PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah tailing yang merupakan limbah hasil pengolahan mineral

BAB I PENDAHULUAN. dengan udara terbuka. Salah satu metode pertambangan bawah tanah yang sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN CIBALIUNG, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

PENELITIAN MINERAL IKUTAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH DIENG, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN DI DAERAH SELOGIRI, KAB.WONOGIRI, PROVINSI JAWA TENGAH

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDATAAN SEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN GUNUNG PANI DAN SEKITARNYA KABUPATEN POHUWATO, PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENELITIAN SEBARAN MERKURI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT, KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA S A R I

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

TINJAUAN TAILING SEBAGAI SUMBER DAYA

KETERDAPATAN MINERALISASI EMAS YANG BERASOSIASI DENGAN SINABAR DI KECAMATAN RAROWATU KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PERTAMBANGAN RAKYAT DI NAD

PROVINSI SULAWESI UTARA

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tailing yang dihasilkan dari industri pertambangan menjadi perdebatan karena volume

DATA SUMBER DAYA SEBAGAI DASAR PENERAPAN DAN PERENCANAAN KONSERVASI

BAB V GEOKIMIA DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

BAB II KEADAAN UMUM. PT Freeport Indonesia Incooperated (PTFII) sebagai anak perusahaan

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

PROSES PENAMBANGAN EKSPLORASI METODE TAMBANG KAPAL KERUK TAMBANG GP PEMBERSIHAN KAWASAN PEMBERSIHAN KAWASAN PEMBUANGAN TANAH PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BURU, PROVINSI MALUKU

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH PENAMBANGAN EMAS (STUDI KASUS: PEMANFAATAN TAILING DI PT. ANTAM UBPE PONGKOR)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONTRIBUSI DISTRIK ERTZBERG-GRASBERG TERHADAP MINERAL ENDOWMENT INDONESIA. Diskusi Freeport dan Indonesia Bangsa Pemenang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL PADA WILAYAH BEKAS TAMBANG EMAS ALUVIAL. Oleh : Tim Penyusun

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Sustainable Development at Bintan Island

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENELITIAN ASPEK KONSERVASI BAHAN GALIAN DI WILAYAH BEKAS TAMBANG DI PANGARAYAN KABUPATEN KAMPAR, RIAU

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2.

DAFTAR ISI. Hal LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO...

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN MINERAL LOGAM DASAR DAN LOGAM BESI DAN PADUAN BESI DI DAERAH LELOGAMA KABUPATEN KUPANG (TIMOR BARAT) PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR S A R I

PENGELOLAAN LIMBAH B3 PENIMBUNAN DAN DUMPING

EVALUASI SUMBER DAYA/CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DAERAH S. DAUN, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SARI

BAB II TINJAUAN UMUM

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bengkel, rumah sakit, pasar, perusahaan berpotensi besar menghasilkan limbah

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

Transkripsi:

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA Mangara P Pohan, 1 Denni W. 2, Sabtanto J.S. 3, Asep A. 4 1,2,3,4 Kelompok Program Penelitian Konservasi SARI Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan-batuan yang mengandung mineral, tailing umumnya masih mengandung mineral-mineral berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut disebabkan karena pengolahan bijih untuk memperoleh mineral yang dapat dimanfaatkan pada industri pertambangan tidak akan mencapai perolehan (recovery) 100%. Semenjak PT Freeport Indonesia melakukan penambangan, sampai saat ini jutaan ton tailing hasil pengolahaan telah dibuang, dari 7.275 ton/hari di tahun 1973, meningkat menjadi 31.040 ton/hari di tahun 1988 dan saat ini menjadi 223.100 ton/hari yang ditempatkan pada aliran Sungai Ajkwa yang dikenal dengan Mod ADA (Modified Ajkwa Deposition Area) yang dibatasi oleh West Levee (tanggul barat) dan East Levee (tanggul timur). Pemercontoan dilakukan dengan menggunakan bor Bangka 4 pada pembuangan endapan tailing aktif di 13 lokasi dengan pola pemboran dilakukan secara acak (scout drill). Pemercontoan dilakukan pada setiap kedalaman 1 m, conto yang diperoleh sebanyak 63 conto pasir dan 63 conto konsentrat dulang. Hasil analisis kimia dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrometry (AAS) menunjukkan adanya kadar unsur Cu, Au, Ag dan lainnya yang berpotensi untuk dimanfaatkan kembali. Kandungan mineral-mineral berat di dalam tailing tersebut perlu diperhatikan pemanfaatannya karena besarnya cadangan bijih PT.Freeport, Saat ini produksi penambangan dilakukan pada tambang terbuka Grasberg dan tambang dalam Deep Ore Zone. Bijih Grasberg yang merupakan tipe Porfiri Cu Au memiliki cadangan sebesar 1.109 juta ton dengan kadar Cu 1,02%, Au 1,19 g/t, Ag 3 g/t dan bijih Deep Ore Zone tipe Skarn Cu Au memiliki cadangan sebesar 181 juta ton dengan kadar Cu 1,15 %, Au 0,87 g/t dan Ag 5,2 g/t, tingkat perolehan pengolahannya sebesar 80 85 % sehingga kemungkinan mineralmineral berat di dalam tailing seperti magnetit, ilmenit dan emas relatif cukup ekonomis untuk dimanfaatkan dalam sekala kecil sampai menengah. Pemanfaatan mineral berat dapat dilakukan dengan cara memisahkan berdasarkan perbedaan berat jenisnya, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat magnetit separator, sluice box, meja goyang atau alat spiral sehingga mineral-mineral berat akan terpisahkan dari mineral-mineral pengotornya. PENDAHULUAN Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang, dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan-batuan yang mengandung mineral, tailing umumnya masih mengandung mineral-mineral berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut tidak bisa dihindari, karena pengolahan bijih untuk memperoleh mineral yang dapat dimanfaatkan pada industri pertambangan tidak akan mencapai perolehan (recovery) 100%. Hal ini dapat disebabkan oleh kekerasan batuan bijih yang menyebabkan hasil giling cenderung lebih kasar dan mengakibatkan perolehan (recovery) menurun disertai semakin rendahnya kandungan mineral didalam konsentrat. Kehalusan ukuran butiran mineral juga dapat menyebabkan sulitnya tercapai liberasi (liberation). Semenjak PT Freeport Indonesia melakukan penambangan, sampai saat ini jutaan ton tailing hasil pengolahaan telah dibuang, dari 7.275 ton/hari di tahun 1973, meningkat menjadi 31.040 ton/hari di tahun 1988 dan saat ini menjadi 223.100 ton/hari.

Untuk mengetahui kemungkinan tailing hasil pengolahan PT Freeport Indonesia masih mengandung bahan-bahan atau mineral yang dapat dimanfaatkan, Kelompok Program Penelitian Konservasi telah melakukan pemerconto dengan menggunakan bor Bangka 4, dengan tujuan pemanfaatan bahan galian secara maksimal sesuai dengan azas konservasi. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud kegiatan adalah untuk memperoleh data mengenai kandungan bahan galian atau mineral pada tailing PT Freeport Indonesia, dan sebagai pembanding hasil penelitian yang telah dilakukan oleh PT Freeport Indonesia. Tujuannya untuk melakukan penerapan azas konservasi sumberdaya bahan galian, dan diharapkan dapat memberikan informasi kemungkinan pemanfaatan mineral dan bahan galian LOKASI, KESAMPAIAN DAN DEMOGRAFI DAERAH KEGIATAN Lokasi kegiatan termasuk wilayah Kontrak Karya PT Freeport Indonesia, dikenal dengan Mod ADA (Modified Ajkwa Deposition Area), dibatasi oleh West Levee (tanggul barat) dan East Levee (tanggul timur). Secara geografis lokasi kegiatan terletak pada 136 o 55-136 o 58 Bujur Timur dan 4º32 4 o 40 Lintang Selatan (gambar 1 dan 2) dan secara administrasi termasuk Distrik Mimika Baru, Kota Timika, Provinsi Papua. Daerah kegiatan dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dari Kota Timika, dengan jarak tempuh yang cukup jauh sekitar 20 km 50 km, melalui jalan yang khusus dibuat oleh PT Freeport Indonesia di atas tanggul barat dan tanggul timur. Untuk mencapai lokasi kegiatan setiap orang maupun kendaraan harus mempunyai izin masuk khusus, dan untuk pengemudi surat izin mengemudinya harus disahkan oleh keamanan PT Freeport Indonesia. Selain pegawai pemerintahan, pada umumnya masyarakat di Timika bekerja sebagai karyawan maupun sebagai kontraktor PT Freeport Indonesia, dan lainnya berprofesi sebagai pedagang, tukang ojek, supir angkutan dan wirausaha. Sedangkan warga transmigran pada umumnya bercocok tanam. Pertambahan penduduk di Kabupaten Mimika adalah 16% per tahun, data yang diperoleh tahun 2005 jumlah penduduk berjumlah 177, 237 orang. Hari hujan rata-rata pertahun mencapai 306 hari dengan curah hujan tahunan rata-rata 5.160 mm. Tidak terdapat musim kemarau yang nyata, karena pada musim tersebut curah hujan bulanan masih melebihi 200 mm. Suhu tertinggi di daerah ini dapat mencapai 27,7º C. Semenjak pembuangan tailing di alihkan dari aliran Sungai Ajkwa ke aliran Sungai Otomona, telah dilakukan rehabilitasi pada aliran Sungai Ajkwa (gambar 3). Untuk menghindari tailing masuk kembali ke aliran Sungai Ajkwa dibuat tanggul barat. Rehabilitasi dilakukan dengan melakukan penghijauan dengan penanaman pohon pinus, dan juga dilakukan percobaan penanaman tanaman buah maupun tanaman lain pada bekas tailing tersebut (foto 1). Sedangkan pada daerah pembuangan tailing aktif, dilakukan percobaan penanaman rumput dan magrove untuk menghambat sedimentasi dan mencegah erosi. METODOLOGI Kegiatan penyelidikan potensi bahan galian pada tailing PT. Freeport Indonesia secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut : Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan tahapan yang sangat menentukan hasil dari sebuah laporan, dan terdiri dari : Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan dan evaluasi data sekunder dari berbagai sumber, khususnya hasil laporan atau penelitian mengenai tailing PT. Freeport Indonesia, meliputi; mineral ikutan yang terdapat pada bijih, cara pengolahan, produksi, tailing yang dibuang dan penanganannya. Pengumpulan Data Primer dan Pemercontoan Kegiatan dilakukan pada daerah pembuangan tailing PT. Freeport Indonesia. a. Pemercontoan dilakukan dengan menggunakan bor Bangka 4 pada pembuangan endapan tailing aktif di 13 lokasi; (gambar 4 dan foto 1) b. Pola pemboran dilakukan secara acak (scout drill), beberapa titik bor ditentukan berdasarkan pada anomali magnet tinggi hasil penyelidikan PT Freeport Indonesia;

c. Pemercontoan dilakukan pada setiap kedalaman 1 m, dan volume conto dihitung dengan menggunakan takaran bersekala. Kemudian conto di bagi 1 liter untuk PT Freeport Indonesia, 0,5 liter untuk di analisis kimia, dan sisanya didulang ditempat. Conto sebanyak 1 liter dipergunakan PT Freeport Indonesia untuk membandingkan hasil penyelidikan yang telah mereka lakukan, terutama untuk kandungan magnetit; d. Conto yang diperoleh sebanyak 63 conto pasir, 63 conto konsentrat dulang ; e. Tiga (3) conto diambil pada beberapa titik bor dengan kedalaman tertentu sebanyak 1,5 liter; f. Pemercontoan juga dilakukan pada permukaan tailing di 3 lokasi, dimana pemboran tidak mungkin dilakukan karena tebalnya lapisan kerakal dan kerikil. Pengambilan conto dilakukan dengan menggunakan skop, volumenya diukur, dan kemudian di dulang. Analisis Laboratorium Analisis conto dilakukan dengan cara analisis : a. mineral butir untuk mengetahui mineral berat yang terkandung dalam tailing, sebanyak 66 conto; b. analisis kimia (AAS ) untuk mengetahui kandungan unsur Cu, Pb, Zn, As, Au, Ag, Fe, Hg, Sb dalam tailing, sebanyak 63 conto; c. analisis major elemen, sebanyak 63 conto; d. analisis untuk mengetahui cemaran radiasi sebanyak 2 conto. Analisis conto dilakukan di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi dan laboratorium lainnya. GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Geologi Regional Morfologi Kabupaten Mimika dapat dibagi menjadi 6 satuan morfologi, yaitu : morfologi dataran pantai, morfologi rawa bakau estuarium, morfologi dataran rendah rawa, morfologi dataran kipas aluvial, morfologi kipas aluvial, dan morfologi pegunungan. Pembuangan tailing PT Freeport Indonesia secara morfologi melalui satuan-satuan morfologi tersebut, dan dialirkan melalui aliran Sungai Otomano yang termasuk DAS Ajkwa. Secara geologi daerah pengendapan tailing pada dataran Kabupaten Mimika di tutupi oleh endapan aluvium, berumur Kuarter, endapan ini tersebar dari pegunungan sampai ke daerah pantai. Komposisi material tailing umumnya dibentuk oleh batuan metamorf, batuan beku, dan pasir kuarsa, dengan kandungan mineral yang dapat diamati secara megaskopis diantaranya mineral hitam serta pirit. Kemungkinan kandungan mineral pada tailing selain mineral tersebut, juga terdapat mineral lainnya yang secara langsung tergantung pada komposisi bijih yang diolah. Pertambangan Kegiatan penambangan PT Freeport Indonesia dimulai tahun 1972, dilakukan pada bijih Ertsberg tipe Skarn Cu Au, cadangan 33 juta ton, kadar Cu 2,27 %, Au 0,47 g/t dengan tambang terbuka, dan ditutup tahun 1988. Saat ini produksi penambangan dilakukan pada Tambang terbuka Grasberg dan tambang dalam Deep Ore Zone. Bijih Grasberg merupakan tipe Porfiri Cu Au, cadangan 1.109 juta ton, dan kadar Cu 1,02%, Au 1,19 g/t; Ag 3 g/t, dan bijih Deep Ore Zone tipe Skarn Cu Au, cadangan 181 juta ton serta kadar Cu 1,15 % ; Au 0,87 g/t serta Ag 5,2 g/t. PT Freeport Indonesia melakukan pengolahan bijih melalui 4 tahapan utama yaitu : Proses crushing atau peremukan; Proses grinding (penggilingan); Proses pemisahan; Proses pasca pemisahan. Semenjak dilakukannya produksi I tahun 1972, pernah terjadi perubahan dalam aktivitas konsentrat tembaga, hasil penggilingan cenderung lebih kasar dan mengakibatkan perolehan (recovery) menurun disertai semakin rendahnya kandungan logam tembaga didalam konsentrat. Hal ini diakibatkan adanya beberapa perubahan pada bahan baku antara lain kekerasan bijih, kandungan logam tembaga serta ukuran butir mineral (Kamarijanto, 1994). Kemungkinan saja kejadian di atas tersebut dapat terjadi sesudah itu, dikarenakan karakter bijih setiap lokasi akan berbeda, dan dapat menyebabkan kandungan mineral pada tailing akan bervariasi. Tailing Pembuangan tailing pada awalnya dilakukan pada aliran S. Ajkwa, dan dapat dikatakan era Tambang Ertberg. Daerah ini telah direhabilitasi, dan pembuangan tailing saat ini dialihkan ke aliran S. Otomona, dan pengendapannya dilakukan pada sisi timur aliran S. Ajkwa. Diperkirakan daerah pengendapan tailing telah mencapai luas 230 km².

Pemerconto dengan menggunakan bor Bangka dilakukan pada daerah pengendapan tailing aktif. Kegiatan bor hanya dapat dilakukan pada daerah hilir, ke arah hulu bor tidak dapat menembus lebih dalam dikarenakan ukuran material yang semakin membesar. Analisis conto dilakukan dengan 2 cara : Analisis kimia dan analisis mineral butir. Analisis kimia dilakukan, karena material tailing merupakan hasil proses penggilingan batuan, dimana diperkirakan material tailing yang tidak terhancurkan secara baik masih mengandung mineral. Analisis butir dilakukan untuk mengetahui kandungan emas atau mineral lainnya yang telah terlepas dari batuan asal dan berbentuk butiran. Analisis kimia Analisis conto dilakukan pada conto yang di ambil setiap interval 1 m. Tabel 1 menjelaskan kadar rata-rata unsur Cu, Pb, Fe, Ag, dan Au, setiap lobang bor Kadar rata-rata untuk unsur lainnya seperti Zn umumnya < 0,04%, As 4 28 ppm, Sb < 4 ppm, dan Hg 0,2 10 ppb. Hasil pemeriksaan cemaran radiasi dari 2 (dua) conto terpilih menunjukkan nilai seperti pada tabel dibawah ini. KESIMPULAN Kehadiran tailing dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari, dari pengolahan yang dilakukan hanya < 3% bijih menjadi produk dan sisanya menjadi tailing. Secara fisik komposisi tailing umumnya terdiri dari 50% fraksi pasir halus dengan diameter 0,075 0,4 mm, dan sisanya berupa fraksi lempung dengan diameter 0,075 mm. Umumnya tailing hasil penambangan masih mengandung mineral yang secara langsung besarnya kandungan mineral tersebut tergantung dari teknik pengolahan yang dilakukan, akan tetapi pada industri pertambangan umumnya perolehan (recovery) tidak akan mencapai 100%. Berdasarkan hasil analisis kimia terhadap 63 conto pasir dari pemboran bangka dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrometry (AAS) menunjukkan adanya kadar unsur Cu, Au, Ag dan unsur lainnya yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan kembali. Kandungan mineral-mineral berat di dalam tailing tersebut perlu diperhatikan pemanfaatannya karena besarnya cadangan bijih PT.Freeport, Saat ini produksi penambangan dilakukan pada tambang terbuka Grasberg dan tambang dalam Deep Ore Zone. Bijih Grasberg yang merupakan tipe Porfiri Cu Au memiliki cadangan sebesar 1.109 juta ton dengan kadar Cu 1,02%, Au 1,19 g/t, Ag 3 g/t dan bijih Deep Ore Zone tipe Skarn Cu Au memiliki cadangan sebesar 181 juta ton dengan kadar Cu 1,15 %, Au 0,87 g/t dan Ag 5,2 g/t, tingkat perolehan pengolahannya sebesar 80 85 % sehingga kemungkinan mineral-mineral berat di dalam tailing relatif cukup ekonomis untuk dimanfaatkan dalam sekala tertentu. Pemanfaatan mineral berat dapat dilakukan dengan cara memisahkan berdasarkan perbedaan berat jenisnya, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat sluice box atau spiral sehingga mineral-mineral berat akan terpisahkan dari mineral-mineral pengotornya. Hasil analisis cemaran radiasi terhadap 2 (dua) conto terpilih menunjukkan bahwa unsur radioaktif yang terdapat pada tailing PT.Freeport masih di bawah batas deteksi. PUSTAKA Clyde Leys, 2007, Tailings Magnetite Evaluation Update, Freeport Exploration, Bahan Presentasi, PT Freeport Indonesia Kamarijanto, 1994, Tinjauan Atas Beberapa Perubahan Dalam Produksi Konsentrat Tembaga PT Freeport Indonesia, Prosiding Temu Profesi Tahunan 1994 Yogyakarta, PERHAPI. KOMPAS, 11 April 2006, Seputar Lingkungan : Menneg LH: Kerusakan Akibat Freeport Parah, Opini Kita. Kuswandani RA, dkk, 1995, Pertambangan Bijih Tembaga PT Freeport Indonesia Company, Tembagapura, Irian Jaya, Buku Teknologi Pertambangan Di Indonesia, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Mineral,

Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung. PT Freeport Indonesia, 1996, Info Singkat, Audit Lingkungan, PT Freeport Indonesia, Departemen Lingkungan, Jakarta. PT Freeport Indonesia, Presentasi Tailing Bukan Limbah, Tailing Adalah Sumberdaya, Tailing Dapat Menjadi Bahan Konstruksi. PT Freeport Indonesia, Grasberg, Buku Pendamping Tur 2005, Desember 2006 Puslitbang TEKMIRA, 2004, Penambangan dan Pengolahan Emas di Indonesia, Balitbang ESDM. Suyono Dirjosuwondo, 1994, Kegiatan Dalam IOZ Dengan Sistem Ambrukan (Block Caving) dan Tahap Persiapan Penambangannya di PT Freeport Indonesia, Prosiding Temu Profesi Tahunan 1994 Yogyakarta, PERHAPI.

Tabel 1. Analisis conto bor Total Kadar rata-rata Bor Kedlm m Cu % Pb ppm Fe % Ag ppm Au ppb TF 1 6,70 0,24 99.57 8,26 3,00 325 TF 2 7,50 0,17 85.75 7,95 2,62 215 TF 3 7,90 0,25 90.50 8,72 3,00 319 TF 4 3,86 0.17 103,00 7,41 2,50 151 TF 5 4,90 0.18 80.80 6,41 2,75 303 TF 6 5,00 0.17 89.40 8,07 2,00 226 TF 7 3,34 0.19 93.25 7,86 2,00 214 TF 8 4,50 0.21 96.75 8,88 2,50 219 TF 9 3,00 0,21 94,66 8,46 3,66 270 TF 10 6,00 0,21 90,33 7,27 2,16 182 TF 11 3,33 0,19 82,50 7,04 2,00 194 TF 12 0,75 0,16 65,00 6,14 2,00 22 TF 13 2.30 0.19 84,33 7,17 2,00 355 No Parameter 1 Uranium ( 238 U) 2 Thorium ( 228 Th) 3 Radium ( 226 Ra) 4 Kalium ( 40 K) Aktivitas (Bq/Kg) X03TF05 X04TFF11 < 8,0 < 8,0 24±1 21±2 29±1 36±1 867±15 879±15 Batas Deteksi (Bq/Kg) 238 U = 8,0

Gambar 1. Lokasi kegiatan Gambar 2. Lokasi pembuangan/pengendapan tailing

Gambar 3. Rehabilitasi aliran S. Ajkwa Gambar 4. Lokasi pemboran

Gambar 5. Kegiatan pemboran dengan menggunakan bor bangka Gambar 6. Mendulang conto tailing dari pemboran untuk memperoleh mineral berat