Vol 2 No. 2 April-Juni 2013 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

METODOLOGI PENELlTlAN

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

III. METODOLOGI PE ELITIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

III. METODE PENELITIAN

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO


KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

BAB III METODE PENELITIAN

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan tetap. Kawasan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB III METODE PENELITIAN

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

II. METODOLOGI. A. Metode survei

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

ESTIMATION OF CARBON POTENTIAL ABOVE THE GROUND AT THE STAND LEVEL POLES AND TREES IN FOREST CITY PEKANBARU

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

IV. METODE PENELITIAN

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

18/04/2012. Program Studi Kehutanan, FP USU

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

POTENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI, IKLIM MIKRO DAN SERAPAN KARBON PADA RUANG TERBUKA HIJAU KAMPUS MENDALO UNIVERSITAS JAMBI (Biodiversity Potential, Micro Climate and Carbon Uptake at The Green Area of Jambi University Campus at Mendalo) 1) Nursanti dan 1) Elly Indra Swari 1) Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Mendalo Darat email: nursanti_santi@yahoo.com ABSTRACT This research purpose is to evaluate the potential of biological diversity, micro climate and carbon uptake at the green area of Jambi University Campus. It s used purposive random sampling. The result showed that there are 34 type of trees with various diameter. Among the trees there are Dalbergia latifolia, Fagraea fragrans and Palaguium gutta, which is classified to be protected. The green area of Jambi University Campus especially at green strip could decrased the temperature about 2.0 0 C. Key Words: Carbon, green area, biodiversity. PENDAHULUAN Peningkatan pencemaran udara mendorong kota-kota di berbagai negara maju memusatkan perhatian kepada pembangunan wilayah perkotaan yang menerapkan prinsif keseimbangan ekologi. Pemikiran inilah yang memunculkan suatu konsep Sustainable Cities and Ecocities (Song dan Chan, 2003 diacu dalam Setiawan, 2006). Pengembangan kota berwawasan ekologi atau Ecocity bertujuan konservasi sumber daya alam termasuk. Keanekaragaman hayati serta peningkatan kualitas kehidupan unsur biotik penyusunnya terutama kualitas kehidupan manusia. Dampak yang paling nyata akibat pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik dalam suatu kota saat ini adalah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan meningkatnya konsumsi energy fosil. Hal ini memungkinkan lingkungan hidup di perkotaan menjadi tercemar. Pencemaran udara yang disertai dengan Dampak yang paling nyata akibat pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik dalam suatu kota saat ini adalah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan meningkatnya konsumsi energy fosil. Hal ini memungkinkan lingkungan hidup di perkotaan menjadi tercemar. Pencemaran udara yang disertai dengan peningkatan kadar CO2 di udara menjadikan lingkungan kota menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas kesehatan manusia. Oleh karena itu konsentrasi gas CO2 di udara harus diupayakan tidak terus bertambah naik. Salah satu cara untuk mereduksi CO2 di daerah perkotaan adalah Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 101

mengurangi emisi karbon dan membangun Ruang Terbuka Hijau yang dapat berfungs menyerap dan menyimpan karbon (Carbon Sink) (Dahlan, 1992). Kampus sebagai tempat berkumpul dan berinteraksinya manusia minimal 10 jam dalam sehari, yang juga memerlukan pengelolaan berkelanjutan dengan menerapkan prinsif integritas dan konektivitas ekologis. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang melewati lingkungan kampus merupakan penyumbang utama gas CO2 serta logam-logam berat terutama timbal (Pb) ke atmosfer. Pengelolaan lingkungan kampus yang berwawasan ekologi dapat menciptakan kenyamanan bagi civitas akademika, sehingga meningkatkan produktivitas kerja bagi dosen dan pegawai serta meningkatkan kualitas perkuliahan dan akademik bagi mahasiswa. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berisikan pepohonan, semak, herba bahkan liana dan epifit merupakan unsur llingkungan alamiah kampus yang sangat penting yang perlu ada, cukup luasannya dan baik kualitasnya. Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada suatu kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemic,introduksi) guna mendukung manfat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan. Ruang Terbuka Hijau berfungsi sebagai peneduh yang akan menciptakan kenyamanan karena unsure vegetasi berupa pohon misalnya dapat memodifikasi iklim mikro yaitu penurunan suhu dan peningkatan kelembaban udara. Ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai sarana konservasi eksitu keanekaragaman hayati flora dan fauna. Sebagai sarana konservasi eksitu, ruang terbuka hijau merupakan tempat koleksi berbagai jenis flor dan fauna. Koleksi pepohonan beserta liana, epifit dan tumbuhan pencekik seperti beringin yang bersimbiosis dengan beberapa jenis pohon baik eksotis maupun native species, dapat digunakan sebagai sarana pendidikan atau sebagai sumber pengenalan dari keanekaragaman hayati yang mudah dijangkau. Jasa lingkungan lain yang diberikan oleh ruang terbuka hijau di lingkungan kampus yaitu sebagai penyimpan karbon (carbon sink). Pengembangan ruang terbuka hijau sebagai penyimpan karbon akan berperan atau memberi sumbangan terhadap penurunan emisi gas rumah kaca. Sampai saat ini data tentang keanekaragaman jenis pohon iklim mikro dan jumlah karbon tersimpan/rosot karbon (Carbon Sink) di RTH Kampus Mendalo Universitas Jambi masih belum tersedia. Oleh karena itu penelitian keanekaragaman jenis pohon, iklim mikro dan potensi karbon yang disimpan pada ruang terbuka hijau tersebut merupakan hal yang penting. Data tersebut akan berguna sebagai masukan untuk menentukan kebijak pengelolaan ruang terbuka hijau di lingkungan kampus dan upaya meningkatkan perannya sebagai Carbon Sink dan sarana konservasi eksitu. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 102

BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kampus Mendalo Universitas Jambi. Secara administratif, Kampus Mendalo termasuk wilayah Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Musim hujan di Propinsi Jambi dari bulan November sampai Maret dan musim kemarau dari bulan Mei sampai Oktober. Iklim Jambi bertype A (Schmit and Ferguson) dengan curah hujan rata-rata 1.900 3.200 mm/tahun dan rata- rata curah hujan 116 154 hari pertahun. Suhu maksimum sebesar 31 derajat celcius. Objek penelitian ini adalah ruang terbuka hijau yang terdapat di dalam Kampus Mendalo Universitas Jambi. Ruang terbuka hijau tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu bentiuk area (pitch/district) berupa taman kampus dan hutan kampus serta membentuk jalur (coridor) berupa jalur hijau jalan di lingkungan kampus. RTH berbentuk area ada beberapa lokasi, yaitu RTH Hutan kampus yang merupakan hutan sekunder dengan tahapan suksesi sedang (50 tahun setelah gangguan) yang merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah (Lowland tropical rai forest) dengan berbagai vegetasi pohon antara lain berbagai jenis Medang (Famili Lauraceae), berbagai jenis kelat, shorea spp., berumbung (Adina minutiflora), kayu kacang- kacang (Strombisia javanica), Mempening (Quercus sp.), pohon Kempas (Kompassia melaccensis), Sindur (Sindora spp.),asam kandis, Putat (Barringtonia racemosa), Rhodamnia cinerea, (Nursanti, et al. 2010). RTH berbentuk jalur yaitu RTH kampus Pertanian yang berbentuk hutan tanaman yang didominasi Gmelina arborea, RTH gedung wisuda yang merupakan hutan sekunder tahap suksesi rendah (10-15 tahun setelah gangguan), RTH sempadan kolam Universitas Jambi yang berupa hutan tanaman yang didominasi pohon Pulai (Alstonia scholaris), RTH kampus Peternakan berupa hutan tanaman didominasi pohon Sungkai (Peronema canescens). Sedangkan RTH berbentuk koridor adalah jalur hijau kiri dan kanan bahu jalan (5-10) baik jalan utama dan jalan arteri Kampus Mendalo Universitas Jambi. Bahan-bahan yang digunakan yaitu Ruang Terbuka Hijau di Kampus Mendalo Universitas Jambi, peta situasi Kampus Mendalo Universitas Jambi, map kertas, cat, spidol dan tali plastik. Alat yang digunakan yaitu thermohygrometer,,kompas, phiband, oven tanaman, timbangna digital, meteran 20 m dan alat-alat tulis. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dibangkitkan karena belum tersedia. Pembangkitan data dilakukan melalui observasi, inventarisasi, pengukuran dan perhitungan. Data sekunder adalah data yang telah tersedia pada berbagai sumber. Data sekunder diperoleh dengan cara mengutip langsung dan menyebutkan sumbernya. Data primer yang dikumpulkan meliputi data vegetasi pohon pada taman kampus dan jalur hijau kampus. Inventarisasi pda pohon meliputi pencatatan nama lokal dan nama ilmiah. Perhitungan kerapatan masing-masing jenis pohon, serta pengukuran diameter setinggi dada (dbh).. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 103

Teknik Inventarisasi Pohon Inventarisasi jenis pohon pada RTH berbentuk area yaitu taman kampus menggunakan metode petak tunggal 10 x 10 m yang diletakkan secara sistematis. Sedangkan untuk inventarisasi pohon di sepanjang jalur hijau jalan menggunakan metode petak tunggal berukuran 10 x 10 m ditempatkan secara sistematis dengan jarak antar petak lima puluh meter. Setiap individu pohon yang masuk dalam petak ukur dan diameter batangnya lebih dari atau sama dengan 5 cm dicatat nama lokal dan nama ilmiahnya dan diukur diameter setinggi dadanya pada ketinggian 130 cm. Rosot karbon pada setiap RTH dibatasi pada rosot karbon vegetasi pohon dan tumbuhan bawah. Rosot karbon tumbuhan bawah ditentukan pada 3 buah sub petak contoh berukuran 1 m x 1 m yang diletakkan secara acak pada petak 10 mx 10 m sebanyak 3 buah untuk RTH jalur hijau. Untuk RTH berbentuk area sebanyak 2 ulangan untuk masingmasing RTH. Potong semua tumbuhan bawah (pohon berdiameter < 5 cm, herba dan rumput-rumputan) yang terdapat di dalam sub petak contoh, pisahkan antara daun dan batang. Setelah itu masukkan ke dalam kantong kertas, beri label sesuai dengan kode sub plotnya.untuk memudahkan penanganan, ikat semua kantong kertas berisi tumbuhan bawah yn=ang diambil dari satu plot. Masukkan vegetasi tersebut ke dalam karung besar untuk mempermudah proses pengangkutan ke laboratorium. Kemudian timbang berat basah daun atau batang, catat beratnya dalam lembar pengamatan.selanjutnya ambil sub-contoh tanaman dari masing-masing biomassa daun dan batang sekitar 100-300 g. Bila biomassa contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka timbang semuanya dan jadikan sebagai sub-contoh. Keringkan sub-contoh biomassa tanaman yang telah diambil dalam oven pada suhu 80 derajat Celcius selama 48 jam. Timbang berat keringnya. Pengukuran Iklim Mikro Pengukuran kondisi iklim mikro meliputi suhu dan kelembaban udara. Suhu dan kelembaban udara diukur menggunakan thermohygrometer pada setiap petak contoh selama 2 hari berturut-turut pada pagi hari (pukul 07.00 08.00 WIB), siang hari (pukul 13.00 14.00 WIB) dan sore hari (17.00 WIB). Pengolahan dan Analisis Data Perhitungan Parameter Keanekaragaman Keaneka ragaman jenis pohon ditentukan berdasarkan jumlah jenis yang ditemui. Untuk melihat Indeks Nilai Penting (INP) masing-masing jenis pohon pada taman kampus dan jalur hijau dilakukan dengan analisis vegetasi untuk menentukan kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansi relative (DR). INP = KR + FR +DR. Perhitungan Rosot Karbon pada Pohon (Carbon Sink) Besarnya karbon yang tersimpan dalam vegetasi didasarkan pada besarnya biomassa yang dikandung oleh vegetasi tersebut. Kandungan biomassa suatu vegetasi dalam penelitian Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 104

ini merupakan penjumlahan biomassa pohon dan biomassa tumbuhan bawah. Kandungan biomassa pohon hidup dilaksanakan secara non destruktif menggunakan model allometrik (Brown, 1997) seperti persamaan allometrik berikut : Y = 0,118 D2,53 dimana R2 = 0,9 dan Y = biomassa pohon (kg/pohon), D = diameter setinggi dada (cm) HASIL DAN PEMBAHASAN Peran RTH di Kampus Mendalo Universitas Jambi sebagai Rosot Karbon Ruang terbuka hijau (RTH) pada penelitian ini dibatasi pada jalur hijau utama, hutan kampus berupa hutan sekunder bekas penebangan, hutan sekunder hasil suksesi sekunder berumur 13 tahun, hutan tanaman pulai monokultur, dan hutan tanaman gmelina polikultur. Rata-rata rosot karbon atas permukaan (pohon dengan diameter > 5 cm dan tumbuhan bawah) RTH Kampus Mendalo Universitas Jambi dengan Persamaan Allometrik Brown (1997) ditampilkan pada Tabel 1. Dari hasil pengambilan sampel di 5 lokasi RTH Kampus Mendalo Universitas Jambi teridentifikasi 34 jenis pohon dengan berbagai ukuran diameter pohon. Rata-rata rosot karbon di kampus Mendalo ini sebesar 204,7 ton C per ha. Angka ini menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau di dalam kampus sangat berperan sebagai penyimpan karbon (rosot karbon) atau dikenal dengan istilah Carbon Sink atau Carbon Sequestration. Rosot karbon atau simpanan karbon atas permukaan pada pohon berdiameter > 5 cm dan tumbuhan bawah di Kampus Mendalo ini tergolong besar, karena menurut Masripatin et al (2010)), cadangan karbon pada berbagai tipe vegetasi di Indonesia yang telah diteliti berkisar antara 7,5 264 ton C per ha. Tabel 1. Rosot karbon atas permukaan (pohon berdiameter > 5 cm dan tumbuhan bawah) menggunakan Persamaan Allometrik Brown (1997) di RTH Kampus Mendalo Universitas Jambi. Nama RTH Jml jns Jmlh pohon Biomasa(ton/ha ) Rosot Karbon (ton/ha) Jalur hijau Hutan Kampus 187 27 17 14 660 444,2 303,6 204,3 Hutan sekunder Hutantanaman Pulai 9 14 16 3 3 4 416 426,6 278,5 191,4 196,2 128,1 Rata-rata rosot karbon 204,7 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 105

Masing-masing tipe RTH di Kampus Mendalo juga memiliki rosot karbon yang bervariasi karena adanya perbedaan jenis pohon dan tumbuhan bawah, perbedaan ukuran diameter pohon dan perbedaan kerapatan tegakan. Tipe RTH dengan rosot karbon terbesar adalah jalur hijau utama yang selalu dilintasi kendaraan bermotor roda dua dan empat. RTH jalur hijau utama ini berisi pohon pohon berdiameter besar (palem raja, Alstonia scholaris, dan Swietenia mahagoni berdiameter 106,7 cm ) dengan kerapatan cukup tinggi mencapai 779 pohon per ha. Nilai rosot karbon RTH jalu hijau utama Kampus Mendalo ini lebih kecil dari rosot karbon jalur hijau di kota Bandar Lampung yang mencapai 723,09 ton C per ha. (Setiawan,2007). Perbedaan yang cukup besar ini disebabkan oleh perbedaan ukuran diameter pohon, kerapatan pohonnya dan jenis dan jumlah tumbuhan bawah. Rosot karbon RTH Hutan Kampus berupa hutan sekunder bekas penebangan berumur 60 tahun dengan tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah (Lowland Tropical Rain Forest) adalah 204,3 ton C per a. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan nilai rosot karbon hutan alam primer dataran rendah di Hutan Penelitian Malinau Kalimantan Timur dengan ukuran diameter pohon berkisar 7 70 cm menggunakan Persamaan Allometrik Chaves untuk biomassa atas permukaan yaitu sebesar 264,70 ton C per ha (Samsoedin et al., 2009). Dharmawan, et al., (2010), juga telah meneliti hutan sekunder bekas penebangan berumur 30 tahun dengan Persamaan Allometrik Chaves, dan mendapatkan rosot karbon sebesar 171,8 249,1 ton C per ha. Rosot karbon pada RTH hutan sekunder hasil suksesi sekunder berumur 17 tahun sebesar 191,4 ton C per ha. Hutan sekunder ini didominasi oleh pohon Vitex pubescens dan ada beberapa pohon Paraserianthes falcataria dan Alstonia scholaris. Hutan sekunder ini juga ditumbuhi dengan rapat semak-semak dan semai Macaranga spp, Mallotus sp, Litsea spp, Syzigium sp. Rosot karbon RTH hutan sekunder ini hamper sama besarnya dengan rosot karbon pada RTH hutan tanaman pulai monokultur sebesar 196,2 ton C per ha, tetapi masih lebih besar dari rosot karbon hutan tanaman gmelina polikultur sebesar 128,1 ton C per ha. Lebih besarnya rosot karbon pada hutan Sekunder kemungkinan karena Terdapatnya satu batang pohon Paraserianthes falcataria berukuran cukup besar yaitu dengan diameter mencapai 45 cm sehingga sumbangan biomassanya cukup besar mencapai 1.796,8 kg per pohon. Selain itu biomassa tumbuhan bawah pada hutan sekunder ini tergolong banyak karena pada hutan sekunder cahaya matahari sampai kelantai hutan sehingga meningkatkan tumbuhnya semak dan herba tumbuhan bawah. Selain itu tumbuhan bawah pada hutan sekunder ini sebagian besar dengan life form semak atau shrubs yang terkatagori Tumbuhan berkayu sehingga biomassanya cukup besar. Rosot karbon di hutan tanaman pulai monokultur sebesar 196,2 ton C per ha, sedangkan rosot karbon di beberapa hutan tanaman hasil penelitian Ginting (1997) juga tidak jauh berbeda yaitu rosot karbon di hutan tanaman Swietenia mahagoni (64,1 166,6 ton C per ha) dan dihutan tanaman Paraserianthes falcataria (112,8 122,7 ton C per ha). Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 106

Potensi Keanekaragaman Hayati Ruang terbuka hijau dapat menjadi sarana konservasi ex-situ baik flora maupun fauna. Penelitian Setiawan (2006) memperlihatkan baha keberadaan ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung baik berupa taman kota atau hutan kota dan jalur hijau jalan, jalur hijau sempadan sungai dan danau dapat menampung sekitar 44 jenis pohon dari 24 famili dan 10 diantaranya tergolong non budidaya atau native species yang tumbuh alami. Inventarisasi dari potensi keanekaragaman hayati pada ruang terbuka hijau Kampus Mendalo Universitas Jambi meliputi jalur hijau utama, hutan kampus, hutan sekunder dan beberapa tipe RTH lainnya didapatkan 34 jenis pohon baik terkategori budidaya ataupun non budidaya atau liar dan native atau exotic. Daftar jenis pohon beserta nilai Indeks Nilai Penting (INP) disajikan. Pada Tabel 2,sedangkan status keliaran, endemisme, jenis dilindungi dan keaslian jenis ditampilkan pada Tabel 3. Nilai INP masing-masing jenis pohon menggambarkan dominansi jenis tersebut. Dari nilai INP terlihat bahwa Jalur hijau utama Kampus Mendalo Universitas Jambi didominasi oleh berturut-turut jenis pohon Swietenia mahagoni, Alstonia scholaris, Palem raja, Cerbera manghas dan Pterocarpus javanicus. Jenis pohon Peronema canescens dan Mangifera indica memiliki nilai INP terkecil yang menunjukkan bahwa penguasaan ruang jenis tersebut paling kecil. Kelima pohon dengan penguasaan ruang terbesar memiliki manfaat yang juga beraneka ragam Pohon Swietenia mahagoni atau mahoni berpotensi menghasilkan kayu pertukangan dengan kualitas baik dan juga salah satu sumber bahan baku obat herbal karena biji mahoni dilaporkan mampu mengobati beberapa penyakit seperti diabetes mellitus. Alstonia scholaris atau pulai darat berpotensi menghasilkan kayu pertukangan, kayu serat dan plywood.pohon Palem raja merupakan pohon hias dan memiliki nilai arsitektural. Pterocarpus indicus atau angsana juga. obat herbal penyakit kulit.sedangkan Cerbera manghas atau bintaro berpotensi untuk pestisida organik, walaupun keseluruhan bagian dari pohon ini mengandung racun yang sangat mematikan bila masuk ke pembuluh darah manusia melalui luka karena dapat menghentikan kerja otot jantung. Oleh karena itu penanaman Cerbera manghas untuk jalur hijau dan taman kota harus sangat hati-hati. Tabel 3 memperlihatkan bahwa dari 34 jenis pohon yang terdapat di RTH Kampus Mendalo Universitas Jambi, 12 jenis merupakan jenis yang sudah dibudidayakan dan 22 jenis masih merupakan jenis non budidaya atau liar dan tumbuh alami. Dari aspek keaslian jenis, 23 jenis merupakan jenis asli jambi atau native species dan hanya 11 jenis yang merupakan jenis introduksi dari luar atau exotic species. Dari 34 jenis tersebut tidak satupun merupakan jenis endemis Sumatera, tetapi terdapat tiga jenis yang merupakan jenis dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.4/Kpts/UM/1972 yaitu Dalbergia latifolia, Fagraea fragrans dan Palaguium gutta. Menurut Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 107

UNEP (1993), reintroduksi jenis-jenis dilindungi dapat meningkatkan nilai konservasi komunitas. Peran RTH di Kampus Mendalo Universitas Jambi dalam Memodifikasi Iklim Mikro keberadaan pohon-pohon akan memberikan pengaruh terhadap suhu udara, terutama perannya dalam mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu daerah dan mengurangi intensitas angin yang membawa uap air ke permukaan. Beberapa pohon dilindungi yang mampu mencapai ukuran diameter besar sehingga juga dapat menyimpan karbon dalam jumlah besar yang dapat ditanam di RTH kampus misalnya Arenga pinnata, Dipterocarpus cinereus, Dipterocarpus conformis, Calophyllum sp. Dipterocarpus grandiflorus, Dryobalanops aromatic, Dyera costulata, Exoecaria agalocha, dan Shorea palembanica. Tabel 2. Indeks Nilai Penting (INP) jenis-jenis pohon di RTH Kampus Mendalo Universitas Jambi RTH Nama latin INP Jalur Hijau Hutan Tan. Pulai Hutan Tan. Gmelina Hutan Kampus 1. Palem raja 2. Cerbera manghas 3. Fagraea fragrans 4. Loranthus 5. Alstonia scholaris 6. Swietenia mahagoni 7. Persea Americana 8. Macaranga sp. 9. Pterocarpus indicus 10. Dalbergia latifolia 11. Ficus benjamina 12. Erithryna sp. 13. Psidium 14. Saga 15. Peronema canescens 16. Mangifera indica 17. Acacia mangium 1. Alstonia scholaris 2. Litsea sp. 3. Gmelina arborea 1. Swietenia mahagoni 2. Alstonia scholaris 3. Eucalyptus pellita 4. Gmelina arborea 1. Bekil 2. Cemanding 53,4 29,8 12,7 12,6 61,3 78,6 3,8 4,1 16,8 3,1 9,0 2,5 3,7 2,5 1,9 1,9 2,1 183,6 77,5 38,9 65,8 95,3 56,8 82,1 29,0 10,7 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 108

3. Palaquium gutta 4. Vitex pubescens 5. Litsea odorifera 6. Sempetir 7. Syzigium sp. 8. Litsea sp. 9. Raman 10.Medang sendok 11.Medang kuning 12.Muaro Nyelai 13.Pelangas 14.No identification 10,1 24,9 20,3 15,1 30,9 34,3 18,2 43,2 18,1 15,1 10,2 19,8 Hutan Sekunder 1. Vitex pubescens 2. Alstonia scholaris 3. Paraserianthes falcataria Tabel 3. Status keliaran, endemis, keaslian jenis dan jenis dilindungi dari pohon-pohon di RTH Kampus Mendalo Universitas Jambi Nama Daerah Budi daya Non Budidaya Endemis Dilindun gi Native Species Exotic species Palem raja BD NonEnd Tdl Exotic Bintaro NB NonEnd Tdl Native Tembesu NB NonEnd Tdl Native Glodogan BD NonEnd Tdl Exotic Pulai NB NonEnd Tdl Native Mahoni BD NonEnd Tdl Exotic Ceri NB NonEnd Tdl Native Mahang NB NonEnd Tdl Native Angsna BD NonEnd Tdl Sonokeling NB NonEnd Tdl Exotic Beringin NB NonEnd Tdl Native Roda-roda BD NonEnd Tdl Exotic Jambu Air BD NonEnd Tdl Native Saga BD NonEnd Tdl Exotic Sungkai NB NonEnd Tdl Native Mangga BD NonEnd Tdl Native Akasia BD NonEnd Tdl Exotic Medang NB NonEnd Tdl Native Gmelina BD NonEnd Tdl Exotic Ekaliptus BD NonEnd Tdl Exotic Bekil NB NonEnd Tdl Native Cemanding NB NonEnd Tdl Native Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 109

Balam Putih NB NonEnd Tdl Native Medang NB NonEnd Tdl Native Perawas Sempetir NB NonEnd Tdl Native Kelat NB NonEnd Tdl Native Medang NB NonEnd Tdl Native Raman NB NonEnd Tdl Native Medang NB NonEnd Tdl Native Sendok Medang NB NonEnd Tdl Native Nyelai Pelanggas NB NonEnd Tdl Native NI NonEnd Tdl Native Sengon BD NonEnd Tdl Exotic Exotic. Suhu dan kelembaban udara tertinggi pada siang dan sore hari dimana matahari sedang bersinar cerah ada pada RTH jalur hijau yang mencapai suhu 35 0C pada siang hari dengan kelembaban turun hingga 40 persen, sedangkan pada RTH berbentuk area baik hutan kampus, hutan sekunder dan tipe hutan tanaman suhu berkisar 30 31 0C dengan kelembaban terendah 54% pada hutan kampus. Tingginya suhu dan rendahnya kelembaban di jalur hijau meskipun pohonnya rapat dan besar karena bentuknya yang tidak bergerombol dan lokasinya yang berada di kiri dan kanan jalan aspal yang sifatnya menyerap panas. Selain itu jalur hijau juga didominasi oleh pohon palem yang sifatnya kurang memantulkan sinar infra merah karena jumlah daunnya yang sedikit dan jarang. Lebih tingginya kelembaban di RTH hutan tanaman dibandingkan hutan kampus karena hutan tanaman pulai dan hutan tanaman gmelina lokasinya bersebelahan dengan kolam Universitas Jambi yang tentu menjadi sumber kelembaban bagi area di sekitarnya. KESIMPULAN KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : 1. Rata-rata rosot karbon dari beberapa RTH di Kampus Mendalo Universitas Jambi adalah 204,7 ton C per ha. 2. Terdapat 34 jenis pohon di RTH Kampus Mendalo Universitas Jambi, 3 jenis diantaranya tergolong pohon dilindungi yaitu Dalbergia latifolia, Fagraea fragrans dan Palaguium gutta 3. RTH berupa hutan kampus baik hutan alam maupun hutan tanaman dapat mereduksi suhu hingga 2 0 C dari RTH berbentuk jalur Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 110

SARAN Untuk menambah potensi keanekaragaman hayati dan turut melindungi jenis pohon langka dan terancam punah disarankan kepada pengelola RTH di Universitas Jambi untuk memperbanyak penanaman pohon-pohon asli atau native species. terutama yang berstatus dilindungi atau pohon dilindungi yang mampu mencapai ukuran besar sehingga juga berperan dalam penyimpan karbon seperti Dyera costulata, Calophyllumsp. Dipterocarpus grandiflorus, Shorea palembanica DAFTAR PUSTAKA Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota: Untuk Penggelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta. 92 hal. Dahlan, E.N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) bernuansa Hutan Kota. Bogor: IPB Press. Dahlan, E. N. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik Dari Bahan Bakar Minyak dan Gas Di Kota Bogor Dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Disertasi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Dahlan, 2011. Potensi hutan kota sebagai alternatif substitusi fungsi alat pendingin Conditioner) (Studi Kasus di Kampus IPB Darmaga). Skripsi. Bogor.Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. (Air Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Fandeli, C. 2004. Peran dan kedudukan konservasi hutan dalam pengembangan ekowisata. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Irwan, Z. D. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Purwaningsih, S. 2007. Kemampuan Serapan Karbondioksida padatanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor. Skripsi. Bogor. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 111

Setiawan, A. 2006. Nilai Konservasi Keanekaragaman dan Rosot Karbon Pohon pada Ruang Terbuka Hijau Kota: Studi Kasus pada Ruang terbuka Hijau Kota Bandar Lampung.Thesis Program Pasca Sarjana IPB. Tidak diterbitkan. Bogor. Sulistyo A. 2004. Pengukuran Iklim Mikro Kota Srengseng Jakarta Barat. [Diploma III]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi 112