PERENCANAAN WILAYAH. GG 425

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PENENTUAN TIPOLOGI PERKEMBANGAN KECAMATAN DI KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PENDEKATAN SEKTORAL DAN REGIONAL DALAM PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

9.1 INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN

Kawasan Cepat Tumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

STUDI SEKTORAL (12) TRANSPORTASI DARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

Arahan Transport Demand Management dalam Pergerakan Transportasi Regional Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian adalah suatu usaha untuk menghimpun pabrik-pabrik alami biologis

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

permasalahan karena: Pasarlegi ruang KEC. SAMBENG

KRITERIA TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Dengan jumlah. penduduk yang semakin meningkat maka kebutuhan akan pangan juga akan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan. Sejak krisis ekonomi tahun , industri manufaktur Indonesia

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

GEOGRAFI. Sesi DESA - KOTA : 2. A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun b. R. Bintarto B.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

TINJAUAN PUSTAKA. tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

Transkripsi:

PERENCANAAN WILAYAH GG 425 nandi@upi.edu

Pengertian Faktor-Faktor Perencanaan Wilayah Permasalahan Perencanaan Wilayah Pendekatan dalam Perencanaan Wilayah

1. Pengertian perencanaan adalah penetapan langkahlangkah yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui perencanaan ini diharapkan dalam mencapai tujuan tersebut tidak mengalami masalah dan apabila terjadi masalah, sudah diantisipasi pemecahannya. Oleh karena itu, perencanaan merupakan bagian dari pengambilan suatu keputusan.

Perencanaan wilayah adalah penetapan langkahlangkah yang digunakan untuk wilayah tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah tersebut tersebut antara lain mengetahui menetapkan tujuan, meramalkan suatu yang akan terjadi di masa yang akan datang, memperkirakan berbagai masalah yang muncul, dan menetapkan lokasi atau wilayah yang dijadikan tempat untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan.

perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan aktivitas pada ruang wilayah Perencanaan ruang wilayah biasanya dituangkan dalam perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan aktivitas biasanya dituangkan dalam rencana pembangunan wilayah.

Menurut Arsyad (1999) terdapat empat hal yang terdapat dalam perencanaan, yaitu sebagai berikut. merencanakan berarti memilih, perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya, perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan perencanan berorientasi ke masa depan.

2. Faktor-Faktor Perencanaan Wilayah Potensi di setiap wilayah berbeda, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Ada wilayah yang memiliki potensi sumber daya melimpah, adapula yang minim. Perbedaan potensi ini memerlukan perencanaan yang berbeda. Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di masa lalu merupakan aset yang harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

Perkembangan teknologi yang sangat cepat sehingga mempengaruhi perubahan dalam kehidupan manusia. Adanya kesalahan perencanaan di masa lalu sehingga tidak dapat diubah atau diperbaiki kembali. Misalnya, masyarakat yang sudah terlanjur membangun rumah di jalur hijau, atau daerah yang terkena banjir tahunan. Oleh karena itu, memerlukan perencanaan berikutnya agar lebih terarah.

Kebutuhan akan lahan yang semakin meningkat. Hal ini karena seiring dengan pertumbuhan penduduk yang cepat.

Tujuan: Tujuan dari adanya perencanaan wilayah adalah menciptakan suatu kehidupan yang aman, nyaman, efisien, dan lestari. Dengan adanya perencanaan wilayah diharapkan kesejahteraan manusia dapat lebih terwujud.

Perencanaan wilayah menyangkut berbagai bidang, yaitu sebagai berikut: Perencanaan wilayah untuk kajian sosial ekonomi wilayah, seperti perencanaan sosial ekonomi perkotaan dan sosial ekonomi pedesaan. Perencanaan wilayah untuk tata ruang atau tata guna lahan. Perencanaan ini dapat diperinci atas tata ruang tingkat nasional, tata ruang tingkat provinsi, tata ruang tingkat kabupaten atau kota, dan tata ruang tingkat kecamatan.

Perencanaan wilayah untuk kajian-kajian khusus, seperti perencanaan lingkungan, perencanaan permukiman atau perumahan, dan perencanaan transportasi. Perencanaan wilayah untuk proyek (site planning), seperti perencanaan lokasi proyek pasar, perencanaan lokasi proyek pendidikan, perencanaan lokasi proyek real estate, dan perencanaan lokasi proyek pertanian.

3. Permasalahan Perencanaan Wilayah Masalah Mikro Masalah Makro

Masalah Mikro Masalah mikro adalah permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan proyek itu sendiri, baik dari pengelola maupun dari pemberi ijin proyek. Permasalahan mikro antara lain permasalahan teknik, seperti kondisi lahan, pengelolaan, keuangan, dampak lingkungan, sikap sosial masyarakat, dan permasalahan keamanan.

Masalah Makro Permasalahan makro adalah permasalahan pemerintah untuk melihat kaitan proyek dengan program pemerintah secara keseluruhan (makro). Permasalahan makro sebagian besar menjadi tanggung jawab pemerintah (perencana wilayah), seperti kesesuaian lokasi wilayah dan strategi pengembangan ekonomi wilayah.

4. Pendekatan dalam Perencanaan Wilayah Pendekatan sektoral pendekatan regional

Pendekatan Sektoral Pendekatan sektoral adalah pendekatan perencanaan wilayah berdasarkan sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut, seperti sektor pertanian dan sektor industri. Setiap sektor dianalisis potensinya satu persatu, menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan dimana lokasi kegiatan peningkatan tersebut. Misalnya, untuk menganalisis sektor pertanian, sektor tersebut dapat dibagi menjadi subsektor, seperti tanaman pangan, perkebunan rakyat, dan perusahaan besar.

Dalam pendekatan sektoral, pengelompokan sektor-sektor dapat dilakukan berdasarkan administrasi pemerintahan. Misalnya, sektor perindustrian berada di bawah departemen perindustrian, sektor pertanian berada di bawah departemen pertanian. Untuk masing-masing sub sektor dapat diperinci lagi atas dasar komoditi. Misalnya, untuk subsektor bahan makanan dapat diperinci atas komoditi beras,kacang-kacangan, sayuran.

Dalam pendekatan sektoral, setiap sektor/komodiiti harus dibuat analisis. Sektor/komoditi apa yang memiliki keuntungan besar di wilayah tersebut dan dapat bersaing di pasar global. Sektor apa yang penting dan kurang penting. Misalnya, beras merupakan sektor yang sangat penting di Indonesia. Sektor apa yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Sektor apa yang banyak menyerap tenaga kerja.

Berdasarkan kriteria tersebut, dapat ditetapkan skala prioritas tentang sektor/komoditi apa yang perlu dikembangkan di wilayah tersebut berdasarkan sasaran yang ingin dicapai. Penetapan skala prioritas sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan wilayah.

b. Pendekatan Kewilayahan Pendekatan kewilayahan melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Berdasarkan pendekatan kewilayahan (regional), pengelompokkan suatu daerah dapat dilakukan berdasarkan batas administrasi pemerintahan, seperti kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa.

Pendekatan regional merupakan pendekatan yang memandang wilayah yang terdiri atas bagian-bagian wilayah yang lebih kecil dengan potensi dan daya tariknya masingmasing. Analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan misalnya bagaimana memecahkan masalah urbanisasi

Pendekatan regional harus dapat menjawab berbagai pertanyaan yang belum terjawab dengan menggunakan pendekatan sektoral, antara lain sebagai berikut: Lokasi dan berbagai kegiatan ekonomi yang akan berkembang. Penyebaran penduduk di masa yang akan datang dan kemungkinan munculnya pusat-pusat permukiman baru. Adanya perubahan pada struktur ruang wilayah dan prasarana yang perlu dibangun untuk mendukung perubahan struktur ruang tersebut. Perlunya penyediaan berbagai fasilitas sosial (sekolah, rumah sakit, jaringan listrik, jaringan telepon, dan penyediaan air bersih yang seimbang pada pusat-pusat permukiman dan pusat berbagai kegiatan ekonomi. Perencanaan jaringan perhubungan (transportasi) yang akan menghubungkan berbagai kegiatan atau permukiman secara efisien.