IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan 5 5 -

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan LS. Secara administrasi berada di 4 (empat) Kabupaten yaitu K abupaten Tanggamus, Lampung Barat, Lampung Tengah dan Pringsewu. Wilayah KPHL Batutegi meliputi sebagian kawasan Hutan Lindung Register 39 Kota Agung Utara, sebagian kawasan Hutan Lindung Register 22 Way Waya dan sebagian kawasan Hutan lindung Register 32 Bukit Rindingan. Berdasarkan SK Menhut No SK.68/Menhut-II/2010 tanggal 28 januari 2010, memiliki luas areal kelola ha (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014). Batas-batas wilayah KPHL Batutegi meliputi sebagai berikut: 1) Sebelah utara : Non Hutan (APL) dan KPHL Unit VII 2) Sebelah selatan : Non Hutan (APL) 3) Sebelah barat : Non Hutan (APL) dan KPHL Kota Agung Utara 4) Sebelah timur : Non Hutan (APL) dan KPHL Unit VII ( Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014).

2 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pengelolaan kawasan hutan Batutegi dibagi menjadi dua (2) blok yaitu blok inti dan blok pemanfaatan. Blok Inti, difungsikan sebagai perlindungan tata air dan perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan. Sedangkan blok pemanfaatan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan yang berfungsi hutan lindung (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014). Blok pemanfaatan terdiri atas area yang memiliki IUHKm, area yang belum mendapat izin karena masih dalam tahap pengajuan dan menunggu izin dikeluarkan dan area tidak ada kelompok tani. Masyarakat pengelola HKm atau penggarap dalam pengusahaan lahan membentuk Gapoktan. Upaya mengefisiensi pembinaan Gapoktan yang telah terbentuk, wilayah kelola KPHL dibagi menjadi 6 (enam) Resort, keenam Resort tersebut yaitu Resort Ulu Semong, Resort Datar Setuju, Resort Way Sekampung, Resort Banjaran, Resort Batulima dan Resort Way Waya (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014). Penyebaran Gapoktan yang telah terbentuk, jumlah anggota, luas lahan garap petani dan status IUPHKm pada masing-masing resort dapat dilihat pada Tabel 1.

3 25 Tabel 1. Penyebaran Gapoktan pada masing-masing Resort di KPHL Batutegi N Nama Jumlah IUPHKm Luas (ha) o Resort Gapoktan (±KK) Sudah Belum 1 Ulu Semong Tribuana ±440 ±678,37 Wana Jaya ±801 ±1.781,20 2 Datar Setuju Bina Wana ±414 ±1.592,40 Jaya 1 Bina Wana Jaya 2 ±281 ±1.044,80 Sinar Harapan ±471 ±5.031,44 3 Way Sekampung Mandiri Lestari ±235 ±1.401,80 Wana Tani Lestari ±423 ±3.200,00 4 Banjaran Margo Rukun ±400 ±1.428,70 Harapan ±273 ±300,00 sentosa Karya Tani ±656 ±1.977,60 Mandiri Hijau Makmur ±656 ±1.190,00 Karya Bakti ±669 ±1.896,40 Sidodadi ±392 ±2.214,08 Trisno Wana ±400 ±1096,139 Jaya 5 Batulima KPPM ±304 ±593,58 Mahardika ±390 ± 2.366,50 6 Way waya Wana Lestari ±1.500 ±4000,00 Sumber ± 670 ±1.405,22 Makmur Sumber Tani Makmur ±1.281 ±2.230,00 Jumlah ± ±37.297,08 Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Lampung (2014). 4.3 Penutupan Vegetasi Berdasarkan Peta Citra Landsat Provinsi Lampung Tahun 2008, tutupan lahan pada areal KPHL Batutegi terdiri dari hutan lahan kering (0,71%), hutan lahan kering sekunder (1,92%), semak belukar (2,22%) dan pertanian lahan kering bercampur dengan semak/kebun campur (95%). Kawasan hutan ini sebagian besar telah digarap oleh masyarakat dengan tanaman pokok kopi dan kakao.

4 Keadaan Sosial Budaya Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan Wilayah KPHL Batutegi berhimpitan dengan ± 20 desa pada tiga kecamatan di Kabupaten Tanggamus, satu desa di Kabupaten Pringsewu, satu desa di Kabupaten Lampung Barat dan dua desa di Kabupaten Lampung Tengah. Mata pencaharian penduduk sekitar KPHL Batutegi adalah di sektor pertanian dengan produk unggulan kopi dan kakao. Sebagian kecil lainnya sebagai pegawai negeri dan sektor jasa. Masyarakat penggarap merupakan multikultur karena berasal dari berbagai suku. Suku-suku tersebut didominasi oleh Suku Jawa, Sunda, Semendo dan Lampung (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014). 4.5 Lokasi Fokus Penelitian Penelitian dilakukan di area Gapoktan Karya Tani Mandiri yaitu di areal KHL Register 32 Bukit Rindingan dan sebagian Register 39 Kota Agung Utara, dengan luas areal IUPHKm ± 1.977,60 ha. Adapun batas wilayah area Gapoktan Kelompok Karya Tani Mandiri adalah sebagai berikut: 1. Batas utara : Hutan Marga dan Desa Penantian 2. Batas barat : Gapoktan Karya Bakti Mandiri dan Bakti Mandiri 3. Batas selatan : Gapoktan Sidodadi 4. Batas timur : Gapoktan Margo Rukun (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014).

5 Kegiatan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Pemanfaatan HKm pada wilayah KPHL Batutegi didominasi untuk berkebun dengan jenis tanaman utama kopi dan kakao. Masyarakat pengelola HKm Batutegi terdiri dari masyarakat yang telah memiliki IUPHKm dan belum memiliki IUHKm. Adapun jumlah yang telah mimiliki IUPHKm sebanyak 10 unit Gapoktan dari total 24 yang ada. 14 sisanya, 8 diantarnya telah diverifikasi Kementerian Kehutanan dan 6 yang lain sedang dalam tahap fasilitasi pengajuan permohonan IUPHKm (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014). Surat keputusan dari pemerintah berdasarkan pengajuan IUPHKm diterima masyarakat pada tahun 2007 dalam SK Menhut No 433/Menhut-II/2007 tanggal 11 Desember 2007 dan SK Bupati No B.337/23/03/2007 tanggal (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014). Sementara itu berdasarkan penuturan salah satu responden, diketahui bahwa kegiatan pertanian dalam hutan sudah dimulai sejak tahun Menurut Wulandari (2009), kebijakan tata hutan dan penyusuanan rencana pengelolaan serta pemanfaatan hutan, kebijakan HKm diberbagai daerah di Indonesia dimulai dari SK Menteri kehutanan No 622/Kpts- II/1995. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat pengelola HKm dahulunya adalah perambah.