I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

Perkembangan Ekonomi Makro

Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

I PENDAHULUAN Latar Belakang


Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

STUDI IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN YANG BERORIENTASI PASAR DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2007 SEBESAR 132,77 PERSEN

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DI KABUPATEN KEBUMEN

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG BERBASIS KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Realisasi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1. Tanda tangan,

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

Tabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan. Sub Komoditas Tanaman Pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana, maka pembangunan harus berpijak pada perencanaan yang matang, melalui proses yang melibatkan segenap elemen strategis masyarakat, sejak persiapan, pelaksanaan, monitoring, sampai evaluasi bahkan dalam pembiayaan. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro,2004 b :110). Kekuasaan otonomi daerah secara langsung menyebabkan pemerintah daerah harus dapat menentukan arah kebijakan dari pembangunan yang akan dilakukan agar pembangunan daerah dapat dilakukan secara tepat sesuai dengan potensi wilayah dan kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki oleh daerah tersebut, karena pembangunan daerah yang tepat, secara langsung akan menunjang berhasilnya program pembangunan nasional. Selain itu dengan berhasilnya pembangunan daerah maka kesejahteraan masyarakat daerah juga akan meningkat. Kabupaten Magelang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kota kabupaten ini adalah Kota Mungkid yang terletak di Kecamatan Mungkid. Sektor yang mempengaruhi perencanaan pembangunan wilayah di Kabupaten Magelang adalah sektor pertanian (meliputi subsektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), pertambangan dan galian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air minum; bangunan/kontruksi; perdagangan, hotel dan restoran; keuangan, sewa dan jasa perusahaan; pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar di Kabupaten Magelang, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. 1

2 Tabel 1. Kontribusi PDRB Kabupaten Magelang menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2006-8 (dalam persen) Lapangan Usaha 2006 2007 2008 Pertanian 30,30 29,51 28,91 Pertambangan dan Penggalian 2,47 2,58 2,65 Industri Pengolahan 19,20 19,13 19,02 Listrik, Gas dan Air Minum 0,53 0,54 0,52 Bangunan/Konstruksi 8,36 8,61 8,70 Perdagangan, Restoran, dan Hotel 14,88 14,80 14,73 Pengangkutan dan Komunikasi 5,52 5,52 5,53 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,84 2,80 2,77 Jasa-jasa 15,90 16,50 17,17 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Magelang, 2008 b Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di Kabupaten Magelang yaitu pada tahun 2006 sebesar 30,30%, pada tahun 2007 sebesar 29,51%, dan pada tahun 2008 sebesar 28,91%. Sektor pertanian mempunyai kontribusi PDRB yang paling besar dibanding dengan sektor yang lain, hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Magelang. Sama halnya dengan kabupaten yang lain, sektor pertanian di Kabupaten Magelang disangga oleh lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Kontribusi subsektor pertanian terhadap perekonomian di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kontribusi PDRB Subsektor Pertanian ADHK 2000 di Kabupaten Magelang, 2006-8 (dalam persen) Subsektor Pertanian 2006 2007 2008 Tanaman Bahan Makanan 22,60 22,05 21,86 Tanaman Perkebunan 2,15 2,09 1,80 Peternakan 3,28 3,22 3,16 Kehutanan 1,67 1,57 1,51 Perikanan 0,60 0,59 0,59 Total 30,30 29,51 28,91 Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2008 b

3 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Magelang subsektor tanaman bahan makanan selalu memberikan kontribusi lebih dari 50% dari total share sektor pertanian terhadap PDRB di Kabupaten Magelang. Kontribusi yang besar dari sektor pertanian ini disebabkan karena luas wilayah di Kabupaten Magelang yang sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian sawah, yaitu sebanyak 34,29% dari total luas wilayah di Kabupaten Magelang sebesar 37.232 Ha (BPS Kabupaten Magelang, 2008 a ), sehingga menunjang untuk memberikan kontribusi subsektor tanaman bahan makanan relatif besar. Selama tiga tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2006 hingga tahun 2008 subsektor tanaman bahan makanan memberikan kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kabupaten Magelang yaitu pada tahun 2006 sebesar 22,60%, pada tahun 2007 sebesar 22,05%, dan pada tahun 2008 sebesar 21,86%. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Magelang. Faktor lain yang dapat digunakan untuk mengetahui peranan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Magelang adalah tingkat laju pertumbuhannya. Adapun laju pertumbuhan PDRB masing-masing subsektor pertanian Kabupaten Magelang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Magelang, 2006-8 (dalam persen) Subsektor Pertanian 2006 2007 2008 Rata-rata Tanaman Bahan Makanan 2,46 2,63 4,09 3,06 Perkebunan 1,76 2,03-9,26-1,82 Peternakan 3,05 3,12 3,06 3,08 Kehutanan 1,16-0,89 0,58 0,28 Perikanan 0,60 4,19 4,22 3,01 Total 9,04 11,08 2,69 7,60 Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2008 b Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan untuk subsektor pertanian pada tahun 2006-8 mengalami kondisi yang berfluktuatif, akan tetapi secara keseluruhan nilainya tetap positif. Namun untuk subsektor

4 kehutanan pada tahun 2006 dan subsektor perkebunan pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan negatif. Rata-rata laju pertumbuhan subsektor pertanian pada tahun 2006-8 yaitu subsektor tanaman bahan makanan sebesar 3,06%; subsektor tanaman perkebunan sebesar -1,82%; subsektor peternakan sebesar 3,08%; subsektor kehutanan sebesar 0,28%; dan subsektor perikanan dengan nilai 3,01%. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor tanaman bahan makanan mempunyai rata-rata nilai laju pertumbuhan terbesar kedua setelah subsektor peternakan. Pada tahun 2006-8 laju pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan terus mengalami peningkatan dari 2,46% menjadi 2,63% kemudian meningkat lagi menjadi 4,09%. Berdasarkan kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan, maka perlu diperhatikan untuk dikembangkan lebih lanjut agar dapat menjaga eksistensi kontribusi subsektor tanaman bahan makanan, sehingga tetap memegang peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Magelang. Upaya tersebut bisa dilakukan, salah satunya dengan menentukan strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Magelang. Berdasarkan indikator besarnya kontribusi dan laju pertumbuhan dari komoditi tanaman bahan makanan maka dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan Pendekatan Tipologi Klassen. Berdasarkan Pendekatan Tipologi Klassen, komoditi pada subsektor tanaman bahan makanan diklasifikasikan menjadi komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang yang selanjutnya dapat dibuat alternatif strategi dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Magelang berbasis komoditi tanaman bahan makanan, dengan didasarkan pada periode waktu, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. B. Perumusan Masalah Luas tanah menurut penggunaannya di Kabupaten Magelang pada tahun 2008 terdiri dari lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Lahan yang digunakan untuk pertanian 79.441 Ha atau sekitar 73,17% dari total wilayah Kabupaten Magelang. Dari lahan pertanian tersebut sebagian besar digunakan

5 untuk pertanian tanaman pangan, meliputi lahan sawah 37.232 Ha atau sekitar 34,29%, tegal sebesar 36.248 Ha atau 33,39%, dan pekarangan sebesar 2.661 Ha atau 2,45% (BPS Kabupaten Magelang, 2008 a ). Didukung dengan luasnya lahan pertanian yang digunakan untuk tanaman pangan tersebut maka subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Magelang menghasilkan komoditi terdiri atas tanaman bahan makanan utama, tanaman sayuran dan buah-buahan. Tanaman bahan makanan utama terdiri atas padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, dan kedelai. Tanaman sayuran terdiri atas bawang putih, bawang merah, bawang daun, kentang, kobis, sawi,wortel, kacang panjang, cabe, ketimun, labu siam, kangkung, tomat, terong, buncis, bayam. Buah-buahan terdiri dari alpokat, jeruk, duku, sawo, mangga, durian, jambu biji, nanas, pisang, rambutan, pepaya, salak, melon dan semangka. Nilai produksi dari beberapa komoditi yang termasuk dalam subsektor tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Magelang, 2006-8 (dalam rupiah) Komoditi Tanaman Bahan Makanan 2006 2007 2008 Padi 378.990.627.918 417.441.120.779 396.738.597.744 Jagung 65.256.247.842 72.600.630.057 100.733.079.408 Ketela rambat 17.222.675.934 32.488.751.762 27.117.306.014 Bawang daun 21.530.672.282 28.956.346.386 25.615.940.436 Kobis 33.721.244.011 42.567.575.126 86.849.826.494 Cabe 67.258.144.366 75.671.253.730 181.605.986.389 Pisang 17.818.568.899 13.934.769.207 17.233.582.588 Rambutan 17.817.000.064 15.854.901.633 27.125.463.181 Salak 82.745.942.314 47.234.189.587 39.572.171.729 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 8 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui beberapa jenis komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Magelang. Komoditi yang memiliki nilai produksi terbesar pada tahun 2006-8 adalah padi, dimana nilai produksinya berfluktuatif dari tahun ke tahun. Hampir semua komoditi pada Tabel 4 memiliki nilai produksi yang besar dan cenderung meningkat yaitu jagung, kobis, dan cabe. Komoditi bawang daun ketela rambat, pisang, dan

6 rambutan memiliki nilai produksi yang fluktuatif, serta untuk komoditi salak dari tahun 2006-8 nilai produksinya cenderung mengalami penurunan. Besarnya nilai produksi komoditi dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga komoditi di tingkat produsen pada waktu tertentu. Nilai produksi komoditi yang besar akan berpengaruh terhadap besarnya kontribusi yang diberikan terhadap PDRB sektor pertanian. Peranan tanaman bahan makanan, selain dapat dilihat dari nilai produksi juga dapat dilihat dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan untuk komoditi yang dihasilkan di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Magelang, 2006-8 (dalam persen) Komoditi Tanaman Bahan Makanan 2006 2007 2008 Rata-rata Padi -16,69 10,15-4,96-3,83 Jagung -33,93 11,25 38,75 5,36 Ketela rambat -46,45 88,64-16,53 8,55 Bawang daun -56,44 34,49-11,54-11,16 Kobis -46,11 26,23 104,03 28,05 Cabe -43,31 12,51 139,99 36,40 Pisang -9,80-21,80 23,67-2,64 Rambutan 21,64-11,01 71,09 27,24 Salak 107,02-42,92-16,22 15,96 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 11 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui sebagian besar rata-rata laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan mengalami pertumbuhan positif, kecuali padi, bawang daun dan pisang, Komoditi yang memiliki laju pertumbuhan positif pada tahun 2006 yaitu rambutan, dan salak, Komoditi yang memiliki laju pertumbuhan positif pada tahun 2007 antara lain padi, jagung, ketela rambat, bawang daun, kobis, dan cabe, Komoditi yang memiliki laju pertumbuhan positif pada tahun 2008 antara lain jagung, kobis, cabe, pisang, dan rambutan, Komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki laju pertumbuhan positif memiliki peranan besar terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Magelang,

7 Berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA) Kabupaten Magelang 2005-2009, Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang menentukan beberapa kebijakan terkait dengan pembangunan sektor pertanian, meliputi: a. Pengembangan agribisnis dari hulu sampai hilir dengan pendekatan kawasan b. Membangun sistem ketahanan pangan c. Pengembangan kelembagaan petani Program-program pembangunan daerah Kabupaten Magelang pada sektor pertanian diantaranya adalah: a. Pengembangan kawasan agropolitan b. Pengembangan usaha industri hulu pertanian c. Pengembangan kawasan sentra produksi pertanian d. Pengembangan pasca panen, pengolahan hasil pertanian e. Pengembangan pemasaran hasil produksi pertanian f. Pengembangan penggunaan teknologi terapan g. Pengembangan dan pemanfaatan cadangan pangan h. Pengembangan pola konsumsi dengan gizi seimbang i. Pengembangan kelembagaan pangan masyarakat j. Pengembangan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) yang terintegrasi antar wilayah k. Peningkatan produksi melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi l. Pengembangan pertanian berwawasan lingkungan m. Pengamanan produksi n. Optimalisasi pemanfaatan lahan dan air o. Mengembangkan kelembagaan penyuluhan di tingkat desa p. Meningkatkan peran dan fungsi penyuluh pertanian q. Peningkatan SDM penyuluh pertanian Berdasarkan kontribusi dan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan yang cenderung meningkat di Kabupaten Magelang dan sejalan dengan Rencana Strategis Kabupaten Magelang tahun 2005-2009 maka perlu dilakukan perencanaan pembangunan ekonomi daerah agar dapat

8 meningkatkan perekonomian daerah Kabupaten Magelang, Adanya berbagai macam jenis komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan oleh Kabupaten Magelang dapat diketahui komoditi yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu dan juga komoditi yang belum layak diprioritaskan tetapi tetap harus dikembangkan untuk kebutuhan di masa depan. Hal itu dapat ditentukan dengan melihat besarnya nilai produksi dan nilai laju pertumbuhan dari suatu komoditi. Setelah diketahui komoditi yang perlu diprioritaskan untuk dikembangkan maka perencanaan pembangunan ekonomi daerah berbasis komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Magelang dapat lebih jelas dan terarah. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Termasuk klasifikasi apakah komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Magelang berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen sebagai dasar dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah berbasis komoditi tanaman bahan makanan? 2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam kerangka perencanaan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Magelang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Magelang berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi daerah berbasis komoditi tanaman bahan makanan. 2. Menganalisis alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam kerangka perencanaan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Magelang.

9 D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah Kabupaten Magelang, diharapkan dapat dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan dalam perencanaan pembangunan ekonomi terutama komoditi tanaman bahan makanan. 3. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.