Penentuan Parameter Teknis Ekspansi Beras (Oryza sativa) Pada Beberapa Variasi Lama Pemasakan dan Jumlah Air

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Komposisi Sari Jagung Manis dan Karagenan Pada Kualitas Jeli Jagung Manis

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

A. WAKTU DAN TEMPAT B. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN. 1. Penelitian Tahap I

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

MEMPELAJARI PENGARUH KONSENTRASI RAGI DALAM FORMULASI INOKULUM FERMENTASI DAN LAMA PENYANGRAIAN TERHADAP MUTU KOPI BUBUK

TINJAUAN PUSTAKA Beras Struktur Beras Penggilingan Padi menjadi Beras

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN METODE PEMASAKAN TERHADAP KARAKTERISTIK BERAS MERAH

PENGARUH EDIBLE COATING DARI PATI JAGUNG DAN LAMA PENCELUPAN TERHADAP MUTU BUAH NENAS TEROLAH MINIMAL

STUDI PENGARUH JUMLAH AIR DAN LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU KOPI INSTAN SECARA MIKROENKAPSULASI

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

METODOLOGI PENELITIAN

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

PENGARUH PENGGUNAAN ENZIM BROMELIN DARI EKSTRAK NANAS DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN CITA RASA DAGING ITIK LOKAL (Anas plathyrynchos)


METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

STUDI PENGARUH JUMLAH FORMULASI RAGI INOKULUM DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP MUTU BIJI KOPI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAB III METODE PENELITIAN

SIFAT FISIKO-KIMIA PRODUK EKSTRUSI DARI BERAS DENGAN SUBTITUSI RICE BRAN ABSTRACT

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI

SUATU KAJIAN TENTANG PENGAWETAN IKAN MENGGUNAKAN LARUTAN GARAM DINGIN SKRIPSI. Oleh: KORNEL LUMBANTORUAN / THP

PENGUJIAN MUTU BERAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

PENGARUH LAMA PEREBUSAN DAN LAMA PENYANGRAIAN DENGAN KUALI TANAH LIAT TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

LAPORAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP MINUMAN HERBAL TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.)

PEMANFAATAN DAUN KERSEN (Muntingia calabura) SEBAGAI PERMEN JELLY TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN. Abstrak

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat B. Bahan dan Alat C. Tahapan Penelitian 1. Persiapan bahan

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI

Oleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK PATI SAGU (Metroxylon sago Rottb.) MODIFIKASI KIMIA DENGAN PERLAKUKAN SODIUM TRIPOLYPHOSPHATE (STPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS NABATI

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK UBI JALAR PADA ALAT PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP SKRIPSI OLEH DEWI SARTIKA T

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

BAB III BAHAN DAN METODE

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

PENGARUH PROSES PENUAAN ARTIFISIAL PADA BERAS TERHADAP SIFAT SIFAT FISIKA-KIMIA ABSTRAK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

PENGARUH KONSENTRASI TAPIOKA PADA BERAS VARIETAS MENTIK (Oryza sativa var. Mentik) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA RICE PAPER

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK JELLY DRINK AIR KELAPA DENGAN VARIASI KONSENTRASI KARAGENAN SKRIPSI OLEH: CECILIA SENDUK

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN CALCIUM CHLORIDE TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MANISAN KERING BUAH BELIMBING WULUH

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

KARAKTERISTIK MUTU PATI UBI TALAS (Colocasia esculenta) PADA PERBANDINGAN AIR DENGAN HANCURAN UBI TALAS DAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT SKRIPSI

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

Sifat Fisik Dan Organoleptik Jamu Instan Plus

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

OPTIMASI LAMA PERENDAMAN JAGUNG UNTUK PREPARASI PEMASAKAN DALAM OTOKLAF DAN PENGGORENGAN

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PADA PENYIMPANAN DINGIN TEMPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DENGAN PENGEMASAN VAKUM MENGGUNAKAN MODEL ARRHENIUS

3. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN EDIBLE COATING GEL LIDAH BUAYA TERHADAP PERUBAHAN WARNA, KEKERASAN, DAN ORGANOLEPTIK BUAH TOMAT SELAMA PENYIMPANAN

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

STEVIA ISSN No Vol. I No. 01-Januari 2011

ANALISIS KANDUNGAN ZAT GIZI SOUN GANYONG (Canna edulis) DAN DAYA TERIMA KONSUMEN

Transkripsi:

Penentuan Parameter Teknis Ekspansi Beras (Oryza sativa) Pada Beberapa Variasi Lama Pemasakan dan Jumlah Air Indera Sadana Wibawa, Bambang Dwi Argo, Yusuf Hendrawan Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Penulis Korespondensi, Email: the.last.senses@gmail.com ABSTRAK Beras merupakan salah satu tanaman pangan utama dari hampir setengah populasi dunia. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terbesar mengkonsumsi beras di dunia. Beras dijadikan sumber karbohidrat utama hampir di seluruh daerah di Indonesia karena mudah diperoleh, rasanya yang enak dan dapat dikombinasikan dengan bahan pangan lain. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh lama pemasakan dan terhadap koefisien muai volume dan yang diserap pada nasi. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode faktorial-ral. Faktor pertama adalah lama waktu pemasakan meliputi 12 menit, 14 menit dan 16 menit. Faktor kedua adalah 100 ml, 150 ml dan 200 ml. Kemudian akan dianalisis ekspansi volume, air yang diserap, kadar air dan organoleptik meliputi aroma, kenampakan, tekstur dan rasa. Hasil penelitian ini dapat dilihat ekspansi volume tertinggi berada pada lama pemasakan 16 menit yaitu 0,034/ o C.Penyerapan air oleh nasi terbesar pada lama pemasakan 14 menit dan sebanyak 200 ml yaitu (138,755 g), kadar air tertinggi (64,116%) terdapat pada lama pemasakan 14 menit dengan sebanyak 200 ml. Sedangkan kadar air terendah (50,889%) terdapat pada lama pemasakan 16 menit dengan sebanyak 100 ml. Penilaian aroma tertinggi sebesar 4,7. Penilaian kenampakan tertinggi yaitu sebesar 4,5. Penilaian tekstur tertinggi yaitu sebesar 4,5 dan penilaian rasa tertinggi yaitu sebesar 4,4. Kata kunci: Nasi, koefisien muai volume, ekspansi volume, penyerapan air. Determination of Rice (Oryza sativa) Volume Expansion on Some Variation of Cooking Time and Water Amount ABSTRACT Rice is staple food for almost half of world`s population. Because of its sustainability and tasty Indonesian people have been choosing rice as carbohydrate source. This research was aimed to study the effect of cooking time and water amount to expansion volume coefficient and amount of absorbed water in rice. Method used in this study was factorial completely randomized design. First factor was cooking time including 12 Minutes, 14 minutes and 16 minutes. Second factor was water amount including 100 ml, 150 ml and 200 ml. Volume expansion, absorbed water, water content and organoleptic including aroma, appearance, texture, and taste were then analyzed. Result showed that the highest volume expansion was at water amount 200 ml and the little water amount used, the smaller of volume expansion. The highest volume expansion was reached at cooking time 16 minutes 0.034/ o C.Highest water absorbed was at cooking time 14 minutes with water amount of 200 ml for (138.755 g), the highest water content (64.116%) was got in cooking time 14 minutes with water amount of 200 ml. However the lowest water content (50,889%) was got in cooking time 16 minutes with water amount of 100 ml, the best aroma is 4.7.The best appearance is 4.5.The best texture is 4.5 and the best taste is 4.4. Key words: Rice, volume expansion coefficient, volume expansion, water absorption 154

PENDAHULUAN Beras merupakan bagian dari tanaman padi (Oryza Sativa, L.). Gabah adalah butir padi yang telah rontok dari malainya. Butir gabah terdiri dari bagian yang dapat dimakan disebut Caryopsis dan satu bagian lagi yang merupakan struktur kulit yang disebut sekam. Bagian sekam adalah 18 sampai 28 % dari bobot gabah. Gabah yang dikupas akan menghasilkan beras pecah kulit (brown rice). Apabila beras pecah kulit tersebut disosoh maka akan diperoleh beras giling (milled rice). Beras merupakan satu-satunya jenis biji-bijian yang sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk biji utuh (Winarno, 1984). Bagian butir beras (brown rice) terdiri dari lapisan pericarp, testa atau tegmen, lapisan aluron, endosperm dan embrio (Juliano, 1972). Beras memiliki sifat-sifat unik jika diolah dalam hal ini dimasak. Proses pemasakan beras dengan menggunakan panas yang terdapat dalam air yang dituangkan bersama dengan beras akan menimbulkan suatu reaksi fisikokimia yang merubah bentuk, ukuran serta warna pada beras. Oleh sebab itu dilakukan penelitian ini untuk mengamati dan mempelajari apa saja perubahan yang terjadi saat beras diberi air panas terutama muai/ekspansi volumenya. Hasil dari penelitian ini nantinya akan bisa digunakan untuk mengoptimalkan pembuatan produk-produk atau makanan berbahan dasar beras. Dari perhitungan nilai ekspansi volume yang didapat digunakan sebagai dasar untuk merancang kapasitas volume sebuah rice cooker dengan menentukan volume maksimal yang diperlukan untuk jenis beras yang digunakan dalam penelitian ini. Alat dan Bahan METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras jenis IR-64 dan akuades. Rice cooker merk Yong Ma Mini Cook model MC300 kapasitas 0,3 Liter untuk memasak, timbangan digital untuk mengukur berat, gelas ukur untuk mengukur volume air, plastik klip untuk membungkus sampel, termometer untuk mengukur suhu nasi, meteran untuk mengukur volume nasi, oven untuk mengeringkan bahan, cawan aluminium sebagai wadah untuk pengeringan, stopwatch untuk menghitung waktu, ayakan untuk sortasi biji. Metode Penelitian Percobaan dilakukan secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor 1 adalah waktu pemasakan. Faktor II adalah. Masing-masing perlakuan diulangi sebanyak 3 kali. Untuk beras yang digunakan pada semua perlakuan sebanyak 100 gram. Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui adanya pengaruh adanya interaksi dari variabel, yaitu variabel dan lama pemasakan terhadap koefisian muai volume, kadar air, yang diserap dan organoleptik. Kemudian akan dibandingkan hasil analisa masing-masing perlakuan dan diambil perlakuan mana yang terbaik dalam penelitian ini. Ekspansi volume Pengukuran pertama yaitu mengukur ekspansi volume pada beras dilakukan dengan mengamati perubahan ukuran dari dimensi beras yang telah dimasak. Untuk mengukur perubahan dimensi volume/ muai volume dapat dilihat pada persaman : γ = V Vo Vo ΔT Keterangan : ΔT = perubahan temperatur (C o ) V o = volume awal (m 3 ) ΔV = perubahan volume (m 3 ) 155

koef. ekspansi volume ( o C -1 ) γ = koefisien muai volume ( o C -1 ) V = Volume akhir (m 3 ) Kadar air metode oven (AOAC, 1995). Kadar air diukur dengan metode oven biasa karena kandungan bahan volatil pada sampel rendah dan sampel tidak mengalami degradasi pada suhu 100 o C yaitu dengan suhu 105 o C dalam waktu 12 sampai 24 jam. Kadar air (%bb) = (x y) (x a) 100% Keterangan : x= berat cawan ditambah berat sampel sebelum dikeringkan (g). y = berat cawan ditambah berat sampel setelah dikeringkan (g). a = adalah berat cawan kosong (g). Air yang diserap Untuk mengetahui berapa yang diserap oleh nasi yang perlu diketahui yaitu berat beras sebelum dimasak dan berat nasi setelah dimasak. Air yang diserap (g) = berat total nasi (g) berat beras (g) Organoleptik (Lawless dan Heymann, 1998) Pengujian organoleptik meliputi aroma, kenampakan, tekstur dan rasa pada uji panelis sebanyak 20 orang mahasiswa. Metode yang digunakan yaitu setelah proses pembuatan selesai kemudian diberikan pada panelis masing-masing sampel dihari yang sama. Setelah panelis mendapatkan sampel, kemudian mengamati dan mencoba sampel yang diberikan, setelah itu panelis mengisi kuisioner yang diberikan. Hal ini untuk mengetahui respon panelis yang berbeda-beda pada setiap sampel (Lawless dan Heymann, 1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Jumlah Air dan Lama Pemasakan Terhadap Ekspansi Volume Nasi Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien ekspansi volume nasi dari beras jenis IR-64 berkisar antara 0,011/ o C - 0,034/ o C. Pada Gambar 1 menunjukkan grafik perbandingan pengembangan volume pada berbagai perlakuan. 0,040 0,035 0,030 0,025 0,020 0,015 0,010 0,005 0,000 0,034 0,028 0,018 0,019 0,019 0,017 0,012 0,011 0,010 Gambar 1. Grafik Rerata Ekspansi Volume Nasi 156

kadar air (%) Pengembangan nilai koefisien muai volume yang berangsur-angsur semakin tinggi terjadi pada perlakuan L1K3, L2K3 dan L3K3. Hal ini dikarenakan pada perlakuan ini air yang digunakan sebesar 200 ml pada 100 gram beras tertinggi diantara perlakuan lain yaitu 100 ml dan 150 ml sehingga pengembangannya optimal. Lama pemasakan juga berpengaruh terhadap ekspansi volume nasi yaitu semakin lama waktu pemasakan maka semakin tinggi pula tingkat pengembangan nasi pada perlakuan 200 ml. Lu et al. (2009) menyimpulkan granula pati dan ketersediaan atau merupakan faktor yang menentukan pengembangan volume. Analisis statistik selang kepercayaan 95% perlakuan memberikan hasil berbeda sangat nyata karena F-Hitung (571,68) > F- Tabel 5% (3,55), sedangkan untuk lama pemasakan juga memberikan hasil berbeda sangat nyata karena F-Hitung (72,36) > F-Tabel 5% (3,55). Berarti lama pemasakan dan memberikan pengaruh nyata terhadap ekspansi volume nasi yang dihasilkan. Pengaruh Jumlah Air dan Lama Pemasakan Terhadap Kadar Air Nasi Nilai kadar air dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan terendah 50,889% pada perlakuan L3K1 yaitu pada lama pemasakan 16 menit dengan 100 ml. Hal ini dikarenakan pemasakan nasi yang terlalu lama dan juga dikarenakan pada perlakuan ini pemberian air pada beras paling sedikit yaitu 100 ml menyebabkan air banyak yang menguap atau kehilangan air lebih banyak. Kadar air yang rendah juga menyebabkan tekstur nasi menjadi lebih keras. Sedangkan untuk kadar air terbesar yaitu sebesar 64,116% terdapat pada perlakuan L2K3 yaitu pada lama pemasakan 14 menit dengan 200 ml. Hasil analisis rerata kadar air dapat dilihat pada Gambar 2. 70 60 50 40 30 20 10 0 64,116 61,133 63,327 58,205 59,344 58,277 52,082 51,040 50,889 Gambar 2. Grafik Rerata Kadar Air Nasi Dari hasil analisis statistik dengan selang kepercayaan 95% untuk nilai F- Hitung (345.0781) > F-Tabel 5% (3,55) sehingga hasilnya berbeda sangat nyata, sedangkan lama pemasakan F-Hitung (2.76) < F-Tabel 5% (3,55) sehingga tidak berbeda nyata. Mungkin hal ini disebabkan karena selang waktu yang pendek sebesar 2 menit antara lama pemasakan 12 menit, 14 menit dan 16 menit sehingga perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air nasi. Pengaruh Jumlah Air dan Lama Pemasakan Terhadap Jumlah Air yang Diserap Nasi Jumlah air yang diserap dengan kadar air nasi berbanding lurus artinya jika kadar airnya tinggi maka yang diserap semakin banyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air yang diserap nasi berkisar antara 74,272 gram sampai dengan 138,755 gram. Berikut adalah 157

air yang diserap (g) grafik yang menunjukkan pengaruh dan lama pemasakan terhadap yang diserap nasi yang ditunjukkan pada Gambar 3. 160 140 120 100 80 60 40 20 0 138,755 133,500 120,475 110,532 104,783 105,149 78,616 74,844 74,272 Jumlah air Gambar 3. Grafik Rerata Jumlah Air yang Diserap Nasi Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa banyak air yang diserap nasi yang terendah yaitu sebesar 74,272 gram pada perlakuan L3K1 yaitu pada lama pemasakan 16 menit dengan jumlah air 100 ml. Sedangkan untuk yang tertinggi dalam menyerap air pada perlakuan L2K3 pada lama pemasakan 14 menit dengan 200 ml sebesar 138,755 gram. Untuk pengaruh terlihat terjadi kenaikan yang diserap. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak maka semakin tinggi pula yang diserap. Sedangkan untuk pengaruh lama pemasakan terhadap yang diserap terjadi penurunan data terutama pada perlakuan 100 ml. Hal ini disebabkan pada perlakuan ini air yang digunakan untuk memasak sudah terserap seluruhnya oleh nasi sehingga jika nasi terus dimasak maka air yang telah terserap dalam nasi akan menguap kembali. Hasil analisis statistik dengan selang kepercayaan 95% untuk yang digunakan memiliki F-Hitung (236,6) > F-Tabel 5% (3,55) sehingga hasilnya berbeda sangat nyata terhadap air yang diserap. Lama pemasakan F- Hitung (3,56) > F-Tabel 5% (3,55) sehingga berbeda nyata terhadap air yang diserap. Tidak sama dengan analisa kadar air, selang waktu 2 menit antara lama pemasakan 12 menit, 14 menit dan 16 menit masih berpengaruh nyata terhadap yang diserap. Sifat Organoleptik Aroma Nasi Nilai aroma menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi kesukaan panelis terhadap aroma nasi diperoleh dari perlakuan banyak air 200 ml dan lama pemasakan 16 menit (L3K3) yaitu sebesar 4,7 (netral). Sedangkan untuk rata-rata terendah kesukaan panelis terhadap aroma nasi diperoleh pada perlakuan banyak air 100 ml dan lama pemasakan 16 menit (L3K1) sebesar 3,6 (agak tidak menyukai). Pada grafik terjadi kenaikan yang teratur pada perlakuan K2 dengan 150 ml dan K3 dengan 200 ml. Sedangkan pada perlakuan K1 dengan jumlah 100 ml terjadi penurunan. Dari penjelasan sebelumnya, hal ini disebabkan nasi yang terlalu kering yang menimbulkan aroma seperti gosong sehingga panelis kurang menyukainya. Jumlah air 100 ml tidak sebanding dengan lama pemasakan 16 menit. Grafik kesukaan panelis terhadap aroma nasi akibat perlakuan lama pemasakan dan konsentrasi air yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil analisis statistik dengan selang kepercayaan 95%, untuk yang dipakai menghasilkan nilai F-Hitung (18,82) > F-Tabel 5% (3,55) sehingga memberi hasil yang berbeda sangat nyata, untuk pengaruh lama pemasakan juga memberikan hasil berbeda sangat nyata karena F-Hitung (13,982) > F-Tabel 5% (3,55). Sehingga dapat dilihat baik banyak air yang digunakan dan lama pemasakan memiliki nilai F-Hitung > F-Tabel sehingga memberikan pengaruh nyata terhadap aroma dari nasi. 158

nilai kenampakan nilai aroma 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 4,350 4,383 4,483 4,700 4,117 4,033 3,633 3,700 3,783 Gambar 4. Grafik Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Nasi Sifat Organoleptik Kenampakan Nasi Kenampakan dinilai dari warnanya. Warna merupakan suatu sifat bahan yang berasal dari penyebaran spektrum sinar, begitu juga dengan kilap dari bahan yang dipengaruhi oleh sinar pantul. Warna bukan merupakan suatu zat, melainkan sensasi sensoris karena adanya rangsangan dari seberkas energi radiasi yang jatuh ke indera penglihatan (Kartika dkk, 1988). 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 4,500 4,200 4,367 4,500 3,900 4,050 4,150 3,817 3,450 Gambar 5. Grafik Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Kenampakan Nasi Nilai kenampakan pada gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi kesukaan panelis terhadap kenampakan nasi diperoleh dari perlakuan L3K1 dan L3K2 yaitu sebesar 4,5 yang memiliki warna putih bening. Sedangkan untuk rata-rata terendah kesukaan panelis terhadap kenampakan nasi diperoleh pada perlakuan L1K3 sebesar 3,45. Hal ini disebabkan nasi masih setengah matang sehingga mempengaruhi kenampakannya. Kemudian pada grafik terjadi kenaikan yang teratur pada perlakuan lama pemasakan 12 menit, 14 menit dan 16 menit. Hal ini sesuai dengan hasil analisa statistik selang kepercayaan 95% F-Hitung (198,89)> F-Tabel 5% (3,55). Karena lebih besar nilainya maka lama pemasakan berbeda sangat nyata terhadap kenampakan nasi. Begitu pula untuk yang digunakan memasak, nilai F-Hitung (214.49)> F-Tabel 5% (3,55) sehingga berbeda sangat nyata terhadap kenampakan nasi. Sifat Organoleptik Tekstur Nasi Tekstur didefinisikan sebagai sifat sifat suatu bahan pangan yang dapat diamati oleh mata, kulit, dan otot otot dalam mulut. Tekstur merupakan gambaran mengenai atribut bahan makanan yang dihasilkan melalui kombinasi sifat sifat fisik dan kimia, diterima secara luas oleh rasa sentuhan, penglihatan, dan pendengaran (Lewis, 1987). Sifat tekstur nasi dapat dilihat dari perbandingan antara kadar amilosa dan amilopektin (Allidawati dan Bambang, 1989). 159

nilai tekstur 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 4,350 4,500 3,650 3,383 3,600 3,250 2,950 2,550 2,650 Gambar 6. Grafik Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Tekstur Nasi Pada Gambar 6, rerata tertinggi kesukaan panelis terhadap tekstur nasi sebesar 4,5 pada perlakuan L3K3 yaitu lama pemasakan 16 menit dengan 200 ml. Hal ini dikarenakan semakin besar pemberian air sebesar 200 ml pada 100 gram beras menyebabkan tekstur nasi yang semakin pulen. Kemudian pada perlakuan 200 ml pula grafik mengalami kenaikan secara bertahap dikarenakan pada perlakuan L1K3 yaitu lama pemasakan 12 menit dengan 200 ml nasi masih kurang matang sehingga panelis kurang suka karena tekstur nasi yang masih keras. Begitu juga pada perlakuan 150 ml terjadi kenaikan grafik secara bertahap. Namun, untuk perlakuan 100 ml seharusnya tingkat kesukaan panelis menurun bertahap, karena hubungannya dengan semakin kerasnya tekstur nasi. Pada perlakuan 100 ml dengan lama pemasakan dari 12 menit, 14 menit sampai 16 menit tekstur nasi semakin keras karena kadar airnya semakin kecil. Pada perlakuan L3K1 yaitu 100 ml air dan lama pemasakan 16 juga terdapat kerak nasi. Ini murni kesalahan peneliti tidak merata saat mengambil sampel. Hasil analisis statistik dengan selang kepercayaan 95% untuk jumlah yang dipakai yang menghasilkan nilai F-Hitung (608,73) > F-Tabel 5% (3,55), untuk lama pemasakan nilai F- Hitung (876,93) > F-Tabel 5% (3,55). Sehingga dapat dilihat baik banyak air yang digunakan dan lama pemasakan memiliki nilai F-Hitung lebih besar dari F-Tabel sehingga hasilnya berpengaruh sangat nyata terhadap tekstur dari nasi. Sifat Organoleptik Rasa Nasi Menurut Bambang Kartika dkk (1988), makanan merupakan gabungan dari berbagai macam rasa bahan bahan yang digunakan dalam makanan tersebut. Grafik kesukaan panelis terhadap rasa nasi akibat perlakuan lama pemasakan dan konsentrasi air yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 7 yang menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi kesukaan panelis terhadap rasa nasi diperoleh dari perlakuan banyak air 150 ml dan lama pemasakan 16 menit (L3K2) yaitu sebesar 4,4. Hal ini dikarenakan tingkat kadar air tinggi. Air membantu indera pengecap karena melarutkan bahan-bahan yang terkandung dalam nasi sehingga lebih mudah dirasakan oleh lidah. Sedangkan untuk rata-rata terendah kesukaan panelis terhadap rasa nasi diperoleh pada perlakuan banyak air 100 ml dan lama pemasakan 12 menit (L1K1) sebesar 2,85. Karena air yang digunakan sedikit yaitu 100 ml dalam 100 gr beras maka pada perlakuan 100 ml cenderung memiliki kadar air yang sedikit dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberadaan air ini sangat berpengaruh terhadap indera pengecap. Dari hasil analisis statistik dengan selang kepercayaan 95%, yang dipakai menghasilkan nilai F-Hitung (392.1) > F-Tabel 5% (3,55), sedangkan untuk lama pemasakan nilai F-Hitung (320.3) > F-Tabel 5% (3,55). Sehingga dapat dilihat baik banyak air yang digunakan dan lama pemasakan memiliki nilai F-Hitung lebih besar dari F-Tabel sehingga hasilnya berpengaruh sangat nyata terhadap rasa dari nasi. 160

nilai rasa 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 4,400 4,350 3,983 3,617 3,833 3,117 3,217 2,850 2,917 Gambar 7. Grafik Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Nasi Penentuan Perlakuan Terbaik Perlakuan dengan hasil terbaik pada penelitian ini berdasarkan uji indeks efektivitas (De Garmo et al., 1984). Nilai Efektivitas (NE) = Nilai Pengukuran Nilai Terburuk Nilai Terbaik Nilai Terburuk Dari hasil penentuan tersebut didapatkan nilai terbaik adalah L3K3yaitu nasi dengan pemberian air 200 ml dan lama pemasakan 16 menit dengan nilai produk (NP) total 6.4933. Kombinasi perlakuan terbaik mempunyai ekspansi volume 0,034/ o C, kadar air 63,327%, penyerapan air 133,5 gram, nilai aroma 4,7 (netral), nilai kenampakan 4,15 (netral), nilai tekstur 4,5 (netral) dan nilai rasa 4,35 (netral). KESIMPULAN Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan di antaranya: Jumlah air yang digunakan dalam pemasakan dan lama pemasakan berpengaruh terhadap proses pemasakan nasi. Pada penelitian ini ekspansi volume tertinggi berada pada perlakuan banyak air yang diapakai sebesar 200 ml dan pada lama pemasakan 16 menit yaitu 0,034/ o C. Penyerapan air tertinggi berada pada perlakuan banyak air yang diapakai sebesar 200 ml dan pada lama pemasakan 14 menit yaitu 138,755 gram. Penyerapan air terendah berada pada perlakuan banyak air yang diapakai sebesar 100 ml dan pada lama pemasakan 16 menit yaitu 74,272 gram. Uji organoleptik memeroleh nilai rata-rata tertinggi kesukaan panelis terhadap aroma yaitu 4,7 (netral) pada perlakuan 200 ml dengan lama pemasakan 16 menit, kenampakan yaitu 4,5 (netral) pada 100 ml dan 150 ml dengan lama pemasakan 16 menit, tekstur yaitu 4,5 (netral) pada 200 ml dengan lama pemasakan 16 menit dan rasa yaitu 4,4 (netral) pada 150 ml dengan lama pemasakan 16 menit. DAFTAR PUSTAKA Allidawati dan Bambang K. 1989. Metode Uji Mutu Beras Dalam Program Pemuliaan Padi. dalam M. Ismunadji, M. Syam dan Yuswadi (Ed.). Padi Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hlm. 363-375. AOAC. 1995. Official Methods of Analisis. Association of Official Analitycal Chemist. AOAC. Washington DC. USA. De Garmo, E.D, W.G. Sullivan and J. R. Canada. 1984. Engineering Economis. Mc Millan Publishing Company. New York. 161

Juliano, B.O. 1972. The Rice Caryopsis and its Compositions. Di dalam D. F. Houston (ed). Rice : Chemistry and Technology. American Association of Chemists, Inc. St. Paul. Minnesona, pp. Kartika, B. P. Hastuti, W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. UGM Press. Yogyakarta. Lawless, H.T., and H. Heymann. 1988. Sensory Evaluation of Food Principles and Practices. International Thompson Publishing. New York. Lewis, M.J. 1987. Physical Properties of Foods and Food Processing System. Cametot Press. Canada. Lu Zhan-Hui,Tomoko Sasaki,Yong-Yu Li, T.Yoshihashi, Li-Te Li, Kaoru Kohyama. 2009. Effect of Amylose Content and Rice Type on Dynamic Viscoelasticity of A Composite Rice Starch Gel. Food Hydrocolloids 23:1712 1719. Winarno, F.G., S. Fardiaz. 1984. Padi dan Beras. Diktat Tidak Dipublikasikan. Riset Pengembangan Teknologi Pangan. IPB. Bogor. 162