Pembenihan udang vanname Litopeneaus vannamei di hatchery BAPPL-STP Serang Hatchery vannanei shrimp Litopeneaus vannamei in BAPPL-STP Serang

dokumen-dokumen yang mirip
kelangsungan hidup dan dapat memenuhi target produksi

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan

II. BAHAN DAN METODE

BAB 3 METODE PENELITIAN. Usman beralamat di GG. Nusantara 1-3 Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

PEMELIHARAAN POST LARVA (PL4-PL9) UDANG VANNAMEI (Penaeus vannamei) DI HATCHERY PT. BANGGAI SENTRAL SHRIMP PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

MODUL: PENEBARAN NENER

BAB III BAHAN DAN METODE

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI BUDIDAYA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DENGAN MENINGKATKAN KEPADATAN TEBAR DI TAMBAK INTENSIF

II. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij

PERTUMBUHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK INTENSIF

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

Benih udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAB III BAHAN DAN METODE

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

II. BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF DENGAN KEPADATAN BERBEDA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

BAB III METODE PENELITIAN

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA

PRAKTEK KERJA LAPANG

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

MODUL: PENETASAN Artemia

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Teknik Budidaya Lobster (Cherax quadricarinatus) Air Tawar di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

II. BAHAN DAN METODE

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

TEKNIK PEMBENIHAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Anak Agung.N.B.A.A, Adi Saputra, Andi Sandra.Z, Astian Asman, Fetria Januar, Finda Rosti.

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Gambar 3. Kolam yang diperguanak untuk Percontohan

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BUSMETIK BAPPL STP SERANG, BANTEN

Transkripsi:

Pembenihan udang vanname Litopeneaus vannamei di hatchery BAPPL-STP Serang Hatchery vannanei shrimp Litopeneaus vannamei in BAPPL-STP Serang Achmad Irfandy, Dhieka Prasetyo, Dita Elviena, Muhamad Fajrin, Nelvan Subayu, Pertiwi Retno Lestari, Retno Fitrianingsih, Satria Dewantara, Tsauqi Hudaya Arfian, Wakhidatus Soliha. Program Studi Teknologi Akuakultur, Jurusan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta 2016 ABSTRACT Vannamei shrimp is a shrimp native of West Pacific Coast of Latin America, was introduced in Tahiti in the early 1970s to study the potential of the area. Then the development of intensive cultivation in Hawaii, the north - west Pacific coast, the east coast of the Atlantic (South Carolina), Gulf of Mexico (Texas), Belize, Nicaragua, Colombia, Venezuela, and Brazil in the late 1970s and before 1980. vannamei shrimp introduced in Asia for research purposes in the year 1978-1979 and for commercial activities in the 1990s. Settling countries - Asian countries are as follows: Mainland China, 1988; Taiwan, 1995; Vietnam, 2000; Indonesia, in 2001, Thailand, 1998; Malaysia, 2001; India, in 2001, the Philippines, 1997; Pacific Islands, 1972 (Briggs et al. 2004).In Indonesia, at least there are about 419 282 ha of brackish water ponds and about 913 000 hectares of land for cultivation of other potential. Surely this can be a contributing factor and trigger the development of shrimp farming industry in line with the development of science in Indonesia, Asia and even the world community in general (Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC), 2005).The purpose of the practice of these skills is to know the technique, the factors supporting and inhibiting factors (constraints) in the shrimp hatchery vanname. Practice this skill implemented in Backyard Vanname Administration Fisheries Training Courses - Fisheries High School, Serang. On February 1 to March 12, 2016. The working method used in the practice of this expertise is descriptive and data collection techniques include primary data and secondary data. Data were collected by observation and study of heritage. ABSTRAK Udang vannamei merupakan udang asli dari Pantai Pasifik Barat Amerika Latin, diperkenalkan di Tahiti pada awal tahun 1970 untuk penelitian potensi wilayah. Kemudian pengembangan budidaya yang intensif di Hawaii, utara - barat pantai Pasifik, pantai timur Atlantik (South Carolina), Teluk Meksiko (Texas), Belize, Nikaragua, Kolombia, Venezuela, dan Brazil di akhir tahun 1970 an dan sebelum 1980. Udang vannamei diperkenalkan di Asia untuk tujuan penelitian pada tahun 1978-1979 dan untuk kegiatan komersial pada tahun 1990 an. Perkenalan negara - negara Asia adalah sebagai berikut : Daratan China, 1988; Taiwan, 1995; Vietnam, 2000; Indonesia, 2001, Thailand, 1998; Malaysia, 2001; India, 2001, Filipina, 1997; Kepulauan Pasifik, 1972 (Briggs et al. 2004). Di Indonesia setidaknya terdapat sekitar 419.282 Ha tambak air payau dan sekitar 913.000 Ha lahan lainya yang potensial untuk budidaya. Tentunya hal ini dapat menjadi faktor pendukung dan pemicu perkembangan industri budidaya udang yang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan baik di Indonesia, Asia bahkan masyarakat dunia secara umum (Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC), 2005). Tujuan dari praktek keahlian ini adalah untuk mengetahui teknik, faktor pendukung dan faktor penghambat (kendala) dalam pembenihan udang vanname. Praktek keahlian ini dilaksanakan di Backyard Vanname Bagian Administrasi Praktek Perikanan Lapangan Sekolah Tinggi Perikanan, Serang. Pada tanggal 1 Februari sampai 12 Maret 2016. Metode kerja yang digunakan dalam praktek keahlian ini adalah metode deskriptif dan teknik pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi dan studi pusaka. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Page 1

PENDAHULUAN Kegiatan budidaya udang di Indonesia sudah lama dilakukan oleh masyarakat pembudidaya yaitu sekitar periode 80-an, dari mulai penerapan teknologi yang sangat sederhana hingga penerapan teknologi intensif. Teknologi ini berkembang karena permintaan konsumsi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun baik pasar dalam negeri maupun luar negeri, sehingga menuntut peningkatan produki udang (Farchan, 2006). Tahun 1996 produksi udang yang sebelumnya terus meningkat cenderung menurun. Penurunan produksi disebabkan karena timbulnya berbagai macam penyakit (terutama white spot dan vibriosis) (Subaidah dkk., 2009). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi Dengan mengusahakan benih udang yang tahan terhadap penyakit, cepat tumbuh dan mampu diterima pasar. Udang putih Amerika Litopenaeus vannamei merupakan salah satu pilihan jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia, selain udang windu (Litopenaeus monodon). Udang vanname masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Pada Mei 2002, pemerintah memberikan izin kepada dua perusahaan swasta untuk mengimpor induk udang vanname sebanyak 2.000 ekor. Selain itu, juga mengimpor 300.000 ekor dari Amerika Latin (Amri & Kanna, 2008). Udang vanname (Litopenaeus vannamei) merupakan solusi alternatif dalam memperkaya dan menambah produksi udang budidaya. Kelebihan jenis udang ini adalah lebih resisten terhadappenyakit dan kualitas lingkungan yang rendah. Udang vanname yang sering disebut udang putih tumbuh pada salinitas 5 g/l hingga 35 g/l pada kisaran suhu 24-32 0 C. kadar oksigen 4 mg/l, ph air 7-8,5 (Subaidah dkk., 2009). Udang vanname juga toleran terhadap kepadatan yang tinggi yaitu lebih dari 70 ekor/m 2, dan udang vanname mampu tumbuh baik dengan pakan berprotein rendah. Ketersediaan benih (benur) yang bermutu merupakan satu diantara faktor penentu keberhasilan budidaya udang di tambak. Tambak udang di Indonesia diperkirakan memiliki areal seluas 300.000 Ha, dari jumlah tersebut sekitar 3.500 Ha dikelola secara intensif dengan padat penebaran tinggi yakni 400.000-600.000 benur/ha/musim. Benur dari alam hanya dapat memenuhi 20% dari total kebutuhan tambak udang, sedangkan 80% kekurangannya diharapkan dari produksi benur hatchery (Sugama, 1993 dalam Wardiningsih, 1999). Kendala dalam kegiatan pembenihan adalah kurang stok induk udang yang berkualitas, makanan yang kurang cocok, teknik pemeliharaan larva dan pengelolaan yang belum memadai, hal ini menyebabkan produksi benih yang kualitasnya masih rendah. Salah satu upaya untuk mendapatkan benur berkualitas baik yaitu selalu mengupayakan agar media pembenihan selalu optimal untuk pemeliharaan larva, misalnya dengan melakukan pengelolaan air media larva, pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit sebaik mungkin. METODE PRAKTEK Praktek ini dilaksanakan di Backyard Udang BAPPL- STP Serang, Banten. Pada Tanggal 1 Februari sampai 12 Maret 2016. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan praktek keahlian adalah Data Primer dan Data Sekunder, Serta dalam analisis data dilakukan secara deskripti dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan cara Tabulating, Editing, dan Analiting. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan wadah dan Media Pemeliharaan Backyard pembenihan udang vanname BAPPL-STP Serang memiliki 4 unit bak pemeliharaan dengan kapasitas masing-masing 12 m 3. Bak pemeliharaan udang vanname terbuat dari semen (bak beton). Berbentuk persegi panjang dengan dimensi ukuran bak 2,1 m x 4,7 m x 1,2 m, sehingga volume bak pemeliharaan adalah 11,8 m 3. Sedangkan volume air yang digunakan untuk pemeliharaan adalah 7 m 3. Volume yang digunakan tidak terlalu dalam dikarenakan agar sinar matahari dapat menembus air hingga dasar, serta bagian sudut-sudut baknya tidak terdapat titik mati. Bak pemeliharaan larva dibuat tumpul pada ujungnya untuk menhindari penempelan pada kotoran dan mempermudah sirkulasi air. 4.2 Penebaran Nauplii Penebaran nauplii udang vanname dilakukan pada malam hari pukul 19.00-19.40 WIB. Aklimatisasi dilakukan cukup lama hal ini dikarenakan terlalu jauh perbedaan salinitas antara kantong dengan bak pemeriharaan larva. Hal ini tidak sesuai dengan pernyatan Haliman dan Adijaya (2005) yang mengatakan sebaiknya penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari dengan tujuan agar nauplii yang ditebar tidak stress dan tidak mengalami kematian massal. Nauplii yang ditebar ialah stadia Nauplii 4 (N 4 ). Nauplii tersebut diperoleh dengan membeli dari PT. Syaqua Lampung. Untuk mengetahui salinitas dan temperatur pada kantong nauplii dan bak pemeliharaan maka dilakukan pengecekan kualitas air. Setelah udara dalam kantong mengembun dan salinitas, suhu, dan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Page 2

ph diketahui maka lakukan secara perlahan percikanpercikan air agar larva dapat beradaptasi dengan baik dengan perbedaan salinitas yang ada didalam kantong dengan yang berada dibak pemeliharaan, serta diberi aerasi di dalam kantong agar suplai oksigen terus ada. Menurut, Sutadi (1993) untuk penurunan kadar garam sebesar 1 permil diperlukan waktu antara 15-30 menit. Apabila salinitas antara air media pada bak pemeliharaan sudah sama dengan air media pada kantong packing nauplii maka proses aklimatisasi salinitas dianggap sudah selesai. 4.3 Pengelolaan Pakan Menurut Cahyaningsih (2006). Pada stadia naupliius (mulai saat tebar sampai 3 hari) larva masih belum diberi pakan, karena dalam tubuhnya masih mempunyai persediaan makanan yaitu kantong kuning telur. Tetapi setelah naupliius berkembang menjadi zoea, larva mulai membutuhkan makanan, terutama makanan yang melayang-layang dalam air. 4.4 Pengelolaan Air Kualitas air adalah suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan udang. Pengelolaan kualitas air dalam bak pemeliharaan larva bertujuan agar kondisi lingkungan media tetap terjaga dan dalam keadaan optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan larva. Sehingga larva udang mampu tubuh dan berkembang. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan air ini adalah pengamatan parameter kualitas air. Pengukuran parameter kualitas air bertujuan untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan jika kualitas air dalam keadaan tidak kondusif atau tidak sesuai dengan kehidupan larva udang. Parameter kualitas air yang diukur adalah parameter fisika, yaitu temperatur, ph, dan salinitas. Sedangkan parameter kimia yaitu DO, CO 2 dan alkalinitas. 4.5 Pertumbuhan 4.5.1 Pengamatan perkembangan larva Pengamatan perkembangan larva bertujuan untuk mengamati perkembangan larva, mengetahui perubahan stadianya, serta mengetahui estimasi populasi larva. Monitoring perkembangan larva meliputi pengamatan perkembangan stadia larva dan kegiatan sampling populasi. Setelah menetas larva akan berkembang menjadi 3 stadia yaitu naupliius, zoea, mysis. Selama stadia naupliius larva masih memanfaatkan nutrisi dari yolk egg yang dibawanya, dan setelah moulting menjadi zoea baru mencari makanan dari luar berupa mikroalga. Setelah zoea berubah menjadi mysis, larva berubah dari herbivora menjadi karnivora, yaitu dengan memakan zooplankton. Stadia mysis kemudian berakhir dan menginjak stadia post larva, stadia ini sudah menyerupai udang muda dalam hal makanan maupun tingkah lakunya. Pada stadia larva bersifat planktonik, setelah post larva bersifat bentik. Larva akan berpindah tempat dari laut terbuka bermigrasi ke arah pantai dan estuari sampai menjadi dewasa (Farchan, 2006). 4.5.2. Sampling Populasi Larva Sampling populasi larva merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi dari suatu bak pemeliharaan. Sehingga kita bisa mengetahui SR yang akan kita capai. Sampling dilaksanakan pada saat malam hari pada kondisi lingkungan gelap, dengan cara mematikan seluruh lampu sorot yang ada dan tunggu beberapa menit agar larva menyebar merata di badan air. Pengambilan titik smpel berjumlah empat titik, yaitu pada setiap sudut bak. Pengambilan sampel menggunakan beaker glass 1 liter, kemudian dihitung berapa jumlah larva yang terbawa di dalamnya. 4.6 Pengendalian Hama dan Penyakit Dalam masa pemeliharaan larva udang vanname di hatchery BAPPL-STP Serang pada bak B terdapat jamur merah (Sirolpidium) di bagian dasar bak. Jamur Sirolpidium diduga timbul karena sisa dari bahan pakan dan hasil metabolisme, selain itu karena atap fiber glass bocor sehingga pada saat turun hujan,air hujan masuk kedalam bakpemeliharaan dan menyebabkan tumbuhnya jamur didasar bak. Koloni dari jamur Sirolpidium terlihat pada dinding dan dasar bak yang berwarna merah. Pada saat tumbuh jamur, diberi perlakuan yaitu pemberian treflan dengan dosis 0,02 mg/l yang berfungsi sebagai fungisida. Pemberian treflan dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu volume air pada bak kemudian lakukan penghitungan dosis. Selanjutnya treflan dilarutkan kedalam air tawar untuk selanjutnya ditebarkan kedalam bak pemeliharaan. 4.7 Panen dan Pasca Panen 4.7.1 Persiapan Panen Persiapan panen dimulai dari dengan cara mengeluarkan air dan memidahkan larva.berdasarkan SNI 01-7252 (2006) larva udang vanname yang berkualitas memiliki ciri yaitu warna tubuh Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Page 3

transparan, isi usus tidak terputus, gerakan berenang aktif dengan kepala yang mengarah kebawah. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari sampai sore hari tergantung banyaknya benur dan waktu pengiriman benur udang bila di jual ke tempat lain. Sebelum melakukan kegiatan panen ada beberapa hal yang harus di persiapkan demi kelancaran kegiatan panen. Yaitu ;Persiapan alat panen seperti seser benur, selang air, saringan tampungan benur, baskom, bak penampungan benur, bak penampungan air, Basket, plastik packing, gayung, dan cantingan benur. Kemudian setelah alat yang dibutuhkan telah tersedia pemasangan peralatan panen. 4.7.2 Cara Pemanenan Pemanenan dilakukan dengan cara mengurangi air dibak pemeliharaan larva sebanyak ±75% menggunakan selang dan pipa yang dilubangi serta dilapisi waring agar benur tidak ikut terbuang bersamaan dengan pengurangan air. Kemudian membuka pipa paralon pada bak tersebut yang di tempat pengeluaran airnya telah di pasang hapa untuk menampung benur, kemudian benur diambil menggunakan saringan seser dan selanjutnya dipindahkan keadalam wadah ember atau baskom lalu dipindahkan ke dalam wadah berupa bak fiber besar yg telah diisi air bersih. Selanjutnya, diambil lagi menggunakan gayung pakan dan dihitung jumlah populasi yang tersisa menggunakan sendok penakar. Panen siklus ke 2 dilakukan pada saat PL 14 dan PL 15. Pemanenan benur dapat dilihat pada gambar 35. 4.8 Analisa Usaha 4.8.1 Deskripsi Usaha BAPPL-STP SERANG Usaha Budidaya Pembenihan Udang dilakukan di Hatchery BAPPL-STP Serang dengan volume bak pemeliharaan larva ±12 m 3 / bak. 1.) volume lahan : 7 m 3 : 4 bak : 2 bak 2.) Padat penebaran : : 83.000 ekor/m 2 (dalam satu bak pemeliharaan) : 62.500 ekor/m 2 (dalam satu bak pemeliharaan) 3.) Jumlah nauplii : : 2.675.200 ekor : 1.000.000 ekor 4.) SR : : 37,87% : 44,57% 5.) Hasil panen : : 1.013.234 ekor dalam 4 bak pemeliharaan : 445.717 ekor dalam 2 bak pemeliharaan 6.) Kebutuhan pakan : : 13.726,4 gram : 4.526,2 gram Total : 18.252,6 gram 7.) Harga jual udang : Rp.45/ekor Biaya tetap yang dikeluarkan pada saat pemeliharaan larva udang vanname adalah biaya penyusutan yaitu sebesar 1.) Penerimaan : 1.013.234 ekor x Rp. 45,00 Rp. 45.595.530,00 : 445.717 ekor x Rp. 45,00 Rp. 20.057.265,00 Total penerimaan adalah Rp. 45.595.530,00 + Rp. 20.057.265,00 Rp. 65.652.795,00 2. Analisa laba/ rugi Penerimaan (biaya tetap + biaya operasional) Rp. 65.652.795,00 (+ Rp.24.669.521,00) Rp.65.652.795,00 (Rp.33.381.253,00) Rp. 32.271.542,00 Jadi, keuntungan yang didapatkan dalam prodoksi udang vanname selama dua siklus adalah sebesar Rp. 32.271.542,00 2.) Benefit Cost Ratio (B/C) Total Pe eri aa B/C Total Biaya Rp..., Rp..., 1,96 Berdasarkan hasil perhitungan R/C maka usaha pemeliharaan larva udang vanname dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1 yaitu 1,96. Berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan sebesar 1 rupiah maka diperoleh keuntungan sebesar Rp. 0,96 3.) Payback Period (PP) Total I vestasi PP 1 Tahun Keu tu ga Rp.52.072.000,00 (1 tahun) Rp.32.271.542,00 1, 6 tahun atau 19 bulan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Page 4

Hasil analisis ini menggambarkan bahwa seluruh modal investasi pada pemeliharaan larva udang vanname akan kembali dalam kurun waktu 1,6 tahun. 4.) Break Event Point (BEP) BEP (Rp) BiayaTetap - BiayaTidakTetap Pe eri aa 1-( Rp.24.669.521,00 Rp. 65.652.795,00 ) -,, Rp.13.828.146,00 Artinya, titik impas pada pemeliharaan larva udang vanname akan dicapai pada saat pendapatan sebesar Rp.13.828.146,00 2. Masalah yang terjadi pada pemeliharaan larva udang vanname yaitu jamur merah (Sirolpidium) yang menyerang pada bagian dasar wadah budidaya. Jamur ini diduga timbul akibat sisa pakan dan hasil metabolisme larva udang, selain itu karena atap fiber glass bocor pada saat hujan sehingga menyebabkan tumbuhnya jamur di dasar bak pemeliharaan. Penanganan jamur ini yaitu dengan pemberian treflan dengan dosis 0,02 mg/l yang dilarutkan kedalam air untuk selanjutnya ditebarkan kedalam bakpemeliharaan. 3. Dari penghitungan analisa usaha selama 2 siklus, pada pemeliharaan larva udang vanname yang dilakukan di BAPPL-STP Serang mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 32.271.542,00 dengan B/C Ratio sebesar 1, 96 yang artinya layak karena B/C Ratio >1. 4. Teknik kultur yang dilakukan pada pakan alami yaitu kultur skala lab, kultur skala massal, serta kultur alami artemia dengan hidrasi menggunakan air laut dan aerasi. BEP (Unit) Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap Harga Satuan-( ) Total Produksi Rp., - Rp...,.. ekor (Rp. 45,00-16,9) 28,1 310.026 ekor Artinya titik impas pada pemeliharaan larva udang vanname ini dicapai pada produksi sebanyak 310.026 ekor. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktek keahlian ini yaitu : 1. Kegiatan yang dilakukan dalam pembenihan udang vanname meliputi; tahap persiapan wadah, penebaran nauplli, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, pengamatan kondisi dan perkembangan larva dan panen dan pascapanen. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Page 5