ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN WANITA TANI PADA USAHATANI SAYURAN SENTRA SAYURAN DATARAN TINGGI

ABSTRAK. Diarsi Eka Yani Pepi Rospina Pertiwi Argadatta Sigit Program Studi Agribisnis, Jurusan Biologi FMIPA-UT ABSTRACT

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK USAHATANI SAYURAN SAYURAN ORGANIK DI DUSUN BALANGAN, WUKIRSARI, CANGKRINGAN, SLEMAN

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

METODOLOGI PENELITIAN

No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha) 1 47 SD SD SMA SD SMP SD S SMP 0.

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

JURNAL P ENYULUHAN PEMBINAAN WANITA PENGOLAH IKAN ASIN DI PESISIR MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

dari semua variabel karakteristik individu dan rumahtangga dapat dilihat pada Lampiran 4.

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) LADA DI UPT BUKIT KEMUNING LAMPUNG UTARA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

BAB I PENDAHULUAN. Hortikultura atau tanaman sayuran adalah komoditi pertanian yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

KUESIONER HUBUNGAN ORANGTUA, TELEVISI, DAN TEMAN DENGAN SIKAP PEMUDA TERHADAP PEKERJAAN DI BIDANG PERTANIAN

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Analisis Kebutuhan Modal Bagi Usaha Kebun Sawit Di Desa Kuala Bangka Kec. Kualuh Hilir Kab.

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

Mochamad Januar dan Sumardjo. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VII KARAKTERISTIK INTERNAL, KARAKTERISTIK EKSTERNAL, DAN KARAKTERSTIK INOVASI PRIMA TANI

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BELIMBING

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. secara turun temurun sebagai sumber kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI DESA PAGERJURANG KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

Transkripsi:

HUBUNGAN KARAKTERISTIK WANITA TANI DENGAN PENGETAHUAN WANITA TANI PADA USAHATANI SAYURAN (Kasus Wanita Tani Sayuran di Desa Mekarbakti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung) Diarsi Eka Yani 1, Pepi Rospina Pertiwi 2 1 Universitas Terbuka, Pondok Cabe, Tangerang 2 Universitas Terbuka, Pondok Cabe, Tangerang diarsi@ut.ac.id pepi@ut.ac.id ABSTRAK Pembangunan merupakan suatu proses untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dengan dukungan seluruh warga masyarakatnya, baik lakilaki maupun wanitanya. Sebagai tenaga kerja keluarga, wanita memberikan andil yang cukup besar dalam pengelolaan usahatani keluarganya. Pengetahuan tentang teknik usahatani yang memadai sangat diperlukan sebagai salah satu modal dalam menjalankan usahatani. Pengetahuan yang memadai diantaranya dapat diperoleh melalui kegiatan penyuluhan, dimana terdapat proses perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik dalam mengelola usahataninya. Artikel ini bertujuan untuk: (1)mengetahui faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran, (2) mengetahui tingkat pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran, dan (3) mengetahui hubungan antara karakteristik internal dan eksternal wanita tani dengan pengetahuannya pada usahatani sayuran. Data dikumpulkan dengan metode survei. Populasi penelitian adalah wanita tani yang berada di Desa Mekarbakti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang diambil secara acak sebanyak 40 orang dari seluruh anggota kelompok wanita tani yang berstatus sebagai isteri petani sayuran. Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah variabel bebas (X) meliputi pendidikan nonformal, pengalaman usahatani, sarana produksi, dan iklim usahatani. Variabel terikatnya (Y) adalah pengetahuan wanita tani pada pelaksanaan usahatani sayuran. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pendidikan nonformal, pengalaman usahatani, dan iklim usahatani tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran. Adapun sarana produksi berhubungan nyata dengan pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran. Kata kunci: karakteristik, wanita tani, pengetahuan PENDAHULUAN Pembangunan merupakan suatu proses untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana yang dilakukan dengan dukungan seluruh warga masyarakatnya, baik laki-laki maupun wanitanya. Mengikut sertakan wanita tani dalam proses pembangunan berarti memanfaatkan sumber manusiawi secara efisien, karena di samping jumlah wanita di Indonesia hampir sama besar dengan jumlah prianya, wanita juga berperan sebagai sumber tenaga kerja keluarga. Sebagai tenaga kerja keluarga, wanita memberikan andil yang cukup besar dalam pengelolaan usahatani keluarganya. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang memadai, sehingga pengelolaan usahatani dapat berjalan dengan baik. Pengetahuan yang memadai diantaranya dapat diperoleh melalui kegiatan penyuluhan, seperti diungkapkan oleh Mardikanto (1993), bahwa penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku petani, agar mereka tahu, mau, dan mampu melaksanakan

perubahan dalam usahataninya demi tercapainya peningkatan produksi dan pendapatan keluarganya. Sejalan dengan hal tersebut, Setiana (2004), mengungkapkan bahwa penyuluhan dapat menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa dijalankan para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang menjadi kebutuhan para petani tersebut. Sayuran merupakan komoditas yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sentra sayuran di Jawa Barat adalah Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Sayuran dari daerah ini didistribusikan ke kota Bandung dan di luar kota Bandung. Berkaitan dengan permintaan produk sayuran yang cenderung meningkat, maka diperlukan pengetahuan tentang teknik budidaya sayuran yang benar untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas. Artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian tahun 2010 tentang Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Pola Pengambilan Keputusan Wanita Tani pada Usahatani Sayuran. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui (1) faktor internal dan eksternal apa saja yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran, (2) bagaimana pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran, dan (3) bagaimana hubungan antara karakteristik internal dan eksternal wanita tani dengan pengetahuan pada usahatani sayuran. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan metode survei untuk pengumpulan data. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner penelitian dengan teknik wawancara dan observasi kegiatan di usahatani responden. Data sekunder yang berupa data keadaan dan potensi wilayah, programa penyuluhan, serta data kelompok tani diperoleh dari pemerintah setempat, instansi terkait di wilayah penelitian, yang kesemuanya, berfungsi sebagai pendukung dan pelengkap data primer. Populasi penelitian adalah wanita tani yang berada di Desa Mekarbakti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang diambil secara acak sebanyak 40 orang dari seluruh anggota kelompok wanita tani yang berstatus sebagai isteri petani sayuran yang ada di daerah setempat. Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah faktor internal wanita tani, yang terdiri dari pendidikan nonformal (X1), pengalaman usahatani (X2), sedangkan faktor eksternalnya adalah sarana produksi (X3), dan iklim usaha (X4). Variabel

terpengaruhnya adalah pengetahuan wanita tani pada pelaksanaan usahatani sayuran (Y). Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial, yaitu dengan menampilkan distribusi frekuensi, dan persentase, serta analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Internal Pengetahuan wanita tani dalam mengelola usahataninya sangat dipengaruhi oleh faktor internal individu wanita tani tersebut. Faktor internal yang pertama dibahas dalam artikel ini adalah pendidikan nonformal, seperti tersaji dalam Tabel 1. Tabel 1. Sebaran responden berdasarkan kategori pendidikan nonformal Kategori pendidikan nonformal Jumlah responden (N) Persentase (%) Rendah (2 3,67) 28 68,3 Sedang (3,67 5,33) 10 24,4 Tinggi (5,34 7) 3 7, 3 Total 41 100,0 Sebagian besar wanita tani (68,3%) berpendidikan nonformal rendah. Rendahnya pendidikan nonformal ini disebabkan sebagian besar wanita tani belum pernah mengikuti pelatihan tentang budidaya sayuran. Seperti yang diungkapkan sebagian besar responden bahwa kegiatan pelatihan yang diadakan lebih banyak diikuti oleh bapak taninya. Sementara itu, beberapa peran penyuluhan diantaranya (1) sebagai proses penyebarluasan informasi, (2) sebagai proses penerangan, (3) sebagai proses perubahan perilaku, dan (4) sebagai proses pendidikan belum merata diikuti atau dinikmati oleh seluruh petani. Di samping pendidikan nonformal, faktor internal yang berhubungan dengan pengetahuan wanita tani adalah pengalaman usahatani. Pengalaman usahatani memberikan gambaran atau keputusan seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukan. Pengalaman usahatani anggota kelompok tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran responden berdasarkan kategori pengalaman usahatani Kategori pengalaman usahatani Jumlah responden (N) Persentase (%) Rendah (1 14 thn) 28 66,2 Sedang (15 26 thn) 10 24,3 Tinggi (27 40 thn) 3 9,5 Total 41 100,0 Dalam Tabel 2 terlihat, bahwa 66,2% wanita tani mempunyai pengalaman usahatani yang rendah. Rendahnya pengalaman usahatani, karena sebagian besar wanita tani baru mengenal atau berkecimpung dalam usahatani sayuran setelah mereka menikah, melalui pengalaman di lahan usahatani, mereka belajar kegiatan usahatani mulai dari penyediaan bibit sampai dengan pemasaran. Faktor Eksternal Sarana produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pupuk, obatobatan, alat pengolah tanah, alat irigasi, dan alat penyemprot hama penyakit yang mudah diperoleh dan mudah terjangkau harganya oleh para wanita tani, yang tersaji dalam Tabel 3 Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan kategori sarana produksi Kategori sarana produksi Jumlah responden (N) Persentase (%) Rendah (24 31) 11 26,7 Sedang (32 38) 22 53,7 Tinggi (39 45) 8 19,6 Total 41 100,0 Sebagian besar wanita tani mengatakan ketersediaan dan keterjangkauan sarana produksi oleh wanita tani tergolong sedang (53,7%). Menurut pendapat sebagian besar responden, sarana produksi cukup mudah diperoleh, karena jarak tempat penjualan sarana produksi dengan rumah wanita tani tidak begitu jauh. Begitu pula daya beli sarana produksi cukup terjangkau oleh responden. Iklim usaha yang dimaksud dalam artikel ini adalah kebutuhan konsumen akan komoditas sayuran dan harga penjualan komoditas sayuran pada panen terakhir dibandingkan dengan hasil panen sebelumnya. Tabel 4 menyajikan data sebaran responden berdasarkan kategori iklim usahatani.

Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan kategori iklim usaha Kategori iklim usaha Jumlah responden (N) Persentase (%) Rendah (2 3,33) 19 46,4 Sedang (3,34 4,67) 3 7,2 Tinggi (4,68 6) 19 46,4 Total 41 100,0 Dari hasil wawancara diperoleh keterangan, bahwa sebagian wanita tani mengatakan iklim usaha tergolong rendah (46,4%), dan sebagian lagi mengatakan iklim usaha tergolong tinggi (46,4%). Hal ini disebabkan harga yang fluktuatif untuk beberapa jenis sayuran, karena pengaruh cuaca yang tidak menentu. Keadaan ini akan berdampak pada harga komoditas sayuran dan kebutuhan konsumen akan komoditas tersebut. Untuk beberapa jenis sayuran tertentu harga melonjak, sehingga menyebabkan kebutuhan akan sayuran menjadi menurun, atau sebaliknya untuk jenis sayuran yang lain. Pengetahuan Wanita Tani pada Usahatani Sayuran Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya adalah pendidikan, informasi media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia (Notoatmojo dalam Pakpahan, 2011). Pengetahuan wanita tani dalam artikel ini dibatasi pada kegiatan usahatani sayuran dalam kegiatan pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengairan, pemberantasan hama penyakit, penentuan waktu panen, serta pemasaran. Untuk melihat sebaran responden berdasarkan kategori tingkat pengetahuan wanita tani dalam pelaksanaan usahatani sayuran tersaji dalam Tabel 5. Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat pengetahuan dalam pelaksanaan usahatani sayuran No. Kegiatan budidaya sayuran Pengetahuan (%) Persentase 1 2 3 1 Pemilihan bibit 4,9 4,9 90,2 100 2 Persiapan/pengolahan lahan 12,2 4,9 82,9 100 3 Penanaman 2,4 7,3 90,2 100

4 Penyulaman 9,8 2,4 87,8 100 5 Pemupukan 2,4 2,4 95,1 100 6 Pengairan 7,3 12,2 80,5 100 7 Pengendalian hama penyakit 26,8 9,8 63,4 100 8 Panen 0 4,9 95,1 100 9 Pemasaran 17,1 14,6 68,3 100 Keterangan: 1 = tidak tahu (melakukan tahapan dalam setiap kegiatan budidaya < 50%) 2 = cukup tahu (melakukan tahapan dalam setiap kegiatan budidaya = 50%) 3 = sangat tahu (melakukan tahapan dalam setiap kegiatan budidaya > 50%) Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita tani tentang usahatani sayuran sangat baik. Hal ini disebabkan, sebagian besar wanita tani telah mengetahui langkah-langkah dalam setiap kegiatan budidaya sayuran, dalam arti wanita tani telah melakukan lebih dari 50% langkah-langkah dalam setiap keguatan budidaya sayuran. Pengetahuan yang dimiliki wanita tani diperoleh dari berbagai pihak, seperti suami, teman sesama petani, maupun penyuluh. Seperti yang diungkapkan oleh Notoadmodjo dalam Pakpahan (2011), yang menyatakan bahwa informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak memperoleh informasi maka ia cendrung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Pengetahuan Wanita Tani dalam Pelaksanaan Usahatani Sayuran Hasil analisis hubungan faktor internal dan eksternal wanita tani dengan pengetahuan wanita tani dalam pelaksanaan usahatani sayuran digunakan uji korelasi Rank Spearman, pada Tabel 6. Tabel 6. Hubungan faktor internal dan eksternal dengan pengetahuan wanita tani dalam pelaksanaan usahatani sayuran Faktor internal dan eksternal Pend. Nonfor mal Pemilihan Pengo Pena Penyu Pemupu bibit lahan naman laman kan tanah Pengair an Pembe rantasan hama penyakit Panen Pemas aran -0,018-0,001-0,237-0,055-0,038 0,039-0,096-0,263 0.055

Lama usahatani Sarana produksi 0,01-0,037-0,201 0,092-0,01-0,183-0,18 0,183-0,302 0,415** 0,297 0,406** 0,205 0,146 0,573** 0,483** 0,043 0,492** Iklim usahatani -0,285-0.088-0,345* 0,012-0,089-0,03 0,08-0,093-0,013 Keterangan : *korelasi nyata pada taraf α = 5% Tabel 6 memperlihatkan adanya hubungan positif nyata antara sarana produksi dengan pengetahuan wanita tani dalam kegiatan pemilihan bibit, penanaman, pengairan, pemberantasan hama penyakit, dan pemasaran. Ini berarti bahwa semakin tinggi sarana produksi (bibit, dan obat pemberantas hama penyakit, alat untuk pengairan, alat untuk pemberantasan hama penyakit) yang tersedia bagi wanita tani, maka wanita tani diindikasikan semakin bersemangat untuk menambah pengetahuan dalam pemilihan bibit yang baik, penanaman, pengairan, pemberantasan hama penyakit agar didapat tanaman yang tumbuh sehat dan berproduksi tinggi. Kepemilikan sarana produksi yang telah dibeli diharapkan terpakai dengan baik dan efektif. Dengan demikian agar modal yang telah dikeluarkannya untuk memperoleh sarana produksi dapat dipergunakan dengan baik, maka wanita tani mengusahakan penambahan pengetahuannya untuk mengelola usahataninya dengan memanfaatkan sarana dengan baik. Adapun hubungan positif nyata antara sarana produksi dengan pengetahuan wanita tani tentang pemasaran disebabkan ketersediaan dan keterjangkauan sarana produksi bagi wanita tani dapat menjadi indikasi bahwa wanita tani bersemangat untuk menambah pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemasaran. Hal ini cukup beralasan, karena hasil usahatani yang telah menggunakan modal sarana produksi yang tidak sedikit, diharapkan segera dapat dipasarkan. Tabel 6 memperlihatkan adanya hubungan negatif nyata antara iklim usahatani dengan penanaman. Hal ini diduga walaupun kebutuhan dan harga komoditas sayuran mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu, akan tetapi komoditas sayuran tetap dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat, sehingga wanita tani terus menambah pengetahuannya tentang tata cara menanam sayuran yang benar dengan berdiskusi dengan teman-temannya atau bertanya pada suaminya.

KESIMPULAN Hasil kajian tentang hubungan antara karakteristik wanita tani dengan pengetahuannya pada usahatani sayuran menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif nyata antara faktor eksternal wanita tani, yaitu sarana produksi dengan pengetahuan wanita tani dalam pemilihan bibit, penanaman, pengairan, pemberantasan hama penyakit, dan pemasaran. Di samping itu terdapat hubungan yang positif nyata pula antara iklim usahatani dengan pengetahuan wanita tani dalam penanaman. Ditinjau dari tingkat pengetahuannya, pengetahuan wanita tani tentang usahatani sayuran sangat baik. Wanita tani di Desa Mekarbakti telah melakukan lebih dari 50% langkah-langkah dalam setiap kegiatan budidaya sayuran. Hal ini tentu sangat mendukung tercapainya hasil usahatani yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan wanita tani dan keluarganya. Namun demikian, motivasi dari penyuluh perlu pula diupayakan bagi peningkatan pengetahuan wanita tani, sehingga mereka turut berpartisipasi aktif dalam pelatihanpelatihan yang diselenggarakan oleh dinas pertanian. Diharapkan melalui pelatihan yang berkaitan dengan usahatani, maka pengetahuan wanita tani akan meningkat, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. DAFTAR PUSTAKA Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press Setiana, L. 2004. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Pakpahan, H. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. http://ilmucomputer2.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. Diakses tgl 20 Juni 2011. KEMBALI KE DAFTAR ISI