegi Lampung skala 1:200.000 (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2013).

26 Gambar 5. Peta lokasi Blok Kalijernih skala 1:12.500 dengan luas 132,096 ha (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2013). C. Pemanfaatan Kawasan Hutan Areal KPHL Batutegi seluas + 35.000 hektar dimanfaatkan oleh masyarakat kelompok tani HKm di areal tersebut. Sedangkan, + 10.000 hektar dari areal tersebut merupakan kawasan lindung sebagai lokasi pelepasliaran satwa tertentu. Pada lokasi tersebut diketahui terdapat sedikitnya 15 jenis mamalia besar diantaranya siamang (Symphalangus syndactylus), simpai (Presbitis melalophos), babi hutan ( Sus scrofa), rusa sambar ( Cervus unicolor), jejak harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), jejak, dan feses beruang madu (Helarctos malayanus) dan sedikitnya terdapat 46 jenis burung antara lain elang bondol (Haliastur indus), dan rangkong (Buceros sp). Jenis tumbuhan yang umum dijumpai untuk tingkatan pohon yaitu terap ( Artocarpus elasticus), pasang ( Quercus blumeana), durian

27 hutan ( Durio zibethinus), meranti ( Shorea sp), cengkeh (Eughenia sp), dahu (Dracontolemon sp), rambutan (Nephelium sp),beringin (Ficus sp), dll (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2013). D. Pembagian Wilayah Pengelolaan KPHL Batutegi dibagi menjadi enam resort yang masing-masing dikepalai oleh satu orang kepala resort. E. Program Hutan Kemasyarakatan (HKm) Program HKm yang terdapat di KPHL Batutegi terdiri dari beberapa gapoktan, diantaranya: register 32 sebanyak 5 gapoktan, register 39 sebanyak 11 gapoktan dan Register 22 sebanyak 4 gapoktan. Sepuluh gapoktan telah mendapatkan ijin pengelolaan HKm 2007 2010, empat sedang dalam tahap fasilitasi dan enam sudah diusulkan untuk mendapatkan areal penetapan yang telah diverifikasi oleh Kementerian Kehutanan Pusat Jakarta. F. Komoditi Unggulan Saat ini yang diusahakan petani merupakan komoditi unggulan dari wilayah KPHL Batutegi Lampung ini. Komoditi unggulan yang diusahakan oleh masyarakat sekitar areal KPHL Batutegi Lampung antara lain: kopi, lada, kakao, pala, kemiri, dan, durian.

28 G. Rencana Pengelolaan Visi KPHL Batutegi Terwujudnya KPHL Batutegi yang Mandiri berbasis Partisipasi Masyarakat Tahun 2022. Sedangkan Misi KPHL Batutegi adalah sebagai berikut (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2013). 1. Pemantapan dan optimalisasi pengelolaan kawasan KPHL Batutegi, serta penegakan hukum bidang kehutanan. 2. Rehabilitasi lahan kritis dan peningkatan fungsi lindung. 3. Pengembangan dan peningkatan SDM pengelola KPHL Batutegi. 4. Penguatan kelembagaan dan peningkatan peran Gapoktan (Gabungan Kelompok Petani Hutan) dalam penggarapan lahan hutan. 5. Percepatan dan optimalisasi pemanfaatan, serta pengembangan pengusahaan hasil hutan bukan kayu.