kelangsungan hidup dan dapat memenuhi target produksi

Transkripsi

1 Produksi benih udang vanname di Backyard BAPPL STP Serang shrimp frying production in Backyard BAPPL STP Serang Achmad fitrianto, Agustino,Agung Dwi Putri, Didik Nur Effendi,Mila Karmila,Reza Lazuardi, Rio Saputra, Selvia Okta Yelizabet, Yenenna Ester. Abstrack Shrimp farming activities in Indonesia has long been done by the farmers around the period of the 80's, from the start of the application of very simple technology to the application of intensive technology. This technology is growing because of the increasing demand of consumption from year to year both domestic and overseas market, thus demanding increased production of shrimp (Dewatisari, 2007). Based on statistical data of 2014, Vaname shrimp production reached 592,219 tons 70% vanname and 30% tiger prawns. This amount gives indonesia indestructibility to continue to increase the production of international market. With 722,650 ha of shooting area, Indonesia is now the second largest shrimp exporter in the US market (DG Fisheries Directorate), because the hatchery of vaname shrimp needs to be developed. This hatchery practice is regarded as the earliest learning tool of hatchery.the purpose of this practice is to know the technique Production of udanng vaname seeds ranging from pre production, production process to harvesting and calculating financial analysis. Abstrak Kegiatan budidaya udang di Indonesia sudah lama dilakukan oleh masyarakat pembudidaya yaitu sekitar periode 80-an, dari mulai penerapan teknologi yang sangat sederhana hingga penerapan teknologi intensif. Teknologi ini berkembang karena semakin meningkatnya permintaan konsumsi dari tahun ke tahun baik pasar dalam negeri maupun luar negeri, sehingga menuntut peningkatan produksi udang (Dewatisari, 2007). Berdasarkan data statistik tahun 2014 produksi udang Vaname mencapai ton 70% vanname dan 30 % udang windu. Jumlah tersebut memberi kesempaatan indonesia untuk terus meningkatkan produksi pasar internasional. Dengan luasan tembak Ha.Saat ini indonesia menjadi eksporter udang nomor dua dipasar AS (Ditjen Perikanan Budidaya. Oleh karena pembenihan udang vaname perlu dikembangkan.praktek pembenihan ini dipandang sebagai sarana pembelajaran awal pembenihan. Adapun tujuan dari pelaksanaan praktek keahlian ini adalah untuk mengetahui teknik produksi benih udanng vaname mulai dari pra produksi, proses produksi sampai panen serta menghitung analisa finansial. 1. PENDAHULUAN Udang vannamei merupakan jenis udanng alternatif yang dibudidayakan di Indonesia. Udang ini merupakan produk yang mampu menghabiskan devisa bagi negara selain udang windu (Penaeus monodon)(supriyono dkk, 2006). Udang Vanname memiliki keunggulan seperti karena itu kondisi relatif yang terkontrol diperlukan pada saat kegiatan produksi agar dapat meningkatkan tingkat lebih resisten kondisi lingkungan dan penyakit, mudah dibudidayakan, pertumbuhan cepat sehingga paling digemarioleh pembudidaya. Dalam budidaya udang pemeliharaan pada bulan pertama sangat penting untuk produks kedepannnya kelangsungan hidup dan dapat memenuhi target produksi

2 Ketersediaan benur yang bermutu merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya di tambak. Salah satu upaya mendapatkan benur berkualitas yaitu selalu mengupayakan agar media pembenihan selalu optimal untuk pemeliharan larva dan pengelolaan belum memadai, hal ini menyebabkan produksi benih yang berkualitas rendah. Salah satu upaya untuk mendapatkan benur berkualitas baik yaitu mengupayakan agar media selalu optimal untuk pemeliharaan misalnya pengelolaan kualitas air larva media, pengelolaan pakan beserta pengendalian hama dan penyakit Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan jenis udang alternatif yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Kegiatan budidaya udang di Indonesia sudah lama dilakukan oleh masyarakat pembudidaya yaitu sekitar periode 80- an, dari mulai penerapan teknologi yang sangat sederhana hingga penerapan teknologi intensif. Teknologi ini berkembang karena semakin meningkatnya permintaan konsumsi dari tahun ke tahun baik pasar dalam negeri maupun luar negeri, sehingga menuntut peningkatan produksi udang (Dewatisari, 2007). Tahun 1996 produksi udang yang sebelumnya terus meningkat cenderung menurun. Penurunan disebabkan karena banyaknya timbul berbagai macam penyakit (terutama white spot dan vibriosis) (Subaidah, 2009). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dengan cara mengusahakan benih udang berasal dari indukan yang baik, benih tahan terhadap hama penyakit, cepat tumbuh, dan mampu diterima pasar. Udang putih Amerika Litopenaeus vannamei merupakan salah satu pilihan jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Kelebihan udang ini adalah lebih resisten terhadap penyakit dan kualitas lingkungan yang rendah. Udang vanamejuga toleran terhadap kepadatan yang tinggi yaitu lebih dari 70 ekor/m 2 dan udang vaname mampu tumbuh baik dengan pakan berprotein rendah (Yuniasari, 2009). 1. METODE Praktek ini di laksanakan di backyard udang BAPPL STP Serang Pada tangga 9 Februari Metode pengumpulan data meliputi data Sekunder dan data primer. Serta analisis secara deskriptif dan kuantitatif yang dilakukan secara tabulating,editing, dan tabulating. HASIL PEMBAHASAN 3.1. Persiapan wadah dan Media Pemeliharaan Backyard BAPPL STP Serang memiliki 4 unit bak pemeliharaan dengan masing masing volume bak adalah 12 m 3. Bak pemeliharaan terbuat dari beton berbentuk persegidengan dimensi berukuran 2.1 x 4,7 x 1,2. Air laut yang digunakan bersal dari Teluk Banten yang dipompa menggukaan pompa 2 inchi dengan debit air 2,3 l/s. Persiapan air dilakukan dari trasfer air laut ke bak sedimentasi dengan dilakukan treatment menggunkaan kapur tohor 100 mg/l dan sterilisasi enggunakan clorin 50 mg/l. Selanjutnya air di transfer 8 m 3 menggunkan pompa celup 1 inchi ke bak pemeliharaan. Persiapan bak pemeliharaan meliputi pencucian dan pengeringan menggunakan kaporit 60 ppm. Selanjutnya adalah pemasangan aerasi 5 kelompok dengan jarak masing-masing 35 cm dengan jarak batu aerai dan dasar bak 10 cm. Menurut Sutaman, (1993) jarak antara batu aerasi dengan dasar bak adalah 10 cm. Tujuannya agar

3 oksigen dapat menyebar sampai bagian bawah bak tanpa mengaduk suspensi di bagian dasar bak. 3.2 penebaran Nauplii Benih berasal dari panti benih Lampung. Penebaran nauplii dilakukan pada malam hari pukul malam. Sebelum ditebar dilakukan aklimatisasi suhu salinitas pada kantong dan bak pemeliharaan. Selanjutnya dilakukan sampling jumlah populasi nauplii Pengelolaan pakan alami Pemberian pakan alami ldilakukan berdasarkan stadia pertumbuhan nauplii. Untuk naupli sampai stadia mysis dengan di campur pakan komersil larva udang diberikan pakan alami yang telah dikultur menggunakan pupuk alami berupa NPK 20 ppm, Silikat 0,5 ppm, dan EDTA 5 ppm. Pada stadia PL larva udang diberi artemia dan pakan komersil. Frekuensi pemberia pakan dilakukan 8 kali dalam satu hari.dengan dosis yang telah disediakan berdasarkan program pakan Pengelolaan kualitas air Pengelolaan kualitas air pada masa pemeliharaan larva udang vaname dilakukan dengan beberapa cara, yaitu monitoring, pengecekan kualitasa air, water exchange, dan penyiponan. Monitoring kualitas air dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari, parameter yang dilakukan monitoring rutin adalah suhu dengan tujuan agar selama masa pemeliharaan proses metabolisme dan perkembangan stadia larva lancar. penambahan air dilakukan setelah penyiponan sebanyak 10%, penyiponan dilakukan pada stadia PL-5 dengan menggunakan pipa pvc yang berdiameter ¼ inch. Kualitas air yang baik akan mendukung pertumbuhan larva udang secara optimal. Beberapa parameter kualitas air yang harus selalu dipantau yaitu: suhu, salinitas, ph, kandungan oksigen terlarut (Rusmiyati, 2016). kisaran yang baik untuk pertumbuhan adalah o C. salinitas ppt Nilai ph air yang baik untuk udang adalah 7,5-8,5.. DO yang baik untuk pertumbuhan udang adalah 4-8 mg/l Pengamatan Pertumbuhan Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan secara visual dengan mengambil sampel langsung dari bak pemeliharaan dari stadia Nauplii hingga Post Larva Pengendalian Penyakit Sterilisasi alat dilakukan dengan mencuci alat yang telah digunakan dengan air bersih dan merendamnya pada larutan formalin 100 mg/l. Sterilisasi ruangan dengan menggunakan kaporit 25 mg/l, Probiotik diberikan pada media pemeliharaan dengan dosis 2 mg/l dan diberikan setiap pukul pagi. 3.6.Panen Pemanenan benur dimulai dengan menurunkan volume air sebanyak ½ dari volume awal Benur yang terkumpul pada hapa, diambil secara perlahan menggunakan seser dan ditampung pada bak penampungan benur yang diberi aerasi. sampel benur menggunakan sendok penakar (scoping) dan dihitung untuk mengetahui populasi dan kebutuhan dalam satu kantong.

4 3.7.Analisa Finansial Penerimaan Siklus 1 : ekor x Rp.35 = Rp ,00 Siklus 2 : ekor x Rp. 35 = Rp ,00 Total penerimaan =Rp ,490,00+ Rp ,00 = Rp , Analisa Laba/Rugi L/R = Penerimaan (biaya tetap + biaya operasional) = Rp ,00 ( ,95) = Rp ,00 -( ,95) = - Rp , Benefit Cost Ratio (B/C) B/C = Total Penerimaan Total Biaya = Rp , ,95 = - 0,8 Berdasarkan hasil perhitungan B/C maka usaha pemeliharaan larva vanname udang dapat dikatakan layak karena niai B/C kecil yaitu 0,8. Berarti setiap produksi yang dikeluarkan sebesar 1 Rupiah diperoleh kerugian sebesar

5

6