V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN *

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

Laki-laki Perempuan Jumlah

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota di

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI PADI DALAM PEMANFAATAN SUMBER PERMODALAN: STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Darmiati Dahar, Fatmawati Universitas Ichsan Gorontalo ABSTRAK

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah secara geografis berada pada koordinat ' 19" BT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan untuk usahatani sayuran. Kondisi geografis Desa Citeko diantaranya: memiliki jenis tanah instand, dengan ph tanah pada kisaran 5-6, curah hujan basah dengan kemiringan lahan antara 15-30%, ketinggian daerah lebih dari 1000 mdpl. Selain kondisi geografis, terdapat beberapa data mengenai tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan masyarakat yang akan dijelaskan sebagai berikut: 5.1.1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk Kecamatan Cisarua pada tahun 2010 adalah 107.666 jiwa dengan proporsi berdasarkan jenis kelamin laki-laki 52.409 jiwa dan perempuan 55.257 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Desa Citeko adalah 11.600 jiwa dengan jumlah laki-laki: 6.083 jiwa dan perempuan: 5.517 jiwa. Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, masyarakat di Desa Citeko, Kecamatan Cisarua masih relatif rendah. Mayoritas penduduk hanya melanjutkan sekolah pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), data tingkat pendidikan masyarakat Desa Citeko, Kecamatan Cisarua dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kecamatan Cisarua dan Desa Citeko Tingkat Pendidikan Kecamatan Cisarua (Jiwa) Desa Citeko (Jiwa) Belum Sekolah 28.973 3.221 Sekolah Dasar 48.889 4.058 Sekolah Menengah Pertama 33.097 4.050 Sekolah Menengah Atas 1.974 157 Diploma I-III 417 63 Sarjana 311 51 Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2010 5.1.2. Jenis Pekerjaan Masyarakat Masyarakat Kecamatan Cisarua pada umumnya bekerja di sektor jasa dengan jumlah sebanyak 10.892 jiwa, kemudian diikuti sebagai pegawai swasta dan petani dengan masingmasing sebanyak 3.314 jiwa dan 2.486 jiwa. Begitupun masyarakat Desa Citeko mayoritas bekerja pada sektor jasa sebanyak 1.136 orang. Jenis pekerjaan sebagai petani berada di urutan kedua dengan jumlah 417 jiwa dan kemudian pegawai swasta dengan jumlah 354 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jenis Pekerjaan Masyarakat Kecamatan Cisarua dan Desa Citeko Jenis Pekerjaan Kecamatan Cisarua (Jiwa) Desa Citeko (Jiwa) PNS/TNI/POLRI 272 28 Pedagang 2.182 228 Petani 4.243 417 Jasa 10.892 1.136 Buruh Tani 2.486 259 Pegawai Swasta 3.314 354 Lainnya 7.748 826 Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2010 5.2. Sejarah Gapoktan Bunga Wortel Pada awal berdirinya di tahun 1993, Bunga Wortel hanya berbentuk Kelompok Tani (KT). Kemudian pada tahun 2002, petani yang bergabung dengan KT semakin bertambah. Dengan banyaknya petani anggota KT, kemudian berubah menjadi Gapoktan Bunga Wortel, yang terbagi menjadi enam KT yaitu: KT Sawah Lega, KT Ragem, KT Mangga, KT Layung Sari, KT Guna Kelinci dan KT Jembar Alam. Sampai dengan saat ini jumlah petani anggota yang terdaftar di Gapoktan Bunga Wortel adalah sebanyak 120 orang. Tetapi yang aktif hanya 75 orang petani. Pada tahun 2002 juga telah berdiri kelembagaan, yaitu: Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Bunga Wortel. P4S sering dijadikan tempat studi banding dari P4S dari daerah lainnya. Susunan organisasi Gapoktan dan P4S Bunga Wortel terdiri dari: Ketua : Syaiful Rohman, SE; Sekretaris: Wawan, SE; dan Bendahara: H. Ukar Suherman. Bapak H. Ukar merupakan salah satu petani berprestasi yang telah mendapatkan beberapa penghargaan seperti dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat dan Menteri Pertanian. 5.3. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah petani yang sedang melakukan usahatani caisin (Brasica rapa, cv). Petani-petani yang dijadikan responden terdiri dari petani anggota Gapoktan Bunga Wortel dan petani non anggota Gapoktan Bunga Wortel. Beberapa karakteristik petani responden yang dianggap penting diantaranya mengenai status usaha, umur, pendidikan, luas lahan dan status kepemilikan lahan; pengalaman usahatani, sumber modal, dan tempat pelatihan.

5.3.1. Status Usaha Petani responden dari anggota dan non anggota Gapoktan Bunga Wortel seluruhnya menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama. Terdapat beberapa orang petani yang memiliki pekerjaan sampingan diantaranya sebagai ojeg: satu orang; pedagang: empat orang; peternak kelinci: enam orang; buruh bangunan: tiga orang; dan penjaga villa: tujuh orang. 5.3.2. Umur Responden Umur mempengaruhi terhadap motivasi petani dalam melakukan usahatani caisin. Biasanya pada saat umur produktif (18-45 tahun) memiliki tingkat motivasi yang masih relatif tinggi. Selain itu, mayoritas petani beranggapan bahwa bertani merupakan mata pencaharian utama yang telah dilakukan secara turun-temurun. Umur petani anggota Gapoktan Bunga Wortel adalah berkisar antara 41-78 tahun, sedangkan untuk petani non anggota gapoktan berkisar antara 40-70 tahun. Data mengenai sebaran umur responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran Umur Responden Petani Caisin Anggota dan Non Anggota Gapoktan Bunga Wortel Anggota Gapoktan Non Anggota Gapoktan Rentang Usia Persentase Persentase Jumlah (orang) Jumlah (orang) (persen) (persen) 40-49 tahun 2 7,69 11 44 50-59 tahun 12 46,15 7 28 60-69 tahun 7 26,92 5 20 70-79 tahun 5 19,23 2 8 Jumlah 26 100 25 100 Responden petani caisin anggota Gapoktan mayoritas berumur antara 50-59 tahun dengan persentase 46,15 persen. Sedangkan responden petani caisin non anggota gapoktan rata-rata terbanyak berkisar pada umur 40-49 tahun dengan persentase 44 persen. Hal ini menunjukkan kurangnya minat pemuda untuk bekerja di sektor pertanian. Pada jangka panjang, proses regenerasi petani akan terhambat. Dengan berkurangnya jumlah petani, dikhawatirkan lahan pertanian yang ada akan dijual dan akan berubah fungsi menjadi perumahan atau villa. 5.3.3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan petani responden berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru. Seluruh petani responden pernah mengikuti pendidikan formal, namun tingkatannya

masih relatif rendah. Pada petani anggota Gapoktan Bunga Wortel seluruh anggota hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Sedangkan petani responden non anggota Gapoktan Bunga Wortel terdapat empat orang (enam persen), pernah sekolah sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan 21 petani (84 persen) hanya berpendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). 5.3.4. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan Lahan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi caisin, faktor lahan dapat dibedakan berdasarkan luasan dan status kepemilikan lahannya. Berdasarkan hasil wawancara di tempat penelitian, sebagian besar luasan lahan yang diusahakan oleh petani anggota dan non anggota Gapoktan Bunga Wortel rata rata seluas 0,2 hektar. Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan yang diusahakan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Luas dan Status Lahan yang digunakan Petani Caisin di Desa Citeko Luas Luas dan Status Lahan Anggota Gapoktan (orang) Persentase (Persen) Non anggota Gapoktan (orang) Persentase (Persen) (0,1-0,25 hektar) 16 61,54 22 88 (0,3-0,5 hektar) 10 38,46 3 12 ( > 0,5 hektar) - - Status Lahan Milik Sendiri 10 38,46 9 36 Sewa 16 61,54 16 64 Sumber: Data Primer, 2011 Sebagian besar petani caisin anggota gapoktan mengusahakan luas areal antara 0,1-0,25 ha dengan jumlah sebanyak 61,54% dan sisanya antara luasan 0,3-0,5 ha. Begitupun pada petani non anggota gapoktan, mayoritas petani mengusahakan lahan antara 0,1-0,25 ha terdiri dari 88 persen, sisanya mengusahakan pada luasan 0,3-0,5 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani caisin yang ada di Desa Citeko merupakan petani skala kecil dengan teknologi yang digunakan masih relatif tradisional. Selain luas lahan, status kepemilikan lahan juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap biaya usahatani caisin. Lahan yang di sewa akan mengeluarkan biaya yang lebih besar bila dibandingkan dengan lahan milik sendiri. Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa status kepemilikan lahan petani anggota dan non anggota didominasi dengan sistem sewa. 61,54 persen petani anggota mengusahakan caisin pada lahan sewa. Mayoritas petani non anggota juga mengusahakan caisin di lahan sewa, dengan jumlah 64 persen petani. Biaya sewa lahan caisin di tempat penelitian berbeda beda, tergantung kepada lokasi lahan yang akan diusahakan. Semakin mudah lahan untuk diakses oleh sarana transportasi, biaya sewanya akan semakin mahal. Kisaran harga sewa lahan di Desa Citeko adalah antara Rp 500.000,00-Rp 1.250.000,00 per tahun, untuk luasan 1000 meter persegi. Pemilik lahan memberikan kebebasan kepada petani untuk memilih komoditas yang akan ditanam. Petani dengan status lahan milik sendiri memiliki harga jual yang berbeda-beda. Harga lahan sangat tergantung kepada keadaan lahan seperti: kemiringan lahan, kemudahan akses air dan sarana transportasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani caisin yang memiliki lahan sendiri, harga jual tanah berkisar antara Rp 250.000,00-Rp. 350.000,00 per meter persegi.

5.3.5. Pengalaman Usahatani Sebagian besar petani responden telah lama berprofesi sebagai petani, khususnya caisin. Karakteristik caisin yang cepat dipanen dan relatif mudah dibudidayakan, membuat banyak petani yang membudidayakan caisin di tempat penelitian. Sebagian besar petani responden memiliki pengalaman usahatani caisin lebih dari 10 tahun. Semakin lama pengalaman petani dalam membudidayakan caisin, menjadikan petani lebih memahami terhadap karakteristik caisin. Kemauan petani dalam membudidayakan caisin dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti: pengaruh/masukan dari penyuluh dan pengaruh dari petani lain. Sebanyak 15 petani anggota Gapoktan Bunga Wortel memilih berusahatani caisin atas masukan dari penyuluh, sedangkan sisanya atas kemauan sendiri. Untuk petani non anggota sebanyak 14 orang petani melakukan usahatani caisin, karena banyak petani lain yang mengusahakan caisin, sisanya atas kemauan sendiri. 5.3.6. Sumber Modal Modal menjadi salah satu faktor produksi yang cukup menyulitkan bagi petani dalam mendapatkannya. Skala usahatani yang relatif kecil dan penuh dengan risiko mempengaruhi pihak pemilik modal (seperti bank), tidak memiliki kepercayaan pada petani untuk memberikan pinjaman. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kementrian Pertanian membuat program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Pada akhir tahun 2009 Gapoktan Bunga Wortel mendapat dana PUAP sebesar RP 100.000.000,00. Salah satu syarat Gapoktan mendapatkan PUAP adalah harus memiliki Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA). Proses pengajuan pinjaman modal dari petani anggota tidak terlalu sulit, yaitu dengan memenuhi beberapa persyaratan administrasi seperti fotokopi KTP dan kartu keluarga kepada pengurus Gapoktan. Persyaratan tersebut relatif lebih murah bila dibandingkan meminjam modal dari bank. Sistem pengembalian pinjaman modal yaitu: petani yang mendapatkan pinjaman harus membayar setiap bulannya sebesar 10 persen dari besarnya total pinjaman. Penentuan nilai bunga/jasa pinjaman ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama seluruh anggota Gapoktan. Tujuan menggunakan sistem bunga/jasa pada setiap pinjaman adalah untuk meningkatkan perputaran uang dan meningkatkan kas Gapoktan, sehingga diharapkan seluruh anggota Gapoktan mempunyai kesempatan mendapatkan pinjaman. Mayoritas petani caisin anggota Gapoktan menggunakan modal pinjaman untuk membudidayakan caisin yang berasal dari gapoktan. Sebanyak 23 orang petani menggunakan

modal pinjaman, sedangkan sisanya menggunakan modal sendiri. Pinjaman yang diberikan oleh gapoktan antara Rp 1.000.000,00-Rp 2.000.000,00 per tahun. Pembatasan besarnya pinjaman dilakukan agar pengembaliannya tidak lama dan jumlah petani yang meminjam bisa lebih banyak. Sumber modal pada petani non anggota Gapoktan mayoritas berasal dari pinjaman, petani non anggota tidak bisa meminjam uang dari gapoktan. Hal tersebut dimanfaatkan oleh tengkulak untuk memberikan pinjaman uang kepada beberapa petani non anggota. Meskipun tidak menerapkan sistem bunga/jasa pada saat pengembaliannya. Petani yang meminjam uang dari tengkulak diharuskan menjual caisin pada tengkulak, dengan harga yang ditentukan oleh tengkulak dan terkadang harga belinya relatif lebih murah dari harga pasar. Pengembalian uang dilakukan dengan memotong sejumlah uang dari total penjualan caisin kepada tengkulak. Petani non anggota mendapatkan pinjaman dari tengkulak antara Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 per tahun. Jumlah petani anggota yang menggunakan modal sendiri adalah sebanyak enam orang. 5.3.7. Pelatihan Pelatihan pertanian akan berpengaruh terhadap peningkatan sumberdaya manusia petani caisin di Desa Citeko. Pelatihan bisa berasal dari pihak pemerintah atau pihak lain yang memiliki kepentingan dengan usahatani caisin. Kegiatan pelatihan di Gapoktan Bunga Wortel dilakukan dua kali dalam satu bulan, biasanya berupa pertemuan dengan Pejabat Penyuluh Lapangan (PPL). Dalam pertemuan dilakukan kegiatan sharing mengenai masalahmasalah yang dihadapi oleh petani selama di lapangan. Kegiatan yang lainnya bisa berupa pelatihan dan transfer teknologi dan informasi terbaru seperti: sistem pertanian organik, informasi komoditas yang memiliki nilai jual tinggi, dan lainnya. Mahasiswa IPB jurusan agronomi dan hortikultura pernah melakukan penyuluhan mengenai sistem pertanian yang lebih modern seperti sistem hidroponik, aeroponik, dll. Tetapi beberapa inovasi tersebut belum bisa diterapkan di gapoktan, karena relatif membutuhkan biaya yang lebih tinggi daripada sistem tradisional. Selain itu, petani anggota yang pernah mengikuti kegiatan Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) pertanian yang diadakan oleh Dinas Pertanian tingkat Kabupaten/Propinsi diharuskan untuk mentransfer pengalaman dan pengetahuan dari DIKLAT tersebut kepada petani anggota yang lain. Tempat pelaksanaan pelatihan biasanya dilakukan di sekretariat gapoktan. Petani caisin non anggota gapoktan tidak mendapatkan pelatihan secara rutin seperti pada petani anggota. Pelatihan dilakukan pada saat beberapa perusahaan produsen

benih/pupuk melakukan promosi penjualan dengan cara presentasi produk atau biasanya dilakukan dengan membuat demplot (demontration plot). Selain dari produsen benih dan pupuk, PPL pernah melakukan penyuluhan kepada beberapa petani non anggota dengan kuantitas dan kontinuitas yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan jumlah petani caisin anggota gapoktan. Pelatihan mengenai teknik budidaya dan aplikasi teknologi terbaru sangat diperlukan oleh petani. Untuk meningkatkan produksi dan memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. Berdasarkan penuturan bendahara gapoktan, selama ini pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten atau Propinsi hanya berupa pelatihan kepemimpinan dan pelatihan wirausaha. Sehingga untuk kedepannya diharapkan bisa ditingkatkan kembali pemberian materi latihan yang berkaitan dengan teknik budidaya dan penerapan teknologi terbaru.