PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEBAGAI PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (Studi Kasus Pelatihan Pegawai Hotel Nalendra Bandung)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIOTESIS Revitalisasi Pelatihan Sumber Daya Manusia

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

PELATIHAN PENINGKATAN KOMPETENSI BERBAHASA INGGRIS GURU DALAM PEMBELAJARAN BILINGUAL DI SDIT BILINGUAL FITHRAH INSANI KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dinamika yang kian mengglobal, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (MSDM) yang penting. Ketika permintaan pekerjaan berubah, kemampuan

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi banyak organisasi, karyawan yang berbakat merupakan landasan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian upah atau gaji atas jasa-jasa yang diberikan karyawan kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendongkrak kekuatan internal organisasi untuk tetap

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, di bawah ini di paparkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan modal dasar sekaligus menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan pada institusi ekonomi modern, hal ini nampak dari pola kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang dimiliki perusahaan, tanpa dukungan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pelatihan pada hakikatnya adalah suatu sub sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan salah satu

PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masukan selama periode tersebut (Dossett dan Greenberg, 1981). a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hashifah Inaroh Luthfiah Achmadi, 2014

BY DWIYADI SURYA WARDANA, SE, MM STIE WIDYA MANGGALA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tugas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah mengelola

BAB I PENDAHULUAN. ini peranan pengajaran sangat penting karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN PUSTAKA. (performance). Menurut Sedarmayanti (2009 : 50), performance bisa

BAB II KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pengertian Kompetensi dan Jenis Kompetensi

BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

EVALUASI PELATIHAN. Oleh : Sudiharto *) yang dianut. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelatihan dapat dievaluasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

Kebutuhan Pelatihan bagi SDM. Rd.Funny Mustikasari Elita

Evaluasi Pelatihan dengan Metode Kirkpatrick Analysis

LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia.

BAB II KAJIAN TEORI. berkesinambungan agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan

tugas yang dilakukannya. Sumber Daya Manusia yang disoroti pengembangannya dalam penelitian ini adalah SDM karyawan sebuah perusahaan di Surabaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

BAB II URAIAN TEORITIS. Pemiga Orba Yusra (2006) judul skripsi: Pengaruh Pelatihan Terhadap

Desain dan Pengembangan Pelatihan

SISTEM INFORMASI SDM. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

Penilaian Kinerja. Levinson mendefinisikan kinerja dan beberapa istilah lain yang terkait berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi

TUGAS GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu. sendiri, yakni sektor-sektor industri, pertanian, tenaga kerja,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam 30 tahun terakhir ini perkembangan teknologi berjalan dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di antara perusahaan, akibatnya pengetahuan dan keterampilan karyawan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

Oleh : KELOMPOK 5. Nur Avni Rosalia ( ) Ami Angelia Pratama Putri ( ) Sagita Sukma ( )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dipengarui oleh banyak faktor. Secara umum faktor sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang cukup diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga mampu

MANAJEMEN KINERJA. Paradigma Baru Dalam Memanajemeni. Oleh: Rojuaniah Dosen FE - UIEU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM PELATIHAN ECBT (Edulab Certified Basic teaching ) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA TUTOR (Studi Kasus di Konsultan Pendidikan Edulab Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. menghambat dan mengganggu kelancaran operasional dan sebagai akibatnya

MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

III.METODE PENELITIAN. Metode pada penelitian ini yaitu Penelitian dan pengembangan (research and

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

PERENCANAA PELATIHAN, IN HOUSE TRAINING DAN OFF THE JOB TRAINING.MESIN CNC BAGI DOSENJPTM Oleh : Inu Hardi Kusumah (Makalah) BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI PERSYARATAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN KATA PENGANTAR DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Transkripsi:

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEBAGAI PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (Studi Kasus Pelatihan Pegawai Hotel Nalendra Bandung) Nike Kamarubiani 1 Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perhotelan saat ini masih dikatakan belum dapat berkompetisi dalam persaingan global.sehingga perlu dilakukan treatment khusus untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut hotel Nalendra adalah salah satu hotel yang sudah melakukan treatment tersebut melalui program pelatihan berbasis kompetensi. Adapun penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi guna memberikan gambaran tentang prosedur implementasi pelatihan berbasis kompetensi dalam pengembangan sumber daya manusia di Hotel Nalendra khususnya mengenai 1) prosedur perencanaan pelatihan, 2) prosedur pelaksanaan pelatihan, dan 3) proses evaluasi pelatihan. Teori pendukung yang dipakai dalam penelitian ini diantaranya adalah teori-teori pengembangan SDM yang dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo (1992), pelatihan seperti yang dikemukakan oleh Robert L. Craig (1987) dan Nedler (1984), teori kompetensi dan pelatihan berbasis kompetensinya oleh Kevin Lohan (1995) dan William E. blank (1982). Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan data- data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dari seluruh rangkaian penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) perencanaan meliputi tinjauan terhadap proses identifikasi kebutuhan pelatihan, perancangan kurikulum pealtihan, proses rekrutmen peserta pelatihan, pemilihan sumber belajar, sumber dana, penjabaran bahan ajar, pengadaan sarana belajar, pemilihan metode dan teknik pelatihan, serta penyusunan alat evaluasi. 2) pelaksanaan meliputi pengkondisian iklim pembelajaran dan pretest, penyampaian materi serta penerapan metode dan teknik pembelajaran, praktek. 3) evaluasi meliputi pretest, tes proses, dan post test. Kata kunci : pendekatan kompetensi, pengembangan sumber daya manusia A. Pendahuluan Pembangunan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia di dalamnya. Apabila pembangunan itu didukung oleh sumber daya manusia yang terampil, maka pembangunan akan dapat berkembang lebih optimal. Oleh karena itu sangat diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui jalur formal maupun informal. Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk membahas tentang penyelenggaraan pelatihan dalam upaya meningkatkan kualitas seseorang dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sebagaimana dikemukakan oleh Wayne F. Cascio (1995) : training consist of p;aned programs undertaken to improve employee knowledge, skill, attitude, and social behavior, so that the performance of organization improves considerably.

Munandar (1978) mengutip pendapat stikula yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan produksi tidak hanya tergantung pada mesin yang modern, modal yang cukup dan bahan baku yang banyak akan tetapi tergantung orang yang melaksanakannya. Oleh karena itu untuk mencapai teraf efisiensi dan produktivitas yang tinggi, seorang pemimpin harus dapat mengetahui dan melayani kebutuhan pegawainya. Di Indonesia, masalah perhotelan masih memerlukan penanganan khusus. Hotel Nalendra sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam usaha jasa pariwisata berusaha untuk mempunyai karyawan yang baik bagi perkembangan perusahaan di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Pengelola hotel menyelenggarakan pelatihan berbasis kompetensi bagi karyawannya. Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai prosedur implementasi pelatihan berbasis kompetensi dalam pengembangan sumber daya manusia di Hotel Nalendra Bandung. Berdasarkan observasi awal ditemukan ata bahwa Badan Human Resources Development (HRD) Hotel Nalendra menyadari pentingnya program pelatihan sebagai program pengembangan sumber daya manusianya yaitu para pegawai sebagai salah satu faktor penentu kemajuan perusahaan. Karena dititikberatkan oleh perhotelan sebagai wujud hasil pelatihan yang spesifik maka HRD memilih program pelatihan berbasis kompetensi dengan harapan akan menghasilkan pegawai yang menguasai tugasnya secara nyata dan tentu akan memberikan umpan balik yang nyata bagi penyelenggara. Keberhasilan suatu program pelatihan tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya yaitu dilakukan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berikut adalah gambaran kerangka penulis. ng HRD Hotel Nalendra (penyelenggara) tut Pelatihan berbasis kompetensi - Perencanaan - Pelaksanaan - Evaluasi Dampak Pengembangan Sumber Daya Manusia Ganbar 1 Paradigma Penelitian B. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi guna memberikan gambaran tentang prosedur implementasi pelatihan berbasis kompetensi dalam pengembangan sumber daya manusia di Hotel Nalendra. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah: (a) mengetahui prosedur perencanaan program pelatihan berbasis kompetensi dalam pengembangan sumber daya manusia di Hotel Nalendra, (b) Mengetahui prosedur pelaksanaan program pelatihan berbasis kompetensi dalam pengembangan sumber daya manusia di Hotel Nalendra, (c) mengetahui proses evaluasi program pelatihan berbasis kompetensi dalam pengembangan sumber daya manusia di Hotel Nalendra.

C. Kajian Teori 1. Konsep Pelatihan dan Kompetensi Pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan (competency) dan keterampilan kerja. Untuk itu istilah pelatihan selalu berdampoingan dengan istilah kompetensi. 1.1. Pengertian Pelatihan Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang. Selanjutnya Gary Dessler (2009) mengajukan pendapat pelatihan adalah proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya. Dalam pengertian yang lebih formulatif, Ivancevich mengartikan pelatihan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan). Tujuan pelatihan harus jelas ebab termasuk dalam slah satu komponen pelatihan. Sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005) bahwa pelatihan terdiri dari: (a) tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur, (b) para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai atau profesional, (c) Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai. (d) peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap

evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan. 1.3. Tahap-Tahap Pelatihan Kegiatan pelatihan dilakukan melalui prosedur tertentu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pelatihan. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan dilakukan dalam bebarapa tahap kegiatan. Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan / need assesment; (2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi. 2. Konsep Kompetensi Istilah kompetensi berasal dari bahasa inggris yang dikenal dengan sebutan competency, competence, dan competent yang arti satu sama lainnya relatif sangat tipis. Competency merupakan kata benda dari competence yakni kecakapan. Competence selain berarti kecakapan dan kemampuan juga berarti wewenang. Juga dapat diartikan sebagai keadaan yang sesuai,memadai,atau cocok Dalam penggunaan dua kata itu sering rancu. Sedang competent sebagai kata sifat yang berarti cakap, mampu, dan tangkas. Dengan demikian kompetensi terdiri dari beberapa jenis karakteristik yang berbeda yang mendorong perilaku, seklaigus fondasi karakteristik. Kesemuanya kompetensi tersebut akan terbukti dalam cara seseorang berperilaku di tempat kerja. Konsep kompetensi merupakan dasar dalam perencanaan pelatihan. Oleh karena itu R.Pahlan dalam bukunya Competency Management: A Practicioner s Guide, terjemahan, 2007), menggali lima istilah dalam definisi kompetensi sebagai berikut: (1). Karakter dasar diartikan sebagai kepribadian seseorang yang cukup dalam dan berlangsung lama. Dalam definisi ini, karakter dasar mengarah pada motif, karakteristik pribadi, konsep diri dan nilai-nilai seseorang. (2). Kriteria referensi berarti bahwa komptensi dapat diukur berdasarkan standar atau kriteria tertentu. Dapat diukur faktor-faktor pembentuk terjadinya kinerja karyawan yang beragam (unggul, biasa, dan rendah). Dari faktor-faktor tersebut kemudian dapat diprediksi kinerja seseorang. Misalnya angka penjualan yang dilakukan seorang wiraniaga per satuan waktu. (3) Hubungan kausal mengindikasikan bahwa keberadaan suatu kompetensi dan pendemonstrasiannya memprediksi atau menyebabkan suatu kinerja unggul. Kompetensi-kompetensi seperti motif, sifat dan konsep diri dapat memprediksikan ketrampilan dan tindakan. Kemudian ketrampilan dan tindakan memprediksi hasil kinerja pekerjaan. Jadi disitu ada maksud atau motif yang mengakibatkan sebuah tindakan atau perilaku yang membuahkan hasil. Contohnya, kompetensi pengetahuan selalu digerakkan oleh kompetensi motif, karakteristik pribadi, atau konsep diri. Model kausal ini dapat diperjelas lagi melalui contoh berikut; kalau organisasi tidak mengakuisisi atau mengembangkan kompetensi inisiatif bagi para karyawannya, maka dapat diduga pekerjaan yang harus disupervisinya akan dikerjakan ulang dan biaya untuk memastikan kualitas pelayanan akan meningkat. (4). Kinerja unggul mengindikasikan tingkat pencapaian,misalnya dari sepuluh persen tertinggi dalam suatu situasi kerja. (5). Kinerja efektif adalah batas minimum tingkat hasil kerja yang dapat diterima. Ini biasanya merupakan garis batas dimana karyawan yang hasil kerjanya di bawah garis ini dianggap tidak kompeten untuk melakukan pekerjaan tersebut.

D. Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengamati lingkungan hidupnya, bagaimana cara mereka berinteraksi, berusaha dan bagaimana ia menafsirkan dunia kerjanya dalam kondisi naturalistik, sedangkan peneliti sebagai instrumen penelitian. Adapun metode yang digunakan adalah metode studi kasus terhadap keseluruhan proses program pelatihan (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) sebagai program pengembangan sumber daya manusia yang diselenggarakan oleh Hotel Nalendra khususnya pada divisi Food and Beverage. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi secara partisipasi pasif yaitu peneliti bertindak sebagai pengamat secara pasif di tengah-tengah aktivitas subjek dan di tempat pelaksanaan pelatihan berlangsung. Mengamati, mencatat, lalu memverifikasi setiap fenomena dan informasi yang diperoleh berdasarkan pedoman yang telah disiapkan. Aspek yang diamati adalah struktur organisasi, proses pelatihan, sarana prasarana pendukung program. Teknik wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara berstruktur terhadap beberapa responden yaitu instruktur, staf HRD, dan peserta pelatihan. Studi dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh yaitu berupa rumusan konsep pelatihan, dokumentasi pra desain pelatihan, dan laporan pelatihan. Peneliti menggambarkan kronologis penelitian pada bagan di bawah ini: Tahap pralapangan Tahap kegiatan lapangan Pengumpulan data Tahap analisis intensif - Adaptasi - Pengumpulan data awal - Observasi - Wawancara - Dokumentasi Laporan penelitian Gambar 2 Proses penelitian E. Hasil Penelitian dan Pembahasan Peningkatan mutu pegawai melalui program pelatihan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, yaitu dapat memanfaatan potensi SDM secara lebih efektif dan pada akhirnya akan meningkatkan pelayanan dan kepuasan para pemakai jasa untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Hotel Nalendra menyadari hal ini dan mereka menyelenggarakan pelatihan berbasis kompetensi dengan tahapan yang dilaluinya yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1. Perencanaan pelatihan berbasis kompetensi Perencanaan pelatihan dimulai dengan identifikasi kebutuhan pelatihan yang dilakukan oleh divisi HRD dan diperoleh data bahwa diperlukan adanya pengembangan pegawai sebagai sumber daya manusia untuk meningkatkan kompetensinya sesuai dengan standar nasional, dengan begitu terjadi perubahan tingkat kompetensi pegawai yang akan berdampak pada kualitas pelayanan Hotel Nalendra sehingga mampu berkompetitif dengan hotel lainnya.

Proses identifikasi dengan memakai metode studi kompetensi ini berjalan baik dengan bantuan ahli kompetensi dari persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) yang disebut dengan assessor, sebagai lembaga nasional bidang hotel dan restoran yang juga merupakan badan yang berwenang untuk mengeluarkan sertifikat penguasaan kompetensi dalam bidang ini. assessor merancang sebuah desain pealtihan menjadi sebuah paket pelatihan yang isinya rincian kompetensi, modul, metode dan teknik pelatihan, serta instrumen evaluasi.setelah perencanaan pealtihan selesai maka dihasilkan sebuah dasain pelatihan dan dilaksanakan pelatihan yang disetujui dan disahkan oleh pimpinan Hotel Nalendra. Selanjutnya divisi HRD dengan manajer Divis FB membuat persyaratan untuk rekrutmen peserta pelatihan, sumber belajar, pengadaan dana, sarana prasarana, serta pada akhirnya membuat jadwal pelatihan dengan kesepakatan bersama. Berikut digambarkan proses perencanaan program. Identifikasi kebutuhan pelatihan Tujuan pelatihan Standar kompetensi PHRI Kompetensi yang dibutuhkan Rekrutmen peserta Kurikulum pelatihan Modul terakreditasi Sumber belajar Metode dan teknik Pelaksanaan Sarana dan prasarana Instrumen evaluasi Pengesahan Dana Jadwal pelatihan Desain pelatihan Gambar 3 Perencanaan program pelatihan divisi FB Hotel Nalendra 2. Pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi Pada pelaksanaan program pelatihan, peserta pelatihan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Pelatihan diawali dengan pengkondisian iklim belajar dan pre test, disambung dengan proses belajar mengajar dengan menggunakan modul, yang disampaikan dengan menggunakan metode dan teknik yang telah ditentukan dan diakhiri oleh praktek. Dalam modul terapat materi evaluasi, sehingga peserta dapat menyiapkan diri. Program pelatihan menggunakan strategi belajar tuntas dan individual, instruktur berperan sebagai fasilitator yang bisa memberikan motivasi pada peserta agar berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pelatihan berbasis kompetensi mempunyai keleluasaan pemilihan waktu dan metode pelatihan sesuai dengan keinginan peserta, selama tujuan pelatihan tetap tercapai. Proses pelaksanaan digambarkan melalui gambar dibawah ini :

Modul Materi evaluasi Desain Pelatihan Pengkondisian iklim belajar dan pre testt PELAKSANAAN PELATIHAN Praktek Motivasi Evaluasi Metode dan teknik Gambar 4 Pelaksanaan program pelatihan 3. Evaluasi pelatihan berbasis kompetensi Evaluasi pelatihan dilakukan dengan tujuan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas pelatihan. Evaluasi diukur secara kualitatif dengan melihat kemampuan peserta dalam menampilkan/ mendemonstrasikan kompetensi yang dilatihkan dan dinilai oleh asesor selaku penilai kompetensi yang ditampilkan. Evaluasi dilakukan dengan tiga tahap yaitu pre test, evaluasi proses, dan pos test. F. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pengelolaan pelatihan berbasis kompetensi sebagai program pengembangan sumber daya manusia, yang dilakukan pada pegawai hotel Nalendra Bandung dilakukan dlaam tiga tahap yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah perlunya perhatian yang lebih baik dari pengelola hotel berkenaan dengan kegiatan perencanaan, pelaksanan dan evaluasi pengelolaan hotel sehingga meningkatkan kompetensi karyawan dalam memberilakn layanan yang lebih baik kepada konsumen. G. Daftar Pustaka Abdulhak, I. (1996). Strategi membangun motivasi dalam pendidikan orang dewasa. Bandung : AGTA Manunggal Utama. Arasasmita, R. (1985). Pedoman merancang system kursus dan latihan. Bandung : PLS FIP IKIP.

Harris, R. (2002). Memahami pelatihan di tempat kerja. Terjemahan Getting to grips with. Jakarta.NCVER. Mangkunegara, A. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Miller, J.P. & Seller. W. (1985). Curriculum, perspective and practice. New York : Longman Inc. Nasution S. (1993). Pengembangan Kurikulum Bandung : Cita Aditya Bakti. Sudjana, D. (1993), Metode dan teknik pembelajaran Partisipatif, Bandung : Nusantara Press. Tilaar, H.A.R. 1 Penulis adalah Dosen Jurusan PLS FIP Universitas Pendidikan Indonesia